Inilah nenek moyang Yesus Kristus, keturunan Raja Daud, keturunan Abraham: Abraham ayah Ishak; dan Ishak ayah Yakub; Yakub ayah Yehuda dan saudara-saudaranya. Yehuda ayah Peres dan Zerah (ibu mereka ialah Tamar); Peres ayah Hezron; dan Hezron ayah Ram; Ram ayah Aminadab; Aminadab ayah Nahason; Nahason ayah Salmon; Salmon ayah Boas (ibunya ialah Rahab); Boas ayah Obed (ibunya ialah Rut); Obed ayah Isai; Isai ayah Raja Daud; Daud ayah Salomo (ibunya ialah bekas istri Uria); Salomo ayah Rehabeam; Rehabeam ayah Abia; Abia ayah Asa; Asa ayah Yosafat; Yosafat ayah Yoram; Yoram ayah Uzia; Uzia ayah Yotam; Yotam ayah Ahas; Ahas ayah Hizkia; Hizkia ayah Manasye; Manasye ayah Amon; Amon ayah Yosia; Yosia ayah Yekhonya dan saudara-saudaranya (dilahirkan pada waktu pembuangan ke Babel). Setelah masa pembuangan: Yekhonya ayah Sealtiel; Sealtiel ayah Zerubabel; Zerubabel ayah Abihud; Abihud ayah Elyakim; Elyakim ayah Azor; Azor ayah Zadok; Zadok ayah Akhim; Akhim ayah Eliud; Eliud ayah Eleazar; Eleazar ayah Matan; Matan ayah Yakub; Yakub ayah Yusuf, yaitu suami Maria, ibu Yesus Kristus (Mesias itu). Jadi ada empat belas keturunan dari Abraham sampai Raja Daud, empat belas keturunan dari Raja Daud sampai masa pembuangan, dan empat belas keturunan dari masa pembuangan sampai Kristus. Ini adalah fakta-fakta mengenai kelahiran Yesus Kristus: Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf. Namun, ketika ia masih gadis, ia mengandung oleh karena Roh Kudus. Yusuf adalah orang yang menaati hukum, tetapi karena tidak mau mencemarkan nama tunangannya di mata masyarakat, ia memutuskan untuk membatalkan pertunangan mereka secara diam-diam. Sementara ia memikirkan hal itu, ia bermimpi melihat malaikat. “Hai Yusuf, anak Daud,” kata malaikat itu, “janganlah engkau ragu-ragu memperistri Maria, karena anak yang dikandungnya itu dari Roh Kudus! Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau harus menamai anak itu Yesus (artinya ‘Juru Selamat’), sebab Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Semua itu terjadi supaya memenuhi apa yang dikatakan Tuhan melalui nabi Yesaya. “ ‘Dengarlah! Anak gadis itu akan mengandung! Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan Anak itu akan disebut “Imanuel” (artinya “Allah beserta kita”).’ ” Ketika Yusuf terbangun, ia berbuat seperti yang diamanatkan oleh malaikat itu. Ia mengambil Maria sebagai istrinya. Namun, Maria tetap gadis sampai ia melahirkan anaknya, lalu Yusuf menamai anak itu “Yesus”. Yesus dilahirkan di Kota Betlehem, di Yudea, pada masa pemerintahan Raja Herodes. Kira-kira pada waktu itu dari negeri di Timur datanglah beberapa orang ahli bintang ke Yerusalem. Mereka bertanya kepada orang-orang, “Di manakah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Bintangnya telah kami lihat di negeri Timur yang jauh, dan kami datang hendak menyembah Dia.” Pertanyaan mereka sangat menggelisahkan hati Raja Herodes dan tersiarlah desas-desus di seluruh Kota Yerusalem. Lalu Raja Herodes memanggil para pemimpin agama Yahudi untuk mengadakan rapat. “Apakah para nabi menyebutkan di mana Mesias akan dilahirkan?” ia bertanya. “Ya, di Betlehem,” jawab mereka, “karena Nabi Mikha menuliskan demikian: “ ‘Wahai Betlehem yang kecil, engkau bukanlah desa yang tidak penting di Yudea, karena dari dalam engkau akan bangkit seorang Pemimpin yang akan memerintah umat-Ku Israel.’ ” Kemudian Herodes menyampaikan pesan khusus kepada para ahli bintang itu supaya datang menjumpainya. Pada pertemuan itu Herodes mengetahui saat mereka untuk pertama kalinya melihat bintang itu. Kemudian ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke Betlehem dan carilah Anak itu. Apabila kalian sudah menemukan-Nya, kembalilah dan beritahukan kepadaku supaya aku juga dapat pergi menyembah Dia!” Setelah pertemuan itu para ahli bintang meneruskan perjalanan mereka. Bintang yang sudah mereka lihat di timur membimbing mereka ke Kota Betlehem. Bintang itu berhenti di atas rumah tempat Anak itu berada. Bukan main besarnya sukacita mereka! Mereka masuk ke rumah di mana terdapat Bayi itu dan Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka membuka kotak bingkisan mereka serta mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada-Nya. Namun, dalam perjalanan pulang ke negerinya mereka tidak melalui Yerusalem untuk memberikan laporan kepada Herodes, sebab dalam mimpi mereka diperingatkan oleh Allah agar pulang melalui jalan yang lain. Setelah mereka berangkat, seorang malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi. “Bangun dan larilah ke Mesir bersama-sama dengan Anak itu dan ibu-Nya,” kata malaikat itu, “dan tinggallah di sana sampai aku menyuruh engkau kembali, karena Raja Herodes sedang berusaha membunuh Anak itu.” Malam itu juga berangkatlah Yusuf ke Mesir dengan Maria serta Anaknya, dan tinggal di sana sampai Raja Herodes mati. Dengan demikian, terjadilah apa yang dikatakan Allah melalui nabi, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Herodes marah sekali ketika mengetahui bahwa para ahli bintang itu telah menipunya. Ia mengirimkan tentaranya ke Betlehem dengan perintah supaya membunuh setiap anak laki-laki yang berumur dua tahun ke bawah, baik yang tinggal di kota itu maupun di daerah sekitarnya. Hal itu dilakukannya sebab para ahli bintang itu telah memberitahukan kepadanya bahwa dua tahun sebelumnya mereka telah melihat bintang itu untuk pertama kalinya. Perbuatan Herodes yang sangat kejam itu sesuai dengan perkataan Nabi Yeremia: “Jeritan kesedihan terdengar di Rama, tangisan yang menyayat hati; Rahel menangisi anak-anaknya, hatinya tak terhiburkan, karena mereka sudah mati.” Sesudah Herodes mati, seorang malaikat Tuhan menampakkan diri dalam mimpi kepada Yusuf di Mesir. Malaikat itu berkata, “Bangun dan bawalah Anak itu serta ibu-Nya kembali ke Israel, karena yang berniat membunuh Anak itu sudah mati.” Maka Yusuf pun segera kembali ke Israel bersama Yesus dan Maria, ibu-Nya. Namun, dalam perjalanan Yusuf ketakutan ketika mendengar bahwa raja yang baru ialah Arkhelaus, anak Herodes. Kemudian dalam mimpi yang lain, ia diperingatkan agar jangan pergi ke Yudea. Karena itu, ia pun pergi ke Galilea, dan tinggal di Nazaret. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan nabi mengenai Mesias: “Ia akan disebut Orang Nazaret.” Ketika mereka masih tinggal di Nazaret, Yohanes Pembaptis mulai berkhotbah di padang gurun Yudea. Inti khotbah-khotbahnya ialah, “Tinggalkan dosa-dosamu. Berbaliklah kepada Allah, karena Kerajaan Surga sudah dekat.” Yohaneslah yang dimaksudkan oleh Nabi Yesaya ketika berabad-abad sebelumnya ia menulis: “Ada suara berseru-seru di padang gurun, ‘Siapkanlah jalan bagi Tuhan; luruskanlah jalan yang akan dilalui-Nya!’ ” Pakaian Yohanes terbuat dari bulu unta dan ia mengenakan ikat pinggang kulit; makanannya belalang dan madu hutan. Orang-orang dari Yerusalem dan dari seluruh daerah di sekitar Sungai Yordan, bahkan dari segala penjuru Yudea, pergi ke padang gurun untuk mendengarkan khotbahnya. Pada waktu mereka mengakui dosa, Yohanes membaptiskan mereka di Sungai Yordan. Namun, ketika melihat banyak orang Farisi dan Saduki datang untuk dibaptiskan, Yohanes menegur mereka secara terus terang. “Hai kalian keturunan ular!” katanya. “Siapa yang mengatakan bahwa kalian dapat terlepas dari murka Allah yang akan datang? Pergilah dan buktikan dahulu dengan cara hidup kalian bahwa kalian benar-benar sudah bertobat. Jangan kira kalian dapat berkata, ‘Kami selamat, sebab kami orang Yahudi keturunan Abraham.’ Hal itu tidak ada artinya, karena Allah dapat menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu gurun ini! “Bahkan sekarang pun kapak penghukuman sudah disiapkan di akar pohon untuk menebang setiap pohon yang tidak berbuah. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api. “Mereka yang bertobat dari dosa-dosanya kubaptiskan dengan air. Namun, Dia yang kalian tunggu akan datang. Membuka alas kaki-Nya pun aku ini tidak layak! Ia akan membaptiskan kalian dengan Roh Kudus dan dengan api. Ia akan memisahkan sekam dari gandum. Sekam akan dibakar dengan api yang tidak terpadamkan dan gandum akan disimpan dalam lumbung.” Kemudian Yesus meninggalkan Galilea dan pergi ke Sungai Yordan untuk dibaptiskan oleh Yohanes. Namun, Yohanes berusaha menolak permintaan-Nya. “Jangan! Saya tidak pantas,” katanya. “Sayalah yang harus dibaptiskan.” Namun, Yesus berkata, “Baptiskanlah Aku, karena kita harus melakukan segala yang benar.” Oleh karena itu, Yohanes pun membaptiskan Dia. Segera setelah Yesus dibaptiskan dan keluar dari air, langit terbuka dan Dia melihat Roh Allah turun ke atas-Nya dalam bentuk seekor burung merpati. Lalu terdengarlah suara dari langit yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Ia menyenangkan hati-Ku.” Kemudian Yesus dibawa oleh Roh Allah ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis. Selama empat puluh hari empat puluh malam Ia tidak makan apa-apa, sehingga Ia menjadi lapar sekali. Lalu Iblis mencobai Yesus dengan berkata, “Engkau Anak Allah, bukan? Kalau begitu, suruhlah batu-batu ini menjadi roti. “Itu akan membuktikan bahwa Engkau Anak Allah,” kata Iblis. Namun, Yesus berkata kepadanya, “Tidak! Karena Kitab Suci menyatakan, “ ‘Orang tidak hanya hidup dari roti saja. Yang wajib kita lakukan ialah menaati setiap firman Allah.’ ” Kemudian Iblis membawa Yesus ke atas atap Bait Allah di Yerusalem. “Loncatlah ke bawah,” katanya, “dan buktikan bahwa Engkau Anak Allah; karena Kitab Suci menyatakan, “ ‘Ia memerintahkan para malaikat-Nya untuk melindungi Engkau ke mana pun Engkau pergi. Mereka akan melindungi Engkau, supaya Engkau tidak terantuk pada batu-batu di jalan.’ ” Yesus menjawab, “Kitab Suci melarang kita mencobai Tuhan Allah.” Setelah itu Iblis membawa Yesus ke puncak gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya kerajaan-kerajaan di dunia ini dengan segala kemuliaannya. “Semua ini akan kuberikan kepada-Mu,” katanya, “asalkan Engkau mau berlutut dan menyembah aku.” “Pergi kau, Iblis!” kata Yesus, “Kitab Suci menyatakan, “ ‘Yang harus disembah hanyalah Tuhan Allah. Hanya Dialah yang harus ditaati.’ ” Kemudian Iblis pergi, dan malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Dengan demikian, terjadilah apa yang dikatakan Nabi Yesaya: “Di Tanah Zebulon dan di Tanah Naftali, di tepi danau, dan di daerah seberang Sungai Yordan, dan di Galilea, tempat tinggal orang-orang yang tidak mengenal Allah, orang-orang yang hidup dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar. Bagi semua orang yang hidup di lembah maut, Terang itu telah menyinari mereka.” Sejak saat itu, Yesus mulai berkhotbah, “Tinggalkan dosa-dosamu. Berbaliklah kepada Allah, karena Kerajaan Surga sudah dekat.” Pada suatu hari, Yesus sedang berjalan menyusur pantai di tepi Danau Galilea. Ia melihat dua orang kakak beradik—Simon, yang juga disebut Petrus, dan Andreas—dalam sebuah perahu sedang menjala ikan, karena mereka nelayan. Yesus memanggil, “Mari, ikutlah Aku! Aku akan menjadikan kalian penjala manusia!” Mereka segera meninggalkan jala mereka dan mengikuti Dia. Tidak jauh dari tempat itu Ia melihat dua orang kakak beradik yang lain, yaitu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Mereka sedang duduk dalam perahu memperbaiki jala bersama ayah mereka. Yesus memanggil mereka juga agar mengikuti Dia. Mereka segera berhenti bekerja, lalu meninggalkan ayah mereka dan mengikuti Dia. Yesus pergi ke seluruh Galilea mengajar di rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan mengabarkan Berita Kesukaan mengenai Kerajaan Surga. Ia menyembuhkan segala macam penyakit. Berita mengenai mukjizat-mukjizat-Nya tersiar jauh melampaui perbatasan Galilea, sampai ke seluruh Siria. Karena itu, banyak orang sakit dibawa kepada-Nya untuk disembuhkan. Apa pun penyakit dan penderitaan mereka—apakah mereka dirasuk oleh roh jahat, apakah gila atau lumpuh—semua disembuhkan-Nya. Ke mana pun Ia pergi, banyak sekali orang mengikuti-Nya—orang-orang dari Galilea, dari Dekapolis, dari Yerusalem, dari seluruh daerah Yudea, dan bahkan dari seberang Sungai Yordan. Pada suatu hari, ketika orang banyak datang berkumpul, Yesus naik ke sebuah bukit bersama murid-murid-Nya, lalu duduk dan mengajar mereka. Ia berkata kepada mereka, “Berbahagialah orang yang rendah hati, karena Kerajaan Surga akan menjadi milik mereka. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihiburkan. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena seluruh dunia yang luas ini akan menjadi milik mereka. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang baik dan berbelas kasihan, karena mereka akan dikasihani. Berbahagialah mereka yang tulus hati, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah mereka yang mengusahakan perdamaian, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang teraniaya demi kebenaran, karena Kerajaan Surga akan menjadi milik mereka. “Berbahagialah apabila kalian dicaci, difitnah, dan dianiaya karena menjadi pengikut-Ku. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena pahala yang tak ternilai telah tersedia bagi kalian di surga. Ingatlah, nabi-nabi pada zaman dahulu juga dianiaya. “Kalian adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, bagaimana dapat diasinkan kembali? Garam itu tidak berguna lagi, sehingga dibuang dan diinjak orang. Kalian adalah terang dunia, yang tampak kepada semua orang seperti sebuah kota di atas bukit bercahaya pada malam hari. “Janganlah salah paham mengenai kedatangan-Ku. Aku datang bukan untuk menghapuskan Hukum Musa dan pengajaran para nabi, melainkan untuk menggenapinya. Sesungguhnya Aku berkata: Selama langit dan bumi masih ada, tidak ada satu huruf atau goresan terkecil pun di dalam hukum Allah yang akan dibatalkan. Semuanya harus dipenuhi. Oleh karena itu, jika ada orang yang menghapuskan hukum yang terkecil sekalipun, dan mengajar orang lain berbuat demikian, maka ia akan menjadi yang terkecil dalam Kerajaan Surga. Namun, mereka yang mengajarkan hukum Allah dan menaatinya, akan menjadi besar dalam Kerajaan Surga. “Namun, ingatlah bahwa apabila kebenaran kalian tidak melebihi kebenaran orang Farisi dan para pemimpin Yahudi yang lain, kalian tidak akan masuk Kerajaan Surga. “Di bawah Hukum Musa berlaku peraturan: ‘Jika kamu membunuh, kamu harus mati.’ Namun, Aku berkata bahwa setiap orang yang marah kepada orang lain pantas dihukum. Setiap orang yang menyebut orang lain ‘tolol’, pantas diseret ke pengadilan. Setiap orang yang berkata kepada orang lain ‘Dasar bodoh!’, pantas dilemparkan ke dalam api neraka. “Jadi, apabila kalian sedang berdiri di hadapan mazbah Bait Allah untuk mempersembahkan kurban kepada Allah, dan tiba-tiba teringat bahwa ada seorang teman yang merasa sakit hati terhadap kalian, tinggalkanlah kurban itu di sisi mazbah dan pergilah minta maaf kepadanya dan berbaik lagi dengan dia. Setelah itu barulah kembali untuk mempersembahkan kurban kepada Allah. Berdamailah dengan musuh kalian selama masih di perjalanan, sebelum kalian diseret ke hadapan hakim dan hakim itu menyerahkan kalian kepada pengawal serta memasukkan kalian ke dalam penjara. Kalau itu terjadi, kalian tidak akan dibebaskan sebelum utang kalian dilunasi. “Hukum Musa menyatakan, ‘Jangan kamu berzina.’ Namun, Aku berkata: Apabila seseorang memandang seorang perempuan dan timbul nafsu berahinya, maka ia sudah berzina dengan perempuan itu di dalam hatinya. Jadi, apabila mata kalian menyebabkan kalian berdosa, cungkil dan buanglah mata itu. Lebih baik kehilangan satu anggota tubuh daripada seluruh tubuh kalian dilemparkan ke dalam neraka. Juga, apabila tangan kalian menyebabkan kalian berdosa, potong dan buanglah tangan itu. Lebih baik kehilangan satu anggota tubuh daripada seluruh tubuh kalian dilemparkan ke dalam neraka. “Hukum Musa mengatakan, ‘Apabila seseorang ingin menyingkirkan istrinya, ia dapat menceraikannya hanya dengan memberikan surat cerai kepadanya.’ Namun, Aku berkata bahwa orang yang menceraikan istrinya kecuali karena perzinaan, menyebabkan istrinya berzina kalau istrinya itu kawin lagi, dan orang yang mengawininya juga berbuat zina. “Selanjutnya Hukum Musa mengatakan, ‘Jangan kamu melanggar sumpahmu kepada Allah, melainkan kamu harus menepati semuanya.’ Namun, Aku berkata: Jangan sekali-kali bersumpah! Sekalipun kalian hanya mengatakan ‘Demi langit!’, itu sudah merupakan sumpah di hadapan Allah, karena surga adalah takhta-Nya. Apabila kalian mengatakan ‘Demi bumi!’, itu juga merupakan sumpah, sebab bumi adalah alas kaki Allah. Jangan juga bersumpah ‘Demi Yerusalem!’, sebab Yerusalem adalah kota Raja Besar. Bahkan jangan bersumpah ‘Demi kepalaku!’, sebab kalian tidak dapat mengubah sehelai rambut pun menjadi putih atau hitam. Katakan saja ‘Ya’ atau ‘Tidak’. Itu sudah cukup. Perkataan apa pun selain dari itu, berasal dari si Jahat. “Hukum Musa mengatakan, ‘Utang mata bayar mata, utang gigi bayar gigi.’ Namun, Aku berkata: Jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu! Apabila orang menampar pipi kalian, biarkanlah dia menampar pipi yang sebelah lagi. Apabila kalian diadukan ke pengadilan dan baju kalian dirampas, berikanlah juga jubah kalian. Apabila orang memaksa kalian membawa barangnya sejauh satu kilometer, bawakanlah barang itu sejauh dua kilometer. Berilah kepada mereka yang meminta, dan jangan menutup telinga terhadap orang yang mau meminjam. “Kalian telah mendengar orang berkata, ‘Kasihilah temanmu dan bencilah musuhmu.’ Namun, Aku berkata: Kasihilah musuh-musuh kalian! Berdoalah bagi orang yang menganiaya kalian! Dengan demikian kalian sungguh-sungguh berlaku sebagai anak-anak Bapa yang di surga. Karena Ia membiarkan matahari-Nya bersinar bagi yang baik maupun yang jahat, dan menurunkan hujan bagi yang benar dan yang tidak benar. Apabila kalian hanya mengasihi orang yang mengasihi kalian, apa kelebihannya? Penjahat pun berbuat demikian. Apabila kalian bersikap ramah hanya kepada teman-teman, apa bedanya dengan orang lain? Orang kafir pun berbuat demikian. Kalian harus sempurna, sama seperti Bapa yang di surga juga sempurna.” “ Ingat! Jangan berbuat baik di hadapan umum supaya dikagumi orang, karena dengan demikian kalian akan kehilangan pahala dari Bapa yang di surga. Apabila kalian memberi sedekah kepada pengemis, janganlah digembar-gemborkan seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di jalan-jalan supaya perbuatan amal mereka diperhatikan orang! Sesungguhnya Kukatakan bahwa hanya itulah pahala yang mereka terima. Apabila kalian berbuat baik terhadap orang, lakukanlah dengan diam-diam. Janganlah tangan kiri mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanan. Dengan demikian, kalian akan mendapat pahala dari Bapa kalian di surga yang mengetahui segala rahasia. “Selanjutnya mengenai doa. Apabila kalian berdoa, janganlah berbuat seperti orang munafik yang berpura-pura saleh. Mereka berdoa di hadapan umum dan di rumah-rumah ibadat supaya setiap orang dapat melihat mereka. Sesungguhnya hanya itulah pahala yang akan mereka terima. Apabila kalian berdoa, masuklah ke dalam kamar, kuncilah pintu. Berdoalah secara diam-diam kepada Bapa yang di surga, maka Bapa yang mengetahui segala rahasia akan memberi kalian pahala. “Berdoalah begini: “ ‘Bapa kami yang di surga, kiranya nama-Mu yang kudus itu dihormati; datanglah Kerajaan-Mu. Semoga kehendak-Mu terlaksana di bumi ini sama seperti di surga. Berilah kami untuk hari ini makanan yang kami perlukan, dan ampunilah dosa kami, seperti kami sudah mengampuni mereka yang bersalah kepada kami. Janganlah biarkan kami menyerah pada godaan, tetapi lepaskanlah kami dari si Jahat. [Karena Engkaulah yang memiliki kerajaan, kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]’ “Apabila kalian berpuasa, janganlah kelihatan lesu seperti yang dilakukan orang munafik. Mereka menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka berpuasa supaya dikagumi. Sesungguhnya Kukatakan, hanya itulah pahala yang akan mereka peroleh. Apabila kalian berpuasa, cucilah mukamu dan sisirlah rambutmu, supaya tidak ada orang yang mengetahui bahwa kalian lapar, kecuali Bapa kalian yang mengetahui segala rahasia. Ia akan memberi kalian pahala.” “Janganlah kalian menimbun harta benda di bumi ini, karena harta di bumi mungkin rusak atau dicuri orang. Simpanlah harta kalian di surga, karena di sana tidak ada yang akan merusakkannya atau mencurinya. Di mana harta kalian berada, di situ jugalah hati kalian. “Mata adalah cahaya tubuhmu. Jika mata kalian baik, maka tubuh kalian akan berseri. Namun, jika mata kalian jahat, maka kalian berada dalam kegelapan rohani. Kegelapan itu dapat menjadi pekat sekali! “Tidak ada seorang pun yang dapat melayani dua majikan. Kalian akan membenci yang seorang dan setia kepada yang lain, atau mengagumi yang seorang dan memandang rendah yang lain. Tidak mungkin kalian menjadi hamba Allah sekaligus menjadi hamba uang. “Jadi, nasihat-Ku ialah: Jangan kalian khawatir akan benda—makanan, minuman, dan pakaian. Bukankah hidup ini lebih penting daripada makanan dan pakaian. Lihat burung-burung! Mereka tidak khawatir tentang apa yang akan mereka makan. Mereka tidak perlu menabur atau menuai atau menimbun makanan, karena Bapa yang di surga memberi mereka makan. Bagi Dia kalian jauh lebih berharga daripada burung-burung itu. Dapatkah segala kekhawatiran itu memperpanjang umur kalian biarpun sedikit? “Mengapa kalian khawatir akan pakaian? Lihatlah bunga-bunga di padang! Mereka tidak khawatir akan pakaian mereka. Namun, Raja Salomo dengan segala kemuliaannya pun tidak berpakaian seindah mereka. Jika Allah sedemikian memedulikan bunga-bunga yang hari ini mekar dan besok layu, bukankah pasti Ia akan memedulikan kalian, hai orang yang kurang percaya? Ia akan mencukupi segala kebutuhan kalian dari hari ke hari, jika kalian mengutamakan Kerajaan Allah dan hidup menurut kehendak-Nya. “Jadi, jangan khawatir akan hari esok! Esok pun Allah akan memelihara kalian. Hari ini cukup banyak kesusahan yang harus kalian pikirkan.” “ Jangan mencari kesalahan dan mencela orang lain, maka Allah juga tidak akan melakukannya kepada kalian. Karena Allah akan memperlakukan kalian sesuai dengan kalian memperlakukan orang lain. Ukuran yang kalian gunakan untuk mengukur orang-orang lain, akan diukurkan kepada kalian. Mengapa kalian peduli akan selumbar dalam mata saudara kalian, sedangkan dalam mata sendiri terdapat balok? Patutkah kalian berkata, ‘Biarlah saya menolong mengeluarkan selumbar itu dari matamu,’ sedangkan kalian tidak dapat melihat karena ada balok dalam mata kalian? Hai orang munafik! Singkirkan dahulu balok itu, barulah kalian dapat melihat untuk menolong saudara kalian. “Yang suci jangan kalian berikan kepada orang-orang yang najis. Mutiara jangan kalian berikan kepada babi! Babi akan menginjak-injak mutiara itu, lalu berbalik menyerang kalian. “Mintalah, maka kalian akan diberi. Carilah, maka kalian akan menemukan. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan. Karena yang meminta akan menerima. Yang mencari akan menemukan. Asal kalian mau mengetuk, pintu akan dibukakan. Jika seorang anak minta roti kepada ayahnya, apakah ia akan diberi batu? Jika ia minta ikan, apakah ia akan diberi ular berbisa? Tentu saja tidak! Dan jika kalian orang-orang yang berdosa, memberikan kepada anak-anak kalian apa yang mereka perlukan, apalagi Bapa yang di surga. Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. “Lakukanlah bagi orang lain apa yang kalian ingin supaya dilakukan orang bagi kalian. Inilah pengajaran Hukum Musa secara singkat.” “Hanya melalui pintu yang sempit kita dapat masuk surga! Jalan menuju neraka memang lebar, dan pintunya cukup besar untuk semua orang yang memilih jalan mudah. Namun, Pintu yang menuju Kehidupan itu kecil, sedangkan jalannya juga sempit, dan hanya sedikit yang dapat menemukannya. “Berhati-hatilah terhadap guru-guru palsu yang menyamar sebagai domba, padahal sebenarnya mereka serigala yang akan merobek-robek kalian. Mereka dapat dikenali dari kelakuan mereka, sama seperti sebatang pohon dapat dikenali dari buah yang dihasilkannya. Kalian tidak akan keliru membedakan pohon anggur atau pohon ara dari semak duri. Jenis pohon dapat dikenali dari buahnya. Jenis pohon yang menghasilkan buah yang lezat tidak akan menghasilkan buah yang tidak dapat dimakan. Demikian juga pohon yang menghasilkan buah yang tidak dapat dimakan tidak akan menghasilkan buah yang lezat. Jadi, pohon yang menghasilkan buah yang tidak dapat dimakan akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Memang cara mengenali pohon atau orang ialah dari buah yang dihasilkannya. “Tidak semua orang yang memanggil Aku ‘Tuhan’ akan masuk surga. Yang menentukan ialah apakah mereka taat kepada Bapa-Ku yang di surga atau tidak. Pada Hari Pengadilan, banyak orang akan berkata kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan, kami bernubuat atas nama-Mu, dan dalam nama-Mu mengusir roh-roh jahat serta membuat banyak mukjizat.’ Tetapi Aku akan menjawab, ‘Aku tidak pernah mengenal kalian. Pergilah dari hadapan-Ku! Kalian telah menginjak-injak perintah-Ku.’ “Semua orang yang mendengar petunjuk-petunjuk-Ku dan menaatinya, mereka bijaksana seperti orang yang membangun rumah di atas batu yang kokoh. Walaupun hujan turun dengan lebat dan banjir melanda serta angin topan menghantam rumahnya, rumah itu tidak akan runtuh. “Sedangkan mereka yang mendengar petunjuk-petunjuk-Ku, tetapi tidak memedulikannya, mereka itu bodoh seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Karena, apabila hujan turun dan banjir melanda serta angin topan menghantam rumahnya, rumah itu akan runtuh dan hancur berantakan.” Orang banyak itu takjub mendengar pengajaran Yesus, karena Ia mengajar dengan penuh kuasa, berbeda sekali dengan guru-guru agama. Banyak sekali orang mengikuti Yesus ketika Ia menuruni lereng bukit itu. Lihatlah! Seorang penderita kusta datang menghampiri. Ia berlutut di hadapan Yesus sambil menyembah serta berkata, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menyembuhkan saya.” Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu. “Aku mau,” kata-Nya. “Sembuhlah engkau!” Seketika itu juga hilanglah penyakit kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya, “Jangan kauceritakan hal ini kepada siapa pun juga, melainkan langsung pergi periksakan dirimu kepada imam. Bawalah persembahan yang diwajibkan oleh Hukum Musa bagi penderita kusta yang telah sembuh, untuk membuktikan kepada semua orang bahwa engkau telah sembuh.” “Baiklah,” kata Yesus, “Aku akan datang menyembuhkan dia.” Yesus heran mendengar kata-kata itu. Ia berpaling kepada orang banyak dan berkata, “Di seluruh Tanah Israel belum pernah Aku mendapati iman seperti ini! Dan Kuberitahukan kepada kalian, bahwa banyak sekali orang bukan Yahudi (seperti perwira Romawi ini), akan datang dari segala penjuru dunia dan duduk di dalam Kerajaan Surga bersama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Sedangkan banyak sekali orang Israel akan dilemparkan ke dalam kegelapan, di sana akan terdengar tangisan dan kertakan gigi, padahal Kerajaan Surga sebenarnya disediakan bagi mereka.” Lalu Yesus berkata kepada perwira Romawi itu, “Pulanglah! Apa yang engkau percayai itu sudah terjadi!” Dan pada saat itu juga pelayannya sembuh. Yesus tiba di rumah Petrus dan mendapati ibu mertua Petrus terbaring di tempat tidur karena demam. Ketika Yesus menjamah tangannya, hilanglah demamnya. Lalu ia bangkit dan menyiapkan makanan bagi mereka! Pada petang itu beberapa orang yang dirasuk setan dibawa kepada Yesus. Dengan sepatah kata saja Yesus mengusir semua setan itu, dan semua orang sakit disembuhkan. Ini menggenapi nubuat Nabi Yesaya: “Ia mengambil segala kelemahan kita, dan menanggung segala penyakit kita.” Ketika Yesus melihat bahwa orang yang mengerumuni-Nya semakin banyak, Ia menyuruh murid-murid-Nya bersiap-siap untuk pergi ke seberang danau. Ketika itu seorang guru agama Yahudi berkata kepada-Nya, “Saya akan mengikut Guru, ke mana pun Engkau pergi!” Yesus berkata kepadanya, “Serigala mempunyai lubang dan burung mempunyai sarang, tetapi Aku, Anak Manusia, tidak mempunyai tempat tinggal bahkan untuk meletakkan kepala.” Salah seorang murid berkata, “Tuhan, saya mau menguburkan ayah saya terlebih dahulu.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku sekarang juga! Biarlah mereka yang mati (secara rohani) mengurus orang-orang mereka yang mati.” Kemudian Ia naik ke dalam sebuah perahu dan mulai menyeberangi danau itu bersama dengan murid-murid-Nya. Tiba-tiba datanglah badai yang hebat sekali, dan ombak menjadi lebih tinggi daripada perahu itu. Tetapi Yesus sedang tidur. Para murid menghampiri dan membangunkan Dia serta berseru, “Tuhan, tolonglah, kita akan tenggelam!” Yesus menjawab, “Hai kalian yang kurang beriman! Mengapa kalian begitu takut?” Lalu Ia berdiri dan menghardik angin dan ombak itu. Badai pun reda dan keadaan menjadi tenang. Para murid terduduk saja di situ, heran dan takjub! “Siapakah sebenarnya Orang ini,” mereka bertanya-tanya, “sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Ketika mereka tiba di daerah Gadara di seberang danau, dua orang yang dirasuk roh jahat menemui Yesus. Mereka tinggal di pekuburan. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak ada orang yang berani melintasi tempat itu. Mereka berteriak kepada-Nya. “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Sekarang Engkau belum berhak menyiksa kami.” Tidak jauh dari situ terdapat kawanan babi sedang makan. Roh-roh jahat itu berkata, “Jika Engkau mengusir kami, biarkanlah kami masuk ke dalam kawanan babi itu.” Yesus berkata kepada mereka, “Baik, pergilah!” Lalu mereka keluar dari orang itu dan masuk ke dalam babi-babi itu. Semua babi itu terjun dari tebing ke dalam danau dan mati tenggelam. Penjaga-penjaga babi itu lari ke kota yang terdekat dan menceritakan apa yang telah terjadi. Segenap penduduk bergegas-gegas datang kepada Yesus, dan mendesak supaya Ia pergi meninggalkan mereka. Karena itu, Yesus naik ke dalam sebuah perahu serta menyeberangi danau menuju ke Kapernaum, kampung halaman-Nya sendiri. Beberapa orang membawa kepada-Nya seorang laki-laki lumpuh di atas sebuah kasur. Ketika Yesus melihat iman mereka, Ia berkata kepada orang yang sakit itu, “Jangan sedih, anak-Ku, dosamu sudah diampunkan!” “Ini hujat namanya! Orang ini berbuat seolah-olah Dialah Allah” kata beberapa orang pemimpin agama dalam hatinya. Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu bertanya, “Mengapa kalian mempunyai pikiran yang sejahat itu? Orang itu bangun, lalu pergi. Ketika menyaksikan hal itu, orang banyak diliputi rasa takut dan gentar. Betapa mereka memuji-muji Allah yang telah memberikan kuasa seperti itu kepada manusia! Setelah Yesus meninggalkan tempat itu, Ia melihat seorang pemungut pajak bernama Matius sedang duduk di rumah cukai. “Mari, jadilah murid-Ku,” kata Yesus kepadanya. Matius segera berdiri dan mengikut Dia. Kemudian, ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan di rumah Matius, banyak pemungut cukai dan orang-orang bereputasi buruk lainnya datang serta makan bersama Dia dan murid-murid-Nya. Orang-orang Farisi marah sekali melihat kejadian itu. Mereka berkata kepada murid-murid Yesus, “Mengapa guru kalian bergaul dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa?” Yesus menjawab, “Orang sakitlah yang memerlukan dokter, bukan yang sehat!” Kemudian Ia menambahkan, “Pergi dan pelajarilah arti ayat Kitab Suci ini, “ ‘Bukan kurban dan persembahan yang Aku ingini, melainkan Aku ingin supaya kamu berbelas kasihan.’ “Aku datang ke dunia ini bukan untuk orang-orang yang benar, melainkan untuk orang-orang yang berdosa, untuk mengajak mereka kembali kepada Allah.” Pada suatu hari murid-murid Yohanes Pembaptis datang kepada Yesus dan bertanya, “Mengapa murid-murid Guru tidak berpuasa seperti kami dan orang-orang Farisi?” “Haruskah sahabat-sahabat pengantin laki-laki bersedih hati waktu pengantin itu masih ada bersama-sama dengan mereka?” tanya Yesus. “Tetapi akan tiba saatnya pengantin laki-laki itu diambil dari antara mereka. Setelah itu barulah mereka akan berpuasa. “Siapakah yang akan menambal pakaian tua dengan secarik kain baru yang belum mengerut? Karena tambalan itu akan segera lepas dan meninggalkan lubang yang lebih besar lagi. Dan siapakah yang akan menyimpan anggur yang baru dalam kantong kulit yang tua? Karena anggur itu akan memecahkan kantong, sehingga kantongnya rusak dan anggur pun tumpah. Anggur yang baru disimpan dalam kantong yang baru yang digunakan. Dengan demikian maka kedua-duanya akan terpelihara.” Ketika Ia sedang berkata demikian, seorang pejabat rumah ibadat setempat datang dan menyembah Dia, katanya, “Putri saya baru saja mati, tetapi Guru dapat menghidupkannya kembali, asal saja Guru mau datang dan menjamahnya.” Ketika Yesus dan para murid sedang menuju ke rumah pejabat itu, seorang wanita yang sudah selama dua belas tahun menderita pendarahan mendekati Yesus dari belakang lalu menyentuh tepi jubah-Nya. Karena wanita itu berpikir, “Kalau aku dapat menyentuh jubah-Nya, pasti aku sembuh.” Yesus menoleh dan berkata kepadanya, “Anak-Ku, engkau sudah sembuh. Imanmu telah menyembuhkan engkau.” Dan sejak saat itu sembuhlah wanita itu. Ketika Yesus tiba di rumah pejabat itu, dan melihat orang banyak yang sedang ribut dan mendengar tabuh-tabuhan orang berkabung, Ia berkata, “Suruhlah mereka keluar, karena anak ini tidak mati; ia hanya tidur!” Orang banyak mengejek Dia! Setelah orang banyak itu keluar semua, Yesus masuk ke dalam ruang tempat anak itu terbaring, lalu memegang tangannya. Anak itu bangun dalam keadaan sehat. Cerita mengenai mukjizat ini segera tersiar ke seluruh daerah. Ketika Yesus meninggalkan rumah anak itu, dua orang buta mengikuti Dia dari belakang sambil berseru, “Anak Daud, kasihanilah kami!” Mereka langsung memasuki rumah tempat Yesus tinggal dan Ia pun bertanya kepada mereka, “Percayakah kalian bahwa penglihatan kalian dapat Kupulihkan?” “Ya Tuhan, kami percaya,” jawab mereka. Lalu Ia menjamah mata mereka dan berkata, “Biarlah yang kalian percayai itu terjadi.” Mendadak mereka dapat melihat! Yesus minta dengan sangat agar mereka tidak menceritakan kejadian itu kepada orang lain, tetapi mereka malah memasyhurkan Dia di seluruh daerah itu. Ketika meninggalkan tempat itu, Yesus bertemu dengan orang yang bisu karena dirasuk roh jahat. Yesus mengusir roh jahat itu, lalu orang itu pun dapat berbicara. Orang banyak menjadi heran sekali! “Belum pernah kami melihat kejadian seperti ini di Israel!” kata mereka. Namun, orang Farisi berkata, “Ia dapat mengusir roh-roh jahat, karena Ia sendiri dirasuk roh jahat. Ia dikuasai oleh Iblis, raja segala roh jahat.” Yesus pergi ke kota-kota dan kampung-kampung di daerah itu. Ia mengajar di rumah-rumah ibadat orang Yahudi serta mengabarkan Berita Kesukaan mengenai Kerajaan Allah. Ke mana pun Ia pergi, Ia menyembuhkan orang dari segala macam penyakit. Ia merasa kasihan sekali terhadap orang banyak yang datang, sebab persoalan mereka begitu sulit dan mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan atau ke mana mereka harus mencari pertolongan. Mereka seperti domba yang tidak bergembala. “Tuaian begitu banyak, tetapi yang menuai sedikit sekali,” kata-Nya kepada para murid-Nya. “Mintalah kepada Tuhan yang empunya tuaian agar mengirimkan lebih banyak penuai di ladang-Nya.” Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan berbagai penyakit dan cacat tubuh. Yesus mengutus mereka dengan perintah sebagai berikut: “Jangan pergi kepada orang bukan Yahudi atau orang Samaria, melainkan hanya kepada orang Israel, domba-domba Allah yang sesat. Pergilah dan beritahukan kepada mereka bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah yang sakit, bangkitkan yang mati, tahirkan yang kusta, dan usirlah setan. Dengan cuma-cuma kalian menerima, berikanlah dengan cuma-cuma pula. “Jangan membawa uang. Juga jangan membawa tas, pakaian atau sepatu cadangan, atau sebatang tongkat sekalipun; karena seorang pekerja layak mendapatkan makanannya. Apabila kalian memasuki kota atau desa, carilah seseorang yang saleh dan tinggallah di rumahnya sampai kalian meninggalkan tempat itu menuju ke tempat yang lain. Apabila kalian masuk rumah orang, katakanlah, ‘Semoga Allah memberi damai sejahtera kepadamu!’ Jika ternyata keluarga itu layak, damai sejahtera kalian menyertai mereka; jika tidak layak, damai sejahtera itu kembali kepada kalian. “Apabila ada kota atau keluarga yang tidak menyambut kalian, kebaskanlah debu dari kaki kalian sebelum meninggalkan tempat itu. Sesungguhnyalah, pada Hari Penghakiman hukuman Kota Sodom dan Kota Gomora yang jahat itu tidak akan seberat hukuman yang dijatuhkan ke atas mereka. “Aku mengutus kalian seperti domba ke tengah-tengah serigala. Hendaklah kalian cerdik seperti ular dan tulus hati seperti burung merpati. Tetapi waspadalah! Kalian akan ditangkap dan diadili, serta dicambuki di rumah-rumah ibadat. Sesungguhnyalah, kalian akan diadili di hadapan para gubernur dan raja-raja oleh karena Aku. Itulah kesempatan kalian untuk bersaksi tentang Aku kepada mereka dan dunia ini. “Apabila kalian ditangkap, jangan khawatir akan apa yang akan kalian katakan di hadapan pengadilan, karena kalian akan diberi kata-kata yang tepat pada waktunya. Karena yang akan berbicara bukan kalian, melainkan Roh Bapa yang di surgalah yang akan berbicara dengan perantaraan kalian! “Orang akan mengkhianati saudaranya sendiri sehingga saudaranya itu terbunuh, dan bapak akan mengkhianati anak-anaknya. Anak-anak akan melawan orang tua mereka dan menyebabkan kematian mereka. Setiap orang akan membenci kalian, sebab kalian adalah milik-Ku. Tetapi semua yang tahan sampai akhir akan diselamatkan. “Jika di dalam satu kota kalian dianiaya, larilah ke kota yang lain! Aku akan kembali sebelum semua kota itu kalian datangi. Seorang murid tidak melebihi gurunya. Seorang pelayan tidak melebihi majikannya. Murid senasib dengan gurunya. Pelayan senasib dengan majikannya. Dan oleh karena Aku, sebagai kepala keluarga, pernah dipanggil ‘Iblis’, apalagi kalian! Tetapi janganlah takut akan mereka yang mengancam kalian! Akan tiba saatnya apa yang tersembunyi akan diungkapkan, dan apa yang dirahasiakan akan diketahui. “Apa yang sekarang Kuberitahukan kepada kalian di dalam gelap, siarkanlah ke segala penjuru di dalam terang. Apa yang Kubisikkan ke telinga kalian, serukanlah dari atas atap rumah! “Janganlah takut akan mereka yang hanya dapat membunuh tubuh, tetapi tidak dapat menyentuh jiwa! Takutlah hanya kepada Allah yang dapat membinasakan jiwa maupun tubuh di dalam api neraka. Tidak seekor pun burung pipit dapat jatuh ke tanah tanpa setahu Bapa kalian, padahal berapa sih harga burung pipit? Bukankah dua ekor hanya seduit? Rambut di kepala kalian pun diketahui jumlahnya. Jadi, jangan khawatir! Bagi Dia kalian lebih berharga daripada sekawan burung pipit. “Siapa pun yang mengakui Aku sebagai Tuhannya di depan umum, maka Aku akan mengakui dia sebagai milik-Ku di hadapan Bapa-Ku di surga. Tetapi siapa pun yang menyangkal Aku di depan umum, maka secara terang-terangan Aku akan menyangkal dia di hadapan Bapa-Ku di surga. Jangan mengira bahwa Aku datang ke bumi membawa damai! Bukan, melainkan Aku datang membawa pedang. “ ‘Aku datang untuk memisahkan anak laki-laki dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari mertuanya. Musuh yang paling besar akan terdapat di tengah-tengah keluarga sendiri!’ ” Jika kalian mengasihi ayah atau ibu lebih daripada Aku, kalian tidak layak menjadi milik-Ku; atau jika kalian mengasihi anak laki-laki atau anak perempuan lebih daripada Aku, kalian tidak layak menjadi milik-Ku. Jika kalian tidak mau memikul salib dan mengikut Aku, kalian tidak layak menjadi milik-Ku. “Jika kalian mempertahankan nyawa, kalian akan kehilangan nyawa; tetapi jika kalian kehilangan nyawa karena Aku, kalian akan memperolehnya. “Mereka yang menyambut kalian berarti menyambut Aku. Dan jika mereka menyambut Aku, mereka menyambut Allah yang mengutus Aku. Jika kalian menyambut seorang nabi sebab dia adalah hamba Allah, kalian akan mendapat pahala yang sama seperti yang diterima oleh seorang nabi. Dan jika kalian menyambut orang yang baik dan saleh oleh sebab kesalehannya, kalian akan diberi pahala yang sama seperti yang diberikan kepada mereka. “Dan jika kalian memberikan hanya secangkir air putih kepada salah satu murid-Ku yang paling rendah, Aku berkata dengan sesungguhnya bahwa kalian akan diberi pahala!” Ketika Yesus selesai memberikan petunjuk-petunjuk kepada para murid-Nya, Ia pergi berkhotbah ke kota-kota yang telah direncanakan akan dikunjungi murid-murid-Nya. Yohanes Pembaptis, yang pada waktu itu sedang dipenjarakan, mendengar mengenai semua mukjizat yang dilakukan oleh Mesias. Karena itu, ia mengutus beberapa muridnya untuk bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau ini Mesias yang kami nanti-nantikan atau apakah kami harus menanti lebih lama lagi?” Yesus berkata kepada mereka, “Kembalilah kepada Yohanes dan ceritakan kepadanya segala mukjizat yang kalian lihat Kulakukan, yang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat berjalan, yang berpenyakit kusta disembuhkan, yang tuli dapat mendengar, dan yang mati dihidupkan kembali. Katakan kepadanya bahwa Berita Kesukaan dikabarkan kepada orang-orang miskin. Kemudian sampaikanlah kepadanya pesan ini, ‘Berbahagialah mereka yang tidak meragukan Aku.’ ” Ketika murid-murid Yohanes sudah pergi, Yesus mulai berbicara kepada orang banyak mengenai Yohanes. “Pada waktu kalian pergi ke padang gurun, apa yang ingin kalian lihat? Rumput yang ditiup anginkah? Apakah kalian mendapati dia berpakaian mahal? Tidak! Orang yang berpakaian mewah hidup di dalam istana. Apakah kalian menjumpai seorang nabi? Benar! Bahkan lebih daripada seorang nabi. Sebab dialah yang disebutkan dalam Kitab Suci: “ ‘Aku akan menyuruh utusan-Ku mendahului Aku untuk memberitakan kedatangan-Ku dan mempersiapkan orang banyak untuk menerima Aku.’ “Sesungguhnyalah, di antara orang yang pernah dilahirkan tidak ada lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Walaupun begitu, yang terkecil di dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada dia. Dan sejak Yohanes Pembaptis mulai berkhotbah dan membaptiskan sampai sekarang ini, banyak orang berbondong-bondong menuju Kerajaan Surga, karena Mesias telah dinubuatkan dalam Kitab Taurat dan kitab para nabi. Jika kalian sungguh-sungguh ingin mengetahui apa yang Kumaksudkan, Yohanes Pembaptis ialah Elia, yang oleh para nabi dikatakan akan datang (pada saat Kerajaan itu dimulai). Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan! “Apa yang harus Kukatakan mengenai bangsa ini? Kalian seperti anak-anak kecil yang sedang bermain, yang berkata kepada teman-temannya, “ ‘Kami bermain pengantin-pengantinan, tetapi kalian tidak bergembira, jadi kami bermain seolah-olah sedang mengadakan upacara penguburan, tetapi kalian tidak bersedih.’ Karena Yohanes Pembaptis sama sekali tidak minum anggur dan sering tidak makan, dan kalian berkata, ‘Dia kerasukan roh jahat.’ Sedangkan Aku, Anak Manusia, makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Alangkah rakusnya Dia! Lagipula Ia peminum! Ia berkawan dengan pemungut cukai dan orang-orang bereputasi buruk lainnya!’ Meskipun begitu, kebijaksanaan Allah terbukti benar melalui hasil-hasilnya.” Kemudian Yesus mulai mengecam kota-kota, di mana Ia paling banyak mengadakan mukjizat, sebab mereka belum juga mau berpaling kepada Allah. “Celakalah engkau, hai Khorazim dan celakalah engkau, hai Betsaida! Karena seandainya mukjizat-mukjizat yang Kulakukan bagimu itu dilakukan di Kota Tirus dan Sidon yang jahat, maka penduduknya pasti sudah lama bertobat dengan mengenakan pakaian berkabung dan menaruh abu di atas kepala mereka. Sesungguhnyalah, pada Hari Penghakiman kelak hukuman Tirus dan Sidon tidak akan seberat hukumanmu. Dan engkau Kapernaum, apa yang harus Kukatakan tentang engkau? Apakah engkau akan ditinggikan ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan ke neraka. Karena seandainya mukjizat-mukjizat yang Kulakukan di dalammu itu dilakukan di Sodom, maka kota itu pasti masih ada sekarang. Sesungguhnyalah, pada Hari Penghakiman hukuman Sodom tidak akan seberat hukumanmu.” Dan Yesus memanjatkan doa sebagai berikut: “Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, terima kasih karena Engkau menyembunyikan kebenaran dari mereka yang bijak dan berpendidikan, dan menyatakannya kepada orang-orang yang percaya seperti anak-anak kecil. Ya Bapa, itulah kehendak-Mu. “Segala sesuatu sudah dipercayakan kepada-Ku oleh Bapa-Ku. Tidak seorang mengenal Anak kecuali Bapa, dan tidak ada yang mengenal Bapa kecuali Anak dan orang-orang kepada siapa Anak itu menyatakan Dia. Datanglah kepada-Ku, hai sekalian yang lelah dan berbeban berat, maka Aku akan memberi kalian kelepasan. Pada suatu hari Yesus bersama-sama dengan murid-murid-Nya sedang berjalan melalui ladang gandum. Hari itu hari Sabat, hari istirahat orang Yahudi. Karena merasa lapar, murid-murid-Nya memetik bulir-bulir gandum, lalu memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi melihat mereka berbuat demikian dan mengadukannya kepada Yesus, “Murid-murid-Mu melanggar hukum. Mereka menuai pada hari Sabat.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Belum pernahkah kalian membaca mengenai apa yang dilakukan oleh Raja Daud, ketika ia dan para pengikutnya merasa lapar? Ia memasuki Bait Allah dan mereka memakan roti yang sebenarnya hanya boleh dimakan oleh para imam. Mereka juga melanggar Hukum Taurat. Dan belum pernahkah kalian membaca di dalam Hukum Musa, bahwa para imam yang bertugas di dalam Bait Allah boleh bekerja pada Hari Sabat? Sesungguhnyalah, di sini ada Orang yang jauh lebih besar daripada Bait Allah. Tetapi seandainya kalian tahu arti ayat Kitab Suci ini, ‘Bukan kurban dan persembahan yang Aku ingini, melainkan Aku ingin supaya kamu berbelas kasihan’, maka kalian tidak akan menyalahkan mereka yang tidak bersalah! Karena Aku, Anak Manusia, adalah Tuhan, bahkan atas hari Sabat.” Kemudian Ia pergi ke rumah ibadat orang Yahudi. Di situ Ia melihat orang yang tangannya cacat. Orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus, “Apakah boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Mereka berharap Ia akan mengatakan “Boleh”, supaya mereka dapat menangkap Dia. Yesus menjawab, “Jika kalian mempunyai seekor domba, dan pada hari Sabat domba itu jatuh ke dalam lubang, bukankah kalian akan bekerja mengeluarkan domba itu pada hari itu juga? Bukankah manusia jauh lebih berharga daripada domba? Jadi, tidak ada salahnya berbuat baik pada hari Sabat!” Kemudian Ia berkata kepada orang itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Ketika orang itu mengulurkan tangannya, tangannya menjadi sembuh seperti tangannya yang sebelah lagi. Kemudian orang-orang Farisi membuat rencana untuk menangkap dan membunuh Yesus. Tetapi Ia mengetahui rencana mereka, lalu meninggalkan rumah ibadat dengan diikuti orang banyak. Yesus menyembuhkan semua orang sakit yang ada di antara mereka, tetapi Ia melarang mereka mengatakan siapa Dia. Ini menggenapi nubuat Nabi Yesaya mengenai diri-Nya: “Lihatlah Hamba-Ku. Pandanglah Orang Pilihan-Ku. Dia Kekasih-Ku, yang sangat berkenan di hati-Ku. Aku akan menaruh Roh-Ku ke atas-Nya. Dan Ia akan menyatakan keadilan kepada bangsa-bangsa. Ia tidak suka berbantah atau berteriak; orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan! Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan-Nya; sumbu yang redup tidak akan dipadamkan-Nya. Ia akan setia berjuang sampai keadilan itu ditegakkan. Dan nama-Nya akan menjadi pengharapan bagi semua orang di dunia ini.” Kemudian seseorang yang dirasuk oleh roh jahat—dia buta dan bisu—dibawa kepada Yesus. Yesus menyembuhkan dia, sehingga ia dapat berbicara dan melihat. Orang banyak heran sekali. “Yesus ini mungkin Mesias!” kata mereka. Tetapi, ketika orang-orang Farisi mendengar mengenai mukjizat itu, mereka berkata, “Ia dapat mengusir roh jahat, sebab Iblis, raja segala roh jahat, memberi-Nya kekuatan untuk melakukannya!” Yesus mengetahui pikiran mereka dan berkata, “Kerajaan yang terpecah-pecah akhirnya akan runtuh. Sebuah kota atau sebuah rumah tangga yang warganya saling bertentangan akan hancur. Dan jika Iblis mengusir Iblis, maka ia melawan dirinya sendiri dan bagaimana mungkin kerajaannya dapat bertahan? Dan jika, seperti yang kalian katakan, Aku mengusir roh jahat dengan mempergunakan kuasa Iblis, maka kuasa apakah yang dipergunakan oleh pengikut-pengikut kalian waktu mereka mengusir roh jahat? Biar merekalah yang menjawab tuduhan kalian! Tetapi, jika Aku mengusir roh jahat dengan mempergunakan kuasa Roh Allah, maka Kerajaan Allah sudah ada di antara kalian. Bagaimana seseorang yang masuk ke rumah orang yang lebih kuat, dapat mengambil seluruh milik orang itu? Orang yang lebih kuat itu haruslah diikat terlebih dahulu, barulah seluruh miliknya dapat diambil. Siapa yang tidak membantu Aku, ia melawan Aku; dan siapa yang tidak membawa orang kepada Allah bersama-Ku, ia menyesatkan mereka. “Pohon dapat dikenal dari buahnya. Pohon yang berasal dari jenis yang terpilih akan menghasilkan buah yang baik. Hai keturunan ular! Mana mungkin orang yang sejahat kalian dapat mengatakan apa yang baik dan benar? Karena yang terkandung di dalam hati, itulah yang keluar dari mulut. Orang yang baik berbuat baik, karena hatinya baik. Orang jahat berbuat jahat dan mengungkapkan kejahatan hatinya. Aku beritahukan kepada kalian bahwa pada Hari Penghakiman nanti kalian harus mempertanggungjawabkan setiap kata sia-sia yang kalian ucapkan. Kata-kata yang kalian ucapkan sekarang menentukan apakah kalian akan dibenarkan atau dihukum kelak.” Pada suatu hari beberapa pemimpin orang Yahudi, termasuk orang Farisi, datang kepada Yesus dan minta supaya Ia membuat suatu mukjizat. Pada waktu penghakiman kelak orang-orang Niniwe akan bangkit sebagai saksi serta menyatakan kesalahan bangsa ini. Karena, ketika Yunus berkhotbah kepada mereka, mereka bertobat dan berpaling kepada Allah serta meninggalkan cara hidup yang jahat. Dan sekarang di sini ada orang yang jauh lebih besar daripada Yunus, tetapi bangsa ini tidak mau mendengar. Dan pada hari penghakiman Ratu Syeba juga akan bangkit sebagai saksi serta menyatakan kesalahan bangsa ini, karena dari negeri yang jauh ia datang untuk mendengarkan kebijaksanaan Salomo. Sekarang yang jauh lebih besar daripada Salomo ada di sini, tetapi kalian tidak mau mendengarkan-Nya. Tetapi, ketika Yesus diberi tahu bahwa mereka ada di luar, Ia berkata, “Siapakah ibu-Ku? Siapakah saudara-saudara-Ku?” Ia menunjuk kepada murid-murid-Nya serta berkata, “Lihat! Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!” Lalu Ia menambahkan, “Setiap orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga menjadi saudara-Ku dan ibu-Ku!” Pada hari itu juga Yesus meninggalkan rumah itu menuju ke pantai. Ketika ia menabur benih-benih itu di tanah, ada beberapa yang jatuh di jalan, dan burung-burung pun datang memakannya. Beberapa benih yang lain jatuh di atas tanah dangkal yang berbatu-batu. Benih itu pun segera tumbuh, tetapi setelah kena sinar matahari yang terik, tunas-tunas itu layu dan mati, sebab akarnya hanya sedikit. Ada juga benih yang jatuh di antara semak duri, dan semak duri itu kemudian mengimpit yang masih lemah itu sampai mati. Tetapi ada beberapa yang jatuh di tanah yang subur dan menghasilkan panen, ada yang tiga puluh, enam puluh, bahkan seratus kali lipat dari jumlah yang ditabur. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!” Murid-murid-Nya datang dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Guru selalu menggunakan perumpamaan yang sukar dimengerti?” Yesus menerangkan bahwa Allah telah mengizinkan mereka untuk mengerti rahasia Kerajaan Surga, sedangkan orang lain tidak. “Ini menggenapi nubuat Nabi Yesaya: “ ‘Kalian mendengar, tetapi tidak mengerti; kalian memandang, tetapi tidak melihat! Karena hati mereka keras dan telinga mereka tebal, dan mereka menutup mata mereka. Ini terjadi supaya mereka jangan melihat, jangan mendengar, jangan mengerti, jangan kembali kepada-Ku agar kalian Kusembuhkan.’ “Tetapi berbahagialah mata kalian karena melihat; dan berbahagialah telinga kalian karena mendengar. Banyak nabi dan orang saleh yang ingin sekali melihat apa yang kalian lihat, dan mendengar apa yang kalian dengar, tetapi tidak dapat. “Inilah penjelasan cerita mengenai petani yang menanam benih itu: Jalan yang bertanah keras di mana beberapa benih jatuh, melambangkan hati orang yang mendengar Berita Kesukaan tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengerti. Lalu Iblis pun datang dan merenggut benih-benih itu dari dalam hatinya. Tanah yang dangkal dan berbatu-batu melambangkan hati orang yang mendengar dan menerima firman itu dengan sukacita. Tetapi ia mudah terpengaruh, sehingga benih-benih itu tidak dapat berakar dalam. Begitu ia mengalami kesusahan atau penganiayaan oleh karena kepercayaannya, begitu semangatnya padam dan ia pun murtad. Tanah yang penuh dengan semak duri melambangkan orang yang mendengar firman, tetapi kekhawatiran akan kehidupan yang sekarang ini dan ketamakan akan uang, mendesak firman Allah itu sehingga tidak menghasilkan buah. Tanah yang subur melambangkan hati orang yang mendengar berita itu dan memahaminya serta pergi dan menghasilkan tiga puluh, enam puluh atau bahkan seratus kali lipat dari jumlah yang ditabur.” Perumpamaan lain yang diceritakan oleh Yesus ialah: “Kerajaan Surga itu seperti seorang petani yang menabur benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada suatu malam, sedang ia tidur, musuhnya datang menabur benih-benih semak duri di antara benih-benih gandum. Ketika gandum itu mulai tumbuh, semak duri pun tumbuh juga. “Pembantu-pembantu petani itu memberitahukan kepadanya, ‘Tuan, ladang tempat Tuan menanam benih-benih pilihan itu penuh dengan semak duri!’ “ ‘Musuhlah yang telah melakukannya,’ seru petani itu. “ ‘Apakah kami harus mencabuti semak duri itu?’ “ ‘Jangan,’ jawab tuannya. ‘Jika kalian mencabutinya, maka gandum pun akan ikut tercabut. Biarkanlah keduanya tumbuh sampai musim panen. Aku akan menyuruh para penuai untuk memisahkan semak duri dan membakarnya, sedangkan gandum akan disimpan dalam lumbung.’ ” Yesus juga memberikan contoh ini: “Kerajaan Surga dapat diumpamakan ragi yang dimasukkan oleh perempuan ke dalam adonan roti, yang bekerjanya tidak kelihatan sampai seluruh adonan mengembang.” Setelah Yesus meninggalkan orang banyak dan masuk ke dalam rumah, murid-murid-Nya minta agar Ia menerangkan arti perumpamaan tentang semak duri dan gandum. “Baiklah,” kata-Nya, “Akulah petani yang menabur benih pilihan. Ladang ialah dunia ini, dan benih pilihan melambangkan warga Kerajaan Surga, sedangkan semak duri melambangkan orang-orang yang menjadi milik Iblis. Musuh yang menabur benih semak duri di antara benih gandum ialah setan; musim panen ialah akhir dunia ini, dan para penuai ialah para malaikat. “Sama seperti dalam perumpamaan itu semak duri dipisahkan dan dibakar, demikian jugalah akan terjadi pada akhir dunia ini. Aku akan mengutus malaikat-malaikat-Ku dan mereka akan menyingkirkan setiap cobaan dan setiap orang yang jahat dari Kerajaan Surga, dan melemparkan mereka ke dalam dapur api. Kelak akan terdengar tangisan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang yang saleh akan bersinar seperti matahari di dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan! “Kerajaan Surga seperti harta yang ditemukan orang di sebuah ladang. Karena senangnya, ia menjual segala sesuatu yang dimilikinya untuk membeli ladang itu supaya memperoleh harta yang ada di dalamnya! “Kerajaan Surga juga dapat diumpamakan dengan seorang pedagang mutiara yang sedang mencari mutiara pilihan. Ia menemukan sebuah mutiara yang sangat berharga, lalu menjual segala miliknya untuk membeli mutiara itu! Demikianlah akan terjadi pada akhir dunia ini. Malaikat-malaikat akan datang dan memisahkan orang-orang yang saleh. Yang jahat akan dilemparkan ke dalam api dan di situ akan terdengar tangisan dan kertakan gigi. Mengertikah kalian?” “Ya, kami mengerti,” kata mereka. Lalu Ia menambahkan, “Para ahli hukum Yahudi yang sudah menjadi murid-Ku, memiliki harta (Perjanjian) yang baru maupun yang lama.” “Bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi?” seru orang-orang itu. “Ia hanya anak seorang tukang kayu, dan kami kenal Maria, ibu-Nya, dan saudara-saudara-Nya yang laki-laki, Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas. Demikian juga saudara-saudara-Nya yang perempuan—mereka semua tinggal di sini. Bagaimana mungkin Ia dapat memiliki hikmat dan kuasa sebesar itu?” Dan mereka marah sekali terhadap Dia! Lalu Yesus berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di antara bangsanya di negerinya sendiri.” Ia tidak banyak membuat mukjizat di situ, sebab mereka tidak percaya. Ketika Raja Herodes Antipas mendengar mengenai Yesus, ia berkata kepada para pejabatnya, “Pasti orang itu Yohanes Pembaptis yang hidup kembali. Itulah sebabnya ia dapat melakukan mukjizat-mukjizat itu.” Herodes sudah menangkap dan memenjarakan Yohanes. Alasannya adalah: raja menikahi istri saudaranya sendiri, Filipus; namanya adalah Herodias. Yohanes menegur Herodes karena Hukum Musa melarang dia menikahi istri saudaranya. Ia ingin sekali membunuh Yohanes, tetapi ia takut orang banyak akan memberontak, karena mereka percaya bahwa Yohanes seorang nabi. Namun, pada pesta perayaan ulang tahun Herodes, anak perempuan Herodias membawakan suatu tarian yang sangat menyenangkan Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan apa pun yang diminta oleh anak gadis itu. Akibatnya, atas desakan ibunya, gadis itu meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah baki. Raja merasa sedih sekali, tetapi karena ia sudah bersumpah dan tidak mau menarik kembali sumpah yang telah diucapkannya di hadapan para tamu, ia pun memberikan perintah untuk meluluskan permintaan anaknya itu. Demikianlah seorang pengawal memancung kepala Yohanes di penjara, dan kepalanya ditaruh di atas baki dan diberikan kepada anak gadis itu. Kemudian anak itu membawanya kepada ibunya. Murid-murid Yohanes datang meminta tubuhnya dan menguburkannya serta pergi memberitahukan kepada Yesus apa yang telah terjadi. Segera setelah Yesus mendengar berita itu, Ia naik perahu dan pergi menyendiri ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak melihat ke arah mana Yesus pergi dan dari berbagai desa mereka mengikuti Dia dengan jalan darat. Jadi, ketika Yesus keluar dari padang gurun, sekumpulan orang banyak sudah menunggu-Nya. Yesus merasa kasihan kepada mereka dan yang sakit disembuhkan-Nya. Menjelang malam murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata, “Sekarang sudah lewat waktu makan, dan tempat ini terpencil. Suruhlah orang banyak itu pergi ke desa-desa membeli makanan.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidak perlu mereka pergi. Kalianlah yang harus memberi mereka makan!” “Apa?” seru mereka. “Kita hanya mempunyai lima roti dan dua ikan!” “Bawalah kemari,” kata Yesus. Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, lalu memandang ke langit serta minta Allah memberkati makanan itu. Kemudian dipecah-pecahkan-Nya roti itu dan diberikan-Nya kepada para murid supaya mereka menghidangkannya kepada orang banyak itu. Setiap orang makan sampai kenyang! Ketika kemudian sisa-sisanya dikumpulkan, ternyata ada dua belas keranjang penuh. (Pada hari itu yang berkumpul di situ berjumlah kira-kira 5.000 orang, belum termasuk wanita dan anak-anak.) Segera setelah peristiwa ini Yesus menyuruh murid-murid-Nya naik ke dalam perahu mendahului Dia ke seberang danau, sementara Ia sendiri tinggal untuk menyuruh orang banyak itu pulang. Kira-kira jam empat pagi Yesus datang kepada mereka dengan berjalan di atas air. Mereka berteriak ketakutan, karena mereka menyangka Dia hantu. Tetapi segera Yesus menenangkan mereka dengan berkata, “Jangan takut! Ini Aku.” Kemudian Petrus berseru kepada-Nya, “Tuhan, jikalau benar Engkau, suruhlah saya datang kepada-Mu berjalan di atas air.” “Baik,” kata Yesus, “ke sinilah!” Petrus pun turun dari perahu dan berjalan di atas air ke arah Yesus. Tetapi, ketika ia memandang ke sekelilingnya dan melihat ombak yang besar, ia menjadi takut dan mulai tenggelam. “Tuhan, tolong!” serunya. Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menyelamatkan dia. “Hai orang yang kurang beriman,” kata Yesus, “mengapa engkau bimbang?” Ketika mereka sudah naik kembali ke dalam perahu, angin pun redalah. Murid-murid yang lain duduk terpaku dengan perasaan gentar. “Benar-benar Engkau Anak Allah!” kata mereka. Kemudian mereka mendarat di Genesaret di seberang danau. Berita kedatangan mereka dengan cepat tersiar luas ke seluruh kota, dan orang berduyun-duyun datang kepada Yesus membawa yang sakit supaya disembuhkan. Orang-orang sakit itu mohon agar diizinkan menyentuh-Nya, sekalipun hanya tepi jubah-Nya, dan semua yang menyentuh-Nya menjadi sembuh. Beberapa orang Farisi dan para pemimpin orang Yahudi yang lain datang dari Yerusalem untuk mengajukan pertanyaan kepada Yesus. “Mengapa murid-murid-Mu tidak menaati adat istiadat Yahudi yang sudah turun-temurun?” tanya mereka. “Mereka tidak mencuci tangan sebelum makan.” Yesus menyahut, “Mengapa adat istiadat kalian melanggar perintah Allah? Misalnya, hukum Allah ialah ‘Hormatilah ayah dan ibumu; barang siapa menyumpahi orang tuanya harus mati!’ Kalian orang munafik! Nubuat Nabi Yesaya mengenai kalian sungguh tepat, “ ‘Orang-orang ini menghormati Aku hanya di bibir saja, tetapi hati mereka jauh dari Aku. Ibadat mereka sia-sia, sebab mereka mengajarkan hukum-hukum manusia, bukan hukum-hukum Allah.’ ” Kemudian Yesus berseru kepada orang banyak itu dan berkata, “Dengarkan dan camkanlah apa yang Aku katakan: Bukan apa yang masuk ke mulut orang membuatnya najis di mata Allah, melainkan apa yang keluar dari mulutnya, itulah yang membuatnya najis.” Kemudian para murid datang dan berkata kepada-Nya, “Ucapan Guru telah menyinggung hati orang-orang Farisi.” Kemudian Petrus minta supaya Yesus menerangkan apa yang dimaksudkan dengan ucapan-Nya bahwa orang tidak dinajiskan oleh makanan yang dianggap haram. “Tidakkah kalian mengerti?” tanya Yesus kepadanya. “Tidak tahukah kalian bahwa segala yang kalian makan akan masuk ke dalam perut dan kemudian keluar lagi? Tetapi kata-kata yang jahat keluar dari dalam hati yang jahat, itulah yang menajiskan orang yang mengatakannya. Karena dari dalam hatilah keluar pikiran-pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, dusta, dan fitnah. Inilah yang menajiskan. Tetapi makan tanpa terlebih dahulu menjalani upacara mencuci tangan sekali-kali tidak menyebabkan kenajisan rohani!” Lalu Yesus meninggalkan tempat itu dan berjalan ke daerah Tirus dan Sidon. Seorang wanita Kanaan yang tinggal di tempat itu datang kepada-Nya serta memohon, “Kasihanilah saya, ya Tuhan, Anak Raja Daud! Anak perempuan saya dirasuk roh jahat yang terus-menerus menyiksanya.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menyahut. Kemudian para murid minta supaya Yesus mengusir wanita itu. “Suruhlah perempuan itu pergi,” kata mereka, “karena dia terus mengganggu dengan permohonannya itu.” Lalu Yesus berkata kepada wanita itu, “Aku diutus untuk menolong bangsa Yahudi, yaitu domba-domba Israel yang hilang—bukan bangsa yang lain.” Tetapi wanita itu mendekat serta menyembah Dia sambil memohon lagi. “Tuhan, tolonglah saya!” “Rasanya tidak patut mengambil roti dari anak-anak dan melemparkannya kepada anjing,” kata Yesus. “Benar,” sahut wanita itu, “tetapi anak-anak anjing pun dibolehkan memakan remah-remah yang terjatuh di bawah meja.” “Hai Ibu,” kata Yesus kepadanya, “imanmu sangat besar, permohonanmu dikabulkan.” Pada saat itu juga putrinya sembuh. Yesus kembali ke tepi Danau Galilea. Ia naik ke sebuah bukit dan duduk di situ. Banyak orang datang kepada-Nya membawa yang lumpuh, yang buta, yang cacat, yang bisu, dan banyak yang lain, lalu menempatkan mereka di hadapan Yesus. Ia pun menyembuhkan mereka semua. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan! Orang yang belum pernah mengucapkan satu kata pun sekarang dapat berbicara dengan penuh semangat; yang tidak berlengan atau tidak berkaki mendapat lengan dan kaki yang baru; yang timpang dapat berjalan dan melompat-lompat kian kemari; dan yang tadinya buta dapat memandang keadaan sekelilingnya! Orang banyak menjadi heran dan memuji Allah orang Israel. Kemudian Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata, “Aku sangat kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka bersama-sama dengan Aku di sini, dan mereka sudah kehabisan makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pergi dengan perut kosong, nanti mereka pingsan di jalan.” Para murid menjawab, “Di gurun seperti ini dari mana kita dapat memperoleh cukup makanan untuk memberi makan orang sebanyak ini?” Yesus bertanya kepada mereka, “Berapa banyak roti yang ada pada kalian?” Mereka menjawab, “Tujuh roti dan beberapa ikan kecil!” Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Ia mengambil ketujuh roti dan ikan itu, lalu mengucap syukur kepada Allah atas makanan itu. Ia membagi-bagikan makanan itu serta menyerahkannya kepada para murid supaya diberikan kepada orang banyak. Kemudian Yesus menyuruh orang banyak itu pulang dan Ia naik perahu menyeberang ke Magadan. Pada suatu hari datanglah orang Farisi dan orang Saduki untuk menguji pengakuan Yesus bahwa Dia Mesias. Mereka minta agar Ia memperlihatkan beberapa tanda mukjizat di langit. Bangsa yang jahat dan tidak percaya ini meminta bukti lebih banyak, tetapi tidak akan diberi bukti lain, kecuali mukjizat yang telah terjadi kepada Nabi Yunus.” Kemudian Yesus pergi meninggalkan mereka. Ketika tiba di seberang danau, para murid mendapati bahwa mereka lupa membawa makanan. Yesus memperingatkan mereka, “Berjaga-jagalah! Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki!” Mereka menyangka, bahwa Ia berkata demikian sebab mereka lupa membawa roti. Yesus mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan dan berkata, “Hai orang yang kurang beriman! Mengapa kalian begitu khawatir tentang tidak adanya makanan? Belum mengerti jugakah kalian? Tidakkah kalian ingat akan 5.000 orang yang Kuberi makan hanya dengan lima roti, dan akan sisanya yang beberapa keranjang itu? Tidakkah kalian ingat akan 4.000 orang yang Kuberi makan dengan tujuh roti, dan akan banyaknya sisa yang kalian kumpulkan? Bagaimana mungkin kalian masih belum mengerti dan beranggapan bahwa Aku sedang membicarakan soal makanan? Tetapi sekali lagi Kukatakan, ‘Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki!’ ” Akhirnya dapat juga mereka mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan “ragi” ialah ajaran yang salah dari orang-orang Farisi dan Saduki. Ketika Yesus tiba di Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada para murid-Nya, “Menurut orang banyak, siapakah Aku ini?” Mereka menjawab, “Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, ada yang mengatakan Elia, ada yang mengatakan Yeremia atau salah seorang nabi yang lain.” Kemudian Ia bertanya kepada mereka, “Menurut kalian, siapakah Aku ini?” Simon Petrus menjawab, “Kristus, Mesias itu, Anak Allah yang hidup.” “Allah sudah memberkati engkau, Simon, anak Yunus,” kata Yesus, “karena Bapa-Ku yang di surgalah yang secara pribadi telah menyatakan hal ini kepadamu. Pengertian itu bukan berasal dari manusia. Petrus, namamu berarti ‘sebuah batu’, dan di atas batu karang ini Aku akan membangun jemaat-Ku; dan segala kuasa neraka tidak dapat mengalahkannya. Dan Aku akan memberikan kepadamu kunci Kerajaan Surga. Pintu apa pun yang kaukunci di bumi ini akan terkunci juga di surga; dan pintu apa pun yang kaubuka di bumi ini akan terbuka juga di surga!” Lalu Ia memperingatkan murid-murid-Nya agar jangan memberitahukan kepada orang lain bahwa Ia adalah Mesias. Sejak saat itu Yesus mulai dengan terang-terangan memberi tahu mereka tentang kepergian-Nya ke Yerusalem dan tentang apa yang akan terjadi di sana, yaitu bahwa Ia akan ditolak oleh para penatua, imam kepala serta guru-guru agama. Ia akan dibunuh dan tiga hari kemudian Ia akan dibangkitkan. Tetapi Petrus menarik Dia ke samping dan menegur-Nya, katanya, “Kiranya Allah akan mencegah hal yang demikian itu menimpa Guru!” Yesus berpaling kepada Petrus dan berkata, “Enyahlah kau, hai Iblis! Engkau adalah perangkap yang berbahaya bagi-Ku. Engkau hanya berpikir dari sudut pandangan manusia, bukan dari sudut pandangan Allah.” Kemudian Yesus berkata kepada para murid, “Jika seseorang ingin menjadi pengikut-Ku, harus mengesampingkan kesenangan pribadi, memikul salib, dan mengikut Aku. Karena orang yang mempertahankan nyawanya untuk dirinya sendiri akan kehilangan nyawa; tetapi orang yang kehilangan nyawa karena Aku, akan menemukannya kembali. Apakah untungnya bagi seseorang, seandainya ia memperoleh seluruh dunia ini tetapi kehilangan nyawanya? Apa yang dapat diberikan orang sebagai ganti jiwanya? Karena Aku, Anak Manusia, akan datang dengan malaikat-malaikat-Ku dalam kemuliaan Bapa-Ku dan mengadili setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Dan beberapa dari kalian yang sekarang berdiri di sini tidak akan mati sampai Aku datang lagi dengan Kerajaan-Ku.” Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes, saudaranya, ke gunung yang tinggi. Tidak ada orang lain di tempat itu. Tiba-tiba wajah Yesus bersinar dengan kemuliaan, dan pakaian-Nya menjadi putih berkilauan. Tiba-tiba terlihat Musa dan Elia, dan mereka bercakap-cakap dengan Dia. Petrus berkata, “Tuhan, kita senang sekali dapat berada di sini! Jika Tuhan mau, saya akan membuatkan tiga buah pondok di sini, satu untukmu, satu untuk Musa, dan satu lagi untuk Elia.” Sementara ia berkata demikian, awan yang terang turun menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Aku sangat berkenan akan Dia. Dengarkanlah Dia!” Mendengar itu para murid jatuh tersungkur. Mereka sangat ketakutan. Yesus menghampiri dan menyentuh mereka serta berkata, “Bangunlah! Jangan takut!” Dan ketika mereka menengadah, hanya Yesuslah yang ada bersama dengan mereka. Ketika mereka sedang turun dari gunung, Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapa pun apa yang baru saja mereka lihat sampai sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. Murid-murid bertanya, “Mengapa para guru agama selalu mengatakan bahwa Elia harus kembali sebelum Mesias datang?” “Mereka benar,” jawab Yesus. “Elia harus datang dan membereskan segala sesuatu. Bahkan sebenarnya ia sudah datang, tetapi orang tidak mengakuinya, malah banyak yang memperlakukan dia dengan semena-mena. Dan Aku, Anak Manusia, juga akan menderita dalam tangan mereka.” Lalu para murid menyadari bahwa Ia sedang berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ketika mereka sampai di kaki bukit, banyak sekali orang sedang menantikan mereka. Seorang laki-laki menghampiri, berlutut di hadapan Yesus dan berkata, “Tuhan, kasihanilah anak saya yang laki-laki. Ia sakit ayan dan sangat menderita, karena ia sering jatuh ke dalam api dan ke dalam air. Saya sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkan dia.” Yesus menjawab, “Hai kalian, orang-orang yang tidak beriman dan keras kepala! Berapa lama lagi Aku harus bersabar terhadap kalian? Bawalah anak itu kemari!” Lalu Yesus menghardik roh jahat yang ada di dalam anak laki-laki itu dan roh itu pun meninggalkan dia, dan sejak saat itu anak itu sembuh. Kemudian secara diam-diam para murid bertanya kepada Yesus, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh jahat itu?” “Sebab kalian kurang beriman,” kata Yesus kepada mereka. “Karena jika kalian mempunyai iman yang sebesar biji sesawi sekalipun, kalian akan dapat berkata kepada gunung ini, ‘Pindahlah!’ maka gunung ini pun akan pindah. Tidak akan ada yang mustahil bagi kalian. Tetapi memang roh jahat semacam itu tidak dapat diusir tanpa berdoa dan berpuasa.” Ketika mereka tiba di Kapernaum, pemungut pajak Bait Allah menghampiri Petrus dan bertanya, “Apakah gurumu tidak membayar pajak?” “Tentu saja Ia membayar,” jawab Petrus. Lalu ia masuk ke dalam untuk membicarakan hal itu dengan Yesus. Tetapi sebelum ia mendapat kesempatan untuk berkata-kata, Yesus bertanya kepadanya, “Petrus, menurut pendapatmu, apakah raja-raja memungut upeti dari rakyatnya sendiri atau dari orang-orang asing yang dijajahnya?” Pada waktu itu para murid datang kepada Yesus dan bertanya siapakah di antara mereka yang akan menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Surga! Yesus memanggil seorang anak kecil datang kepada-Nya serta menempatkan anak itu di tengah-tengah mereka. Ia berkata, “Jika kalian tidak mengubah sikap kalian dan menjadi rendah hati seperti anak-anak, maka kalian tidak akan dapat masuk Kerajaan Surga. Jadi barang siapa yang merendahkan dirinya menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang akan menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Barang siapa di antara kalian menyambut seorang anak kecil seperti ini demi Aku, maka ia menyambut Aku. Tetapi barang siapa di antara kalian menyebabkan salah satu dari orang yang dianggap paling rendah ini kehilangan kepercayaannya kepada-Ku, maka lebih baik baginya kalau pada lehernya diikatkan sebuah batu besar dan dilemparkan ke dalam laut. “Celakalah dunia oleh karena segala kejahatannya. Cobaan untuk berbuat salah memang selamanya ada, tetapi celakalah orang yang mendatangkan cobaan. Jadi, jika tangan atau kaki kalian menyebabkan kalian berdosa, potonglah tangan atau kaki itu dan buang. Lebih baik cacat tetapi masuk surga daripada utuh tetapi masuk neraka. Dan jika mata kalian menyebabkan kalian berdosa, cungkillah mata itu dan buang. Lebih baik bermata satu tetapi masuk surga daripada bermata dua tetapi masuk neraka. “Janganlah sekali-kali kalian memandang rendah salah seorang anak kecil ini. Karena Aku beritahukan kepada kalian bahwa di surga malaikat-malaikat mereka senantiasa berada di hadapan Bapa-Ku. Aku, Anak Manusia, datang untuk menyelamatkan yang sesat. “Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor tersesat, apakah yang akan dilakukan oleh orang itu? Bukankah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan serta pergi ke bukit-bukit untuk mencari seekor yang hilang itu? Dan apabila diketemukannya, ia akan lebih bersukacita atas yang seekor itu daripada atas sembilan puluh sembilan yang berada di kandang dalam keadaan selamat. Demikianlah, Bapa-Ku tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini binasa.” “Jika seorang saudara berdosa terhadap kalian, datangilah dia seorang diri, dan tunjukkanlah kesalahannya. Jika ia mau mendengarkan dan mengakui kesalahannya, maka kalian tidak jadi kehilangan dia. Tetapi, jika ia tidak mau, ajaklah seorang atau dua orang lain bersama-sama dengan kalian dan kembalilah kepadanya. Biarlah kedua saksi itu membuktikan kebenaran dari segala apa yang kalian katakan. Jika orang itu masih juga tidak mau mendengar, maka ajukanlah perkara itu kepada jemaat. Jika keputusan jemaat membenarkan kalian, tetapi orang itu tidak menerima keputusan itu, maka jemaat harus mengucilkan dia. Dan Aku beritahukan kepada kalian bahwa apa pun yang kalian ikat di bumi ini akan terikat juga di surga, dan apa pun yang kalian bebaskan di bumi ini akan bebas juga di surga. “Dan juga Aku beritahukan kepada kalian—jika di bumi ini dua orang dari kalian bersehati meminta sesuatu, maka Bapa-Ku yang di surga akan mengabulkannya. Karena, jika dua atau tiga orang berhimpun bersama-sama oleh karena mereka adalah milik-Ku, maka Aku ada di tengah-tengah mereka.” Kemudian Petrus menghampiri Dia dan bertanya, “Tuhan, berapa kali saya harus mengampuni seorang saudara yang bersalah kepada saya? Tujuh kalikah?” “Bukan,” jawab Yesus, “bukan tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh! “Kerajaan Surga dapat diumpamakan dengan seorang raja yang sedang membuat perhitungan utang-piutang. Dalam rangka perhitungan itu, dihadapkan kepadanya seseorang yang berutang berjuta-juta rupiah (10.000 talenta). Karena ia tidak sanggup membayar, maka raja memerintahkan agar ia beserta dengan anak istrinya dan segala yang dimilikinya dijual untuk membayar utangnya. “Tetapi orang itu tersungkur di hadapan raja serta berkata, ‘Berilah hamba waktu, ya Baginda, dan utang itu akan hamba lunasi.’ “Lalu raja itu merasa kasihan kepadanya dan melepaskan orang itu serta membebaskan dia dari utangnya. “Tetapi setelah pergi dari hadapan raja, orang itu mendatangi seseorang yang berutang hanya beberapa ribu rupiah (100 dinar) kepadanya. Ia mencekik leher orang itu dan menuntut agar utangnya segera dibayar. “Orang itu berlutut di hadapannya mohon diberi waktu. ‘Sabarlah, nanti utang itu saya lunasi.’ “Tetapi orang yang berpiutang itu tidak mau menunggu. Ia menyuruh agar orang itu ditangkap dan dipenjarakan sampai ia melunasi utangnya. “Kemudian teman-teman orang itu pergi menghadap raja dan menceritakan apa yang telah terjadi. Raja memanggil orang yang sudah dibebaskan dari utangnya itu serta berkata, ‘Hai orang yang berhati jahat! Engkau sudah kubebaskan dari semua utangmu yang besar itu, karena engkau minta dikasihani. Bukankah patut engkau mengasihani orang lain seperti aku sudah mengasihani engkau?’ “Lalu karena murkanya, raja itu menjebloskan orang itu ke dalam penjara sampai ia melunasi semua utangnya. Demikian juga kalian akan diperlakukan oleh Bapa-Ku yang di surga, jika kalian tidak mau mengampuni saudara kalian.” Setelah Yesus selesai menyampaikan ajaran-Nya itu, Ia meninggalkan Galilea dan kembali ke Yudea di seberang Sungai Yordan. Banyak sekali orang mengikuti Dia, dan yang sakit disembuhkan-Nya. Beberapa orang Farisi datang mengajukan pertanyaan dengan maksud menjebak Dia. “Apakah Engkau membolehkan perceraian?” tanya mereka. “Bukankah kalian membaca Kitab Suci?” jawab Yesus. “Di dalamnya ada tertulis bahwa pada waktu Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan pria dan wanita, “Tetapi mengapa Musa membolehkan suami menceraikan istrinya hanya dengan memberikan surat cerai kepadanya?” tanya mereka. Yesus menjawab, “Musa berbuat demikian karena kalian berhati keras dan jahat, tetapi sejak semula maksud Allah bukan demikian. Aku berkata kepada kalian bahwa barang siapa menceraikan istrinya, kecuali karena perzinaan, dan kemudian menikah lagi dengan wanita lain, maka ia berbuat zina.” Murid-murid Yesus berkata kepada-Nya, “Jika demikian halnya, lebih baik tidak menikah!” Yesus berkata, “Tidak semua orang dapat mengerti apa yang Kukatakan sekarang, hanya mereka yang diberi kemampuan oleh Allah: Ada orang yang tidak dapat menikah karena dilahirkan demikian, ada yang dijadikan demikian oleh manusia, dan ada pula yang tidak mau menikah demi Kerajaan Surga. Siapa yang dapat menerimanya, terimalah pernyataan-Ku ini.” Anak-anak kecil dibawa kepada Yesus agar Dia meletakkan tangan ke atas mereka dan mendoakan mereka. Tetapi para murid memarahi mereka yang membawa anak-anak itu. “Jangan mengganggu Dia,” kata mereka. Tetapi Yesus berkata, “Biarkan anak-anak kecil itu datang kepada-Ku. Jangan melarang mereka. Karena orang yang seperti anak-anak itulah yang memiliki Kerajaan Surga.” Dan sebelum pergi, Ia meletakkan tangan-Nya ke atas kepala anak-anak itu serta memberkati mereka. Seseorang datang kepada Yesus serta bertanya, “Guru yang baik, apakah yang harus saya lakukan supaya memperoleh hidup yang kekal?” “Apa sebabnya engkau menyebut Aku ‘baik’?” tanya Yesus, “Hanya ada Satu yang baik: Allah. Tetapi baiklah, jawaban pertanyaanmu ialah: Jika engkau ingin masuk surga, maka taati perintah-perintah Allah.” “Hukum yang mana?” tanya orang itu. Yesus menjawab, “Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan berdusta, hormatilah ayah dan ibumu, dan cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” “Saya selalu menaati hukum-hukum itu,” sahut orang itu. “Apalagi yang harus saya lakukan?” Yesus berkata, “Jika engkau ingin menjadi sempurna, pergi dan juallah semua yang kaumiliki dan sedekahkan uangnya kepada orang miskin, maka engkau akan mendapat harta di surga. Kemudian ikutlah Aku.” Tetapi ketika pemuda itu mendengar perkataan Yesus, ia pergi dengan sedih, karena ia sangat kaya. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku katakan: lebih mudah seekor unta melalui ‘lubang jarum’ daripada orang kaya masuk Kerajaan Allah.” Pernyataan ini membuat para murid tertegun. “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” tanya mereka. Yesus menatap mereka dan berkata, “Ditinjau dari segi manusia hal itu mustahil. Tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Lalu Petrus berkata kepada-Nya, “Kami telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Guru. Apa yang akan kami peroleh kelak?” Yesus menjawab, “Apabila Aku, Anak Manusia, menduduki takhta kemuliaan-Ku di dalam Kerajaan itu kelak, maka kalian murid-murid-Ku akan menduduki dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku bangsa Israel. Siapa pun yang meninggalkan rumahnya, saudara laki-lakinya, saudara perempuannya, ayahnya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, atau harta bendanya, untuk mengikut Aku, maka ia akan menerima seratus kali lipat, dan akan mendapat hidup yang kekal. Namun, banyak orang yang sekarang paling pertama akan menjadi yang paling akhir, dan beberapa orang yang sekarang paling akhir akan menjadi yang paling pertama.” Ini sebuah perumpamaan lain mengenai Kerajaan Surga. “Pada suatu pagi seorang tuan tanah keluar mencari penuai untuk dipekerjakan di kebunnya. Ia bersedia membayar mereka sedinar sehari dan segera menyuruh mereka bekerja. “Beberapa jam kemudian ia melewati pasar dan dilihatnya beberapa orang penganggur. Ia menyuruh mereka pergi ke kebunnya dan berkata bahwa mereka akan dibayar sebagaimana patutnya. Pada tengah hari dan demikian juga pada jam tiga petang ia melakukan hal yang sama. “Pada jam lima petang ia pergi ke kota dan dilihatnya beberapa orang penganggur. Ia bertanya kepada mereka, ‘Mengapa kalian tidak bekerja hari ini?’ “ ‘Sebab tidak ada yang mempekerjakan kami,’ jawab mereka. “ ‘Jika demikian, pergilah ke kebunku dan bekerjalah dengan orang-orang yang sudah ada di sana,’ kata tuan itu kepada mereka. “Pada malam harinya ia menyuruh mandornya supaya memanggil para pekerja dan membayarkan upah mereka, mulai dengan orang yang datang bekerja paling akhir. Ketika orang-orang yang mulai bekerja pada jam lima petang dibayar, masing-masing menerima satu dinar. Ketika pekerja-pekerja yang datang lebih dulu mendapat giliran mengambil upah, mereka mengira bahwa mereka tentu akan menerima lebih banyak, tetapi mereka pun dibayar satu dinar. “ ‘Kawan,’ sahut tuan itu kepada salah seorang pekerja itu, ‘saya tidak berbuat salah kepada Saudara! Bukankah Saudara sudah setuju untuk bekerja sehari penuh dengan upah satu dinar? Terimalah uang itu dan pergilah. Semua pekerja saya bayar sama rata. Apakah melanggar hukum jika saya mengeluarkan uang sendiri sekehendak hati saya? Patutkah Saudara marah sebab saya berbuat baik?’ Demikianlah, yang paling akhir akan menjadi yang paling pertama dan yang paling pertama menjadi yang paling akhir.” Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus berbicara kepada kedua belas murid-Nya secara pribadi, dan memberi tahu mereka mengenai apa yang akan terjadi terhadap diri-Nya apabila mereka tiba di sana. “Aku akan dikhianati dan diserahkan kepada para imam kepala serta para guru agama. Mereka akan menjatuhkan hukuman mati ke atas diri-Ku. Mereka akan menyerahkan Aku kepada pemerintah Romawi dan Aku akan diejek dan disalibkan. Tetapi pada hari yang ketiga Aku akan bangkit dan hidup kembali.” Ibu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, membawa anak-anaknya itu kepada Yesus. Ia sujud di hadapan-Nya serta mengajukan suatu permohonan. “Apa yang kaukehendaki?” tanya Yesus. Ia menjawab, “Di dalam Kerajaan Tuhan kelak, bolehkah kedua anak saya ini duduk di atas kedua takhta di kiri kanan takhta Tuhan?” Namun, Yesus berkata kepadanya, “Engkau tidak tahu apa yang kauminta.” Lalu Yesus berpaling kepada Yakobus dan Yohanes, serta bertanya, “Sanggupkah kalian minum dari cawan pahit yang tidak lama lagi akan Kuminum?” Mereka menjawab, “Ya, kami sanggup!” “Sesungguhnya kelak kalian akan minum dari cawan itu,” kata-Nya kepada mereka. “Tetapi Aku tidak berhak menempatkan kalian di atas kedua takhta di sebelah takhta-Ku. Tempat itu disediakan untuk orang-orang yang dipilih oleh Bapa-Ku.” Kesepuluh murid yang lain menjadi sangat marah ketika mendengar apa yang diminta oleh Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka semua dan berkata, “Sebagaimana kalian ketahui, di antara orang-orang kafir, raja-raja memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya. Setiap pejabat menggunakan wewenang untuk menekan mereka. Tetapi lain halnya dengan kalian. Siapa ingin menjadi besar di antara kalian, harus menjadi pelayan kalian. Siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kalian, maka ia harus menjadi hambamu. Kalian harus bersikap seperti Aku, karena Aku, Anak Manusia, datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk menyerahkan nyawa-Ku sebagai tebusan bagi banyak orang.” Ketika Yesus dan para murid meninggalkan Kota Yerikho, banyak sekali orang mengikuti mereka. Dua orang buta sedang duduk di tepi jalan. Ketika mereka mendengar bahwa Yesus akan melalui jalan itu, mereka mulai berseru-seru, “Ya Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!” Orang banyak itu menyuruh mereka diam, tetapi mereka malah berseru makin keras. Yesus merasa kasihan terhadap mereka. Ia menjamah mata mereka. Seketika itu juga mereka dapat melihat, lalu mengikut Dia. Sementara Yesus dan murid-murid-Nya, mendekati Yerusalem, dekat Betfage di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya memasuki kampung yang ada di hadapan mereka. “Pada waktu memasuki kampung,” kata-Nya, “kalian akan melihat seekor keledai tertambat di situ dengan anaknya di sisinya. Lepaskan ikatannya dan bawalah keduanya kemari. Jika ada yang menanyakan apa yang sedang kalian lakukan, katakan saja, ‘Tuhan memerlukannya’, maka kalian tidak akan mendapat kesulitan.” Hal itu menggenapi nubuat para nabi zaman dahulu, “Katakan kepada Putri Sion, ‘Lihatlah, Rajamu datang kepadamu! Ia rendah hati dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda!’ ” Kedua murid itu melaksanakan apa yang dikatakan Yesus. Mereka membawa kedua keledai itu kepada-Nya dan meletakkan jubah mereka di atas punggung anak keledai itu. Lalu Yesus menunggangi keledai itu. Dan di antara orang banyak ada beberapa yang menghamparkan jubah mereka di jalan yang akan dilalui-Nya, dan yang lain memotong ranting-ranting pohon dan menebarkannya di hadapan Dia. Kemudian orang banyak itu berlari-larian di depan dan di belakang-Nya sambil berseru, “Hidup Anak Raja Daud!”… “Diberkatilah Dia yang datang dengan nama Allah!”… “Pujilah Allah di tempat yang mahatinggi!” Ketika Ia masuk ke dalam kota, gemparlah segenap penduduk Yerusalem. “Siapakah Dia?” tanya mereka. Dan orang banyak itu menjawab, “Itulah Yesus, Nabi dari Nazaret di Galilea.” Yesus masuk ke dalam Bait Allah dan mengusir para pedagang dan membalikkan meja para penukar uang dan bangku para penjual burung merpati. “Kitab Suci menyatakan bahwa Rumah-Ku adalah tempat berdoa,” kata Yesus, “tetapi kalian telah mengubahnya menjadi sarang penyamun.” Orang-orang yang buta dan timpang datang kepada-Nya di Bait Allah dan Ia menyembuhkan mereka. Para imam kepala dan para guru agama melihat mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya dan mendengar anak-anak berseru-seru di dalam Bait Allah, “Allah memberkati Anak Daud!” Mereka menjadi gelisah serta marah, dan bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau mendengar apa yang dikatakan oleh anak-anak itu?” “Ya, Aku mendengar,” jawab Yesus. “Belum pernahkah kalian membaca Kitab Suci? Di dalamnya dikatakan, ‘Anak-anak kecil sekalipun akan memuji Dia!’ ” Kemudian Ia kembali ke Betania dan bermalam di tempat itu. Pada pagi harinya, ketika Ia sedang kembali ke Yerusalem, Ia merasa lapar, dan dilihat-Nya sebuah pohon ara di tepi jalan. Ia menghampiri pohon itu untuk melihat kalau-kalau ada buahnya, tetapi satu buah pun tidak ada pada pohon itu melainkan hanya daun saja. Lalu Ia berkata kepada pohon itu, “Janganlah engkau berbuah lagi!” Dan segera pohon ara itu menjadi layu. Para murid heran sekali dan bertanya, “Bagaimana mungkin pohon ara itu layu dengan begitu cepat?” Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Sesungguhnya jika kalian mempunyai iman dan tidak ragu-ragu, maka kalian akan dapat melakukan hal yang seperti ini dan banyak lagi yang lain. Kalian bahkan dapat berkata kepada Bukit Zaitun ini, ‘Terangkatlah dan jatuhlah di laut,’ maka bukit itu pun akan pindah. Jika percaya, maka apa pun yang kalian minta dalam doa, akan kalian peroleh.” Ketika Ia sudah kembali ke Bait Allah dan sedang mengajar, para imam kepala, dan pemimpin Yahudi yang lain datang menghampiri-Nya dan bertanya, “Dengan wewenang siapa Engkau melakukan apa yang Kaulakukan? Siapa yang memberi Engkau hak itu?” “Aku akan memberitahukannya kepada kalian, jika terlebih dahulu kalian menjawab pertanyaan ini,” jawab Yesus. “Apakah Yohanes Pembaptis utusan Allah atau bukan?” Mereka lalu membicarakan hal itu di antara mereka sendiri. “Jika kita mengatakan ‘Utusan Allah’, tentu Ia akan menanyakan mengapa kita tidak memercayai apa yang dikatakan Yohanes. Dan jika kita mengatakan bahwa Yohanes bukan diutus oleh Allah, kita akan dimusuhi orang banyak, karena mereka semua menganggap dia nabi.” Jadi, akhirnya mereka menjawab, “Kami tidak tahu!” Dan Yesus berkata, “Jika demikian, Aku pun tidak mau menjawab pertanyaan kalian.” “Tetapi bagaimana pendapat kalian mengenai hal ini? Seseorang yang mempunyai dua orang anak laki-laki berkata kepada anaknya yang sulung, ‘Nak, pergilah bekerja di ladang hari ini.’ Anak itu menyahut, ‘Tidak mau!’ Tetapi kemudian ia menyesal dan pergi ke ladang. Kemudian si ayah menyuruh anaknya yang bungsu, ‘Pergilah engkau ke ladang!’ dan anak itu menyahut, ‘Baik, Ayah.’ Tetapi ia tidak melakukannya. Anak mana yang menaati ayahnya?” “Tentu saja yang sulung!” jawab mereka. Lalu Yesus menerangkan maksud-Nya, “Pastilah para penjahat dan pelacur akan masuk ke dalam Kerajaan Surga lebih dahulu daripada kalian. Karena Yohanes Pembaptis menyuruh kalian bertobat dan berpaling kepada Allah, tetapi kalian tidak mau, sedangkan para penjahat dan pelacur bertobat. Dan sekalipun kalian melihat mereka berbuat demikian, kalian tidak mau bertobat dan tidak mau percaya. “Coba dengarkan perumpamaan ini: Seorang pemilik tanah menanami tanahnya dengan pohon anggur dan menanam pagar di sekelilingnya. Ia menggali lubang untuk memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Lalu ia menyewakan kebun itu kepada para penggarap atas dasar ‘bagi hasil’. Kemudian pemilik kebun itu pergi dan tinggal di negeri lain. “Pada masa panen anggur ia mengutus beberapa pembantunya pergi kepada para penggarap untuk meminta bagiannya. Tetapi para penggarap itu menyerang mereka, yang seorang dipukuli, yang seorang dibunuh, dan yang lain lagi dirajam. “Kemudian pemilik itu mengutus rombongan yang lebih besar untuk meminta bagiannya, tetapi tetap tidak berhasil. Akhirnya si pemilik kebun itu mengutus anaknya dengan keyakinan bahwa mereka akan menghormati putranya. “Tetapi, ketika para penggarap itu melihat anak itu datang, mereka berkata di antara mereka sendiri. ‘Ia akan mewarisi kebun ini! Mari kita bunuh dia supaya kebun ini menjadi milik kita sendiri!’ Demikianlah mereka menyeret anak itu keluar dari kebun itu dan membunuhnya. “Menurut pendapat kalian, tindakan apa yang akan diambil oleh pemilik kebun terhadap para penggarap itu pada waktu ia kembali?” Para pemimpin Yahudi menjawab, “Orang-orang jahat itu akan dibunuhnya tanpa ampun dan kemudian ia akan menyewakan kebun anggurnya kepada orang lain yang bersedia membayar pada waktunya.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka. “Belum pernahkah kalian membaca dalam Kitab Suci bahwa, “ ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Inilah perbuatan Tuhan yang sangat menakjubkan!’ “Yang Aku maksudkan ialah Kerajaan Allah akan diambil dari kalian dan akan diberikan kepada bangsa yang bersedia memberikan kepada Allah apa yang menjadi bagian-Nya dari hasil panen. Semua yang terantuk pada batu ini akan remuk, sedangkan yang ditimpanya akan hancur luluh.” Apabila para imam kepala dan pemimpin Yahudi itu menyadari bahwa Yesus berbicara mengenai mereka—bahwa merekalah yang dimaksudkan dengan para penggarap dalam perumpamaan, mereka ingin menyingkirkan Dia, tetapi mereka takut berbuat demikian, karena orang banyak menerima Yesus sebagai nabi. Yesus menceritakan beberapa perumpamaan lain untuk menjelaskan Kerajaan Surga. Ia berkata, “Kerajaan Surga dapat diumpamakan dengan seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah bagi putranya. Banyak orang diundang, dan ketika perjamuan sudah disiapkan, diutusnya beberapa pelayan untuk memberi tahu para undangan bahwa waktunya sudah tiba. Namun, mereka tidak mau datang! Lalu ia menyuruh beberapa pelayan yang lain lagi untuk memberitahukan kepada mereka, ‘Segala sesuatu sudah siap dan makanan sudah sedia. Mari, datanglah sekarang juga!’ “Namun, orang-orang yang diundang itu hanya tertawa dan melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing, yang seorang pergi ke ladangnya dan yang lain ke tokonya. Yang lain lagi memukuli utusan-utusan raja itu dan memperlakukan mereka dengan semena-mena, bahkan ada di antara mereka yang dibunuh. “Maka murkalah raja itu, lalu mengirimkan bala tentaranya untuk membinasakan para pembunuh itu dan membakar kota mereka. Kemudian ia berkata kepada para pelayannya, ‘Perjamuan nikah sudah siap, sedangkan orang-orang yang aku undang tidak layak menerima kehormatan itu. Karena itu, pergilah ke segala persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kalian jumpai!’ “Maka para pelayan itu pun pergilah dan membawa masuk semua orang yang mereka jumpai, yang baik maupun yang jahat, sehingga ruang perjamuan penuh dengan tamu. Namun, ketika raja memasuki ruang itu untuk menemui para tamu, ia melihat seorang laki-laki yang tidak mengenakan pakaian perjamuan nikah yang telah disediakan. “Raja itu berkata, ‘Kawan, bagaimana engkau dapat berada di sini tanpa mengenakan pakaian perjamuan nikah?’ Orang itu tidak dapat menjawab. “Lalu raja berkata kepada para pengiringnya, ‘Ikat tangan dan kaki orang itu! Lemparkan dia ke dalam kegelapan yang di luar! Di sana akan ada tangisan dan kertakan gigi!’ Karena banyak yang dipanggil, tetapi hanya sedikit yang dipilih.” Kemudian orang-orang Farisi berunding untuk mencari jalan menjebak Yesus agar mengatakan sesuatu yang dapat dijadikan alasan untuk menangkap Dia. Mereka sepakat mengutus beberapa orang bersama dengan orang-orang Herodian untuk mengajukan pertanyaan ini kepada Yesus, “Guru, kami tahu Guru selalu menyatakan dan mengajarkan kebenaran dengan tidak terpengaruh oleh pendapat atau kedudukan orang. Katakanlah kepada kami, patutkah kita membayar pajak kepada pemerintah Romawi?” Namun, Yesus mengetahui maksud mereka. “Hai orang-orang munafik,” kata-Nya, “mengapa kalian berusaha menjebak Aku? Perlihatkanlah sebuah mata uang kepada-Ku.” Mereka menyerahkan sebuah mata uang kepada-Nya. “Gambar dan nama siapakah yang terdapat pada mata uang ini?” tanya Yesus kepada mereka. “Kaisar,” jawab mereka. “Jika demikian,” kata Yesus, “Berikanlah kepada Kaisar segala milik Kaisar, dan kepada Allah segala milik Allah!” Mereka tercengang mendengar jawaban Yesus, lalu pergi. Namun, pada hari itu juga beberapa orang Saduki yang tidak percaya akan adanya kebangkitan, datang kepada-Nya dan bertanya, “Guru, Musa memberikan Hukum kepada kita, jika seorang laki-laki mati tanpa meninggalkan anak, maka saudaranya wajib memperistri janda itu untuk melanjutkan keturunan abangnya yang sudah meninggal itu. Nah, di antara kami ada tujuh orang bersaudara, semua laki-laki. Saudara yang tertua menikah, tetapi ia mati tanpa meninggalkan anak. Oleh karena itu, jandanya menjadi istri saudara yang kedua. Saudara ini juga mati tanpa meninggalkan anak, maka janda itu diserahkan kepada saudara berikutnya yang kemudian juga mati. Demikianlah seterusnya sehingga ketujuh saudara itu telah memperistri perempuan itu. Akhirnya perempuan itu juga mati. Jadi, pada hari kebangkitan, istri siapakah perempuan itu? Sebab ia pernah menjadi istri ketujuh saudara itu!” Tetapi Yesus berkata, “Kalian salah karena tidak tahu akan isi Kitab Suci dan kuasa Allah. Karena dalam kebangkitan, ikatan pernikahan sudah tidak ada lagi. Setiap orang menjadi seperti malaikat di surga. Tetapi mengenai persoalan ada tidaknya kebangkitan orang mati—belum pernahkah kalian membaca apa yang difirmankan Allah kepada kalian dalam Kitab Suci: ‘Akulah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub?’ Allah bukanlah Allah orang yang mati, melainkan Allah orang yang hidup.” Orang banyak sangat kagum akan jawaban Yesus. “Guru, hukum manakah yang paling penting dalam hukum Musa?” Yesus menjawab, “ ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan sebulat-bulat hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan sepenuh akal budimu.’ Semua hukum yang lain dan segala tuntutan para nabi bersumber pada kedua hukum ini. Apabila Saudara menjalankan kedua hukum ini, maka Saudara menaati semua hukum yang lain.” Sementara dikelilingi oleh orang-orang Farisi, Yesus bertanya kepada mereka, “Bagaimana halnya dengan Mesias? Anak siapakah Dia?” “Keturunan Raja Daud,” jawab mereka. “Kalau begitu,” kata Yesus, “mengapa ketika berbicara dengan ilham Roh Kudus, Daud memanggil Dia ‘Tuhan’? Karena Daud berkata, “ ‘Allah berfirman kepada Tuhanku: Duduklah di tempat kehormatan di sebelah kanan-Ku, sampai Aku akan menaklukkan musuh-musuh-Mu dan membuat mereka bertekuk lutut di bawah kaki-Mu.’ “Karena Daud memanggil Dia Tuhannya, bagaimana mungkin Dia keturunan Raja Daud?” Mereka tidak dapat menjawab. Dan setelah itu tidak ada seorang pun yang berani bertanya lagi kepada-Nya. Lalu Yesus berkata kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, “Para guru agama dan orang-orang Farisi menafsirkan Hukum Musa. Lakukanlah semua yang mereka ajarkan kepada kalian, tetapi janganlah meniru perbuatan mereka. Karena mereka sendiri tidak melakukan apa yang mereka perintahkan. Mereka membebani kalian dengan tuntutan-tuntutan agama yang sangat berat, tetapi mereka sendiri tidak mengangkat satu jari pun untuk memenuhinya. “Segala perbuatan yang mereka lakukan hanya sekadar supaya dilihat orang. Mereka berpura-pura suci dengan mengenakan pada lengan mereka kotak doa berisi ayat-ayat Kitab Suci, dan dengan memperpanjang rumbai pada tepi jubah mereka. Mereka senang duduk di tempat kehormatan, di rumah ibadat maupun pada perjamuan. Mereka ingin dihormati bila berjalan di tempat umum. dan dipanggil ‘Rabi’ atau ‘Tuan’! Janganlah kalian mau dipanggil orang dengan sebutan demikian. Karena hanya Allahlah yang menjadi ‘Rabi’ kalian, sedangkan kalian ini semua sederajat sebagai saudara. Jangan sekali-kali memanggil seorang pun di bumi ini dengan sebutan ‘Bapa’, karena hanya Allah yang di surga yang patut menerima sebutan itu. Dan jangan kalian mau dipertuan, karena hanya ada satu Tuan, yaitu Mesias. “Semakin kalian merendahkan diri melayani orang lain, semakin besarlah kalian. Supaya menjadi yang terbesar, hendaklah kalian menjadi pelayan. Mereka yang meninggikan diri akan direndahkan, tetapi mereka yang merendahkan diri akan ditinggikan. Celakalah kalian, hai para guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian munafik! Karena kalian bersusah payah menobatkan satu orang, tetapi kemudian kalian menjadikan dia anak neraka yang dua kali lebih jahat daripada kalian sendiri. Pemimpin buta! Celakalah kalian! Karena menurut kalian sumpah ‘Demi Bait Allah’ tidak berarti apa-apa dan boleh dilanggar, tetapi sumpah ‘Demi emas yang ada dalam Bait Allah’ adalah sumpah yang mengikat. Orang bodoh yang buta! Mana lebih besar, emas atau Bait Allah yang menyucikan emas itu? Dan kalian mengatakan bahwa sumpah ‘Demi mazbah’ boleh dilanggar, tetapi sumpah ‘Demi persembahan yang di atas mazbah’ adalah sumpah yang mengikat! Orang buta kalian ini! Mana lebih besar, persembahan yang di atas mazbah, atau mazbah itu sendiri yang menyucikan persembahan itu? Jika kalian bersumpah ‘Demi mazbah’, maka kalian bersumpah demi mazbah itu dan demi segala sesuatu yang ada di atasnya. Dan jika kalian bersumpah ‘Demi Bait Allah’, maka kalian bersumpah demi rumah ibadat itu dan demi Allah yang tinggal di dalamnya. Dan jika kalian bersumpah ‘Demi surga’, maka kalian bersumpah demi Takhta Allah dan demi Allah sendiri. “Celakalah kalian, hai para guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian munafik, karena kalian memberi persepuluhan untuk setiap daun selasih yang tumbuh di kebun kalian, tetapi mengabaikan hal-hal yang lebih penting: keadilan, belas kasihan, dan iman. Tentu saja kalian wajib memberi persepuluhan, tetapi kalian tidak boleh mengabaikan hal-hal yang jauh lebih penting. Pemimpin buta! Kalian berusaha keras menyaring nyamuk dari dalam minuman, tetapi unta kalian telan. “Celakalah kalian, hai para guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian munafik! Kalian begitu teliti membersihkan bagian luar dari cawan, tetapi bagian dalamnya najis karena pemerasan dan ketamakan. Orang-orang Farisi yang buta! Pertama-tama bersihkanlah bagian dalam dari cawan itu, maka seluruh cawan itu akan menjadi bersih. “Celakalah kalian, hai para guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian seperti makam yang kelihatan indah, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang-tulang orang mati, najis, dan busuk. Kalian berusaha agar kelihatan seperti orang saleh; tetapi di balik jubah yang tampaknya suci itu terdapat hati yang dicemarkan oleh segala macam kemunafikan dan dosa. “Dengan berkata demikian kalian mengakui bahwa kalian adalah keturunan orang-orang jahat. Kalian mengikuti jejak mereka dan berbuat sama jahatnya seperti mereka. Hai ular! Anak-anak ular beludak! Bagaimana mungkin kalian melepaskan diri dari hukuman neraka? “Aku akan mengutus kepada kalian nabi-nabi, orang-orang bijaksana, dan para guru agama yang sebenarnya. Namun, beberapa dari mereka ada yang akan kalian cambuki di rumah ibadat, dan ada yang akan kalian kejar-kejar dari kota ke kota. Dengan demikian kalian akan menanggung darah segala orang suci yang dibunuh mulai dari Habel sampai kepada Zakharia (anak Berekhya), yang kalian bunuh di antara mazbah dan Tempat Kudus di Bait Allah. Sesungguhnyalah, segala hukuman yang sudah terkumpul selama berabad-abad itu akan ditanggungkan ke atas angkatan ini. “Yerusalem, Yerusalem, kota yang membunuh para nabi dan yang merajam semua orang yang diutus Allah kepadanya! Betapa seringnya Aku berhasrat mengumpulkan anak-anakmu seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi engkau tidak mau. Dan sekarang rumahmu dibiarkan kosong dan terlantar. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, engkau tidak akan melihat Aku lagi sampai engkau mengatakan, ‘Terpujilah Dia, yang datang dalam nama Tuhan!’ ” Ketika Yesus meninggalkan halaman Bait Allah, murid-murid-Nya menghampiri dan mengajak Dia melihat-lihat bangunan Bait Allah itu. Yesus berkata kepada mereka, “Semua bangunan ini akan dihancurkan, dan tidak ada satu batu pun yang akan dibiarkan tersusun di atas batu yang lain!” Beberapa lama kemudian, ketika Ia duduk di lereng Bukit Zaitun, para murid bertanya kepada-Nya, “Kapan semua itu akan terjadi? Apakah sebelumnya akan ada tanda-tanda yang menunjukkan kedatangan Tuhan yang kedua kali dan akhir zaman?” Yesus berkata kepada mereka, “Janganlah kalian disesatkan oleh siapa pun. Karena banyak yang akan menyatakan diri sebagai Mesias dan menyesatkan banyak orang. Bilamana kalian mendengar bahwa peperangan dan pemberontakan sudah mulai, jangan takut, karena memang hal-hal itu akan terjadi, tetapi itu bukanlah akhir dari segala-galanya. Bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan akan menyatakan perang satu terhadap yang lain. Di banyak tempat akan terjadi kelaparan dan gempa bumi. Namun, semua itu hanyalah permulaan dari penderitaan yang akan datang. “Kemudian kalian akan disiksa, dibunuh, dan dibenci oleh seluruh dunia sebab kalian adalah milik-Ku. Sedangkan banyak di antara kalian akan jatuh kembali ke dalam dosa dan saling mengkhianati serta saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Di mana-mana dosa akan merajalela dan karena itu, kasih kebanyakan orang akan luntur. Namun, mereka yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan. “Dan Berita Kesukaan mengenai Kerajaan Allah akan disiarkan ke seluruh dunia, sehingga segala bangsa akan mendengarnya. Barulah zaman akan berakhir. “Jadi, jika kalian melihat hal keji, yang diberitakan oleh Nabi Daniel, ada di tempat suci (pembaca mencoba untuk memahami apa yang dimaksudkan), maka yang ada di Yudea hendaknya melarikan diri ke daerah pegunungan Yudea. Jika kalian berada di atap rumah, jangan turun untuk berkemas. Jika kalian berada di ladang jangan pulang untuk mengambil pakaian. “Celakalah perempuan yang sedang hamil dan ibu yang menyusui bayi pada saat itu. Berdoalah agar pengungsian itu jangan terjadi pada musim dingin atau pada hari Sabat. Karena masa itu merupakan masa mengerikan yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah dan tidak akan pernah terjadi lagi. “Sebenarnya, jika masa itu tidak dipersingkat, maka semua orang akan binasa. Tetapi masa itu akan dipersingkat demi umat pilihan Allah. “Jika kelak ada seseorang memberitahukan kepada kalian, ‘Mesias sudah muncul di tempat ini atau di tempat itu’, janganlah percaya. Karena banyak Mesias palsu dan nabi palsu akan muncul, dan mereka akan membuat mukjizat-mukjizat luar biasa untuk menyesatkan, bahkan kalau mungkin menyesatkan orang-orang pilihan juga. Ingatlah, kalian sudah Kuperingatkan. “Jadi, jika ada orang yang memberitahukan kepada kalian bahwa Mesias sudah kembali dan berada di padang gurun, janganlah kalian pergi ke sana untuk melihatnya. Atau jika dikatakan bahwa Ia sedang bersembunyi di suatu tempat tertentu, janganlah kalian percaya! Karena seperti kilat yang memancar di langit dari timur ke barat, demikianlah kedatangan-Ku, apabila Aku, Anak Manusia, datang kembali. Sama seperti kumpulan burung nasar menunjukkan ada bangkai di dekatnya, tanda-tanda itu menunjukkan bahwa akhir sudah dekat. “Segera setelah kesusahan masa itu, matahari akan dikelamkan, bulan tidak akan bercahaya, bintang-bintang akan berjatuhan keluar dari orbitnya, dan kuasa-kuasa yang menaungi bumi ini akan diguncangkan. “Pada akhirnya tanda kedatangan-Ku akan terlihat di angkasa raya, dan sekalian bangsa di seluruh muka bumi akan berkabung dan mereka akan melihat Aku datang dengan awan dari langit dengan segala kuasa dan kemuliaan. Dan Aku akan mengutus malaikat-malaikat-Ku dengan bunyi trompet yang dahsyat, dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Ku dari segala penjuru langit dan bumi. “Ambillah pelajaran dari pohon ara. Apabila cabang-cabangnya mulai lembut dan mulai bertunas, maka kalian tahu bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga jika kalian melihat segala hal yang telah Aku beritahukan itu terjadi, kalian dapat memastikan bahwa kedatangan-Ku sudah dekat, bahkan sudah di ambang pintu. Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian, angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semua hal-hal itu terjadi. “Langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataan-Ku tetap untuk selama-lamanya. Tetapi tidak seorang pun mengetahui hari dan saat peristiwa-peristiwa itu akan terjadi, malaikat-malaikat di surga tidak dan Anak pun tidak. Hanya Bapa yang mengetahuinya. Orang tidak mau memercayai apa yang akan terjadi sampai saat banjir itu melanda dan membinasakan mereka semua. Demikian juga halnya dengan kedatangan-Ku kelak. “Dua orang laki-laki yang sedang bekerja bersama-sama di ladang, seorang akan dibawa dan seorang lagi akan ditinggalkan. Dua orang wanita yang sedang bekerja bersama-sama di rumah, seorang akan dibawa dan seorang lagi akan ditinggalkan. “Jadi, berjaga-jagalah, karena kalian tidak tahu kapan Tuhan kalian akan datang kembali. “Seorang tuan rumah yang tahu dengan pasti kapan maling akan datang, akan terus berjaga-jaga dan tidak akan membiarkan maling itu memasuki rumahnya. Karena itu, bersiap-siaplah selalu, karena Aku, Anak Manusia, akan datang pada waktu yang tidak terduga. “Seorang hamba yang setia, akan menerima tanggung jawab dari tuannya untuk mengatur hamba-hambanya yang lain dan memberi mereka makan. Berbahagialah hamba itu, jika pada waktu tuannya kembali, tuannya mendapati ia melaksanakan tugasnya dengan setia. Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian, tuannya akan memberikan kuasa atas segala sesuatu yang ia miliki kepada hambanya itu! “Tetapi, jika hamba itu jahat dan berkata kepada diri sendiri, ‘Tuanku tidak akan cepat-cepat datang’, dan mulai menindas sesama hamba, berfoya-foya serta bermabuk-mabuk, maka Tuannya akan datang dengan tidak terduga. Hamba itu akan dicambuki dan dijebloskan ke dalam tempat hukuman orang munafik. Di situ akan terdengar tangisan dan kertakan gigi.” “ Kerajaan surga dapat dilukiskan dengan perumpamaan mengenai sepuluh gadis pengiring mempelai yang membawa pelita mereka untuk pergi menyongsong mempelai laki-laki. “Tetapi yang bijaksana itu menjawab, ‘Minyak kami tidak cukup. Lebih baik kalian pergi membelinya ke warung.’ “Tetapi sedang mereka pergi, mempelai laki-laki datang. Mereka yang sudah siap sedia, mengiringkan mempelai ke dalam perjamuan nikah. Lalu pintu pun dikunci. “Kemudian ketika kelima gadis yang bodoh itu kembali, mereka berdiri di luar dan berseru, ‘Tuan, bukakanlah pintu untuk kami!’ “Tetapi ia menjawab, ‘Aku tidak mengenalmu! Pergilah kalian!’ “Oleh karena itu, berjaga-jaga dan bersiaplah, karena kalian tidak mengetahui hari atau saat Aku akan datang kembali. “Kerajaan Surga dapat juga diumpamakan dengan orang yang akan pergi ke negeri lain. Ia memanggil hamba-hambanya dan memercayakan kepada mereka sejumlah uang untuk dijadikan modal selama ia pergi. “Yang seorang diberinya lima talenta, yang lain dua talenta, dan yang lain lagi satu talenta, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setelah itu ia pun berangkatlah. Hamba yang menerima lima talenta segera mulai berdagang dengan uang itu dan tidak lama kemudian ia memperoleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta juga segera mulai berdagang dan memperoleh laba dua talenta. “Tetapi hamba yang menerima satu talenta menggali lubang di tanah dan menyimpan uang itu baik-baik. “Lama setelah itu tuan mereka kembali dan memanggil mereka untuk mempertanggungjawabkan uang yang telah mereka terima. Hamba yang diserahi uang lima talenta menyerahkan kepadanya sepuluh talenta. “Tuannya memuji dia karena pekerjaannya yang baik itu. ‘Engkau setia mengurus yang sedikit ini,’ katanya, ‘karena itu, sekarang aku akan menyerahkan kepadamu tanggung jawab yang jauh lebih besar. Terimalah tugas menyenangkan yang sudah kupercayakan kepadamu.’ “Setelah itu datanglah hamba yang menerima dua talenta serta berkata, ‘Tuan, Tuan menyerahkan kepada saya dua talenta. Sekarang jumlahnya telah menjadi dua kali lipat.’ “Tuannya berkata, ‘Baik sekali, engkau hamba yang baik dan setia. Engkau setia dengan jumlah yang kecil, karena itu engkau akan kuserahi lebih banyak lagi.’ “Tetapi tuannya menjawab, ‘Hai, hamba yang jahat dan malas! Engkau tahu bahwa aku akan mengambil keuntunganmu. Karena itu, setidak-tidaknya uang itu harus kausimpan di bank, supaya aku dapat memperoleh bunga dari uang itu. Ambillah uang dari orang ini dan serahkan kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta. Karena orang yang mempunyai, akan diberikan lebih banyak lagi, sehingga berkelimpahan. Tetapi dari orang yang tidak setia dan tanggung jawab, sedikit yang ada padanya akan diambil. Lemparkan hamba yang tidak berguna ini ke dalam kegelapan yang di luar! Di sana akan ada tangisan dan kertakan gigi.’ “Tetapi, apabila Aku, Anak Manusia, datang dalam kemuliaan-Ku disertai oleh para malaikat, maka pada waktu itulah Aku akan duduk di atas takhta kemuliaan-Ku. Dan segala bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Ku. Aku akan memisahkan orang banyak itu seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing, serta menempatkan kawanan domba di sebelah kanan-Ku, dan kawanan kambing di sebelah kiri-Ku. “Kemudian Aku, Raja itu, akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Ku, ‘Marilah, hai kalian yang diberkati Bapa-Ku, masuklah ke dalam Kerajaan yang sudah disediakan bagi kalian sejak dunia diciptakan. Karena, ketika Aku lapar, kalian memberi Aku makan; ketika Aku haus, kalian memberi Aku air; ketika Aku menjadi orang pendatang, kalian mengajak Aku masuk ke dalam rumah kalian; ketika Aku bertelanjang, kalian memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan berada di dalam penjara, kalian menengok Aku.’ “Kemudian orang-orang benar itu akan menjawab, ‘Tuhan, kapan kami pernah melihat Engkau lapar dan memberi Engkau makan? Atau melihat Engkau haus dan memberi Engkau minum? Atau melihat Engkau menjadi orang pendatang dan menolong Engkau? Atau melihat Engkau bertelanjang dan memberi Engkau pakaian? Kapan kami pernah melihat Engkau sakit atau dipenjarakan, dan kami menengok Engkau?’ “Maka Aku, Raja itu, akan berkata kepada mereka, ‘Ketika kalian melakukan hal itu kepada salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, maka sebenarnya kalian melakukannya kepada-Ku.’ Kemudian Aku akan berpaling kepada mereka yang di sebelah kiri-Ku serta berkata, ‘Enyahlah kalian, hai orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang sudah disediakan untuk setan dan roh-roh jahat. Karena, ketika Aku lapar, kalian tidak mau memberi Aku makan; ketika Aku haus, kalian tidak mau memberi Aku minum; ketika Aku menjadi pendatang, kalian tidak mau menyambut Aku; ketika Aku bertelanjang, kalian tidak mau memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan di dalam penjara, kalian tidak mau menengok Aku.’ “Maka mereka akan menjawab, ‘Tuhan, kapan kami pernah melihat Engkau lapar, atau haus, atau menjadi pendatang, atau bertelanjang, atau sakit, atau dipenjarakan dan kami tidak menolong Engkau?’ “Maka Aku akan menjawab, ‘Ketika kalian tidak mau menolong salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, maka sebenarnya kalian tidak mau menolong Aku.’ “Dan mereka akan masuk ke dalam hukuman yang kekal, tetapi orang yang benar akan masuk ke dalam hidup yang kekal.” Setelah selesai mengadakan pembicaraan dengan para murid-Nya, berkatalah Yesus kepada mereka, “Seperti kalian ketahui, dua hari lagi perayaan Paskah akan dimulai dan Aku akan dikhianati dan disalibkan.” Pada saat itu para imam kepala dan pemimpin bangsa Yahudi yang lain sedang berapat di tempat kediaman imam besar Kayafas, membicarakan cara-cara untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan diam-diam. “Tetapi jangan selama perayaan Paskah,” kata mereka, “kalau-kalau timbul kerusuhan.” Pada waktu itu Yesus melanjutkan perjalanan-Nya ke Betania, ke rumah Simon yang pernah sakit kusta. Ketika Yesus sedang makan, datanglah seorang wanita membawa botol berisi minyak wangi yang mahal sekali, serta menuangkan minyak itu ke atas kepala Yesus. Yesus mengetahui pikiran mereka serta berkata, “Mengapa kalian mencela dia? Sebenarnya ia sudah melakukan sesuatu yang baik bagi-Ku. Orang-orang miskin selalu ada di antara kalian, tetapi tidak demikian halnya dengan Aku. Dengan menuangkan minyak wangi ke atas-Ku, wanita ini telah mempersiapkan tubuh-Ku untuk penguburan. Dengan sungguh-sungguh Aku berkata. Apa yang telah dilakukan wanita ini akan diceritakan di seluruh dunia, di mana pun Berita Kesukaan dikabarkan.” Kemudian Yudas Iskariot; seorang dari kedua belas rasul, pergi kepada imam-imam kepala, dan bertanya, “Kalau Yesus saya serahkan ke dalam tangan Saudara, berapa Saudara berani membayar saya?” Dan mereka memberikan kepadanya tiga puluh keping perak. Sejak saat itu, Yudas mencari kesempatan untuk mengkhianati Yesus dan menyerahkan Dia kepada mereka. Pada hari pertama dari Perayaan Roti Tidak Beragi para murid datang kepada Yesus dan bertanya, “Di mana kita akan mengadakan perjamuan Paskah?” Yesus menjawab, “Pergilah ke dalam kota kepada Tuan Anu dan katakan kepadanya, ‘Guru kami berkata: waktu-Ku sudah sampai dan Aku akan mengadakan perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku di rumahmu.’ ” Para murid melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan menyiapkan perjamuan Paskah di tempat itu. Mereka sangat bersedih hati dan masing-masing bertanya, “Sayakah orangnya?” Ia menjawab, “Yang akan mengkhianati Aku ialah orang yang mencelupkan roti ke dalam mangkuk bersama-sama dengan Aku. Aku harus mati, sebagaimana dahulu telah dinubuatkan oleh para nabi, tetapi celakalah orang yang mengkhianati Aku. Jauh lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak pernah dilahirkan.” Yudas juga bertanya kepada-Nya, “Guru, sayakah orangnya?” Yesus menyahut, “Ya.” Sedang mereka makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah, memecah-mecahkan roti itu serta membagikannya kepada mereka sambil berkata, “Ambil dan makanlah roti ini, karena inilah tubuh-Ku.” Kemudian Ia mengambil sebuah cawan anggur, mengucap syukur kepada Allah serta memberikannya kepada mereka sambil berkata, “Minumlah kalian dari cawan ini, karena inilah darah-Ku, meterai Perjanjian Baru, yang dicurahkan bagi orang banyak untuk mengampunkan dosa. Perhatikanlah perkataan-Ku ini—Aku tidak akan minum anggur lagi sampai pada hari Aku meminum anggur yang baru bersama-sama dengan kalian di dalam Kerajaan Bapa-Ku.” Setelah menyanyikan sebuah lagu pujian, mereka pergi ke Bukit Zaitun. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Pada malam ini kalian semua akan meninggalkan Aku. Karena dalam Kitab Suci sudah tertulis, “ ‘Bunuhlah Gembala, dan domba-domba-Nya akan tercerai-berai.’ Tetapi setelah Aku dibangkitkan dari antara orang mati, Aku akan pergi ke Galilea dan akan menemui kalian di sana.” Petrus berkata, “Sekalipun semua orang meninggalkan Guru, saya sekali-kali tidak!” Yesus berkata kepadanya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, malam ini juga, sebelum ayam berkokok pada pagi hari, engkau akan menyangkal Aku tiga kali!” “Sekalipun saya harus mati bersama-sama dengan Guru, saya tidak akan menyangkal Guru,” kata Petrus. Dan semua murid yang lain juga berkata demikian. Kemudian Yesus mengajak mereka ke sebuah taman yang disebut Taman Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Duduklah di sini sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Ia mengajak Petrus dan dua orang anak Zebedeus, yaitu Yakobus dan Yohanes. Ia mulai diliputi gelisah dan susah hati. Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Jiwa-Ku hancur karena sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini. Berjagalah dengan Aku.” Ia berjalan lebih jauh sedikit, lalu sujud dan berdoa, “Bapa-Ku! Jika mungkin, biarlah kiranya cawan ini dijauhkan daripada-Ku. Tetapi Aku ingin agar kehendak-Mu yang berlaku, bukan kehendak-Ku.” Kemudian Yesus kembali kepada ketiga orang murid-Nya dan didapati-Nya mereka tertidur. “Petrus,” kata-Nya, “tidak dapatkah engkau berjaga dengan Aku satu jam saja? Berjaga-jagalah dan berdoalah, karena jika tidak, engkau akan jatuh ke dalam cobaan. Sebab sungguhpun hati bersedia, tubuh lemah.” Sekali lagi Ia meninggalkan mereka dan berdoa, “Ya Bapa-Ku! Jika cawan ini tidak dapat lepas daripada-Ku sampai Aku meminumnya, biarlah kehendak-Mu yang berlaku.” Lalu Ia kembali kepada mereka dan mendapati mereka tertidur, karena mereka sangat mengantuk. Kemudian untuk ketiga kalinya Ia berdoa, mengulangi permohonan-Nya. Setelah itu Ia menghampiri para murid dan berkata, “Belum cukup jugakah kalian tidur? Saatnya sudah tiba! Aku akan dikhianati dan diserahkan ke dalam tangan orang-orang jahat! Bangunlah! Mari kita pergi! Lihat! Orang yang mengkhianati Aku sudah datang!” Pada saat itu juga, ketika Yesus masih berkata-kata, Yudas, seorang dari kedua belas murid-Nya, datang dengan serombongan orang yang bersenjata pedang dan pentung. Mereka disuruh oleh para pemimpin Yahudi. Yudas telah berkata kepada mereka, “Orang yang harus kalian tangkap, ialah orang yang akan saya cium.” Oleh karena itu, Yudas langsung menghampiri Yesus dan berkata, “Apa kabar, Guru,” lalu mencium Dia. Yesus berkata, “Kawan, laksanakanlah maksud kedatanganmu.” Mereka pun menyergap dan menangkap Yesus. Salah seorang pengikut Yesus menghunus pedangnya dan memarang pelayan imam besar sehingga telinganya putus. “Sarungkanlah pedangmu,” kata Yesus kepadanya. “Mereka yang menggunakan pedang akan mati oleh pedang. Tidakkah engkau tahu bahwa Aku dapat meminta bantuan dari Bapa-Ku, dan Ia akan segera mengirimkan lebih dari dua belas pasukan malaikat? Namun, jika Aku berbuat demikian, bagaimana mungkin ayat Kitab Suci yang melukiskan kejadian saat ini akan dapat digenapi?” Kemudian Yesus bertanya kepada orang banyak itu, “Apakah Aku ini seorang perampok yang membahayakan, sehingga untuk menangkap Aku kalian harus mempersenjatai diri dengan pedang dan pentung? Setiap hari Aku duduk dan mengajar di Bait Allah. Mengapa kalian tidak menangkap Aku di sana? Tetapi semua ini terjadi untuk menggenapi apa yang dinubuatkan para nabi dalam Kitab Suci.” Pada saat itu semua murid-Nya meninggalkan Dia dan melarikan diri. Kemudian orang banyak itu membawa Dia ke rumah imam besar Kayafas, dan di tempat itulah guru-guru agama dan pemimpin-pemimpin Yahudi berkumpul. Sementara itu, Petrus mengikuti dari jauh. Ia sampai di halaman rumah imam besar, lalu masuk dan duduk bersama-sama dengan para prajurit. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan orang terhadap Yesus. Imam-imam kepala dan bahkan segenap anggota Mahkamah Agama berkumpul di tempat itu dan mencari saksi-saksi yang bersedia berdusta tentang Yesus, supaya Ia dapat dijatuhi hukuman mati. Imam besar berdiri dan berkata kepada Yesus, “Apakah tuduhan-tuduhan itu Kaubiarkan saja? Tidakkah ada sesuatu yang dapat Kaukemukakan untuk membela diri?” Tetapi Yesus diam saja. Lalu imam besar berkata lagi kepada-Nya, “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami apakah Engkau Mesias, Anak Allah?” Yesus berkata, “Benar, Akulah Mesias. Kelak kalian akan melihat Aku, Anak Manusia, duduk di sebelah kanan Allah dan akan kembali ke dunia ini dengan awan dari langit.” Mereka meludahi muka-Nya dan memukul Dia. Beberapa orang menampar-Nya, sambil berkata, “Bernubuatlah kepada kami, hai Mesias! Siapa yang baru saja memukul Engkau?” Sementara itu, ketika Petrus sedang duduk di halaman, seorang pelayan perempuan menghampiri dan berkata kepadanya, “Engkau bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.” Tetapi dengan keras Petrus menyangkal. “Aku sama sekali tidak tahu apa yang kaumaksudkan,” katanya dengan marah. Tidak lama kemudian, di dekat pintu gerbang, seorang pelayan perempuan lain mengenali dia dan berkata kepada orang-orang yang berdiri di tempat itu, “Orang ini bersama-sama dengan Yesus dari Nazaret.” Sekali lagi Petrus menyangkal, kali ini dengan sumpah. “Aku tidak kenal kepada Orang itu,” kata Petrus. Tetapi tidak lama kemudian mereka menghampiri dia dan berkata, “Kami tahu engkau murid-Nya, karena engkau mempunyai logat Galilea.” Petrus mulai mengutuk dan menyumpah. “Kenal pun tidak aku kepada Orang itu,” katanya. Segera ayam pun berkokoklah. Lalu teringatlah Petrus akan apa yang telah dikatakan Yesus, “Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.” Petrus pun pergi sambil menangis dengan sedih. Pada pagi hari itu para imam kepala dan pemimpin Yahudi berapat lagi untuk membicarakan bagaimana caranya supaya pemerintah Romawi menjatuhkan hukuman mati ke atas Yesus. Mereka membelenggu Yesus dan membawa-Nya ke hadapan Gubernur Pilatus. Ketika Yudas, yang telah mengkhianati Yesus, tahu bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, ia sangat menyesal atas apa yang telah dilakukannya. Uang yang telah diterimanya sebagai upah pengkhianatan dikembalikannya kepada para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain. “Saya telah berdosa,” katanya, “sebab telah mengkhianati Orang yang tidak bersalah.” “Itu urusanmu sendiri,” sahut mereka. Ia melemparkan uang itu ke lantai Bait Allah, lalu pergi menggantung diri. Para imam kepala memungut uang itu. “Kita tidak dapat memasukkan uang ini ke dalam kotak persembahan,” kata mereka, “karena uang ini upah pembunuhan.” Mereka berunding dan akhirnya memutuskan untuk membeli sebidang tanah milik para penjunan, dan menjadikannya kuburan untuk orang asing yang mati di Yerusalem. Itulah sebabnya mengapa pekuburan itu disebut “Tanah Darah” sampai sekarang. Ini menggenapi nubuat Yeremia yang bunyinya: “Mereka mengambil tiga puluh keping perak itu— harga Dia menurut ketetapan bangsa Israel dan membeli sebidang tanah dari para penjunan seperti yang difirmankan Tuhan kepadaku.” Yesus dihadapkan kepada Gubernur Pilatus. “Apakah Engkau Raja orang Yahudi?” tanya Gubernur kepada-Nya. “Ya. seperti yang Tuan katakan,” sahut Yesus. Tetapi, ketika para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap diri-Nya, Yesus diam saja. “Tidakkah Engkau mendengar apa yang mereka katakan?” tanya Pilatus. Tetapi Yesus tetap diam, sehingga Gubernur terheran-heran. Sudah menjadi kebiasaan Gubernur pada perayaan Paskah membebaskan seorang tahanan bangsa Yahudi—siapa saja yang dikehendaki oleh rakyat. Pada waktu itu di penjara ada seorang penjahat ulung bernama Barabas. Pagi itu, ketika orang banyak berkumpul di depan kediaman Pilatus, ia bertanya kepada mereka, “Siapa yang harus kubebaskan bagi kalian, Barabas atau Yesus, Mesias kalian?” Ia tahu benar bahwa para pemimpin Yahudi menangkap Yesus semata-mata karena iri hati sebab Yesus disukai oleh orang banyak. Ketika Pilatus sedang memimpin sidang pengadilan, istrinya menyampaikan pesan kepadanya: “Jangan kauapa-apakan Orang baik itu, karena semalam aku mendapat mimpi buruk mengenai Dia.” Sementara itu para imam kepala dan pemimpin Yahudi menghasut orang banyak agar meminta Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. Oleh karena itu, ketika Gubernur bertanya lagi, “Siapakah di antara kedua orang ini yang harus kubebaskan bagi kalian?” orang banyak itu berseru, “Barabas!” “Kalau begitu, apa yang harus saya perbuat terhadap Yesus, Mesias kalian?” tanya Pilatus. Mereka berseru, “Salibkan Dia!” Pilatus bertanya, “Mengapa? Kesalahan apa yang telah dilakukan-Nya?” Tetapi mereka terus berseru, “Salibkan! Salibkan!” Ketika Pilatus melihat bahwa ia menghadapi jalan buntu, dan ada kemungkinan timbulnya kerusuhan, ia mengambil air dan mencuci tangan di hadapan orang banyak serta berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah Orang yang baik ini. Kalianlah yang bertanggung jawab!” Orang banyak itu berseru, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan ke atas kami dan anak-anak kami!” Kemudian Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka. Setelah ia memerintahkan agar Yesus dicambuk, ia menyerahkan Yesus kepada tentara Romawi untuk disalibkan. Mula-mula para prajurit membawa Dia ke dalam istana dan memanggil segenap pasukan. Mereka melucuti pakaian Yesus dan menggantinya dengan jubah berwarna ungu. Mereka membuat mahkota dari duri-duri yang panjang dan mengenakannya pada kepala-Nya. Ia disuruh memegang sebatang buluh di tangan kanan-Nya sebagai tongkat kerajaan. Lalu mereka berlutut di hadapan-Nya sambil mengejek, “Hidup Raja orang Yahudi!” Kemudian mereka meludahi Dia, merampas buluh itu dari tangan-Nya serta memukulkannya ke kepala-Nya. Setelah mengejek Dia, mereka mengganti lagi jubah itu dengan pakaian-Nya sendiri, lalu membawa Dia pergi untuk disalibkan. Ketika sedang menuju ke tempat penyaliban, mereka bertemu dengan orang Kirene bernama Simon. Mereka memaksa dia untuk memikul salib Yesus. Ketika mereka sampai di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya “Bukit Tengkorak”, para prajurit memberikan kepada Yesus anggur yang dicampur dengan empedu. Tetapi setelah dicicipi-Nya, Ia tidak mau meminumnya. Setelah para prajurit menyalibkan Yesus, mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. Kemudian mereka duduk di situ menjaga Dia. Di atas dekat kepala-Nya mereka memasang papan bertuliskan: “ Inilah Yesus, Raja orang Yahudi ”. Pada pagi itu ada dua orang perampok yang juga disalibkan; yang seorang di sebelah kanan Yesus dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di situ mengejek Dia sambil menggeleng-gelengkan kepala serta berkata, “Bukankah Engkau mau merobohkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari? Kalau benar Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu!” Demikian pula kedua perampok yang disalibkan bersama dengan Yesus mengejek Dia. Dari tengah hari seluruh negeri diliputi kegelapan sampai pukul tiga petang. Pada kira-kira jam tiga, Yesus berseru, “Eli, Eli, lama sabakhtani,” artinya, “Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Beberapa orang yang berdiri di situ mengira bahwa Ia memanggil Nabi Elia. Seorang dari mereka lari, mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam, lalu menyodorkannya kepada Yesus dengan sebatang buluh supaya diminum. Tetapi yang lain berkata, “Tunggu dulu! Coba kita lihat apakah Elia akan datang menyelamatkan Dia.” Kemudian sekali lagi Yesus berseru, lalu melepaskan nyawa-Nya. Dan lihatlah! Tirai yang menutupi Tempat Yang Mahakudus di dalam Bait Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Bumi berguncang dan batu-batu karang terbelah. Kubur-kubur terbuka dan banyak orang saleh yang telah mati, baik laki-laki maupun perempuan, hidup kembali. Setelah kebangkitan Yesus mereka meninggalkan pekuburan, lalu masuk ke Yerusalem, dan di sana menampakkan diri kepada banyak orang. Melihat gempa bumi dan segala sesuatu yang terjadi, kepala pasukan dan para prajurit yang menjaga Yesus menjadi takut sekali. Mereka berseru, “Sesungguhnyalah Ia Anak Allah.” Dan banyak wanita melihat dari jauh. Mereka telah mengikuti serta melayani Dia sejak dari Galilea. Di antaranya terdapat Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, serta ibu Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus). Ketika hari sudah hampir malam seorang kaya dari Arimatea bernama Yusuf, salah seorang pengikut Yesus, pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan supaya mayat itu diberikan kepadanya. Yusuf mengambil mayat itu dan mengafaninya dengan kain linen yang bersih, serta meletakkannya di kubur miliknya sendiri yang masih baru, yang dibuat di dalam bukit batu. Sebelum pergi, digulingkannya sebuah batu besar untuk menutupi pintu kubur itu. Maria Magdalena dan Maria yang seorang lagi duduk tidak jauh dari tempat itu sambil memperhatikan. Keesokan harinya, setelah hari pertama perayaan Paskah berakhir, para imam kepala dan orang Farisi pergi menghadap Pilatus, dan memberitahukan kepadanya, “Tuan, pendusta itu pernah berkata, ‘Setelah tiga hari Aku akan hidup lagi.’ Oleh karena itu, perintahkanlah supaya kubur itu dimeteraikan sampai hari yang ketiga, untuk menjaga jangan sampai para murid-Nya mencuri mayat-Nya dan kemudian mengatakan bahwa Ia sudah hidup kembali! Jika hal itu terjadi, maka keadaan akan lebih buruk lagi.” Pilatus berkata kepada mereka, “Kerahkan saja penjaga Bait Allah. Mereka dapat menjaga dengan cukup baik.” Maka mereka pun memeteraikan kubur itu dan menempatkan penjaga di situ. Esoknya, pada hari Minggu, ketika fajar menyingsing, Maria Magdalena dan Maria yang seorang lagi pergi ke kubur. Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat, karena seorang malaikat Tuhan turun dari surga dan menggulingkan batu penutup pintu kubur serta duduk di atasnya. Wajahnya bercahaya seperti kilat dan pakaiannya putih sekali. Ketika para penjaga melihat malaikat itu, mereka gemetar ketakutan dan jatuh pingsan. Kemudian malaikat itu berkata kepada wanita-wanita itu, “Jangan takut! Aku tahu kalian mencari Yesus yang disalibkan, tetapi Ia tidak ada di sini! Ia sudah hidup kembali. Masuk dan lihatlah tempat tubuh-Nya dibaringkan. Sekarang pergilah dan beritahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia sudah bangkit dari antara orang mati, dan Ia akan pergi ke Galilea untuk menjumpai mereka di sana. Itulah pesanku untuk mereka.” Wanita-wanita itu lari meninggalkan kubur dengan sangat ketakutan, tetapi juga dengan sukacita. Mereka bergegas mencari para murid untuk menyampaikan pesan malaikat itu. Sedang mereka berlari, tiba-tiba Yesus ada di hadapan mereka! “Selamat pagi!” kata-Nya. Mereka merangkul kaki-Nya serta sujud menyembah Dia. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Jangan takut! Pergilah dan beritahukan kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea dan menjumpai Aku di sana.” Sedang wanita-wanita itu menuju ke kota, beberapa orang penjaga Bait Allah yang telah menjaga kubur itu pergi menghadap para imam kepala untuk memberitahukan apa yang telah terjadi. Majelis itu berjanji, “Jika hal ini terdengar oleh Gubernur, kalian akan kami bela dan segala sesuatu akan beres.” Demikianlah para penjaga itu menerima uang sogok dan melakukan apa yang disuruhkan kepada mereka. Cerita mereka tersiar luas di antara orang-orang Yahudi dan sampai sekarang pun hal ini masih mereka percayai. Kemudian kesebelas murid itu pergi ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Di situlah mereka menjumpai Dia dan menyembah Dia. Tetapi beberapa di antara mereka masih kurang yakin bahwa Dia Yesus. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku telah diberi segala kuasa yang di surga dan di bumi. Oleh karena itu, pergilah dan jadikanlah sekalian bangsa murid-Ku; baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus; kemudian ajarlah murid-murid yang baru itu menaati segala perintah yang sudah Kuberikan kepada kalian, dan yakinlah bahwa Aku akan selalu menyertai kalian sampai akhir zaman.” Inilah permulaan riwayat Yesus Kristus, Anak Allah. Semuanya dimulai seperti yang ditulis oleh Nabi Yesaya. “Aku mengirim utusan-Ku di depan-Mu, dan dia akan mempersiapkan dunia bagi kedatangan-Mu.” “Ada orang berseru-seru di padang gurun, ‘Siapkanlah jalan bagi Tuhan; luruskanlah jalan yang akan dilalui-Nya.’ ” Utusan itu ialah Yohanes Pembaptis. Ia hidup di padang gurun dan mengajarkan bahwa semua orang harus bertobat supaya Allah mengampuni mereka, dan mereka harus dibaptiskan sebagai pernyataan kepada umum bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk meninggalkan dosa. Orang-orang dari Yerusalem dan dari seluruh Tanah Yudea pergi untuk melihat dan mendengarkan Yohanes. Pada waktu mereka mengakui dosa mereka, Yohanes membaptiskan mereka di Sungai Yordan. Yohanes mengenakan pakaian dari bulu unta dan memakai ikat pinggang kulit. Makanannya belalang dan madu hutan. Inilah antara lain yang dikhotbahkannya: “Nanti akan datang Dia yang lebih berkuasa daripadaku, sehingga membuka kasut-Nya pun aku ini tidak layak! Aku membaptiskan kalian dengan air, tetapi Ia akan membaptiskan kalian dengan Roh Kudus!” Kemudian pada suatu hari datanglah Yesus dari Nazaret di Galilea dan dibaptiskan oleh Yohanes di Sungai Yordan. Pada saat Yesus keluar dari air, Dia melihat langit terbuka dan Roh Kudus dalam rupa seekor burung merpati turun ke atas-Nya. Suatu suara dari langit berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi; Engkaulah menyenangkan hati-Ku.” Kemudian, setelah Yohanes ditangkap oleh Raja Herodes, Yesus pergi ke Galilea mengabarkan Berita Kesukaan dari Allah. “Sekarang saatnya telah tiba,” kata-Nya. “Kerajaan Allah sudah dekat! Tinggalkan dosa kalian dan percayalah akan Berita Kesukaan ini!” Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berjalan di tepi Danau Galilea, Ia melihat Simon dan saudaranya, Andreas, sedang menjala ikan, sebab itulah mata pencaharian mereka. Yesus berseru kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku! Dan Aku akan menjadikan kalian penjala manusia!” Dengan segera mereka meninggalkan jala mereka dan mengikut Yesus. Tidak jauh dari situ, Ia melihat anak-anak Zebedeus, yaitu Yakobus dan Yohanes, sedang memperbaiki jala di dalam perahu. Mereka juga dipanggil-Nya. Keduanya segera meninggalkan ayah mereka dan orang-orang upahannya, lalu mengikut Dia. Yesus dengan orang-orang yang telah diajak-Nya tiba di Kota Kapernaum. Pada hari Sabat pagi mereka masuk ke dalam rumah ibadat orang Yahudi dan Yesus berkhotbah di situ. Orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar dengan penuh kuasa, berbeda sekali dengan guru-guru agama! Seseorang yang dirasuk setan ada di rumah ibadat, dan berseru-seru kepada Yesus, “Mengapa Engkau mengganggu kami, hai Yesus dari Nazaret? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau. Engkau adalah Anak Allah yang kudus!” Yesus membentak setan itu. “Diam,” kata-Nya, “dan keluarlah dari orang itu!” Roh jahat itu pun menjerit serta mengejangkan orang itu, lalu keluar. Hadirin takjub serta memperbincangkan apa yang telah terjadi. “Apakah ini agama baru?” tanya mereka. “Roh-roh jahat pun menaati perintah-Nya!” Dengan cepat sekali berita tentang apa yang telah dilakukan Yesus itu tersiar ke seluruh daerah Galilea. Yesus pergi ke pembaringan wanita itu, dan ketika Ia memegang tangannya serta menolongnya duduk, demamnya hilang seketika itu juga. Wanita itu segera bangkit, lalu menyiapkan makanan untuk mereka. Pada malam itu banyak orang sakit disembuhkan dan banyak setan diusir dari orang-orang yang dirasuknya. Tetapi Yesus tidak membolehkan setan-setan itu berkata-kata, sebab mereka tahu siapa Dia. Jauh sebelum matahari terbit keesokan harinya. Ia sudah bangun. Seorang diri Ia pergi ke padang gurun untuk berdoa. Tetapi Yesus menjawab, “Kita harus pergi ke kota-kota lain juga, dan menyampaikan amanat-Ku kepada mereka, sebab itulah maksud kedatangan-Ku.” Maka pergilah Ia ke seluruh Galilea dan berkhotbah di rumah-rumah ibadat serta melepaskan banyak orang dari kungkungan setan. Pada suatu hari seorang penderita kusta datang berlutut di hadapan-Nya dan mohon supaya disembuhkan. “Kalau Tuhan mau, Tuhan dapat menyembuhkan saya,” katanya. Yesus merasa kasihan, lalu mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu serta berkata, “Aku mau! Sembuhlah!” Seketika itu juga penyakit kusta orang itu hilang. Ia sembuh. Tetapi sambil berjalan ia berseru-seru memberitakan kesembuhannya. Akibatnya, orang selalu mengerumuni Yesus, sehingga Ia tidak lagi dapat memasuki kota mana pun dengan terang-terangan, melainkan harus tinggal di daerah tandus yang tidak berpenduduk. Dan dari mana-mana orang datang menemui Dia di sana. Beberapa hari kemudian Ia kembali ke Kapernaum dan kabar mengenai kedatangan-Nya segera tersiar ke seluruh kota. Rumah tempat Ia menginap penuh sesak dengan para pengunjung, bahkan di luar pintu pun orang berjejal-jejal. Ia mengkhotbahkan firman Allah kepada mereka. Empat orang datang mengusung seorang yang lumpuh. Mereka tidak dapat mendekati Yesus melalui orang banyak. Oleh karena itu, mereka membuat lubang pada atap di atas Yesus dan menurunkan orang sakit itu tepat di hadapan-Nya. Ketika Yesus melihat betapa kuat iman mereka bahwa Ia dapat memberi pertolongan, Ia berkata kepada orang sakit itu, “Anak-Ku, dosamu sudah diampunkan!” Tetapi beberapa pemimpin agama Yahudi yang duduk di situ berkata di antara mereka sendiri, “Apa? Ini hujat namanya! Apakah dikira-Nya Dia Allah? Sebab hanya Allah yang dapat mengampunkan dosa.” Yesus mengetahui pikiran mereka dan berkata, “Mengapa hal ini merisaukan hati kalian? Orang itu bangkit, mengangkat usungannya, lalu keluar melalui orang banyak yang menyaksikan peristiwa itu dengan keheran-heranan. Kemudian mereka semua memuji-muji Allah serta berkata, “Belum pernah kita menyaksikan hal seperti ini!” Kemudian Yesus pergi lagi ke tepi danau dan berkhotbah kepada orang banyak yang mengerumuni-Nya. Sedang Ia berjalan di tepi danau, Ia melihat Lewi, anak Alfeus, sedang duduk di rumah cukai. “Ikutlah Aku,” kata Yesus kepadanya, “Jadilah murid-Ku!” Lewi pun berdiri dan mengikut Dia. Kemudian, Lewi mengundang Yesus dan murid-muridnya ke rumahnya bersama dengan banyak teman-temannya sesama pemungut pajak dan orang-orang bereputasi buruk lainnya untuk makan bersamanya. Banyak dari mereka telah mengikuti Yesus. Tetapi, ketika beberapa pemimpin agama Yahudi melihat Yesus makan bersama-sama dengan orang-orang yang cemar namanya, mereka berkata kepada murid-murid-Nya, “Bagaimana mungkin Ia dapat makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa?” Ketika Yesus mendengar perkataan mereka, Ia berkata, “Orang sakitlah yang memerlukan dokter, bukan yang sehat! Aku datang bukan untuk memanggil orang-orang benar, melainkan orang-orang berdosa.” Pada suatu hari murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang melakukan ibadah puasa. Beberapa orang datang kepada Yesus menanyakan mengapa murid-murid-Nya tidak berpuasa. Yesus menjawab, “Apakah sahabat-sahabat pengantin laki-laki tidak mau makan waktu pengantin laki-laki itu masih ada bersama-sama? Haruskah mereka bersedih hati sementara ia ada bersama dengan mereka? Tetapi akan tiba saatnya pengantin laki-laki itu diambil dari antara mereka dan barulah mereka akan berpuasa. Selain itu, siapa yang akan menambal pakaian lama dengan kain baru? Sebab tambalan itu akan mengerut dan membuat lubang yang lebih besar lagi. Demikianlah pula anggur yang baru tidak boleh disimpan dalam kantong kulit yang tua. Kantong itu akan pecah. Anggurnya tumpah, sedangkan kantongnya rusak. Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong kulit yang masih baru.” Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang berjalan melalui ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir-bulir gandum dan memakannya. Beberapa orang Farisi berkata kepada Yesus, “Tidak patut mereka berbuat demikian! Memetik gandum pada hari Sabat melanggar hukum.” Tetapi hari Sabat diadakan untuk manusia, bukannya manusia untuk hari Sabat. Dan Aku, Anak Manusia, adalah Tuhan, bahkan atas hari Sabat.” Ketika berada di Kapernaum, Yesus pergi lagi ke rumah ibadat, dan di situ Ia melihat seorang laki-laki yang cacat tangannya. Karena hari itu hari Sabat, musuh-musuh Yesus memperhatikan Dia dengan cermat. Apakah Ia akan menyembuhkan tangan orang itu? Kalau Ia menyembuhkannya, mereka bermaksud menangkap Dia! Yesus menyuruh orang itu maju dan berdiri di hadapan jemaat. Lalu Ia bertanya kepada lawan-lawan-Nya, “Bolehkah orang melakukan perbuatan baik pada hari Sabat? Ataukah hari ini untuk berbuat jahat? Apakah hari ini hari untuk menyelamatkan jiwa orang atau untuk membinasakannya?” Tetapi mereka tidak menjawab. Dengan marah Ia memandang orang-orang yang ada di sekeliling-Nya, karena Ia bersedih hati melihat sikap mereka yang acuh tak acuh terhadap kepentingan sesama manusia. Ia berkata kepada orang itu, “Ulurkan tanganmu!” Orang itu mengulurkan tangannya dan seketika itu juga tangannya menjadi sembuh! Orang-orang Farisi segera pergi menemui orang-orang Herodian untuk merencanakan untuk membunuh Yesus. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu, kalau-kalau Ia terdesak oleh orang-orang itu. Karena pada hari itu banyak orang telah disembuhkan, maka banyak sekali orang sakit mengerumuni Yesus dan berusaha menjamah Dia. Setiap kali orang-orang yang dirasuk setan melihat Dia, mereka tersungkur di hadapan-Nya sambil menjerit, “Engkaulah Anak Allah!” Tetapi dengan tegas Ia melarang mereka mengatakan siapa Dia. Setelah itu Ia mengajak beberapa orang yang dipilih-Nya untuk menyertai-Nya ke atas bukit dan mereka pun mengikut Dia. Ketika Ia kembali ke rumah tempat Ia menginap, orang banyak mulai berkumpul lagi. Segera rumah itu penuh dengan para pengunjung, sehingga Ia tidak sempat makan. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar apa yang sedang terjadi, mereka berusaha membawa Dia pulang. “Ia telah kehilangan akal,” kata mereka. Tetapi para ahli agama Yahudi yang telah datang dari Yerusalem mengatakan, “Ia dikuasai oleh Iblis, raja segala roh jahat. Itulah sebabnya roh-roh jahat patuh kepada-Nya.” Yesus memanggil orang-orang itu dan bertanya kepada mereka dengan menggunakan perumpamaan yang mereka pahami. “Bagaimana mungkin Iblis dapat mengusir Iblis? Kerajaan yang terpecah-pecah akan runtuh. Rumah tangga yang penuh dengan pertengkaran dan perpecahan akan hancur. Dan jikalau Iblis bertempur melawan dirinya sendiri, bagaimana ia dapat bertahan? Seseorang yang masuk ke rumah orang yang lebih kuat, tidak akan dapat mengambil miliknya, tanpa terlebih dahulu mengikat orang yang lebih kuat itu. Setelah diikat, barulah seluruh miliknya dapat diambil. “Dengan tegas Kunyatakan bahwa setiap dosa yang dilakukan manusia, bahkan hujat terhadap Aku sekalipun, dapat diampunkan. Tetapi hujat terhadap Roh Kudus adalah dosa kekal yang tidak dapat diampunkan.” Ia berkata demikian, karena mereka mengatakan bahwa Ia melakukan mukjizat-mukjizat-Nya dengan kuasa Iblis. (Mereka tidak mau mengakui bahwa Ia melakukannya dengan kuasa Roh Kudus.) Ia menjawab, “Siapakah ibu-Ku? Siapakah saudara-saudara-Ku?” Sambil memandang kepada orang-orang di sekeliling-Nya, Ia berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Setiap orang yang melakukan kehendak Allah ialah saudara-Ku dan ibu-Ku.” Pada suatu hari, ketika Ia mengajar di tepi danau, kembali orang banyak berkumpul mengelilingi Dia. Maka naiklah Ia ke dalam sebuah perahu, lalu duduk dan berbicara dari situ. Cara yang biasa dipakai-Nya kalau Ia mengajar ialah dengan menceritakan perumpamaan. Salah satu dari perumpamaan itu ialah sebagai berikut: “Dengarlah! Ada seorang petani yang akan menabur benih. Ketika ia menabur benih itu di ladangnya, ada beberapa yang jatuh di jalan, kemudian burung-burung datang memakannya. Sebagian lagi jatuh di antara semak duri yang tumbuh makin besar dan mengimpit serta mendesak tanaman yang masih muda itu sehingga tidak dapat berbuah. Tetapi sebagian dari benih itu jatuh di tanah yang subur dan menghasilkan tiga puluh kali lipat dari yang telah ditanam, bahkan ada yang enam puluh atau seratus kali lipat! Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!” Kemudian, ketika Ia seorang diri, kedua belas murid-Nya serta beberapa murid-Nya yang lain bertanya kepada-Nya, “Apakah arti perumpamaan itu?” “Tetapi, jikalau kalian tidak dapat mengerti perumpamaan yang semudah ini, bagaimana kalian akan dapat mengerti perumpamaan-perumpamaan lain yang akan Kuceritakan? “Petani dalam perumpamaan tadi adalah setiap orang yang mengabarkan firman Allah kepada orang lain, dengan maksud menanamkan benih yang baik dalam kehidupan mereka. Jalan yang keras di mana sebagian dari benih itu jatuh, melukiskan kerasnya hati beberapa orang yang mendengar firman Allah itu. Segera datanglah Iblis, yang berusaha agar mereka melupakan firman itu. Tanah tipis yang berbatu-batu melukiskan hati orang yang mendengar dan menerima firman itu dengan sukacita. Tetapi seperti tanaman muda yang tumbuh di tanah yang demikian, akar mereka tidak dalam. Begitu ia mengalami kesusahan atau penganiayaan oleh karena kepercayaannya, begitu semangatnya padam dan ia pun murtad. “Tanah yang bersemak duri melukiskan hati orang yang mendengar firman dan menerimanya, kekhawatiran akan kehidupan yang sekarang ini dan ketamakan akan uang, serta keinginan akan barang-barang yang indah memasuki kehidupan mereka, lalu mendesak firman Allah dari dalam hati mereka, sehingga tidak menghasilkan buah. “Tetapi tanah yang subur melukiskan hati yang benar-benar menerima firman Allah yang menghasilkan panen yang berkelimpahan bagi Allah—tiga puluh, enam puluh bahkan seratus kali lipat dari jumlah yang ditanamkan dalam hati mereka.” Kemudian Ia bertanya kepada mereka, “Apabila seseorang memasang pelita, apakah ia akan menyembunyikan pelita itu untuk menghalangi cahayanya? Tentu saja tidak! Sebab, kalau tertutup, cahayanya tidak akan dapat dilihat atau dimanfaatkan. Pelita harus diletakkan di atas kaki pelita, agar dapat memancarkan cahaya dan ada gunanya. “Segala sesuatu yang sekarang tersembunyi akan diungkapkan, dan apa yang dirahasiakan akan diketahui. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan! Dan berusahalah mengamalkan apa yang sedang Kukatakan. Ukuran yang kalian gunakan untuk mengukur orang-orang lain, akan diukurkan kepada kalian dan bahkan lebih lagi. Kepada orang yang mendengarkan kata-kata-Ku akan diberikan lebih banyak pemahaman lagi; tetapi dari orang yang tidak mendengarkan, bahkan sedikit pemahaman yang ada padanya akan diambil juga. “Ada sebuah perumpamaan lain yang menggambarkan Kerajaan Allah: Seorang petani menabur benih di ladangnya. Kemudian ia pergi dan dari hari ke hari benih itu terus tumbuh tanpa pemeliharaannya. Sebab tanahlah yang membuat benih itu tumbuh. Mula-mula muncullah tunas, kemudian terbentuklah bulir gandum dan akhirnya gandum itu masak. Lalu petani itu pun datang membawa sabit dan menuainya.” Yesus bertanya, “Bagaimanakah Aku dapat menjelaskan Kerajaan Allah? Perumpamaan apakah yang dapat Kupakai untuk melukiskannya? Ia memakai banyak perumpamaan semacam itu untuk mengajar orang sebanyak yang dapat mereka pahami. Sesungguhnya hanya di depan umum Ia mengajar dengan perumpamaan, tetapi setelah itu, waktu Ia bersama dengan murid-murid-Nya saja, Ia menjelaskan maksud-Nya kepada mereka. Pada waktu matahari terbenam Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Marilah kita pergi ke seberang danau.” Mereka langsung membawa Dia meninggalkan orang banyak, namun ada perahu-perahu lain yang ikut. Tetapi tidak lama kemudian datanglah badai yang hebat. Ombak yang menggulung tinggi memasuki perahu, sehingga perahu itu hampir penuh dengan air dan hampir tenggelam. Yesus sedang tidur di atas bantal di buritan kapal. Dengan panik murid-murid-Nya membangunkan dia sambil berseru, “Guru, tidakkah Guru peduli kalau kita mati tenggelam?” Yesus bangun, lalu menghardik angin itu dan berkata kepada danau, “Tenanglah!” Angin pun reda dan keadaan menjadi tenang sekali. Kemudian Ia bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian begitu ketakutan? Tidak percayakah kalian kepada-Ku?” Mereka dipenuhi rasa gentar serta takut dan berkata satu kepada yang lain, “Siapakah sebenarnya Orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil menjerit-jerit dan melukai dirinya dengan batu yang tajam. Ketika orang itu melihat Yesus dari jauh, ia mendapatkan-Nya, lalu menjatuhkan diri di hadapan-Nya. “Siapa namamu?” tanya Yesus. Orang itu menjawab, “Namaku Legion, karena jumlah kami banyak di dalam orang ini.” Lalu ia berkali-kali memohon agar Yesus tidak mengusir mereka dari daerah itu. Kebetulan ada kawanan babi yang sedang berkeliaran mencari makan di bukit di tepi danau itu. “Izinkan kami masuk ke dalam kawanan babi itu,” kata setan-setan itu. Yesus mengabulkan permohonan mereka. Lalu mereka keluar dari orang itu serta masuk ke dalam kawanan babi itu. Babi yang jumlahnya kira-kira dua ribu itu lari menuruni lereng bukit dan terjun ke dalam danau, lalu mati tenggelam. Penjaga-penjaga babi itu lari ke kota-kota dan desa-desa di sekitarnya dan menceritakan peristiwa itu. Setiap orang bergegas ke tempat itu ingin menyaksikan sendiri. Segera banyak orang berkerumun di tempat Yesus berada. Namun, ketika mereka melihat orang yang tadinya kerasukan setan itu duduk di situ, berpakaian serta waras pikirannya, mereka semua sangat ketakutan. Orang yang menyaksikan apa yang telah terjadi ramai menceritakan kejadian itu kepada semua orang. Lalu orang banyak itu mendesak Yesus agar pergi meninggalkan daerah mereka. Sebab itu, Ia naik lagi ke dalam perahu. Orang yang tadinya dirasuk setan itu memohon kepada Yesus agar ia diizinkan ikut. Tetapi Yesus tidak mengizinkannya. “Pulanglah kepada handai tolanmu,” kata Yesus, “ceritakanlah kepada mereka segala keajaiban yang telah dilakukan Allah bagimu dan tentang kemurahan-Nya kepadamu.” Lalu orang itu pergi menuju Dekapolis dan kepada setiap orang diceritakannya keajaiban yang telah dilakukan Yesus baginya, dan mereka heran mendengar ceritanya. Yesus menyeberangi danau itu dengan perahu, dan setibanya di seberang, Ia dikerumuni orang banyak di tepi danau. Pemimpin rumah ibadat setempat, yang bernama Yairus, datang bersujud di hadapan-Nya, memohon agar Dia menyembuhkan putrinya. “Ia hampir mati,” katanya dengan putus asa. “Marilah ikut dan letakkanlah tangan Tuan ke atasnya! Sembuhkanlah dia!” Yesus pergi dengan dia, dan orang banyak berbondong-bondong mengikuti mereka. Di tengah-tengah orang banyak itu ada seorang wanita yang sudah dua belas tahun lamanya menderita penyakit pendarahan. Sudah bertahun-tahun ia berobat kepada banyak tabib. Ia telah menjadi melarat karena terus-menerus membayar mereka, tetapi bukannya sembuh, malahan semakin parah. Ia telah mendengar tentang mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Karena itu, ia menyelinap di antara orang banyak dan mendekati Yesus dari belakang, lalu menyentuh jubah-Nya. Wanita itu berpikir dalam hatinya, “Kalau aku dapat menjamah jubah-Nya saja, aku akan sembuh.” Betul saja, segera setelah ia menyentuh jubah Yesus, pendarahannya berhenti. Maka tahulah ia bahwa ia telah sembuh! Seketika itu juga Yesus merasa bahwa ada kuasa kesembuhan yang keluar dari diri-Nya. Ia menoleh dan bertanya, “Siapa yang menyentuh jubah-Ku?” Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Di tengah-tengah orang banyak yang berdesak-desakan seperti ini, masa Guru bertanya begitu?” Tetapi Ia memandang sekeliling-Nya mencari orang yang telah menyentuh Dia. Ketika wanita itu mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, ia gemetar ketakutan. Ia sujud di hadapan Yesus serta mengakui apa yang telah dilakukannya. Yesus berkata kepada wanita itu, “Anak-Ku, imanmu telah menyembuhkan engkau. Pergilah dengan sejahtera, karena engkau sudah sembuh dari penyakitmu.” Sedang Ia berbicara kepada wanita itu, pesuruh-pesuruh dari rumah Yairus datang mengabarkan bahwa anak perempuan Yairus sudah mati dan karena itu Yesus tidak perlu datang. Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada Yairus, “Jangan takut! Percayalah kepada-Ku!” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu berhenti dan tidak seorang pun diizinkan ikut ke rumah Yairus, kecuali Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Setibanya di rumah Yairus, Yesus melihat bahwa segala sesuatunya dalam keadaan kacau balau, dengan ratap tangis yang tidak terkendalikan. Ia masuk dan bertanya kepada orang-orang yang ada di situ, “Mengapa menangis dan meratap seperti ini? Anak itu tidak mati. Ia hanya tertidur!” Mereka mentertawakan Dia, tetapi Ia menyuruh mereka semua keluar. Ayah ibu anak perempuan itu serta ketiga orang murid-Nya dibawa-Nya masuk ke kamar tempat anak itu terbaring. Yesus berpesan dengan sangat agar mereka jangan menceritakan apa yang telah terjadi dan menyuruh mereka memberi anak itu makan. Tidak lama setelah peristiwa itu Yesus meninggalkan daerah itu dan dengan murid-murid-Nya kembali ke Nazaret, kampung halaman-Nya. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di negerinya sendiri dan di antara sanak saudaranya serta keluarganya sendiri.” Dan karena mereka tidak percaya, Ia tidak mengadakan mukjizat yang besar di antara mereka, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya ke atas mereka. Ia heran mengapa mereka tidak mau percaya kepada-Nya. Kemudian Ia pergi mengajar ke desa-desa. Ia mengumpulkan kedua belas murid-Nya, lalu mengutus mereka berdua-dua, dan memberi mereka kuasa untuk mengusir setan. “Tinggallah di satu rumah saja dalam setiap desa. Jangan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain sementara kalian ada di situ,” kata-Nya. “Apabila suatu desa tidak mau menerima atau tidak mau mendengarkan kalian, kebaskanlah debu dari kaki kalian pada waktu meninggalkan tempat itu sebagai tanda bahwa kalian telah menyerahkannya kepada nasibnya sendiri.” Demikianlah murid-murid itu pergi dan mengajar setiap orang yang mereka jumpai agar bertobat dari dosa mereka. Mereka mengusir banyak orang sakit dengan mengurapi mereka dengan minyak zaitun. Raja Herodes segera mendengar tentang Yesus, karena mukjizat-mukjizat-Nya menjadi buah bibir di mana-mana. Raja mengira Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang hidup kembali. Karena itu, orang-orang berkata, “Tidak heran Ia dapat melakukan mukjizat-mukjizat semacam itu.” Orang lain menyangka Yesus adalah Elia, nabi zaman dahulu yang sekarang hidup kembali; sedang yang lain lagi menyangka bahwa Ia nabi baru seperti nabi-nabi besar pada zaman dahulu. “Bukan,” kata Herodes, “pasti Ia Yohanes, yang kupenggal kepalanya. Ia telah hidup kembali.” Herodias ingin membunuh Yohanes sebagai pembalasan, tetapi tanpa persetujuan Herodes ia tidak mempunyai kuasa apa-apa. Herodes menyegani Yohanes, karena ia tahu bahwa Yohanes baik dan suci; oleh sebab itu, ia tetap melindungi Yohanes. Herodes merasa gelisah apabila bercakap-cakap dengan Yohanes. Meskipun demikian, ia senang mendengarkan dia. Akhirnya pada hari ulang tahun Herodes tibalah kesempatan Herodias. Pada hari itu Herodes mengadakan pesta khusus bagi kaum pria untuk para pejabat tinggi, perwira, dan orang-orang terkemuka di Galilea. Putri itu keluar dan berunding dengan ibunya. Ibunya berkata, “Mintalah kepala Yohanes Pembaptis!” Maka kembalilah putri itu kepada raja dan berkata, “Saya minta kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah baki sekarang juga!” Raja merasa menyesal, tetapi ia malu untuk menarik kembali sumpah yang telah diucapkannya di depan para tamunya. Ia menyuruh salah seorang pengawal ke penjara untuk memancung kepala Yohanes di penjara dan meletakkan kepalanya di atas baki. Lalu ia memberikannya kepada putri itu, yang menyerahkannya kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar tentang apa yang telah terjadi, mereka datang mengambil jenazahnya dan memakamkannya. Para rasul telah kembali dari perjalanan mereka dan menceritakan kepada Yesus semua yang telah mereka kerjakan dan ajarkan kepada orang-orang yang mereka kunjungi. Lalu Yesus berkata, “Mari kita tinggalkan orang banyak ini untuk beristirahat sebentar.” Karena banyak sekali orang yang datang dan pergi, sehingga hampir-hampir mereka tidak mempunyai waktu untuk makan. Mereka pergi dengan perahu ke tempat yang lebih tenang. Tetapi orang-orang melihat mereka pergi, dan dari berbagai desa mereka mengikuti Dia dengan jalan darat, dan menyongsong mereka ketika mereka mendarat. Demikianlah, orang banyak itu sudah berada di sana ketika Yesus turun dari perahu. Ia merasa kasihan melihat mereka, karena mereka seperti domba yang tidak bergembala. Lalu Ia mengajarkan kepada mereka banyak perkara yang perlu mereka ketahui. Tetapi Yesus berkata, “Kalianlah yang harus memberi mereka makan.” “Apa yang dapat kami berikan?” tanya mereka. “Menyediakan makanan untuk orang sebanyak ini memerlukan uang tidak sedikit.” “Berapa banyak makanan yang ada pada kita?” tanya Yesus. “Cobalah lihat!” Mereka kembali serta memberitahukan bahwa ada lima roti dan dua ikan. Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, lalu menengadah ke langit serta mengucap syukur atas makanan itu. Ia memecah-mecahkan roti, lalu roti dan ikan itu diberikan-Nya kepada setiap murid untuk dibagikan. Dan orang banyak itu makan sampai kenyang. Setelah itu Yesus menyuruh murid-murid-Nya agar kembali ke perahu, mendahului Dia menyeberang danau menuju ke Betsaida. Ia sendiri akan menyusul kemudian, karena Ia akan menyuruh orang banyak itu pulang. Setelah mereka pulang, Ia naik ke bukit untuk berdoa. Pada malam itu ketika para murid berada di tengah-tengah danau, dan Yesus seorang diri di darat, Ia melihat mereka sedang mendayung dengan susah payah melawan angin dan gelombang. Kira-kira pukul tiga pagi Ia berjalan di atas air mendekati mereka, sepertinya Ia akan melewati mereka; Kemudian Ia naik ke perahu dan angin pun redalah. Mereka duduk termangu-mangu! Sekalipun mereka telah melihat mukjizat pada petang sebelumnya, mereka masih belum menyadari siapakah sebenarnya Yesus; mereka bersikeras tidak mau mengerti. Mereka berlari-lari ke seluruh daerah itu menyebarkan berita kedatangan-Nya. Banyak sekali orang membawa orang-orang sakit kepada-Nya di atas tikar dan usungan. Ke mana pun Ia pergi—ke kampung-kampung, kota-kota, dan daerah-daerah pedesaan—mereka membaringkan orang-orang sakit di pasar dan di jalan, dan memohon supaya orang-orang sakit itu dibolehkan menyentuh Dia, sekalipun hanya tepi jubah-Nya. Semua orang yang menyentuh-Nya menjadi sembuh. Pada suatu hari beberapa orang pemimpin agama Yahudi datang dari Yerusalem untuk mengamat-amati Yesus. Mereka melihat bahwa beberapa murid-Nya tidak mencuci tangan sebelum makan. Bangsa Yahudi, terutama orang-orang Farisi, tidak akan makan sebelum mereka membasuh tangan sampai ke siku, sesuai dengan adat istiadat mereka. Apabila mereka pulang dari pasar, mereka harus membasuh tangan sebelum menjamah makanan apa pun. Ini hanya satu contoh dari sekian banyak hukum dan peraturan yang telah mereka ikuti selama berabad-abad. Contoh yang lain ialah upacara membersihkan piring mangkuk dan periuk belanga. Karenanya pemimpin agama itu bertanya kepada-Nya, “Mengapa murid-murid-Mu tidak menaati adat istiadat kita yang sudah turun-temurun? Mereka makan tanpa membasuh tangan lebih dahulu.” “Kalian tidak mengindahkan perintah Allah dan menggantikannya dengan adat istiadat sendiri. Kalian menolak perintah Allah demi kepentingan adat istiadat. “Misalnya, Musa memberikan hukum Allah ini kepada kalian: ‘Hormatilah ayah dan ibumu.’ Dan ia juga mengatakan bahwa barang siapa menyumpahi orang tuanya harus mati! Tetapi menurut kalian seseorang bisa saja mengabaikan orang tuanya yang sangat membutuhkan pertolongannya dengan mengatakan, ‘Maaf, saya tidak dapat menolong ayah dan ibu, karena apa yang sedianya akan saya berikan kepada ayah dan ibu sudah saya berikan kepada Allah.’ Dengan demikian kalian membiarkan mereka mengabaikan orang tua mereka yang membutuhkan. Kalian melanggar hukum Allah untuk melindungi adat istiadat yang dibuat oleh manusia. Ini baru satu contoh, masih banyak lagi contoh yang lain.” Kemudian Yesus memanggil orang banyak itu agar mendekat dan mendengarkan. “Dengarkan dan camkanlah,” kata-Nya. “Yang menajiskan orang bukanlah yang masuk dari luar, melainkan yang keluar dari dalam.” (Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!) Lalu Ia masuk ke sebuah rumah untuk menghindari orang banyak. Murid-murid-Nya menanyakan apa yang dimaksudkan dengan pernyataan-Nya tadi. “Apakah kalian juga tidak mengerti?” tanya-Nya. “Tidak tahukah kalian bahwa apa yang dimakan tidak akan menajiskan orang? Karena makanan tidak masuk ke dalam hati, melainkan ke dalam perut.” Ia menambahkan, “Apa yang keluar dari kita, itulah yang menajiskan. Karena dari dalam hati manusia timbul segala hawa nafsu yang jahat, yaitu berbuat cabul, mencuri, membunuh, berzina, mengingini milik orang lain, berlaku kejam, menipu, mengumbar nafsu, iri hati, memfitnah, bersikap sombong, dan melakukan kebodohan-kebodohan lain. Semua pikiran jahat yang keluar dari dalam hati itulah yang menajiskan kalian dan menjadikan kalian tidak layak bagi Allah.” Kemudian Ia meninggalkan Galilea dan pergi ke daerah Tirus dan Sidon. Ia berusaha agar tidak diketahui orang bahwa Ia ada di sana, tetapi tidak berhasil. Karena seperti biasa, berita tentang kedatangan-Nya tersiar dengan cepat. Seorang wanita datang kepada-Nya. Anak perempuannya dirasuk roh jahat. Ia telah mendengar tentang Yesus, dan sekarang ia datang tersungkur di kaki-Nya, serta memohon agar anaknya dilepaskan dari kuasa setan. (Ia orang Siro-Fenisia, bangsa yang dianggap hina dina.) Yesus berkata kepadanya, “Aku harus menolong keluarga-Ku sendiri lebih dahulu, yaitu orang-orang Yahudi. Tidak patut mengambil roti dari anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” “Benar, Tuhan,” sahut wanita itu, “tetapi anjing di bawah meja pun diberi sisa-sisa makanan dari piring anak-anak.” “Bagus,” kata Yesus, “tepat sekali jawabanmu. Karena itu, Aku telah menyembuhkan anakmu. Pulanglah, karena roh jahat itu telah meninggalkan dia!” Ketika ia sampai di rumah, anaknya sedang berbaring dengan tenang di tempat tidur, dan roh jahat itu sudah pergi. Dari Tirus Ia pergi ke Sidon, lalu kembali ke Danau Galilea melalui Dekapolis. Seseorang yang tuli dan gagap dibawa kepada-Nya, dan semua orang memohon agar Yesus meletakkan tangan-Nya ke atas orang itu dan menyembuhkan dia. Yesus membawa dia pergi dari orang banyak dan memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan mengoles lidah orang itu dengan ludah-Nya. Kemudian sambil menengadah, Ia menghela napas dan berkata, “Terbukalah!” Pada saat itu juga orang itu dapat mendengar dengan baik dan berkata-kata dengan jelas! Yesus meminta agar orang banyak itu tidak menyebarkan berita tentang diri-Nya. Tetapi makin dilarang, makin giat mereka memberitakan Dia, karena mereka sangat takjub. Berkali-kali mereka berkata, “Segala hal yang dilakukan-Nya sangat mengherankan; yang tuli dan bisu pun dapat disembuhkan-Nya!” Kalau mereka disuruh pulang tanpa diberi makan, mereka akan pingsan di jalan, karena beberapa di antara mereka datang dari jauh.” “Apakah kita harus mencari makanan untuk mereka di gurun seperti ini?” kata murid-murid-Nya. “Berapa banyak roti yang ada padamu?” tanya Yesus. “Tujuh,” jawab mereka, Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Lalu Ia mengambil ketujuh roti itu dan mengucap syukur kepada Allah. Kemudian Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya. Mereka membagikannya kepada orang banyak. Ada pula beberapa ikan kecil. Yesus memberkati ikan itu, lalu menyuruh murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Segera setelah itu Yesus naik ke perahu bersama dengan murid-murid-Nya menyeberang ke daerah Dalmanuta. Ketika orang-orang Farisi di tempat itu mendengar kedatangan-Nya, mereka datang untuk berbantah dengan Dia. “Buatlah sebuah mukjizat di langit untuk kami,” kata mereka, “maka kami akan percaya kepada-Mu.” Ketika mendengar ini, Ia menghela napas dan berkata, “Tidak. Berapa banyak lagi mukjizat yang kalian perlukan?” Lalu Ia kembali ke perahu meninggalkan mereka dan menyeberang danau. Tetapi murid-murid lupa membawa makanan, dan hanya ada satu ketul roti di dalam perahu. Ketika mereka sedang menyeberang, Yesus berkata kepada mereka, “Hati-hatilah terhadap ragi orang Farisi dan Raja Herodes.” “Apakah yang dimaksudkan-Nya?” mereka saling bertanya. Akhirnya mereka menarik kesimpulan bahwa Ia berkata demikian karena mereka lupa membawa roti. Yesus tahu apa yang sedang mereka percakapkan dan berkata, “Sekali-kali bukan itu yang Kumaksudkan! Tidak mengertikah kalian? Apakah hati kalian begitu keras, sehingga kalian tidak dapat mengerti? ‘Kalian mempunyai mata—mengapa kalian tidak melihat? Mengapa kalian tidak mau membuka telinga untuk mendengar?’ Tidakkah kalian ingat akan barang sesuatu pun? “Tidakkah kalian ingat tentang 5.000 orang yang Kuberi makan dengan lima roti? Berapa banyak sisa roti yang kalian kumpulkan?” “Dua belas keranjang,” kata mereka. “Dan ketika Aku memberi makan 4.000 orang dengan tujuh roti, berapa banyak sisanya?” “Tujuh keranjang,” kata mereka. “Kalau demikian, mengapa kalian masih belum mengerti dan mengira bahwa Aku khawatir karena kita tidak membawa roti?” Ketika mereka sampai di Betsaida, ada orang buta yang dibawa kepada Yesus dan Ia diminta agar menjamah dan menyembuhkan orang itu. Yesus menuntun orang buta itu keluar kampung. Mata orang buta itu diludahi-Nya, lalu dijamah-Nya. “Apakah sekarang engkau dapat melihat?” tanya Yesus kepadanya. Orang itu memandang sekelilingnya. “Ya!” katanya, “saya dapat melihat orang, tetapi tidak jelas. Mereka kelihatan seperti batang pohon yang berjalan!” Lalu Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, dan ketika orang itu membuka matanya lebar-lebar, pulihlah penglihatannya. Segala sesuatu dapat dilihatnya dengan jelas. Yesus menyuruh orang itu segera pulang kepada keluarganya. “Jangan kembali ke kampung itu,” kata-Nya. Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya meninggalkan Galilea dan pergi ke kampung-kampung di daerah Kaisarea Filipi. Sedang mereka berjalan, Ia bertanya kepada mereka, “Menurut pendapat orang, siapakah Aku ini? Apakah yang dikatakan orang tentang Aku?” “Ada yang mengira Guru adalah Yohanes Pembaptis,” jawab murid-murid-Nya, “yang lain mengatakan Guru adalah Elia atau salah seorang nabi yang hidup kembali.” Lalu Ia bertanya, “Menurut pendapat kalian, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Guru adalah Mesias.” Tetapi Yesus memperingatkan agar mereka tidak mengatakan hal ini kepada siapa pun. Setelah itu Ia berbicara kepada mereka tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, dan bahwa Ia akan ditolak oleh para penatua, imam kepala serta pemimpin bangsa Yahudi yang lain. Ia akan dibunuh dan akan bangkit pada hari yang ketiga. Ia berkata-kata kepada mereka mengenai hal itu secara terbuka. Petrus menarik Dia ke samping dan menegur-Nya. “Janganlah Guru mengatakan hal-hal seperti itu,” katanya kepada Yesus. Yesus berpaling dan memandang murid-murid-Nya, lalu menghardik Petrus. “Enyahlah kau, hai Iblis! Engkau hanya berpikir dari sudut pandang manusia, bukan dari sudut pandangan Allah.” Kemudian Ia memanggil murid-murid-Nya dan orang banyak supaya datang dan mendengarkan. “Siapa yang ingin menjadi pengikut-Ku, harus mengesampingkan kesenangan pribadi, lalu memikul salib serta mengikut Aku,” kata-Nya kepada mereka. “Jikalau kalian mempertahankan nyawa, kalian akan kehilangan nyawa. Jikalau kalian kehilangan nyawa demi Aku dan demi Berita Kesukaan, kalian akan menyelamatkannya. “Apakah untungnya bagi seseorang, seandainya ia memperoleh seluruh dunia ini tetapi kehilangan nyawanya? Adakah sesuatu yang lebih berharga daripada nyawanya? Siapa yang merasa malu akan Aku dan akan perkataan-Ku pada masa dunia yang diliputi ketidaksetiaan dan dosa seperti sekarang ini, maka Aku, Anak Manusia, merasa malu akan dia apabila Aku kembali ke dalam kemuliaan Bapa-Ku bersama-sama dengan malaikat-malaikat yang suci.” Selanjutnya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Beberapa dari kalian yang berdiri di sini sekarang tidak akan mati sebelum melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa yang besar!” Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke gunung yang tinggi. Tidak ada orang lain di tempat itu. Tiba-tiba wajah Yesus bersinar dengan kemuliaan, dan pakaian-Nya menjadi putih menyilaukan, putih yang tiada bandingannya di dunia. Lalu muncullah Elia dan Musa. Mereka bercakap-cakap dengan Yesus. “Guru, hebat sekali ini!” kata Petrus. “Akan kami buatkan tiga buah pondok di sini, satu untukmu, satu untuk Musa, dan satu lagi untuk Elia.” Kata-kata itu diucapkan sekenanya saja, karena ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Mereka semua sangat ketakutan. Tetapi sementara Petrus mengucapkan kata-kata itu, awan menaungi mereka serta menutupi matahari, dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Dengarkanlah Dia.” Ketika mereka memandang sekelilingnya, tahu-tahu Musa dan Elia sudah tidak ada. Hanya Yesus yang ada bersama-sama dengan mereka. Ketika mereka sedang turun dari gunung itu, Yesus mengatakan kepada mereka agar jangan menceritakan apa yang telah mereka lihat itu sampai sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. Itulah sebabnya peristiwa itu mereka rahasiakan, tetapi mereka sering mempercakapkannya dan bertanya-tanya apa yang dimaksudkan Yesus dengan “bangkit dari antara orang mati”. Mereka bertanya kepada-Nya tentang hal yang sering dibicarakan oleh guru-guru agama, yaitu bahwa Elia harus kembali sebelum Mesias datang. Di kaki gunung mereka mendapati orang banyak mengerumuni kesembilan murid lain, dan beberapa guru-guru agama sedang berbantah dengan mereka. Ketika orang banyak itu melihat Yesus datang, mereka berlari menyongsong Dia. “Apakah yang kalian persoalkan?” tanya Yesus kepada mereka. Seorang dari mereka berkata, “Guru, saya membawa putra saya dengan maksud agar Guru menyembuhkannya. Ia tidak dapat berbicara karena dirasuk setan. Apabila setan itu merasuknya, ia membanting anak itu ke tanah. Mulutnya berbuih, giginya dikertak-kertakkan, dan badannya menjadi kejang. Oleh sebab itu, saya mohon kepada murid-murid-Mu agar mengusir setan itu, tetapi mereka tidak dapat.” Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ah, kalian orang-orang yang tidak beriman! Berapa lama lagi Aku harus bersabar terhadap kalian? Berapa lama lagi Aku harus bersabar terhadap kalian? Bawalah anak itu kemari!” Lalu mereka membawa anak itu kepada-Nya, tetapi ketika ia melihat Yesus, setan yang ada di dalamnya mengguncang-guncang anak itu, sehingga ia terbanting dan menggelepar-gelepar di tanah, sedangkan mulutnya berbuih. “Sudah berapa lama ia dalam keadaan seperti ini?” tanya Yesus kepada ayah anak itu. Ayah itu menjawab, “Sejak ia masih kecil, dan setan itu sering menjatuhkan dia ke dalam api atau ke dalam air untuk membunuhnya. Kasihanilah kami dan tolonglah kami kalau Guru dapat.” “Kalau Aku dapat?” Yesus bertanya. “Segala sesuatu mungkin, asal engkau mempunyai iman.” Segera ayah anak itu menjawab, “Saya mempunyai iman, tetapi tolonglah agar saya mempunyai iman yang lebih besar!” Ketika Yesus melihat bahwa makin banyak orang datang berkerumun, Ia membentak setan itu. “Hai setan yang menyebabkan orang bisu dan tuli,” kata-Nya, “Aku perintahkan agar engkau keluar dari anak ini dan jangan kembali lagi kepadanya!” Setan itu menjerit dengan suara yang mengerikan dan mengguncang anak itu sekali lagi, lalu pergi. Anak itu terbaring dan tidak bergerak, seperti orang mati. Orang banyak saling berbisik, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangan anak itu untuk menolong dia bangun. Anak itu berdiri. Ia sudah sembuh! Kemudian, ketika Yesus berada di rumah bersama dengan murid-murid-Nya, mereka bertanya kepada-Nya, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh jahat itu?” Yesus menjawab, “Roh jahat semacam itu hanya dapat diusir dengan doa.” Mereka tidak mengerti apa yang dimaksudkan-Nya, tetapi mereka tidak berani bertanya. Kemudian sampailah mereka di Kapernaum. Ketika mereka sampai di rumah tempat mereka menginap, Ia bertanya kepada mereka, “Apakah yang kalian percakapkan di jalan tadi?” Mereka malu menjawab, karena mereka telah bertengkar mengenai siapakah di antara mereka yang terbesar. Ia duduk dan memanggil murid-murid-Nya, lalu berkata, “Siapa ingin menjadi yang terbesar, haruslah menjadi yang terkecil—pelayan dari semua.” Lalu Ia menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka dan sambil memeluk anak itu Ia berkata, “Siapa menyambut anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan siapa menyambut Aku, ia menyambut Bapa yang mengutus Aku!” Salah seorang murid-Nya, Yohanes, pada suatu hari berkata kepada-Nya, “Guru, kami melihat seseorang mengusir roh jahat dengan nama Guru; tetapi kami melarangnya, karena ia bukan salah seorang dari kita.” “Jangan melarang dia!” kata Yesus, “karena orang yang mengadakan mukjizat atas nama-Ku tidak akan segera melawan Aku. Siapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata dengan sesungguhnya bahwa jikalau ada orang yang memberi secangkir air kepada kalian karena kalian pengikut Kristus, ia pasti mendapat pahala. Tetapi, apabila orang menyebabkan salah satu dari orang yang dianggap paling rendah yang percaya kepada-Ku ini kehilangan kepercayaannya, lebih baik bagi orang itu bila pada lehernya diikatkan sebuah batu yang besar, lalu dibuang ke dalam laut. “Dan jikalau mata kalian menyebabkan kalian berdosa, cungkillah! Lebih baik bermata satu tetapi masuk ke dalam Kerajaan Allah daripada bermata dua tetapi masuk ke dalam neraka, tempat ulat tidak akan mati dan apinya tidak akan padam.” Tidak ada yang bisa menghindari api pencobaan Allah. “Garam tidak akan berguna lagi bila rasanya sudah hilang. Oleh sebab itu, jangan sampai garam di dalam kalian menjadi tawar. Hiduplah berdamai satu dengan yang lain.” Yesus meninggalkan Kapernaum. Ia berjalan menuju perbatasan Yudea di selatan dan memasuki daerah sebelah timur Sungai Yordan. Sebagaimana biasa, Ia dikerumuni orang dan Ia pun mengajar mereka. Beberapa orang Farisi datang dan bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau membolehkan perceraian?” Mereka bermaksud menjebak Dia dengan pertanyaan itu. “Apakah yang dikatakan oleh Musa tentang perceraian?” sahut Yesus. “Ia membolehkan perceraian,” jawab mereka, “Musa mengatakan bahwa apabila seorang laki-laki ingin menceraikan istrinya, ia hanya perlu memberikan surat cerai kepadanya.” “Tahukah kalian mengapa ia mengatakan demikian?” Yesus bertanya lagi, “Karena kalian berhati keras dan jahat. sehingga keduanya bersatu dengan jiwa dan raga. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Dan yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.” Kemudian, ketika Ia berada di rumah bersama dengan murid-murid-Nya, mereka mengajukan lagi persoalan itu. Ia berkata kepada mereka, “Apabila seorang suami menceraikan istrinya untuk menikah dengan wanita lain, ia berzina terhadap istrinya itu. Dan jika seorang istri bercerai dari suaminya untuk menikah lagi dengan pria lain, ia juga berzina.” Pada suatu hari ketika para ibu membawa anak-anak kepada Yesus agar Ia memberkati anak-anak itu, murid-murid-Nya marah dan melarang mereka mengganggu Yesus. Tetapi, ketika Yesus melihat apa yang terjadi, Ia merasa tidak senang terhadap sikap murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku. Jangan melarang mereka! Karena orang-orang yang sama seperti merekalah yang memiliki Kerajaan Allah. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa orang yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti anak-anak, ia tidak akan dibolehkan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan meletakkan tangan-Nya ke atas kepala mereka serta memberkati mereka. Ketika Ia akan berangkat melanjutkan perjalanan-Nya, seseorang berlari-lari kepada-Nya lalu berlutut serta bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus saya lakukan supaya memperoleh hidup yang kekal?” “Apa sebabnya engkau menyebut Aku baik?” tanya Yesus. “Hanya Allahlah yang baik! Tetapi untuk menjawab pertanyaanmu—engkau sudah mengetahui perintah Allah: jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan menipu, hormatilah ayahmu dan ibumu!” “Guru,” jawab orang itu, “semua perintah itu sudah saya taati sejak kecil.” Yesus menatap orang itu dengan penuh kasih. “Hanya satu hal yang masih kurang padamu,” kata-Nya. “Pergi dan juallah semua yang kaumiliki, lalu berikan uangnya kepada orang miskin, maka engkau akan memiliki harta di surga. Kemudian ikutlah Aku.” Orang itu tertunduk, lalu ia pergi dengan sedih, karena ia sangat kaya. Yesus memperhatikan dia pergi, kemudian memandang sekeliling-Nya dan berkata kepada murid-murid-Nya, “Sukar sekali orang kaya masuk Kerajaan Allah.” Mereka heran. Oleh sebab itu, Yesus berkata lagi, “Anak-anak-Ku, orang-orang yang mengandalkan kekayaannya sukar sekali masuk Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melalui lubang jarum daripada orang kaya masuk Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya heran dan bertanya, “Jikalau orang kaya tidak dapat diselamatkan, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus menatap mereka, kemudian berkata, “Tanpa Allah hal itu mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Lalu Petrus menyebutkan semua yang telah ditinggalkan olehnya dan oleh murid-murid yang lain. “Kami telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Guru,” katanya. Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu bahwa setiap orang yang meninggalkan segala sesuatu—rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, ayah, anak-anaknya atau harta miliknya karena mengasihi Aku dan karena mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang lain, ia akan mendapat ganti seratus kali lipat, rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak-anak, dan tanah, meskipun disertai penganiayaan. “Semua itu akan menjadi miliknya di dunia ini, dan di dunia yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang sekarang paling pertama akan menjadi yang paling akhir, dan beberapa orang yang sekarang paling akhir akan menjadi yang paling pertama.” Mereka sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, dan Yesus berjalan di depan. Sementara murid-murid itu mengikuti-Nya, mereka dicekam rasa cemas dan takut. Sekali lagi Yesus menjelaskan kepada kedua belas murid-Nya semua yang akan dialami-Nya di Yerusalem. “Bila kita sampai di sana,” kata-Nya, “Aku, Anak Manusia, akan dikhianati dan diserahkan kepada para imam kepala serta para pemimpin Yahudi yang akan menjatuhkan hukuman mati ke atas-Ku dan menyerahkan Aku kepada pemerintah Romawi untuk dibunuh. Mereka akan mengejek dan meludahi Aku; mereka akan mencambuki Aku, lalu membunuh Aku; tetapi pada hari yang ketiga Aku akan hidup kembali.” Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekat dan berbisik, “Tuhan, kami ingin mengajukan permohonan.” “Permohonan apa?” tanya Yesus. “Kami ingin duduk di atas takhta di sebelah takhta Tuhan di dalam Kerajaan Tuhan kelak,” kata mereka, “seorang di sebelah kiri dan seorang di sebelah kanan.” Tetapi Yesus menjawab, “Kalian tidak tahu apa yang kalian minta! Sanggupkah kalian minum dari cawan kesengsaraan pahit yang harus Kuminum? Atau dibaptiskan dengan baptisan penderitaan yang harus Kujalani?” “Ya, kami sanggup!” kata mereka. Yesus berkata, “Memang kalian akan minum dari cawan itu dan dibaptiskan dengan baptisan-Ku, tetapi Aku tidak berhak menempatkan kalian di atas takhta di sebelah takhta-Ku, karena penempatan itu sudah ditetapkan.” Ketika murid-murid yang lain mengetahui apa yang diminta oleh Yakobus dan Yohanes, mereka menjadi sangat marah. Lalu Yesus memanggil mereka dan berkata, “Sebagaimana kalian ketahui, raja-raja memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya. Setiap pejabat menggunakan wewenang untuk menekan mereka, tetapi lain halnya dengan kalian. Siapa ingin menjadi besar di antara kalian, harus menjadi pelayan kalian. Siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kalian, maka ia harus menjadi hamba untuk semua. Karena Aku, Anak Manusia, datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk menyerahkan nyawa-Ku sebagai tebusan bagi banyak orang.” Lalu sampailah mereka di Yerikho. Kemudian, ketika mereka meninggalkan kota itu, orang banyak mengikuti mereka. Pada waktu itu seorang pengemis buta bernama Bartimeus (anak Timeus) sedang duduk di tepi jalan yang akan dilalui Yesus. Waktu Bartimeus mendengar bahwa Yesus dari Nazaret sudah dekat, ia mulai berteriak, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah saya!” “Diam!” bentak beberapa orang kepadanya. Tetapi ia justru berteriak semakin keras. “Oh, Anak Daud, kasihanilah saya!” katanya berkali-kali. Ketika Yesus mendengar teriakan orang buta itu, Ia berhenti lalu berkata, “Suruhlah dia kemari.” Mereka memanggil orang itu. “Mujur benar engkau ini,” kata mereka, “ayo, Ia memanggil engkau!” Bartimeus membuka jubahnya yang sudah tua itu serta melemparkannya ke tanah, lalu ia lompat berdiri dan mendapatkan Yesus. “Apa yang engkau ingin Kulakukan untukmu?” tanya Yesus. “Guru,” kata orang buta itu, “saya ingin dapat melihat!” Lalu Yesus berkata kepadanya, “Baik, jadilah demikian. Imanmu telah menyembuhkan engkau.” Seketika itu juga orang buta itu dapat melihat, lalu mengikuti Yesus sepanjang jalan. Ketika mereka mendekati Betfage dan Betania di pinggir Kota Yerusalem, dan tiba di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya berjalan lebih dahulu. “Pergilah ke kampung itu,” kata-Nya kepada mereka, “pada waktu kalian memasukinya, kalian akan melihat seekor anak keledai tertambat di situ. Keledai itu belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan anak keledai itu dan bawalah kemari! Jika ada orang bertanya apa yang sedang kalian lakukan, katakanlah, ‘Tuhan memerlukannya dan akan mengembalikannya secepat mungkin.’ ” Mereka menjawab seperti yang telah dikatakan Yesus kepada mereka dan orang-orang itu tidak berkeberatan. Lalu anak keledai itu dibawa kepada Yesus dan murid-murid meletakkan jubah mereka di atas punggung keledai itu untuk alas duduk Yesus. Banyak orang menghamparkan jubah mereka di sepanjang jalan yang dilalui-Nya, sedang yang lain menyebarkan ranting-ranting berdaun yang diambil dari ladang. Ia menjadi pusat arak-arakan dengan orang banyak di depan dan di belakang-Nya, dan mereka semua berteriak-teriak, “Hidup Raja!” “Diberkatilah Dia yang datang dengan nama Allah!” “Terpujilah Allah karena kembalinya kerajaan Daud, nenek moyang kita!” “Hidup Raja!” Demikianlah Yesus tiba di Kota Yerusalem, lalu masuk ke dalam Bait Allah. Ia memperhatikan segala sesuatu di situ, lalu meninggalkannya karena hari sudah hampir malam. Kemudian Ia pergi ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. Keesokan harinya ketika mereka meninggalkan Betania, Ia merasa lapar. Tidak jauh dari situ Ia melihat sebatang pohon ara yang lebat daunnya, lalu Ia menghampiri pohon itu akan mencari buahnya. Tetapi satu buah pun tidak ada pada pohon itu melainkan hanya daun saja, karena belum masanya berbuah. Yesus berkata kepada pohon itu, “Engkau tidak akan berbuah lagi!” Murid-murid-Nya mendengar Yesus berkata demikian. Sesudah mereka kembali ke Yerusalem, Yesus masuk ke dalam Bait Allah dan mengusir para pedagang. Ia membalikkan meja para penukar uang dan bangku para penjual burung merpati, serta melarang orang membawa barang dagangan melintasi halaman Bait Allah. Ia berkata kepada mereka, “Telah tertulis dalam Kitab Suci, ‘Rumah-Ku adalah tempat berdoa bagi segala bangsa,’ tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun.” Ketika para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain mendengar apa yang telah dilakukan Yesus, mereka merencanakan cara yang terbaik untuk menyingkirkan Dia. Yang menjadi persoalan mereka ialah mereka takut akan timbulnya kerusuhan karena orang-orang sangat tertarik akan pengajaran Yesus. Seperti biasanya, pada malam itu Yesus dan murid-murid-Nya meninggalkan kota. Keesokan harinya, ketika murid-murid melewati pohon ara yang telah dikutuk Yesus, mereka melihat pohon itu sudah layu sampai ke akarnya! Petrus ingat akan apa yang telah dikatakan Yesus kepada pohon itu, lalu ia berkata, “Lihat, Guru! Pohon ara yang kemarin dikutuk oleh Guru telah layu!” Dengarkanlah! Apa pun yang kalian minta dalam doa dan bila kalian percaya doa itu telah dikabulkan, kalian akan memperolehnya. Tetapi, bila kalian berdoa, pertama-tama ampunilah orang-orang yang bersalah kepada kalian, supaya Bapa di surga juga mengampunkan dosa kalian.” Yesus menjawab, “Aku akan memberitahukannya kepada kalian, jika terlebih dahulu kalian menjawab pertanyaan ini! Bagaimana halnya Yohanes Pembaptis? Apakah ia diutus oleh Allah atau bukan? Silakan jawab!” Mereka berunding di antara mereka sendiri. “Jikalau kita menjawab bahwa Yohanes adalah utusan Allah, Ia akan mengatakan, ‘Kalau begitu, mengapa kalian tidak memercayai apa yang dikatakan Yohanes?’ Tetapi, bila kita mengatakan bahwa Yohanes bukan diutus oleh Allah, maka akan timbul kerusuhan.” (Karena semua orang sungguh-sungguh percaya bahwa Yohanes seorang nabi.) Lalu mereka berkata, “Kami tidak tahu.” Yesus menjawab, “Kalau begitu, Aku tidak akan menjawab pertanyaan kalian!” Kemudian Yesus menceritakan beberapa perumpamaan kepada mereka: “Ada seseorang yang membuka kebun anggur. Di sekeliling kebun itu didirikannya tembok dan digalinya lubang untuk memeras anggur dan juga didirikannya sebuah menara jaga. Lalu ia menyewakan kebun itu kepada para penggarap dan ia pindah ke negeri lain. Pada musim memetik anggur ia mengutus pembantunya kepada para penggarap untuk mengambil sebagian hasil kebun yang menjadi haknya. Tetapi para penggarap memukuli pembantunya itu dan menyuruhnya pulang dengan tangan kosong. “Lalu pemilik itu mengutus pembantunya yang lain, yang juga dipukuli oleh para penggarap itu, sampai kepalanya luka parah. Orang suruhan yang berikutnya dibunuh; orang-orang suruhan yang diutusnya kemudian juga dipukul atau dibunuh, sampai hanya tinggal seorang lagi, yaitu anaknya yang tunggal. Akhirnya pemilik kebun itu mengutus anaknya, karena ia mengira mereka pasti akan menghormati anaknya. “Tetapi, ketika para penggarap melihat anak itu datang, mereka berkata, ‘Ia akan mewarisi kebun ini bila ayahnya meninggal. Kita bunuh saja dia, supaya kebun ini menjadi milik kita!’ Mereka menangkap anak itu, lalu membunuh serta melemparkannya ke luar kebun. “Apakah yang akan dilakukan oleh pemilik kebun, apabila ia mendengar peristiwa yang telah terjadi itu? Ia akan datang dan membunuh orang-orang itu, dan menyewakan kebun anggurnya kepada orang lain. Tidak pernahkah kalian membaca ayat ini dalam Kitab Suci? “ ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Inilah perbuatan Tuhan yang sangat menakjubkan.’ ” Para pemimpin Yahudi ingin menangkap Yesus seketika itu juga, karena mereka tahu bahwa perumpamaan yang diceritakan-Nya ditujukan kepada mereka. Merekalah penggarap-penggarap jahat dalam perumpamaan itu. Tetapi mereka tidak berani bertindak, karena takut kepada orang banyak. Karena itu, mereka pergi meninggalkan Dia. Kemudian mereka mengutus beberapa pemimpin agama dan orang-orang Herodian untuk menjebak Dia supaya menyatakan sesuatu yang dapat dijadikan alasan untuk menangkap-Nya. “Guru,” kata mereka, “kami tahu bahwa Guru selalu menyatakan yang benar, tidak terpengaruh oleh pendapat atau keinginan manusia, tetapi sungguh-sungguh mengajarkan ajaran Allah. Katakanlah kepada kami, patutkah kita membayar pajak kepada pemerintah Romawi atau tidak?” Yesus mengetahui jebakan mereka, lalu berkata, “Perlihatkanlah sebuah mata uang kepada-Ku. Nanti Kujawab pertanyaan itu.” Ketika mereka menyerahkan sebuah mata uang kepada-Nya, Ia bertanya, “Gambar dan nama siapakah yang terdapat pada mata uang ini?” Mereka menjawab, “Kaisar.” “Baiklah,” kata-Nya, “Kalau begitu, berikanlah kepada Kaisar segala milik Kaisar, dan kepada Allah segala milik Allah!” Mereka tercengang mendengar jawaban Yesus. Kemudian orang Saduki, yaitu golongan yang tidak percaya akan adanya kebangkitan, mengajukan pertanyaan ini: “Guru, Musa memberikan Hukum kepada kita bahwa apabila seorang laki-laki mati dengan tidak meninggalkan anak, saudaranya wajib memperistri janda itu untuk melanjutkan keturunan abangnya yang sudah meninggal itu. “Yang ingin kami ketahui ialah: Kelak, pada hari kebangkitan, perempuan itu akan menjadi istri siapa, karena ketujuh saudara itu pernah menjadi suaminya?” Yesus menjawab, “Kalian salah karena kalian tidak mengenal Kitab Suci dan kuasa Allah. Karena, apabila ketujuh orang bersaudara itu serta wanita yang menjadi istri mereka bangkit dari antara orang mati, ikatan pernikahan sudah tidak ada lagi. Mereka akan menjadi sama seperti malaikat. “Sekarang mengenai soal ada tidaknya kebangkitan—belum pernahkah kalian membaca dalam Kitab Musa tentang semak yang menyala? Allah berfirman kepada Musa, ‘Akulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub.’ “Allah menyatakan kepada Musa bahwa walaupun orang-orang itu telah mati selama beratus-ratus tahun, mereka masih tetap hidup, karena Ia bukan Allah orang yang mati, melainkan Allah orang yang hidup. Alangkah salahnya kalian ini!” Seorang guru agama yang sedang berdiri di situ sambil mendengarkan percakapan itu menyadari bahwa jawaban Yesus tepat. Lalu ia bertanya, “Dari semua hukum, manakah yang paling penting?” Yesus menjawab, “Yang terutama ialah: ‘Dengarlah, hai Israel! Tuhan Allah kita adalah satu-satunya Allah. Engkau harus mengasihi Dia dengan sebulat-bulat hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan sepenuh akal budimu dan dengan segala kekuatanmu.’ “Yang kedua ialah: ‘Cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ Tidak ada hukum lain yang lebih besar daripada kedua hukum ini.” Guru agama itu berkata, “Yang Guru katakan, yaitu bahwa hanya ada satu Allah, memang benar. Dan saya tahu bahwa mengasihi Dia dengan sebulat-bulat hati dan dengan segenap pengertian serta dengan segala kekuatan saya, dan mengasihi orang lain seperti saya mengasihi diri sendiri, jauh lebih penting daripada mempersembahkan segala macam kurban di mazbah Bait Allah.” Yesus melihat pengertian orang itu, lalu berkata kepadanya, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” Setelah itu tidak seorang pun berani mengajukan pertanyaan lagi kepada-Nya. Ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia mengajukan pertanyaan ini: “Apa sebabnya para guru agama menyatakan bahwa Mesias keturunan Raja Daud? Padahal dengan pimpinan Roh Kudus, Daud sendiri telah berkata, “ ‘Tuhan berkata kepada Tuhanku: Duduklah di tempat kehormatan di sebelah kanan-Ku, sampai Aku akan menaklukkan musuh-musuh-Mu dan membuat mereka bertekuk lutut di bawah kaki-Mu.’ Karena Daud menyebut Dia Tuhannya, bagaimana mungkin Dia keturunan Raja Daud?” Orang banyak mendengarkan dengan penuh perhatian. Selain itu, Yesus juga mengajarkan hal-hal yang berikut: “Berhati-hatilah terhadap ahli-ahli agama ini! Karena mereka senang memakai jubah panjang yang biasa dipakai oleh para hartawan dan cendekiawan, dan mereka ingin dihormati bila berjalan di tempat umum. Mereka senang duduk di tempat kehormatan di rumah ibadat maupun pada perjamuan. Tetapi tanpa malu mereka merampas rumah para janda. Untuk menutupi keadaan mereka yang sebenarnya, mereka berkedok sebagai orang saleh dengan berdoa panjang-panjang di depan umum. Karena itu, mereka akan menerima hukuman yang lebih berat.” Kemudian Yesus pergi ke dekat peti persembahan di Bait Allah, lalu duduk di situ sambil memperhatikan orang memasukkan uang persembahan mereka. Beberapa orang kaya memasukkan uang dalam jumlah yang besar. Lalu seorang janda yang miskin datang memasukkan dua peser. Ketika Yesus meninggalkan Bait Allah pada hari itu, seorang murid-Nya berkata, “Guru, betapa megahnya bangunan-bangunan ini! Lihatlah batu-batu berukir pada dindingnya!” Yesus menjawab, “Ya, lihatlah! Karena bangunan ini akan diruntuhkan, sehingga tidak ada satu batu pun yang akan dibiarkan tersusun di atas batu lain, kecuali sebagai puing.” Yesus memberi penjelasan. “Janganlah kalian disesatkan oleh siapa pun,” kata-Nya, “karena banyak yang akan datang menyatakan diri sebagai Mesias dan menyesatkan banyak orang. Bilamana kalian mendengar bahwa peperangan dan pemberontakan sudah mulai, jangan takut. Hal-hal itu harus terjadi, tetapi itu bukanlah akhir dari segala-galanya. “Bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan akan menyatakan perang satu terhadap yang lain. Di banyak tempat akan terjadi kelaparan dan gempa bumi. Semua itu hanyalah permulaan dari penderitaan yang akan datang. Tetapi, bila semua itu terjadi, waspadalah! Karena kalian akan diseret ke depan pengadilan, dipukuli di rumah-rumah ibadat, dan dihadapkan kepada para gubernur serta raja-raja karena kalian menjadi pengikut-Ku. Itulah kesempatan kalian untuk bersaksi tentang Aku kepada mereka. Berita Kesukaan harus dikabarkan kepada semua bangsa sebelum akhir zaman tiba. Tetapi, bila kalian ditangkap dan diadili, jangan khawatir akan apa yang harus kalian katakan untuk membela diri. Katakanlah apa yang diilhamkan Allah kepada kalian pada saat itu, karena bukan kalian sendiri yang akan berkata-kata, melainkan Roh Kudus. “Orang akan mengkhianati saudaranya sendiri sehingga saudaranya itu terbunuh, bapak akan mengkhianati anak-anaknya. Anak-anak akan melawan orang tua mereka dan menyebabkan kematian mereka. Dan setiap orang akan membenci kalian sebab kalian milik-Ku. Tetapi mereka yang bertahan sampai akhir dan tidak menyangkal Aku, akan diselamatkan. “Bila kalian melihat si sesuatu yang mencemarkan berdiri di tempat kudus (Para pembaca hendaknya memperhatikan apa artinya!), orang-orang di Yudea hendaknya lari ke pegunungan. “Celakalah perempuan yang sedang hamil dan ibu yang menyusui bayi pada saat itu. Berdoalah agar semua itu tidak terjadi pada musim dingin. Karena masa itu merupakan masa mengerikan yang belum pernah terjadi sejak Allah menciptakan dunia ini, dan tidak akan terjadi lagi. Dan apabila Tuhan tidak menyingkatkan masa kesengsaraan itu, maka semua orang akan binasa. Tetapi demi umat pilihan Allah, Ia akan membatasi masa itu. “Jika kelak ada seseorang memberitahukan kepada kalian, ‘Lihat! Mesias sudah muncul di tempat ini’ atau ‘Lihat! Itulah Dia,’ janganlah percaya. Karena akan ada banyak Mesias palsu dan nabi palsu yang akan mengadakan mukjizat-mukjizat luar biasa sebagai usaha untuk menyesatkan, bahkan kalau mungkin menyesatkan orang-orang pilihan juga. Hati-hatilah! Kalian sudah Kuperingatkan! “Setelah masa penderitaan itu selesai, “ ‘matahari akan dikelamkan, bulan tidak akan bercahaya, bintang-bintang akan tampak berjatuhan dari angkasa raya, dan kuasa-kuasa yang menaungi bumi ini akan diguncangkan.’ “Kemudian semua orang akan melihat Aku, Anak Manusia, datang dalam awan dari langit dengan segala kuasa dan kemuliaan. Dan Aku akan mengutus para malaikat untuk mengumpulkan orang-orang pilihan-Ku dari segenap penjuru dunia dan surga. “Ambillah pelajaran dari pohon ara. Apabila cabang-cabangnya mulai lembut dan mulai bertunas, maka kalian tahu bahwa musim panas sudah dekat. Dan bila kalian melihat hal-hal yang telah Aku beritahukan itu terjadi, kalian dapat memastikan bahwa kedatangan-Ku sudah dekat, bahkan sudah di ambang pintu. “Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian, angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semua hal-hal itu terjadi. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataan-Ku tetap untuk selama-lamanya. “Tetapi tidak seorang pun mengetahui hari atau saat peristiwa-peristiwa itu akan terjadi, malaikat-malaikat di surga tidak dan Anak pun juga tidak. Hanya Bapa yang mengetahuinya. Dan karena kalian tidak tahu kapan hal itu akan terjadi, berjaga-jagalah! Bersiap-siaplah menantikan kedatangan-Ku! “Kedatangan-Ku dapat diumpamakan dengan orang yang bepergian ke negeri lain. Pegawai-pegawainya diberi tugas yang harus dilaksanakan selama ia pergi, dan ia menyuruh penjaga pintu gerbang agar berjaga-jaga menantikan kedatangannya. Dua hari kemudian bangsa Yahudi akan merayakan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi yang mereka peringati setiap tahun. Para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain masih terus berdaya upaya untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan diam-diam. “Tetapi kita tidak dapat melakukannya selama Perayaan Paskah,” kata mereka, “karena pasti akan timbul kerusuhan.” Sementara itu Yesus berada di Betania. Ia tinggal di rumah Simon yang pernah sakit kusta. Ketika mereka sedang makan malam, datanglah seorang wanita membawa sebuah botol yang indah berisi minyak wangi yang mahal. Setelah memecahkan tutupnya, ia menuangkan minyak itu ke atas kepala Yesus. Tetapi Yesus berkata, “Biarkanlah dia; mengapa kalian marah kepadanya karena ia melakukan sesuatu yang baik? Orang-orang miskin selalu ada di antara kalian dan kalian dapat menolong mereka setiap saat, sebab mereka selalu ada di antara kalian, sedangkan Aku tidak. “Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan telah mengurapi tubuh-Ku jauh sebelum Aku dikuburkan. Dengan sungguh-sungguh Aku berkata, bahwa di mana pun di dunia ini Berita Kesukaan dikabarkan, perbuatan wanita ini akan diingat dan dipuji orang.” Lalu Yudas Iskariot, salah seorang murid-Nya, pergi kepada para imam kepala dengan maksud menyerahkan Yesus kepada mereka. Ketika para imam kepala mendengar maksud kedatangannya, mereka senang sekali dan berjanji akan memberinya uang. Karena itu, Yudas mulai mencari-cari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama Perayaan Roti Tidak Beragi, yaitu pada hari anak domba dipersembahkan, murid-murid bertanya kepada Yesus di mana Ia ingin makan perjamuan Paskah. Ia menyuruh dua orang dari mereka pergi ke Yerusalem untuk mempersiapkannya. “Pada waktu kalian berjalan,” kata-Nya, “kalian akan melihat seorang laki-laki membawa kendi berisi air berjalan ke arah kalian. Ikuti dia. Sesampainya di rumah yang dimasukinya, katakanlah kepada pemilik rumah, ‘Guru kami minta agar Tuan menunjukkan kepada kami ruangan di mana Ia dapat makan perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya.’ Ia akan membawa kalian ke atas, ke ruangan besar yang telah disediakan. Siapkanlah perjamuan kita di sana!” Kedua murid itu pergi ke kota dan mendapati semuanya seperti yang telah dikatakan Yesus, lalu menyiapkan perjamuan Paskah. Pada senja hari sampailah Yesus dan kedua belas murid-Nya. Sedang mereka duduk sekeliling meja dan makan, Yesus berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian, seorang dari kalian yang sekarang sedang makan bersama-sama dengan Aku di sini, akan mengkhianati Aku.” Mereka sangat bersedih hati, dan seorang demi seorang bertanya kepada-Nya, “Sayakah orangnya?” Ia menjawab, “Yang akan mengkhianati Aku ialah seorang dari kalian yang dua belas ini, yang mencelupkan roti ke dalam mangkuk bersama-sama dengan Aku. Aku harus mati, sebagaimana dahulu telah dinubuatkan oleh para nabi; tetapi celakalah orang yang mengkhianati Aku. Terlebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak pernah dilahirkan!” Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti dan mengucap syukur kepada Allah. Kemudian Dia memecah-mecahkan roti itu serta membagikannya kepada mereka sambil berkata, “Makanlah, inilah tubuh-Ku.” Setelah itu Ia mengambil sebuah cawan anggur, mengucap syukur kepada Allah, lalu memberikannya kepada mereka. Mereka semua minum dari cawan itu. Ia berkata kepada mereka, “Inilah darah-Ku, meterai Perjanjian Baru, yang dicurahkan bagi orang banyak. Dengan sesungguhnya Kukatakan bahwa Aku tidak akan minum anggur lagi sampai hari Aku meminum air anggur yang baru di dalam Kerajaan Allah.” Setelah menyanyikan sebuah lagu pujian, mereka pergi ke Bukit Zaitun. “Kalian semua akan meninggalkan Aku,” kata Yesus kepada mereka, “karena Allah telah menyatakan dengan perantaraan para nabi, “ ‘Aku akan membunuh Gembala dan domba-domba-Nya akan bercerai-berai.’ “Tetapi setelah Aku dibangkitkan dari antara orang mati, Aku akan pergi ke Galilea dan menemui kalian di sana.” Petrus berkata kepada-Nya, “Apa pun yang akan dilakukan oleh yang lain, saya sendiri tidak akan meninggalkan Guru!” “Petrus,” kata Yesus, “sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum ayam berkokok dua kali esok pagi, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.” “Tidak!” seru Petrus. “Saya tidak akan menyangkal Guru, sekalipun saya harus mati bersama-sama dengan Guru!” Dan murid-murid yang lain juga berkata demikian. Mereka sampai di kebun zaitun, yang disebut Taman Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Duduklah di sini sementara Aku pergi berdoa.” Ia membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk menyertai-Nya dan Ia mulai merasa gelisah dan susah hati. Ia berkata kepada mereka, “Jiwa-Ku hancur karena sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjagalah dengan Aku!” Ia pergi lebih jauh sedikit, berlutut di tanah dan berdoa agar jika mungkin, saat-saat mengerikan yang menantikan Dia dapat dihindarkan. “Bapa,” kata-Nya, “segala sesuatu mungkin bagi-Mu. Singkirkan kiranya cawan ini daripada-Ku. Tetapi kehendak-Mu jugalah yang berlaku, bukan kehendak-Ku.” Lalu Ia kembali kepada ketiga murid-Nya dan mendapati mereka tertidur. “Simon!” kata-Nya. “Tertidurkah engkau? Tidak dapatkah engkau berjaga dengan Aku satu jam saja? Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kalian dapat menahan cobaan. Sebab sungguhpun hati bersedia, tubuh lemah.” Yesus pergi lagi dan berdoa, mengulangi permohonan-Nya. Lalu Ia kembali kepada mereka dan mendapati mereka tertidur karena mereka sangat mengantuk. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka katakan. Ketika Ia kembali kepada mereka untuk ketiga kalinya, Ia berkata, “Belum cukup jugakah kalian tidur dan beristirahat? Saatnya sudah tiba. Aku akan dikhianati dan diserahkan ke dalam tangan orang-orang jahat. Bangunlah! Mari kita pergi! Lihat! Orang yang mengkhianati Aku sudah datang!” Sementara Yesus masih berkata-kata, Yudas (salah seorang murid-Nya) datang dengan serombongan orang yang bersenjatakan pedang dan pentung. Mereka disuruh oleh para imam kepala dan pemimpin orang Yahudi. Yudas telah berkata kepada mereka, “Orang yang harus kalian tangkap ialah orang yang akan saya cium. Bawalah Dia dalam penjagaan.” Oleh karena itu, segera setelah mereka sampai, Yudas menghampiri Yesus. “Guru!” katanya, lalu mencium Yesus. Kemudian mereka menyergap dan menangkap Yesus. Tetapi seseorang menghunus pedangnya dan memarang pelayan imam besar, sehingga telinganya putus. Yesus bertanya kepada mereka, “Apakah Aku seorang perampok yang membahayakan, sehingga kalian datang dengan bersenjata lengkap untuk menangkap Aku? Setiap hari Aku duduk dan mengajar di Bait Allah. Mengapa kalian tidak menangkap Aku di sana? Tetapi segala sesuatu ini terjadi untuk menggenapi apa yang dinubuatkan para nabi dalam Kitab Suci.” Sementara itu semua murid-Nya meninggalkan Dia dan melarikan diri. Yesus digiring ke rumah imam besar. Semua imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain segera berkumpul di situ. Petrus mengikuti dari jauh, lalu menyelinap masuk ke dalam halaman rumah imam besar dan duduk berdiang dekat api di antara para pelayan. Di dalam rumah, para imam kepala dan segenap anggota Mahkamah Agama mencari-cari alasan untuk menjatuhkan hukuman mati ke atas Yesus. Tetapi usaha mereka sia-sia. Banyak saksi palsu yang mengajukan diri, tetapi kesaksian mereka simpang-siur. Akhirnya beberapa orang berdiri serta memberikan kesaksian palsu tentang Yesus. “Kami mendengar Dia berkata, ‘Aku akan merobohkan Bait Allah buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari Aku akan membangun yang lain, yang bukan buatan manusia!’ ” Tetapi dalam hal ini pun keterangan mereka simpang-siur. Lalu imam besar berdiri di hadapan sidang dan bertanya kepada Yesus, “Apakah tuduhan-tuduhan itu Kaubiarkan saja? Tidakkah ada sesuatu yang dapat Kaukemukakan untuk membela diri?” Yesus tidak menjawab. Kemudian imam besar bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau Mesias, Anak Allah?” Yesus berkata, “Benar, Akulah Mesias. Kalian semua akan melihat Aku duduk di sebelah kanan Allah dan kembali ke dunia ini dalam awan dari langit.” Kemudian beberapa dari mereka meludahi Dia. Mereka menutupi mata-Nya dan meninju muka-Nya dengan bertubi-tubi. “Hai Nabi, coba katakan siapa yang memukul Engkau tadi?” ejek mereka. Bahkan para pengawal pun meninju Dia, ketika mereka menggiring-Nya ke luar. Petrus menyangkal, “Aku tidak tahu apa yang kaumaksudkan!” Lalu ia menyingkir ke dekat pintu gerbang. Pada saat itu juga ayam berkokok. Pelayan wanita itu melihat Petrus berdiri di situ, lalu berkata kepada yang lain, “Itulah dia! Dialah murid Yesus!” Petrus menyangkal lagi. Tidak berapa lama kemudian orang-orang yang berdiri di sekeliling api berkata kepada Petrus, “Engkau juga salah seorang dari mereka, karena engkau berasal dari Galilea!” Ia mulai mengutuk dan menyumpah. “Saya tidak kenal orang yang kalian bicarakan itu,” katanya. Segera ayam berkokok untuk kedua kalinya. Tiba-tiba perkataan Yesus terlintas dalam pikiran Petrus: “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.” Maka menangislah Petrus. Pagi-pagi benar segenap anggota Mahkamah Agama, yaitu para imam kepala, tua-tua, dan guru agama berkumpul untuk merundingkan tindakan selanjutnya. Mereka memutuskan untuk membelenggu Yesus dan membawa-Nya serta menyerahkan kepada Gubernur Pilatus. Pilatus bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau Raja orang Yahudi?” “Ya,” jawab Yesus, “seperti yang Tuan katakan.” Tetapi Yesus diam saja, sehingga membuat Pilatus terheran-heran. Setahun sekali, pada perayaan Paskah, Pilatus biasa membebaskan seorang tahanan Yahudi dari penjara atas pilihan rakyat. Salah seorang tahanan pada waktu itu ialah Barabas, yang bersama-sama dengan beberapa orang lain dijatuhi hukuman karena membunuh dalam suatu pemberontakan. Orang banyak menghadap Pilatus, meminta agar dia membebaskan seorang tahanan seperti biasa. “Apakah kalian ingin supaya saya membebaskan ‘Raja Orang Yahudi’ ini?” tanya Pilatus. (Karena Pilatus telah menyadari bahwa para imam kepala menangkap Yesus karena iri hati terhadap kemasyhuran Yesus.) Tetapi para imam kepala menghasut orang banyak agar menuntut pembebasan Barabas, bukan Yesus. “Tetapi, jikalau saya membebaskan Barabas,” kata Pilatus kepada mereka, “apa yang harus saya perbuat terhadap orang yang kalian sebut Raja Orang Yahudi ini?” Mereka berteriak, “Salibkan Dia!” “Mengapa?” tanya Pilatus. “Kesalahan apa yang telah dilakukan-Nya?” Mereka malah berteriak lebih keras, “Salibkan Dia!” Karena Pilatus takut akan terjadi kerusuhan dan ingin menyenangkan hati orang banyak, ia membebaskan Barabas. Ia memerintahkan agar Yesus dicambuk, lalu menyerahkan Yesus untuk disalibkan. Kemudian mereka memberi hormat sambil berteriak, “Hidup Raja orang Yahudi!” Lalu mereka memukul kepala Yesus dengan sebatang tongkat, meludahi Dia, dan berlutut di depan-Nya untuk “menyembah” Dia. Akhirnya setelah mereka merasa puas mengejek Yesus, mereka menanggalkan jubah ungu itu dan menggantinya dengan pakaian-Nya sendiri, lalu membawa Dia pergi untuk disalibkan. Simon dari Kirene, yang baru saja datang dari luar kota, dipaksa memikul salib Yesus. (Simon adalah ayah Aleksander dan Rufus.) Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota. (Golgota berarti tengkorak.) Ia ditawari anggur yang dicampur dengan daun-daun yang pahit, tetapi Ia menolak. Lalu mereka menyalibkan Dia. Mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi untuk menentukan bagian masing-masing. Penyaliban itu dilaksanakan kira-kira pukul sembilan pagi. Pada salib itu, di atas kepala-Nya, dipasang sebuah papan dengan tulisan yang menyatakan kejahatan-Nya, yaitu “ Raja orang Yahudi ”. Ada dua perampok yang juga disalibkan pada pagi hari itu. Salib mereka ditempatkan di kanan kiri salib Yesus. Dengan demikian genaplah ayat Kitab Suci yang berbunyi: “Ia dimasukkan ke dalam golongan orang jahat.” Para imam kepala dan pemuka-pemuka agama juga berdiri di situ mengolok-olok Yesus. “Ia pandai sekali ‘menyelamatkan’ orang lain,” kata mereka, “tetapi diri sendiri tidak dapat diselamatkan-Nya!” “Hai Mesias!” teriak mereka kepada Yesus. “Hai, Engkau ‘Raja Israel’! Turunlah dari salib, maka kami akan percaya kepada-Mu!” Bahkan kedua perampok yang disalibkan bersama dengan Yesus mengejek Dia. Pada kira-kira jam dua belas siang, seluruh negeri diliputi kegelapan sampai pukul tiga petang. Lalu dengan nyaring Yesus berseru, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?” (“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”) Beberapa orang yang berdiri di situ mengira bahwa Ia sedang memanggil Nabi Elia. Lalu seseorang lari mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam dan menyodorkannya kepada-Nya dengan sebatang buluh. “Coba kita lihat apakah Elia akan datang menurunkan Dia!” kata orang itu. Sekali lagi Yesus berseru dengan nyaring, lalu melepaskan nyawa-Nya. Maka tirai Bait Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Ketika perwira Romawi yang berdiri di sebelah salib Yesus melihat bagaimana Ia melepaskan nyawa, perwira itu berkata, “Orang ini benar-benar Anak Allah!” Ada beberapa wanita yang melihat dari jauh. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria (ibu Yakobus Muda dan Yoses), Salome, dan beberapa yang lain. Bersama dengan banyak wanita Galilea lain, yang telah menjadi pengikut-Nya, mereka melayani Yesus ketika Ia berada di Galilea. Mereka telah ikut dengan Dia ke Yerusalem. Pilatus tidak percaya bahwa Yesus sudah mati. Ia memanggil perwira yang bertugas menjaga Yesus dan bertanya kepadanya apakah benar Yesus sudah mati. Ketika didengarnya bahwa Yesus memang sudah mati, Pilatus mengizinkan Yusuf mengambil mayat Yesus. Yusuf membeli kain linen untuk kafan. Setelah menurunkan mayat Yesus dari salib, ia membungkusnya dengan kain itu, lalu meletakkannya dalam kubur di sebuah bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu untuk penutup kubur itu. Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses memperhatikan dan melihat tempat Yesus dibaringkan. Keesokan malamnya, ketika Sabat telah lalu, Maria Magdalena, Salome, dan Maria ibu Yakobus pergi membeli rempah-rempah. Pada hari berikutnya pagi-pagi sekali, pada saat matahari terbit, mereka membawa rempah-rempah itu ke kubur Yesus. Di tengah jalan mereka membicarakan bagaimana mereka dapat menggulingkan batu besar yang menutupi pintu kubur itu. Tetapi, ketika mereka sampai, mereka melihat bahwa batu yang sangat berat itu telah disingkirkan dan pintu kubur terbuka! Mereka masuk ke dalam kubur itu dan melihat seorang laki-laki berpakaian putih duduk di sebelah kanan. Wanita-wanita itu terkejut, tetapi orang itu berkata, “Jangan takut! Bukankah kalian mencari Yesus, orang Nazaret yang disalibkan itu? Ia tidak ada di sini. Ia sudah hidup kembali. Lihat, di situlah tempat tubuh-Nya dibaringkan. Sekarang pergilah dan sampaikan pesan ini kepada murid-murid-Nya, dan juga kepada Petrus: “ ‘Yesus telah mendahului kalian ke Galilea. Kalian akan melihat Dia di sana, seperti yang telah dikatakan-Nya kepada kalian sebelum Ia mati!’ ” Wanita-wanita itu lari dari kubur dengan gemetar dan bingung dan sangat ketakutan, sehingga tidak dapat berbicara. Yesus hidup kembali pada hari Minggu pagi, dan yang pertama-tama melihat Dia ialah Maria Magdalena, wanita yang pernah dibebaskan-Nya dari tujuh setan yang merasuknya. Kemudian pada hari itu juga Yesus menampakkan diri kepada dua orang yang sedang berjalan dari Yerusalem ke luar kota. Tetapi mula-mula mereka tidak mengenali Dia karena penampilan-Nya berbeda dari Yesus yang dikenal oleh mereka. Ketika akhirnya mereka tahu siapa Dia, mereka bergegas-gegas kembali ke Yerusalem untuk menceritakannya kepada yang lain, tetapi tidak ada seorang pun yang memercayai mereka. Kemudian Ia menampakkan diri kepada kesebelas murid-Nya ketika mereka sedang makan bersama. Ia menegur mereka, karena mereka keras hati dan tidak mau percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Ia berkata kepada mereka, “Kalian harus pergi ke seluruh dunia mengabarkan Berita Kesukaan kepada setiap orang di mana pun juga. Siapa yang percaya dan dibaptiskan akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak mau percaya akan dihukum. “Dan siapa yang percaya akan Kuberi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat, dan mereka akan berbicara dengan bahasa-bahasa yang baru. Mereka akan memegang ular tanpa membahayakan dirinya dan apabila mereka minum sesuatu yang beracun, racun itu tidak membahayakan mereka. Mereka juga akan dapat menumpangkan tangan ke atas orang sakit serta menyembuhkannya.” Setelah Tuhan Yesus selesai berbicara kepada mereka, Ia terangkat ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Murid-murid pergi memberitakan Injil ke segala tempat, dan Tuhan menyertai mereka serta menguatkan pemberitaan mereka dengan mukjizat-mukjizat. Namun demikian, saya rasa sebaiknya semua itu ditelaah kembali dari permulaan sampai akhir, dan sesudah diselidiki dengan cermat saya sampaikan ringkasannya, untuk lebih meyakinkan Saudara tentang kebenaran semua yang sudah diajarkan kepada Saudara. Cerita saya mulai dengan Zakharia, seorang imam Yahudi, yang hidup pada masa Herodes menjadi raja Yudea. Zakharia adalah anggota kelompok Abia, yaitu salah satu kelompok imam yang bertugas melayani di Bait Allah. (Elisabet, istrinya, juga keturunan imam, yaitu keturunan Harun.) Zakharia dan Elisabet adalah orang-orang saleh, yang menaati semua hukum Allah dengan sempurna. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, karena Elisabet mandul; dan keduanya sudah lanjut usianya. Sementara itu, di halaman luar Bait Allah orang banyak berhimpun sambil berdoa, sebagaimana biasa mereka lakukan selama pembakaran kemenyan. Tetapi malaikat itu berkata, “Jangan takut, Zakharia! Karena aku datang untuk memberitahukan bahwa Allah sudah mendengar doamu, dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang putra. Dan engkau harus menamai dia Yohanes. Kalian berdua akan bersukacita dan bergembira atas kelahirannya, dan banyak orang akan bersukacita bersama dengan kalian. Karena ia akan hebat dalam rencana Tuhan. Ia sama sekali tidak boleh minum anggur atau minuman keras, dan ia akan dipenuhi dengan Roh Kudus sejak ia masih dalam kandungan. Dan ia akan menyebabkan banyak orang Yahudi kembali kepada Tuhan Allah. Ia akan menjadi orang yang memiliki semangat dan kuasa seperti Nabi Elia pada zaman dahulu. Ia akan mendahului kedatangan Mesias untuk mempersiapkan umat Tuhan bagi kedatangan-Nya. Ia akan mendamaikan orang tua dengan anak-anaknya dan membawa semua yang tidak taat kembali ke jalan yang benar.” Zakharia berkata kepada malaikat itu, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Saya sekarang sudah tua dan istri saya juga sudah lanjut usianya.” Maka kata malaikat itu, “Aku Gabriel! Aku berdiri di hadirat Allah. Dialah yang mengutus aku kepadamu menyampaikan kabar gembira ini. Karena engkau tidak percaya kepadaku, engkau akan menjadi bisu sampai anakmu lahir. Karena perkataanku pasti akan terbukti pada saatnya kelak.” Sementara itu, di luar orang banyak sedang menantikan munculnya Zakharia. Mereka heran mengapa ia belum keluar juga. Ketika akhirnya ia muncul, ia tidak dapat berbicara kepada mereka. Dari isyarat tangannya tahulah mereka bahwa ia telah memperoleh suatu penglihatan dalam Bait Allah. Setelah menyelesaikan masa tugasnya di Bait Allah, ia pulang. Tidak lama setelah itu Elisabet, istrinya, hamil dan mengasingkan diri selama lima bulan. “Tuhan sungguh baik,” katanya, “Ia berkenan menghapuskan aib yang disebabkan oleh kemandulanku!” Ketika Elisabet hamil enam bulan, Allah mengutus Malaikat Gabriel ke Nazaret, sebuah desa di Galilea, kepada Maria, seorang dara, yang telah bertunangan dengan Yusuf, seorang keturunan Raja Daud. Gabriel muncul di hadapannya dan berkata, “Berbahagialah engkau, wanita yang terpilih! Tuhan menyertai engkau!” Maria bingung dan gelisah. Ia mencoba menangkap maksud malaikat itu. “Jangan takut, Maria,” kata malaikat itu, “karena Allah berkenan mengaruniakan berkat yang sangat indah kepadamu! Tidak lama lagi engkau akan hamil dan akan melahirkan seorang putra. Hendaknya engkau menamai Dia ‘Yesus’. Ia akan menjadi orang besar dan disebut Anak Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan memberikan kepada-Nya takhta Daud, nenek moyang-Nya. Ia akan memerintah Israel selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan!” Maria bertanya kepada malaikat itu, “Bagaimana mungkin saya beranak, sedangkan saya masih perawan?” Malaikat itu menjawab, “Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah akan menaungimu. Dengan demikian bayi yang akan kaulahirkan itu benar-benar suci, yaitu Anak Allah. Di samping itu, enam bulan yang lalu Elisabet, bibimu yang disebut mandul itu, telah hamil pada masa tuanya! Karena setiap janji Allah pasti digenapi.” Maria berkata, “Saya hamba Tuhan. Biarlah terjadi seperti yang kaukatakan. Biarlah segala sesuatu yang telah kaukatakan itu terjadi.” Malaikat itu lalu meninggalkan dia. Pada saat Elisabet mendengar suara Maria, anak di dalam kandungannya melonjak dan Elisabet dipenuhi Roh Kudus. Elisabet berseru kegirangan dan berkata kepada Maria, “Engkau telah diberkati Allah melebihi semua wanita, dan diberkatilah anak yang akan kaulahirkan itu. Alangkah besarnya kehormatan ini, karena ibu Tuhanku mengunjungi aku! Ketika engkau masuk memberi salam kepadaku dan aku mendengar suaramu, bayiku melonjak karena sukacita! Engkau percaya bahwa Allah akan melaksanakan segala sesuatu yang telah difirmankan-Nya. Itulah sebabnya Ia telah memberikan berkat yang indah ini kepadamu.” Maria menjawab, “Aku sangat memuji Tuhan! Aku sangat bersukacita di dalam Allah Juru Selamatku! Karena Ia telah memperhatikan hamba-Nya yang hina dina ini, dan dari masa ke masa orang akan menyebut aku diberkati Allah. Karena Dia, Yang Mahakudus dan Mahakuasa, telah melakukan hal yang besar ke atasku. Kemurahan-Nya turun-temurun ke atas semua orang yang menghormati Dia. “Betapa besar kuasa tangan-Nya! Ia mencerai-beraikan orang yang sombong dan congkak. Ia menurunkan penguasa-penguasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia mengenyangkan hati yang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan hampa. Dan Ia telah menolong Israel, hamba-Nya. Ia tidak melupakan janji-Nya untuk menyatakan kemurahan-Nya. Karena Ia sudah berjanji kepada nenek moyang kita, yaitu Abraham serta keturunannya, bahwa Ia akan selalu menunjukkan kemurahan hati-Nya kepada mereka.” Maria tinggal dengan Elisabet kira-kira tiga bulan lamanya, lalu kembali ke rumahnya. Maka tibalah saatnya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Dengan cepat tersiarlah kabar kepada sanak saudara dan tetangga Elisabet bahwa Tuhan sudah menunjukkan kebaikan-Nya kepadanya, dan semua orang turut bersukacita. Ketika anak itu berumur delapan hari, semua sanak saudara serta kenalan datang menghadiri upacara khitan. Semua mengira bayi itu akan dinamai Zakharia menurut nama ayahnya. Tetapi Elisabet berkata, “Bukan! Ia harus dinamai Yohanes.” “Apa?” kata mereka. “Tidak ada seorang pun dari keluarga kalian yang bernama Yohanes.” Lalu mereka bertanya kepada ayahnya dengan isyarat. Zakharia minta batu tulis, dan mereka semua heran ketika melihat apa yang dituliskannya: “Namanya Yohanes.” Seketika itu juga Zakharia dapat berbicara lagi, dan ia pun memuji-muji Allah. Para tetangga terheran-heran dan berita tentang kejadian itu tersiar ke seluruh Pegunungan Yudea. Semua yang mendengar hal itu merenungkannya serta bertanya-tanya, “Apa jadinya anak ini kelak? Karena jelaslah bahwa tangan Tuhan sungguh-sungguh menyertai dia.” Kemudian Zakharia dipenuhi Roh Kudus dan bernubuat, katanya, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, karena Ia telah melawat umat-Nya dan telah menebus mereka. Ia mengirimkan kepada kita seorang Juru Selamat dari keturunan Raja Daud, hamba-Nya. Dan ini dahulu telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang suci: Seseorang akan menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita dan dari semua yang membenci kita. Allah telah bermurah hati terhadap nenek moyang kita, dan tidak melupakan janji-Nya yang suci, yaitu janji yang telah diikat-Nya dengan sumpah kepada leluhur kita Abraham. Dengan membebaskan kita dari musuh-musuh kita, Ia telah memberi kesempatan kepada kita untuk melayani Dia tanpa ketakutan. Dan Ia menjadikan kita suci serta layak untuk berdiri di hadirat-Nya seumur hidup kita. “Dan engkau, Anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahamulia, karena engkau akan menyediakan jalan bagi Mesias. Kepada umat-Nya engkau akan memberitakan jalan untuk memperoleh keselamatan melalui pengampunan dosa mereka. Semua ini disebabkan oleh kemurahan Allah. Terang surga akan turun ke atas kita, untuk menerangi orang-orang yang duduk di dalam kegelapan dan di dalam bayang-bayang maut, dan membimbing kita ke jalan damai.” Anak itu tumbuh dan menjadi pria yang bijaksana dan cerdas. Ia tinggal di padang gurun sampai ia memulai pelayanannya bagi bangsa Israel. Pada waktu itu Kaisar Agustus, yaitu Kaisar Romawi, mengeluarkan maklumat supaya diadakan sensus di seluruh daerah kekuasaannya. Sensus itu diadakan ketika Kirenius menjadi gubernur Siria. Semua orang diwajibkan kembali ke daerah nenek moyangnya untuk mendaftarkan diri. Karena Yusuf keturunan Raja Daud, ia harus pergi ke Betlehem di Yudea, kota kediaman Raja Daud dahulu. Dari Nazaret di Galilea ia berjalan ke sana. Maria, tunangannya, yang waktu itu sedang hamil, dibawanya serta. Ketika mereka berada di sana, tibalah saatnya bagi Maria untuk bersalin. Ia melahirkan anaknya yang pertama, seorang anak laki-laki. Anak itu dibungkusnya dengan selimut, lalu diletakkan di dalam palungan karena di penginapan tidak ada tempat. Malam itu beberapa orang gembala sedang menjaga domba-domba di padang. Tiba-tiba muncul seorang malaikat di tengah-tengah mereka dan pemandangan di sekitarnya menjadi terang benderang karena kemuliaan Tuhan. Mereka sangat ketakutan, tetapi malaikat itu menenangkan mereka. “Jangan takut!” katanya. “Aku membawa berita kesukaan yang belum pernah dikabarkan. Berita ini untuk semua orang. Juru Selamat, yaitu Mesias, Tuhan, malam ini telah lahir di Betlehem! Bagaimana cara mengenali Dia? Kalian akan menjumpai seorang bayi terbungkus dengan selimut, terbaring dalam palungan.” Tiba-tiba malaikat itu disertai oleh sejumlah besar malaikat, yaitu bala tentara surga, yang menyanyi memuji-muji Allah: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang tertinggi dan damai di bumi bagi semua orang yang menyukakan hati-Nya.” Setelah bala tentara malaikat itu kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata, “Mari kita pergi ke Betlehem! Mari kita lihat keajaiban yang telah terjadi, yang sudah diberitahukan Tuhan kepada kita.” Mereka cepat-cepat berangkat ke sana dan menjumpai Maria dan Yusuf. Bayi itu pun tampak berbaring di palungan. Gembala-gembala itu menceritakan apa yang telah terjadi dan apa yang dikatakan malaikat tentang Anak itu. Semua orang yang mendengar cerita para gembala itu terheran-heran, tetapi Maria menyimpan semua itu di dalam hatinya dan sering merenungkannya. Kemudian gembala-gembala itu kembali kepada domba-domba mereka di padang. Mereka memuji-muji Allah, karena telah mendapat kunjungan para malaikat dan telah melihat Anak itu, seperti yang telah diberitahukan malaikat kepada mereka. Delapan hari kemudian, pada upacara khitan-Nya, bayi itu dinamai Yesus, yaitu nama yang diberikan oleh malaikat sejak sebelum Ia dikandung. Tibalah saatnya bagi Maria untuk membawa persembahan penyucian di Bait Allah, seperti yang ditetapkan dalam Hukum Musa bagi wanita setelah ia melahirkan anak. Anak itu dibawa orang tuanya ke Yerusalem untuk dipersembahkan kepada Tuhan, karena dalam hukum itu Allah berfirman, “Jika anak yang pertama adalah laki-laki, ia harus dipersembahkan kepada Tuhan.” Pada waktu itu orang tua Yesus pun mempersembahkan kurban sesuai dengan hukum, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Pada hari itu seorang laki-laki bernama Simeon, yang tinggal di Yerusalem, berada di Bait Allah. Ia orang yang baik, sangat saleh, penuh dengan Roh Kudus. Ia selalu berharap bahwa Mesias akan segera datang. Karena Roh Kudus telah menyatakan kepadanya bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, Raja yang diurapi Allah. Pada hari itu Roh Kudus telah menggerakkan hatinya untuk pergi ke Bait Allah. Demikianlah ketika Maria dan Yusuf datang untuk mempersembahkan Bayi Yesus kepada Tuhan demi menaati hukum, Simeon menimang Anak itu sambil memuji-muji Allah, katanya, “Tuhan, sekarang saya dapat mati dengan tenang, karena saya telah melihat Dia yang telah Kaujanjikan. Saya telah melihat Juru Selamat yang Kauutus ke dunia untuk segala bangsa. Dialah Terang yang akan bercahaya atas segala bangsa, dan Ia akan menjadi kemuliaan bagi bangsa-Mu Israel!” Yusuf dan Maria terheran-heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Yesus. Ia datang ke situ ketika Simeon sedang bercakap-cakap dengan Maria dan Yusuf. Ia juga mengucap syukur kepada Allah dan memberitakan kepada setiap orang di Yerusalem yang telah menanti-nantikan kedatangan Juru Selamat bahwa Mesias akhirnya telah tiba. Ketika orang tua Yesus sudah menggenapi tuntutan Hukum Allah, mereka pulang ke Nazaret di Galilea. Anak itu tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia terkenal karena kearifan-Nya melebihi usia-Nya dan Allah melimpahkan berkat-Nya ke atas Dia. Setelah perayaan itu selesai, mereka pulang ke Nazaret, tetapi Yesus tinggal di Yerusalem. Pada hari pertama orang tua-Nya tidak merasa kehilangan Dia. Mereka menyangka bahwa Ia ada bersama-sama dengan kawan-kawan seperjalanan. Tetapi, ketika petang itu Ia tidak menampakkan diri, mereka mulai mencari Dia di antara sanak saudara dan kenalan mereka. Ketika mereka tidak dapat menemukan Dia, mereka kembali ke Yerusalem mencari Dia di situ. Orang tua-Nya tercengang melihat Dia. “Nak!” kata ibu-Nya. “Mengapa Engkau memperlakukan kami seperti ini? Aku dan bapa-Mu kebingungan mencari Engkau di mana-mana.” “Mengapa mencari Aku?” tanya Yesus kepada mereka. “Bukankah sudah sepatutnya Aku berada di Bait Allah ini, di Rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti maksud kata-kata-Nya. Kemudian Ia kembali ke Nazaret bersama-sama dengan mereka dan taat kepada mereka. Ibu-Nya menyimpan semua hal ini di dalam hatinya. Yesus pun menjadi besar dan makin arif, serta dikasihi oleh Allah dan manusia. Yohanes berkhotbah dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang Sungai Yordan. Ia memberitakan kepada orang banyak bahwa mereka wajib dibaptiskan sebagai tanda bahwa mereka telah berpaling kepada Allah dan telah meninggalkan dosa mereka, supaya mereka diampuni. Dalam Kitab Nabi Yesaya dikatakan, “Dialah suara yang berseru-seru di padang gurun: ‘Siapkanlah jalan bagi Tuhan! Luruskanlah jalan yang akan dilalui-Nya. Timbunlah semua lembah; ratakanlah semua gunung dan bukit! Jalan yang berliku-liku harus diluruskan, jalan yang berlekuk-lekuk harus diratakan! Maka semua orang akan melihat Juru Selamat yang diutus oleh Allah.’ ” Inilah antara lain yang dikhotbahkan Yohanes kepada orang-orang yang datang untuk dibaptiskan: “Hai kalian keturunan ular! Siapa yang mengatakan bahwa kalian dapat terlepas dari murka Allah yang akan datang? Pergilah dan buktikan dahulu dengan cara hidup kalian bahwa kalian benar-benar sudah bertobat. Dan jangan kalian mulai berkata, ‘Kami selamat, sebab kami orang Yahudi keturunan Abraham.’ Hal itu sama sekali tidak berarti apa-apa. Allah dapat menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu gurun ini! Bahkan sekarang pun kapak penghukuman sudah disiapkan untuk menebang pada akar setiap pohon yang tidak berbuah. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api.” Orang banyak bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?” “Bila kalian mempunyai dua helai baju, berikan sehelai kepada orang yang miskin,” jawabnya. “Bila kalian mempunyai makanan lebih, berikan kepada orang yang lapar.” Juga para pemungut cukai, yaitu yang terkenal suka korupsi, datang ingin dibaptiskan dan bertanya, “Bagaimana kami dapat membuktikan bahwa kami sudah meninggalkan segala dosa kami?” “Dengan berlaku jujur,” jawabnya, “jangan memungut cukai lebih daripada yang ditetapkan oleh pemerintah Romawi.” “Dan kami bagaimana?” tanya beberapa orang prajurit. “Jangan memeras orang dengan ancaman dan kekerasan. Jangan mendakwa siapa pun mengenai sesuatu yang kalian tahu tidak dilakukannya. Puaslah dengan gaji kalian!” Setiap orang mengharapkan Mesias akan segera datang. Mereka ingin tahu apakah Yohanes itu Mesias atau bukan. Inilah soal yang pada saat itu diperbincangkan orang di mana-mana. Yohanes menjawab pertanyaan itu dengan berkata, “Aku membaptiskan dengan air; tetapi nanti akan datang Dia yang lebih berkuasa daripadaku. Sesungguhnya, membuka kasut-Nya pun aku ini tidak layak! Ia akan membaptiskan kalian dengan Roh Kudus dan dengan api. Ia akan memisahkan sekam dari gandum. Sekam akan dibakar dengan api yang tidak terpadamkan dan gandum akan disimpan dalam lumbung.” Yohanes memakai banyak peringatan semacam itu waktu ia mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang banyak. Pada suatu hari, sesudah banyak orang dibaptiskan, Yesus juga dibaptiskan. Ketika ia sedang berdoa, langit terbuka dan Roh Kudus turun ke atas-Nya dalam rupa seekor burung merpati. Dari langit terdengar suara berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, Engkaulah menyenangkan hati-Ku.” Kemudian Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, meninggalkan Sungai Yordan dan dibawa oleh Roh ke gurun tandus di Yudea. Di situ Ia dicobai oleh Iblis selama empat puluh hari. Selama itu Ia tidak makan apa-apa, sehingga Ia merasa sangat lapar. Iblis berkata, “Kalau Engkau Anak Allah, ubahlah batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menyahut, “Dalam Kitab Suci tertulis, ‘Orang tidak hanya hidup dari roti saja.’ ” Lalu Iblis membawa Yesus naik dan untuk sesaat lamanya memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Yesus menjawab, “Dalam Kitab Suci tertulis, “ ‘Yang harus disembah hanyalah Tuhan Allah. Hanya Dialah yang harus ditaati.’ ” Yesus menjawab, “Dalam Kitab Suci juga dikatakan, ‘Janganlah mencobai Tuhan Allahmu.’ ” Setelah Iblis mengakhiri pencobaannya, ia meninggalkan Yesus untuk sementara waktu. Ketika Ia datang ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan, Ia pergi ke rumah ibadat pada hari Sabat sebagaimana biasa. Ia berdiri membacakan Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan Kitab Nabi Yesaya, dan Ia membukanya pada ayat yang berbunyi: “Roh Tuhan ada di atas-Ku; Ia telah mengurapi Aku untuk mengabarkan Berita Kesukaan kepada yang miskin; Ia telah mengutus Aku untuk memaklumkan bahwa yang tertawan akan dibebaskan, yang buta akan melihat, dan yang tertindas akan dibebaskan dari para penindas, dan waktu Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada umat-Nya telah datang.” Ia menutup kitab itu dan menyerahkannya kembali kepada petugas, lalu duduk. Semua yang hadir di rumah ibadat itu memandang Dia dengan penuh perhatian. Ia berkata kepada mereka, “Pada hari ini ayat-ayat itu sudah digenapi!” Semua yang ada di situ memuji Dia dan terpesona oleh kata-kata indah yang diucapkan-Nya. “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” kata mereka. “Bukankah Ia anak Yusuf?” Kemudian Yesus berkata, “Mungkin kalian akan melontarkan pepatah ini kepada-Ku, ‘Dokter, sembuhkanlah dirimu,’ yang maksudnya, ‘Apa sebabnya Engkau tidak mengadakan mukjizat di sini, di kampung halaman-Mu sendiri, seperti yang Kauadakan di Kapernaum?’ Tetapi dengan sungguh-sungguh Aku berkata kepada kalian, bahwa tidak ada nabi yang diterima di negerinya sendiri. Atau ingatlah akan Nabi Elisa. Yang disembuhkannya bukan orang-orang Yahudi penderita penyakit kusta yang memerlukan pertolongan, melainkan Naaman, orang Siria.” Kata-kata ini menimbulkan amarah mereka. Beramai-ramai mereka menghalau serta mendesak Dia ke tebing bukit di mana kota itu dibangun, dengan maksud menjerumuskan Dia. Tetapi Ia berjalan melalui orang banyak itu dan meninggalkan mereka. Kemudian Ia pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea. Di situ setiap hari Sabat Ia berkhotbah di rumah ibadat. Orang-orang di situ takjub mendengar pengajaran-Nya, karena Ia berbicara sebagai seseorang yang berkuasa. Pada suatu hari ketika Yesus sedang mengajar di rumah ibadat, ada orang yang kerasukan setan berseru-seru kepada-Nya, “Pergilah, hai Yesus dari Nazaret! Kami tidak mau berurusan dengan Engkau. Engkau datang untuk membinasakan kami. Aku tahu siapa Engkau. Engkau adalah Anak Allah yang kudus.” Yesus membentak dia. “Diam!” kata-Nya. “Keluarlah engkau dari orang itu!” Dengan disaksikan oleh orang banyak, setan itu membanting orang itu ke lantai, lalu pergi tanpa menyakiti dia. Orang banyak takjub serta bertanya, “Kuasa apakah yang ada dalam kata-kata Orang ini, sehingga setan-setan pun menaati perintah-Nya dan keluar?” Berita tentang segala perbuatan-Nya itu dengan cepat tersiar ke seluruh daerah itu. Setelah meninggalkan rumah ibadat, Yesus pergi ke rumah Simon. Ia mendapati ibu mertua Simon sedang terbaring karena demam. “Tolong sembuhkan dia,” semua orang memohon. Yesus berdiri di sisi pembaringan dan membentak demam itu. Seketika itu juga suhu tubuh wanita itu kembali normal, lalu ia bangkit dan menyiapkan makanan untuk mereka. Pada waktu matahari terbenam petang itu, semua orang yang sakit di desa itu, apa pun penyakitnya, dibawa kepada Yesus dan sentuhan tangan-Nya menyembuhkan mereka semua! Ada beberapa orang yang dirasuk setan, tetapi atas perintah-Nya setan-setan itu pun keluar. Mereka berseru, “Engkau Anak Allah!” Tetapi Yesus melarang setan-setan itu berkata-kata, karena mereka mengetahui bahwa Ia adalah Kristus. Keesokan harinya pagi-pagi sekali Ia pergi ke tempat yang sunyi. Orang banyak mencari-cari Dia dan ketika mereka menjumpai-Nya, mereka memohon agar Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan menetap di Kapernaum. Tetapi Ia menjawab, “Ke tempat-tempat lain pun Aku harus mengabarkan Berita Kesukaan tentang Kerajaan Allah, karena untuk itulah Aku diutus.” Demikianlah Ia pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk berkhotbah di rumah-rumah ibadat di seluruh Yudea. Pada suatu hari Yesus sedang berkhotbah di tepi Danau Genesaret. Orang banyak berdesak-desakan mengerumuni Dia hendak mendengar Firman Allah. Yesus melihat dua buah perahu kosong di tepi danau dan para nelayan sedang mencuci jala mereka. Ia naik ke dalam salah satu perahu dan minta agar Simon, pemilik perahu itu, mendorong perahu agak ke tengah, supaya Ia dapat mengajar orang banyak sambil duduk di perahu. Setelah selesai mengajar, Ia berkata kepada Simon, “Sekarang pergilah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkan jala-jalamu, maka engkau akan mendapat banyak ikan!” Simon menjawab, “Guru, kemarin semalam-malaman kami bekerja keras dan seekor pun tidak kami peroleh. Tetapi, karena Guru menghendakinya, kami akan mencoba lagi.” Kali ini jala mereka demikian penuhnya, sehingga koyak! Mereka berseru minta bantuan kepada teman-teman mereka di perahu yang lain. Tidak lama kemudian kedua perahu itu sarat dengan ikan, sehingga hampir tenggelam. Ketika Simon menyadari apa yang telah terjadi, ia berlutut di hadapan Yesus dan berkata, “Ya, Tuhan, tinggalkanlah kami. Saya orang yang penuh dosa dan tidak layak Tuhan dekati.” Karena ia sangat heran akan banyaknya ikan yang telah mereka tangkap. Demikian pula orang-orang yang bersama-sama dengan dia, dan juga teman-temannya, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Yesus menyahut, “Jangan takut! Mulai saat ini kalian akan menjadi penjala manusia!” Segera setelah mendarat, mereka meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Dia. Pada suatu hari di desa yang dikunjungi Yesus ada penderita kusta yang sangat parah. Ketika ia melihat Yesus, ia sujud di hadapan-Nya dengan mukanya menyentuh tanah. Ia mohon disembuhkan. “Tuan,” katanya, “kalau Tuan mau, Tuan dapat menyembuhkan saya sama sekali.” Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu. “Aku mau,” kata-Nya. “Sembuhlah engkau!” Dalam sekejap mata lenyaplah penyakit kusta itu! Kemudian Yesus menyuruh dia supaya segera memeriksakan diri kepada imam Yahudi tanpa memberi tahu seorang pun tentang apa yang telah terjadi. “Persembahkanlah kurban yang sudah ditetapkan oleh Hukum Musa bagi penderita kusta yang sudah sembuh,” kata-Nya. “Untuk membuktikan kepada semua orang bahwa engkau telah sembuh.” Berita tentang kuasa Yesus tersiar makin cepat dan berduyun-duyun orang datang ingin mendengarkan khotbah-Nya dan ingin disembuhkan dari penyakit mereka. Tetapi Ia sering mengasingkan diri ke padang gurun untuk berdoa. Pada suatu hari ketika Ia sedang mengajar, ada beberapa orang Farisi dan guru-guru agama duduk di dekat-Nya. (Rupanya mereka muncul dari setiap desa di seluruh Galilea dan Yudea, bukan hanya dari Yerusalem saja.) Pada-Nya ada kuasa untuk menyembuhkan yang sakit. Ketika melihat iman mereka, Yesus berkata kepada orang itu, “Sahabat, dosamu sudah diampunkan!” “Orang ini menganggap diri-Nya siapa?” kata orang-orang Farisi dan para guru agama di antara mereka sendiri. “Ini hujat namanya! Siapa dapat mengampunkan dosa, kecuali Allah?” Yesus tahu apa yang sedang mereka pikirkan. Ia berkata, “Mengapa kalian memikirkan hal itu di dalam hati kalian? Dengan disaksikan oleh semua orang, seketika itu juga orang itu bangkit, mengangkat kasurnya, lalu pulang sambil memuji-muji Allah! Semua orang merasa gentar dan takut. Mereka memuji-muji Allah dan berkali-kali mengatakan, “Kami telah melihat hal-hal yang ajaib hari ini.” Kemudian, ketika Yesus meninggalkan kota, Ia melihat seorang pemungut cukai sedang duduk di rumah cukai. Orang itu bernama Lewi. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku dan jadilah murid-Ku!” Lewi berdiri, meninggalkan segala sesuatu, dan mengikut Dia. Tidak lama kemudian Lewi mengadakan suatu perjamuan di rumahnya dan Yesus diundang sebagai tamu kehormatan. Banyak kawan Lewi, sesama pemungut cukai, hadir di situ, demikian pula tamu-tamu lain. Tetapi orang-orang Farisi dan guru-guru agama menggerutu kepada murid-murid Yesus, karena Ia makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Yesus menjawab, “Orang sakitlah yang memerlukan dokter, bukan yang sehat. Aku datang bukan untuk kepentingan orang-orang yang menganggap dirinya benar, melainkan untuk mengajak orang-orang berdosa agar mereka meninggalkan dosa.” Selain itu, orang-orang Farisi dan para guru agama juga menggerutu tentang murid-murid Yesus. Mereka berkata kepada-Nya, “Murid-murid Yohanes Pembaptis sering berpuasa dan berdoa, demikian pula murid-murid orang Farisi. Mengapa murid-murid-Mu selalu makan minum?” Yesus bertanya, “Adakah orang-orang yang sedang bersukaria berpuasa? Apakah para tamu pada pesta pernikahan menahan lapar, pada waktu pengantin laki-laki itu masih ada bersama-sama? Tetapi akan datang saatnya pengantin laki-laki itu akan dibunuh. Pada waktu itu barulah mereka akan berpuasa.” Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan ini: “Tidak seorang pun akan menggunting secarik kain dari pakaian yang baru untuk menambal pakaian yang tua. Sebab pakaian baru itu akan rusak, sedangkan yang tua akan nampak lebih buruk dengan tambalan kain baru! Dan tidak seorang pun akan menyimpan anggur yang masih baru dalam kantong kulit yang tua, karena anggur itu akan memecahkan kantong, sehingga kantongnya rusak dan anggurnya tumpah. Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong kulit yang baru. Tetapi sesudah minum anggur yang tua, rupanya tidak seorang pun mau minum anggur yang baru. ‘Yang tua adalah yang terbaik,’ kata mereka.” Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus sedang berjalan melintasi ladang dengan murid-murid-Nya, mereka memetik bulir-bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata, “Perbuatan itu melanggar hukum! Murid-murid-Mu menuai gandum, padahal hukum Yahudi melarang orang bekerja pada hari Sabat.” Yesus menyahut, “Tidakkah kalian membaca Kitab Suci? Belum pernahkah kalian membaca apa yang dilakukan oleh Raja Daud, ketika ia dan para pengikutnya merasa lapar? Ia memasuki Bait Allah dan mengambil roti sajian, yang khusus dipersembahkan kepada Tuhan. Bersama dengan para pengikutnya ia memakan roti itu, sungguhpun hal itu melanggar hukum, karena hanya boleh dimakan oleh para imam.” Lalu Yesus menambahkan, “Sedangkan Aku, Anak Manusia, adalah Tuhan, bahkan atas hari Sabat.” Pada hari Sabat yang lain Yesus sedang mengajar di rumah ibadat. Di situ ada seorang laki-laki yang cacat tangan kanannya. Guru-guru agama dan orang-orang Farisi memperhatikan dengan saksama hendak melihat apakah Ia akan menyembuhkan orang tersebut pada hari itu. Mereka ingin sekali mendapat alasan untuk menangkap Dia. Yesus tahu benar akan pikiran mereka! Tetapi Ia berkata kepada orang yang tangannya cacat itu, “Mari, maju dan berdiri di hadapan jemaat, supaya semua orang dapat melihat engkau.” Orang itu menurut. Kemudian Yesus berkata kepada orang-orang Farisi dan guru-guru agama, “Aku ingin bertanya kepada kalian. Manakah yang patut dilakukan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan jiwa atau membinasakannya?” Yesus memandang orang-orang yang ada di sekeliling-Nya, lalu berkata kepada orang cacat itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Pada waktu orang itu mengulurkan tangannya, tangannya menjadi sembuh sama sekali. Melihat kejadian itu, musuh-musuh Yesus sangat marah. Lalu mereka bersepakat untuk membunuh Dia. Tidak lama sesudah itu, Yesus pergi ke bukit untuk berdoa. Ia berdoa sepanjang malam. Setelah matahari terbit, Ia memanggil para pengikut-Nya dan memilih dua belas orang dari antara mereka untuk dijadikan murid-murid inti. (Mereka diangkat sebagai “rasul” atau “utusan”-Nya.) Semua orang berusaha menjamah Yesus, karena ketika Ia dijamah, kuasa penyembuhan keluar daripada-Nya dan mereka pun sembuh. Kemudian Ia menoleh kepada murid-murid-Nya serta berkata, “Berbahagialah kalian yang miskin, karena Kerajaan Allah adalah milik kalian! Berbahagialah kalian yang sekarang lapar, karena kalian akan dikenyangkan! Betapa besar kebahagiaan yang tersedia bagi kalian yang menangis, karena akan tiba saatnya kalian tertawa gembira! “Berbahagialah kalian jika orang lain membenci kalian dan mengucilkan kalian, dan menghina kalian serta mencemarkan nama kalian karena kalian milik-Ku! Apabila hal itu terjadi, bersukacitalah! Ya, bersorak-soraklah! Karena pahala yang besar menantikan kalian di surga. Kalian akan berada dalam persekutuan orang-orang baik, sebab nabi-nabi zaman dahulu juga diperlakukan demikian. “Tetapi betapa besar dukacita yang akan menimpa orang kaya, karena kebahagiaan mereka hanya di dunia ini saja. Celakalah kalian yang mewah dan makmur sekarang! Masa kelaparan yang hebat menantikan kalian! Celakalah kalian yang gelak tawa sekarang; karena akan menjadi ratap tangis. Dan betapa besar kesedihan yang menantikan kalian yang disanjung-sanjung oleh orang banyak, karena nabi-nabi palsu selalu disanjung-sanjung orang. “Dengarlah, hai kalian semua! Kasihilah musuh-musuh kalian! Berbuat baiklah terhadap orang-orang yang membenci kalian! Berdoalah bagi kebahagiaan orang-orang yang mencerca kalian! “Bila ada orang yang menampar pipi kalian, biarkan dia menampar pipi yang satunya lagi! Bila ada orang yang minta jubah kalian, berikanlah juga baju kalian. “Berilah apa yang kalian miliki kepada mereka yang meminta, dan bila barang-barang kalian diambil orang, janganlah berusaha memperolehnya kembali. Perlakukanlah orang lain sebagaimana kalian ingin diperlakukan orang. “Apakah kalian mengira kalian patut dipuji karena kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian? Orang-orang kafir pun berbuat demikian! Dan jika kalian berbuat baik hanya kepada orang-orang yang baik kepada kalian, apakah keistimewaannya? Orang yang berdosa pun berbuat demikian! Dan jika kalian meminjamkan uang hanya kepada orang-orang yang sanggup membayar kembali, apa kelebihannya? Orang yang paling jahat sekalipun memberi pinjaman kepada sesamanya, asal dikembalikan! “Kasihilah musuh-musuh kalian! Berbuat baiklah kepada mereka! Pinjami mereka! Dan jangan khawatir bahwa mereka tidak akan mengembalikannya. Maka pahala kalian di surga akan sangat besar, dan kalian akan benar-benar berlaku sebagai anak Allah, karena Dia juga baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang yang sangat jahat. “Hendaklah kalian bermurah hati seperti Bapa kalian. Jangan mencari kesalahan dan mencela orang lain, maka Allah juga tidak akan melakukannya kepada kalian. Ampunilah orang lain, maka Allah pun akan mengampuni kalian. Jika kalian memberi kepada orang lain, kalian akan menerima! Pemberian kalian akan dikembalikan dengan takaran yang penuh dan berlimpah-limpah, yang ditekan dan diguncang supaya masih dapat diisi lagi, sehingga melimpah ruah. Ukuran yang kalian gunakan untuk mengukur orang lain, akan diukurkan kepada kalian.” Dalam khotbah-Nya, Yesus memakai perumpamaan ini: “Bagaimana mungkin orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan terjerumus ke dalam lubang? Bagaimana mungkin seorang murid melebihi gurunya? Tetapi, jika ia bekerja keras, mungkin saja ia mengetahui sebanyak yang diketahui gurunya. “Mengapa kalian peduli akan selumbar dalam mata saudara kalian, sedangkan dalam mata sendiri terdapat balok? Bagaimana mungkin kalian berkata kepadanya, ‘Biarlah saya menolong mengeluarkan selumbar itu dari matamu,’ sedangkan kalian tidak dapat melihat karena ada balok dalam mata kalian? Hai orang munafik! Singkirkan dahulu balok itu, barulah kalian dapat melihat untuk menolong saudara kalian! “Pohon pilihan tidak menghasilkan buah yang tidak baik, dan pohon yang tidak baik tidak menghasilkan buah yang baik. Pohon dikenal dari buah yang dihasilkannya. Buah ara tidak akan tumbuh pada pokok duri, atau buah anggur pada semak duri. Orang yang baik berbuat baik, karena hatinya baik. Dan orang jahat berbuat jahat, karena hatinya jahat. Apa pun yang terkandung di dalam hati, itulah yang keluar dari mulut. “Mengapa kalian memanggil Aku ‘Tuhan’, kalau kalian tidak mau menaati Aku? “Tetapi orang yang mendengar dan tidak menaati, mereka sama seperti orang yang membangun rumahnya tanpa dasar. Bila banjir datang melanda, rumah itu akan runtuh menjadi tumpukan puing.” Selesai mengajar, Yesus kembali ke Kota Kapernaum. Pada waktu itu seorang hamba kesayangan seorang perwira Romawi sedang sakit dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia mengutus beberapa tua-tua Yahudi untuk memohon kepada-Nya agar datang menyembuhkan hambanya. Mereka memohon dengan sangat agar Yesus ikut dengan mereka untuk menolong orang itu. Mereka mengatakan kepada-Nya betapa baik perwira itu. “Ia patut mendapat pertolongan Guru,” kata mereka, “karena ia mengasihi orang Yahudi dan bahkan membuatkan kami sebuah rumah ibadat atas biaya sendiri.” Yesus heran. Sambil berpaling kepada orang banyak Ia berkata, “Di antara orang Yahudi di Israel pun belum pernah Aku menjumpai orang yang mempunyai iman seperti ini.” Ketika kawan-kawan perwira itu kembali ke rumahnya, mereka menjumpai hamba itu sudah sembuh sama sekali. Tidak lama setelah itu Yesus pergi ke Desa Nain bersama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang selalu mengikuti Dia. Pada waktu Yesus mendekati pintu gerbang desa itu, keluarlah suatu iring-iringan pemakaman. Yang meninggal ialah putra tunggal seorang janda. Banyak orang dari desa itu menyertai janda itu. Ketika Tuhan Yesus melihat dia, Ia merasa kasihan kepadanya. “Jangan menangis!” kata-Nya. Lalu Ia menghampiri peti mati dan menjamahnya. Orang-orang yang mengusung peti itu berhenti. “Nak,” kata Yesus, “bangkitlah!” Anak itu bangun, lalu duduk dan mulai berbicara kepada orang-orang di sekelilingnya! Yesus menyerahkan anak itu kepada ibunya. Orang banyak diliputi ketakutan. Mereka memuji Allah sambil berkata, “Seorang nabi yang besar telah muncul di antara kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Kabar tentang apa yang dilakukan Yesus pada hari itu tersiar di seluruh pelosok Yudea dan daerah-daerah sekitarnya. Murid-murid Yohanes Pembaptis mendengar tentang semua hal yang dilakukan oleh Yesus. Ketika Yohanes diberi tahu tentang hal itu, ia mengutus dua orang muridnya untuk bertanya kepada Yesus, “Benarkah Engkau Mesias? Atau apakah kami masih harus menantikan Dia?” Katakan juga kepadanya, ‘Berbahagialah mereka yang tidak meragukan Aku.’ ” Sesudah mereka pergi, Yesus berbicara kepada orang banyak mengenai Yohanes. “Pada waktu kalian pergi ke padang gurun, apa yang ingin kalian lihat? Rumput yang ditiup anginkah? Apakah kalian mendapati dia berpakaian mahal? Tidak! Orang yang mewah hidup di dalam istana, bukan di padang gurun. Apakah kalian menjumpai seorang nabi? Benar! Bahkan lebih daripada seorang nabi. Dialah yang dimaksudkan dengan yang tercantum dalam Kitab Suci: “ ‘Lihat! Aku mengirim utusan-Ku mendahului Engkau untuk menyediakan jalan bagi-Mu.’ “Sepanjang sejarah manusia tidak ada orang yang pernah dilahirkan lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Namun demikian, yang terkecil di dalam Kerajaan Allah lebih besar daripada dia.” Dan semua yang mendengar khotbah Yohanes, bahkan yang paling jahat sekalipun, mengakui bahwa Allah benar, dan mereka dibaptiskan oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan guru-guru agama menolak rencana Allah bagi mereka dan tidak mau menerima baptisan Yohanes. “Apakah yang dapat Kukatakan tentang orang-orang semacam itu? Dengan apa dapat Aku persamakan mereka?” tanya Yesus. “Mereka seperti sekelompok anak-anak yang duduk di pasar dan mengeluh kepada kawan-kawannya, “ ‘Kalian tidak senang kami bermain pengantin-pengantinan, tetapi juga tidak berduka apabila kami bermain seolah-olah sedang mengadakan upacara penguburan.’ Karena Yohanes Pembaptis tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kalian berkata, ‘Dia kerasukan roh jahat!’ Sedangkan Aku makan dan minum seperti orang lain, dan kalian berkata, ‘Alangkah rakusnya Dia! Lagipula Ia peminum! Ia berkawan dengan pemungut cukai dan orang berdosa!’ Tetapi kebijaksanaan Allah terbukti benar oleh kehidupan orang-orang yang mengikutinya.” Seorang Farisi mengundang Yesus makan di rumahnya dan Yesus menerima undangan itu. Ketika mereka duduk hendak makan, seorang wanita tunasusila, yang mendengar bahwa Yesus ada di rumah itu, datang membawa sebotol minyak wangi yang sangat mahal. Ia masuk, kemudian berlutut di belakang Yesus dekat kaki-Nya sambil menangis. Air matanya membasahi kaki Yesus. Ia mengusap kaki Yesus dengan rambutnya dan menciumnya, lalu menuangkan minyak wangi itu ke atasnya. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat peristiwa itu serta mengenali wanita itu, ia berkata dalam hatinya, “Ini membuktikan bahwa Yesus bukan nabi, sebab kalau Ia benar-benar utusan Allah, tentu Ia tahu wanita macam apa orang ini!” Lalu Yesus menjawab pikiran orang Farisi itu dengan berkata, “Simon, ada sesuatu yang ingin Kukatakan kepadamu!” “Katakanlah, Guru,” sahut Simon. Yesus menceritakan perumpamaan ini kepadanya: “Seseorang meminjamkan uang kepada dua orang. Kepada yang seorang ia meminjamkan 500 dinar dan kepada yang lain 50 dinar. Tetapi keduanya tidak dapat mengembalikan uang itu. Orang itu dengan rela mengampuni dan membebaskan mereka dari utang mereka. Menurut pendapatmu siapakah di antara keduanya akan lebih mengasihi orang itu?” “Saya rasa orang yang paling besar utangnya,” jawab Simon. “Benar,” kata Yesus. Lalu Ia berpaling kepada wanita itu dan berkata kepada Simon, “Lihatlah wanita yang sedang berlutut ini! Ketika Aku memasuki rumahmu, engkau tidak memberi Aku air untuk mencuci debu dari kaki-Ku, tetapi dia mencuci kaki-Ku dengan air matanya dan mengusapnya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku sebagaimana lazimnya orang menyambut tamu, tetapi ia telah berkali-kali mencium kaki-Ku sejak Aku masuk. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku, tetapi ia telah menuangkan minyak wangi yang mahal sekali ke atas kaki-Ku. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni. Itulah sebabnya banyak kasih yang ditunjukkannya kepada-Ku. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit pula kasih yang ditunjukkannya.” Lalu Yesus berkata kepada wanita itu, “Dosamu telah diampunkan.” Orang-orang yang semeja dengan Dia berkata satu kepada yang lain, “Pada sangkanya Dia ini siapa, sehingga dengan mudah saja mengampunkan dosa?” Yesus berkata kepada wanita itu, “Imanmu sudah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan sejahtera.” Tidak lama setelah itu Yesus membawa para murid-Nya mengadakan perjalanan ke kota-kota dan desa-desa di Galilea untuk memberitakan kedatangan Kerajaan Allah. Beberapa orang wanita ikut serta. Mereka telah disembuhkan dari penyakit atau dibebaskan dari rasukan setan. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena (Yesus telah mengusir tujuh setan dari dia), Yohana, istri Khuza (Khuza adalah bendahara Raja Herodes), Susana, dan banyak wanita lain yang menyisihkan sebagian milik mereka untuk menyokong Yesus dan murid-murid-Nya. Pada suatu hari Yesus menceritakan sebuah perumpamaan kepada orang banyak yang ingin mendengarkan Dia. Sementara itu banyak lagi orang dari kota-kota lain sedang dalam perjalanan ke situ. “Seorang petani pergi ke ladangnya untuk menabur benih. Pada waktu benih-benih itu ditaburkan di tanah, ada yang jatuh di jalan, lalu diinjak-injak orang dan burung datang memakannya. Ada pula yang jatuh di tanah dangkal yang berbatu. Benih itu mulai tumbuh, tetapi tidak lama kemudian layu karena kekurangan air. Benih-benih yang lain jatuh di tengah-tengah semak duri, dan tidak lama kemudian batang-batangnya yang muda mati terjepit. Sebagian lagi jatuh di tanah yang subur. Benih-benih itu tumbuh, lalu menghasilkan panen seratus kali lipat dari yang ditaburnya.” (Setelah menceritakan perumpamaan ini, Yesus berkata, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!”) Murid-murid-Nya menanyakan arti perumpamaan itu. Ia menjawab, “Allah telah mengizinkan kalian mengerti rahasia Kerajaan Allah, sedangkan orang-orang lain diajar dengan perumpamaan, sehingga: “mereka memandang tetapi tidak melihat dan mendengar tetapi tidak mengerti, tepat seperti yang dinubuatkan oleh para nabi. “Inilah artinya: Benih itu adalah firman Allah kepada manusia. Jalan yang keras tempat beberapa benih jatuh menggambarkan orang yang berhati keras, yang mendengar firman Allah, tetapi kemudian datanglah setan mencuri firman itu dan menghalang-halangi mereka untuk percaya dan memperoleh keselamatan. Tanah yang berbatu melukiskan orang yang senang mendengarkan khotbah dan menerimanya dengan sukacita, tetapi iman mereka tidak memiliki akar yang kuat dalam hati mereka. Untuk seketika lamanya mereka percaya, tetapi apabila badai kesengsaraan datang melanda, mereka tidak peduli lagi akan firman itu. Benih yang jatuh di tengah-tengah semak duri menggambarkan orang yang mendengar firman Allah. Tetapi kemudian iman mereka terjepit oleh kekhawatiran, kekayaan, tanggung jawab, serta kesenangan hidup. Dengan demikian, mereka tidak dapat menghasilkan buah. “Tetapi tanah yang subur menggambarkan orang yang jujur dan berhati baik. Mereka mendengar firman Allah serta berpegang teguh pada firman itu dan menghasilkan buah.” Selanjutnya Ia berkata, “Adakah orang yang menyalakan pelita, lalu menyembunyikannya supaya tidak bercahaya? Bukankah pelita diletakkan di atas kaki pelita, supaya terangnya dapat dilihat oleh semua orang yang memasuki ruangan? Ini menggambarkan kenyataan bahwa pada suatu hari kelak apa yang tersembunyi akan diungkapkan, dan apa yang dirahasiakan akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikan baik-baik bagaimana kalian mendengar. Karena orang yang mendengarkan kata-kata-Ku akan diberikan lebih banyak pemahaman lagi; tetapi dari orang yang tidak mendengarkan, bahkan sedikit pemahaman yang ada padanya akan diambil juga.” Pada suatu ketika, sementara Yesus sedang mengajar, ibu dan saudara-saudara-Nya ingin menemui Dia, tetapi tidak dapat karena banyaknya orang. Ketika Yesus diberi tahu bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya sedang menunggu di luar dan ingin bertemu dengan Dia, Ia berkata, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku adalah orang-orang yang mendengar firman Allah dan menaatinya.” Pada suatu hari, ketika Yesus dan murid-murid-Nya berada di dalam perahu, Ia mengajak mereka pergi ke seberang danau. Di tengah perjalanan Ia berbaring untuk tidur sebentar. Ketika Ia sedang tidur, angin mulai bertiup dengan kencangnya. Badai mengamuk dengan hebatnya, sehingga mereka berada dalam bahaya. Murid-murid datang kepada Yesus dan membangunkan Dia. “Guru, Guru, kita hampir tenggelam!” seru mereka. Yesus bangun, lalu berkata kepada badai itu, “Teduhlah!” Angin dan gelombang pun reda dan keadaan menjadi tenang kembali. Kemudian Ia bertanya kepada mereka, “Di manakah iman kalian?” Mereka dipenuhi rasa gentar serta takut akan Dia dan bertanya-tanya satu sama lain, “Siapakah sebenarnya Orang ini, sehingga angin dan gelombang pun taat kepada-Nya?” Mereka tiba di daerah Gerasa di seberang Danau Galilea. Ketika Yesus turun dari perahu, seseorang dari Kota Gadara datang mendapatkan Dia. Orang itu telah lama dirasuk setan. Ia tidak berpakaian dan tidak tinggal di rumah, melainkan di pekuburan. Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak, lalu menjatuhkan diri di tanah, di hadapan-Nya sambil berseru, “Apakah yang Kaukehendaki dari aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku mohon, janganlah Engkau menyiksa aku!” Ia berkata demikian karena Yesus telah memerintahkan setan itu meninggalkan orang yang dirasuknya. Setan itu sering menguasai orang itu, sehingga sekalipun orang itu dirantai, dengan mudah rantai itu dipatahkannya, lalu ia lari ke padang gurun di bawah kuasa setan itu. “Siapakah namamu?” tanya Yesus kepada orang itu. “Legion,” jawabnya, karena setan yang merasuk orang itu berjumlah ribuan. Mereka terus-menerus memohon kepada Yesus, agar jangan menyuruh mereka masuk ke Jurang Maut. Di lereng bukit di dekat tempat itu kawanan babi sedang makan. Roh-roh jahat itu memohon kepada Yesus agar diizinkan memasuki babi-babi itu dan Yesus mengizinkannya. Demikianlah mereka meninggalkan orang itu, lalu masuk ke dalam kawanan babi. Seluruh kawanan babi itu lari menuruni lereng bukit dan terjun ke dalam danau, lalu tenggelam. Penjaga-penjaga babi itu lari ke kota-kota dan desa-desa di sekitarnya dan menceritakan peristiwa itu. Tidak lama kemudian datanglah serombongan orang hendak menyaksikan sendiri apa yang telah terjadi. Setelah melihat orang yang tadinya dirasuk setan itu duduk dengan tenang di kaki Yesus, berpakaian, dan waras, mereka semua sangat ketakutan. Kemudian orang-orang yang menyaksikan kejadian itu menceritakan bagaimana orang yang dirasuk setan itu disembuhkan. Dan semua orang memohon kepada Yesus agar Ia pergi meninggalkan mereka (karena mereka diliputi rasa takut). Yesus naik ke dalam perahu, lalu kembali ke seberang danau. Orang yang tadinya dirasuk setan itu memohon dengan sangat agar diizinkan ikut, tetapi Yesus melarangnya. “Pulanglah kepada keluargamu,” kata Yesus, “dan ceritakanlah kepada mereka tentang kemurahan Allah yang telah dinyatakan kepadamu.” Orang itu pergi ke seluruh kota menceritakan kepada semua orang tentang mukjizat yang telah dilakukan oleh Yesus. Di seberang danau orang banyak menyambut Dia dengan hangat, karena mereka telah menanti-nantikan Dia. Seseorang bernama Yairus, seorang pemimpin rumah ibadat Yahudi, datang berlutut di kaki Yesus. Ia mohon agar Yesus ikut ke rumahnya, karena anak tunggalnya, seorang gadis berumur dua belas tahun, hampir mati. Yesus ikut dengan dia, sambil berjalan di tengah-tengah orang banyak. “Siapa yang menjamah Aku?” tanya Yesus. Tidak seorang pun mengaku dan Petrus berkata, “Guru, begini banyak orang yang mendesak-desak Guru…” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Ada seseorang yang dengan sengaja menyentuh Aku, karena Aku merasa ada kuasa penyembuhan yang keluar daripada-Ku.” Ketika wanita itu menyadari bahwa Yesus mengetahui perbuatannya, ia gemetar ketakutan, lalu berlutut di hadapan-Nya serta mengatakan mengapa ia telah menyentuh Dia dan bahwa sekarang ia telah sembuh. “Anak-Ku,” kata Yesus kepadanya, “imanmu telah menyembuhkan engkau. Pergilah dengan sejahtera.” Pada waktu Ia sedang berbicara dengan wanita itu, datanglah seorang suruhan dari keluarga Yairus mengabarkan bahwa anak perempuan Yairus sudah mati. “Ia telah meninggal,” katanya kepada ayah anak itu, “tidak usah lagi menyusahkan Guru.” Tetapi, ketika Yesus mendengar apa yang telah terjadi, Ia berkata kepada Yairus, “Jangan takut! Percaya saja kepada-Ku, dan anakmu itu akan sehat walafiat.” Ketika mereka tiba di rumah Yairus, Yesus tidak membolehkan seorang pun masuk ke dalam kamar, kecuali Petrus, Yakobus, Yohanes, dan orang tua gadis itu. Rumah itu penuh sesak dengan orang yang berbelasungkawa, tetapi Yesus berkata, “Berhentilah menangis! Anak itu tidak mati; ia hanya tertidur.” Orang-orang mentertawakan Dia, karena mereka semua tahu bahwa anak itu sudah mati. Kemudian Yesus memegang tangan anak itu dan berkata, “Bangunlah, Nak!” Seketika itu juga anak itu hidup lagi dan ia bangun, lalu berdiri. “Berilah dia makan!” kata Yesus. Orang tua anak itu sangat heran, tetapi Yesus berpesan agar kejadian itu tidak diceritakan kepada siapa pun. Pada suatu hari Yesus mengumpulkan kedua belas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan segala penyakit. Lalu Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan yang sakit. “Jangan kalian membawa apa-apa dalam perjalanan ini!” kata-Nya kepada mereka. “Jangan membawa tongkat, atau tas, atau makanan, ataupun uang. Jubah cadangan pun jangan. Tinggallah di satu rumah saja dalam setiap desa. “Apabila kalian memasuki sebuah kota dan penduduknya tidak mau mendengarkan kalian, tinggalkan mereka. Tunjukkan murka Allah ke atas mereka dengan mengebaskan debu dari kaki kalian pada waktu kalian pergi dari situ.” Demikianlah mereka berjalan dari desa ke desa sambil mengabarkan Berita Kesukaan dan menyembuhkan yang sakit. Ketika berita tentang mukjizat-mukjizat Yesus terdengar oleh Gubernur Herodes, ia merasa gelisah dan bingung, karena beberapa orang mengatakan, “Dia adalah Yohanes Pembaptis yang telah hidup kembali.” Orang lain lagi mengatakan, “Dia adalah Elia atau salah seorang nabi zaman dahulu yang telah hidup lagi.” Desas-desus ini tersiar di seluruh negeri. “Yohanes telah kupenggal kepalanya,” kata Herodes, “jadi, siapakah orang ini? Banyak sekali cerita aneh yang kudengar mengenai Dia.” Ia berusaha menjumpai Yesus. Setelah para rasul kembali kepada Yesus dan melaporkan apa yang telah mereka lakukan, diam-diam Ia pergi ke Kota Betsaida bersama-sama dengan mereka. Tetapi orang banyak mengetahui ke mana Ia pergi, lalu mengikuti. Ia menyambut mereka, lalu mengajar mereka tentang Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang yang sakit. Ketika hari sudah petang datanglah kedua belas murid-Nya menyarankan agar Ia menyuruh orang-orang itu pergi ke desa-desa dan daerah-daerah di sekitar itu untuk mencari makanan dan tempat menginap. “Karena tempat ini terpencil dan tidak ada makanan,” kata mereka. Tetapi Yesus menjawab, “Kalianlah yang harus memberi mereka makan!” “Mana mungkin! Kami hanya mempunyai lima roti dan dua ikan,” kata mereka. “Apakah Guru mengharapkan kami pergi membeli makanan untuk semua orang ini?” Di situ ada kira-kira 5.000 orang laki-laki. “Suruhlah mereka duduk berkelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok,” sahut Yesus. Mereka melakukan apa yang disuruhkan kepada mereka. Yesus mengambil kelima roti dan kedua ikan itu, lalu menengadah ke langit mengucap syukur. Kemudian Ia memecah-mecahkan roti itu untuk dibagikan oleh para murid-Nya kepada orang banyak. Semua orang makan sampai kenyang. Ketika kemudian sisa-sisanya dikumpulkan, ternyata ada dua belas keranjang penuh. Pada suatu hari Ia sedang berdoa seorang diri. Murid-murid-Nya berada tidak jauh dari situ. Lalu Ia menghampiri mereka dan bertanya, “Menurut orang banyak, siapakah Aku ini?” “Yohanes Pembaptis,” kata mereka, “atau mungkin Elia atau salah seorang nabi zaman dahulu yang telah hidup lagi.” Kemudian Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kalian, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Mesias, Kristus dari Allah!” Yesus berpesan dengan sangat kepada mereka agar hal ini tidak dikatakan kepada orang lain. “Aku, Anak Manusia, harus mengalami banyak penderitaan,” kata-Nya. “Aku ditolak oleh para penatua, imam kepala serta pemimpin bangsa Yahudi yang lain. Aku akan dibunuh dan tiga hari kemudian Aku akan dibangkitkan.” Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Siapa yang ingin mengikut Aku harus mengesampingkan kesenangan pribadi, memikul salib setiap hari dan mengikut Aku! Karena siapa yang berpegang teguh pada hidupnya, ia akan kehilangannya. Namun siapa yang menyerahkannya untukku, ia akan menyelamatkannya. Apakah untungnya memperoleh seluruh dunia, jikalau diri sendiri binasa? “Siapa yang sekarang ini merasa malu akan Aku dan perkataan-Ku, kelak Aku, Anak Manusia, merasa malu akan dia pada waktu Aku datang dalam kemuliaan-Ku dan kemuliaan Bapa-Ku serta malaikat-malaikat yang kudus. Dengan sungguh-sungguh Aku berkata, beberapa dari kalian yang sekarang berdiri di sini tidak akan mati sebelum melihat Kerajaan Allah.” Delapan hari kemudian Ia membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke bukit untuk berdoa. Pada waktu Ia berdoa, wajah-Nya bersinar dan pakaian-Nya putih berkilau-kilauan. Kemudian muncul dua orang bercakap-cakap dengan Yesus. Mereka adalah Musa dan Elia. Rupa mereka sangat mengagumkan, penuh dengan kemuliaan. Mereka berbicara tentang kematian Yesus di Yerusalem yang akan dialami-Nya sesuai dengan rencana Allah. Petrus dan kedua temannya sangat mengantuk dan mereka tertidur. Ketika terbangun, mereka melihat Yesus diliputi kecemerlangan serta kemuliaan, dan dua orang berdiri dengan Dia. Pada waktu Musa dan Elia akan meninggalkan mereka, Petrus yang kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya, berseru, “Guru, hebat sekali ini! Kami akan membuat tiga buah pondok di sini, satu untukmu, satu untuk Musa, dan satu lagi untuk Elia!” Sementara ia masih berkata-kata, ada awan terang yang turun menyelubungi mereka dan mereka diliputi rasa takut. Lalu dari dalam awan itu terdengar suara, “Inilah Anak-Ku, Pilihan-Ku, dengarkanlah Dia.” Ketika suara itu menghilang, hanya Yesus serta murid-murid-Nya saja yang ada di situ. Mereka merahasiakan apa yang telah mereka lihat. Lama sesudahnya barulah mereka menceritakannya. Keesokan harinya, ketika mereka turun dari bukit, orang banyak menemui Yesus. Seorang dari antara orang banyak itu berseru kepada-Nya, “Guru, ini anak tunggal saya. Setan terus-menerus mencengkeram dia, membuat dia berteriak-teriak dan kejang sampai mulutnya berbuih. Setan itu selalu memukul dia dan tidak mau melepaskannya. Saya mohon kepada murid-murid-Mu agar mengusir setan itu, tetapi mereka tidak sanggup.” “Hai kalian, orang-orang yang tidak beriman dan keras kepala,” kata Yesus kepada murid-murid-Nya, “Berapa lama lagi Aku harus bersama kalian dan bersabar terhadap kalian? Bawalah anak itu kemari!” Pada waktu anak itu menghampiri Dia, setan menghempaskannya ke tanah dan membuat dia kejang. Tetapi Yesus memerintahkan setan itu agar keluar. Ia menyembuhkan anak itu, lalu menyerahkan dia kepada ayahnya. Orang-orang yang melihat kenyataan kuasa Allah itu dicekam rasa takut dan gentar. Sementara orang sedang membicarakan semua keajaiban yang telah dilakukan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Dengarkan Aku dan camkan apa yang akan Kukatakan. Aku, Anak Manusia, akan dikhianati.” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dimaksudkan-Nya, karena pikiran mereka tertutup dan mereka tidak berani bertanya. Lalu timbullah perselisihan di antara mereka mengenai siapa yang terbesar di dalam Kerajaan yang akan datang. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, lalu berkata kepada mereka, “Siapa pun yang menyambut anak kecil seperti ini demi Aku, dia menyambut Aku! Dan siapa pun yang menyambut Aku, ia menyambut Allah yang mengutus Aku. Kesediaan merendahkan dirimu untuk melayani orang lain merupakan ukuran kebesaranmu.” Yohanes datang kepada-Nya dan berkata, “Guru, kami melihat seseorang mengusir roh jahat dengan nama Guru. Kami melarangnya, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Jangan dilarang! Karena orang yang tidak melawan kita berarti ia ada di pihak kita.” Sementara itu saat kembali-Nya ke surga makin dekat, dan dengan tekad yang bulat Yesus berjalan terus menuju ke Yerusalem. Pada suatu hari Ia mengutus beberapa orang pergi lebih dahulu untuk menyediakan ruangan bagi mereka di suatu desa orang Samaria. Tetapi penduduk desa itu tidak mau menerima mereka, karena mereka sedang menuju ke Yerusalem. Ketika Yakobus dan Yohanes mendengar tentang apa yang telah terjadi, mereka berkata kepada Yesus, “Guru, bolehkah kami menyuruh api turun dari langit untuk menghanguskan mereka?” Tetapi Yesus menoleh dan menegur mereka. Lalu mereka pergi ke desa lain. Sedang mereka berjalan, seseorang berkata kepada Yesus, “Saya akan selalu mengikut Guru, ke mana pun Engkau pergi.” Tetapi Yesus menyahut, “Ingat, Serigala mempunyai lubang dan burung mempunyai sarang, tetapi Aku, Anak Manusia, tidak mempunyai tempat tinggal bahkan untuk meletakkan kepala.” Pada suatu ketika Ia mengajak seseorang agar ikut dan menjadi murid-Nya. Orang itu mau, tetapi ia mau menguburkan ayahnya terlebih dahulu. Yesus berkata, “Biarlah mereka yang mati (secara rohani) mengurus orang-orang mereka yang mati. Kewajibanmu ialah ikut dan memberitakan kedatangan Kerajaan Allah kepada seluruh dunia.” Orang lain berkata, “Baik, Tuhan, saya mau ikut, tetapi izinkan saya pamit dahulu kepada keluarga saya.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Siapa pun yang sudah mulai membajak, tetapi melihat ke belakang, tidak berguna dalam Kerajaan Allah.” Tuhan Yesus memilih tujuh puluh murid lain dan mengutus mereka pergi berdua-dua mendahului Dia ke kota-kota dan desa-desa yang akan dikunjungi-Nya kemudian. Inilah perintah-Nya kepada mereka: “Mintalah kepada Tuhan yang empunya tuaian agar mengirimkan lebih banyak penuai di ladang-Nya, karena Tuaian begitu banyak, tetapi yang menuai sedikit sekali. Pergilah, dan ingat bahwa kalian Aku utus seperti domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa uang, atau tas, ataupun sepatu cadangan. Dan jangan membuang-buang waktu berhenti untuk menyapa orang di sepanjang jalan. “Apabila kalian memasuki rumah, berkatilah rumah itu. Apabila rumah itu layak menerimanya, berkat itu akan tinggal di situ. Jikalau tidak, berkat itu akan kembali kepada kalian. “Apabila kalian memasuki sebuah desa, janganlah berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain, melainkan tinggallah di satu rumah saja. Makan serta minumlah apa yang dihidangkan kepada kalian, karena seorang pekerja layak menerima upah. “Tetapi, apabila penduduk sebuah kota menolak kalian, pergilah ke jalan-jalan raya di kota itu dan katakan, ‘Kami mengebaskan debu kota kalian dari kaki kami sebagai suatu pernyataan kepada umum tentang kebinasaan kalian. Tetapi ingatlah, kalian sebenarnya sudah dekat sekali kepada Kerajaan Allah!’ Pada Hari Penghakiman hukuman Kota Sodom yang jahat itu tidak akan seberat hukuman yang dijatuhkan ke atas mereka. Celakalah engkau, hai Khorazim; dan celakalah engkau, hai Betsaida! Karena seandainya mukjizat-mukjizat yang Kulakukan bagimu dilakukan di Kota Tirus dan Sidon, maka penduduknya pasti sudah lama bertobat serta mengenakan pakaian berkabung dan menaruh abu di atas kepala mereka untuk menyatakan penyesalan mereka. Ya, pada Hari Penghakiman kelak hukuman Tirus dan Sidon tidak akan seberat hukumanmu. Dan engkau Kapernaum, apa yang harus Kukatakan tentang engkau? Apakah engkau akan ditinggikan ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan ke neraka.” Kemudian Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Orang yang menerima pemberitaan kalian, ia menerima Aku. Orang yang menolak pemberitaan kalian, ia menolak Aku. Dan orang yang menolak Aku, ia menolak Allah yang mengutus Aku.” Ketika ketujuh puluh murid itu kembali, dengan penuh sukacita mereka melaporkan kepada-Nya, “Ketika kami menyebut nama Guru, roh-roh jahat pun menaati kami.” “Ya,” kata Yesus, “Aku melihat Iblis jatuh dari langit seperti kilat. Dan Aku sudah memberi kalian kuasa untuk mematahkan kekuatan Musuh, dan untuk berjalan di antara ular dan kalajengking serta meremukkan mereka. Tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan kalian. Namun janganlah bergembira karena roh-roh jahat menaati kalian, melainkan karena nama kalian terdaftar sebagai warga surga.” Kemudian Yesus dipenuhi dengan sukacita Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena Engkau merahasiakan kebenaran dari mereka yang bijak dan berpendidikan dan menyatakannya kepada orang-orang yang tidak terpelajar. Terima kasih, ya Bapa, karena itulah kehendak-Mu. “Segala sesuatu sudah dipercayakan kepada-Ku oleh Bapa-Ku. Tidak seorang pun benar-benar mengenal Anak kecuali Bapa, dan tidak seorang pun benar-benar mengenal Bapa kecuali Anak dan orang-orang kepada siapa Anak itu menyatakan Dia.” Kemudian Ia berpaling kepada murid-murid-Nya dan berkata, “Berbahagialah kalian yang sudah menyaksikan apa yang kalian lihat. Banyak nabi dan raja zaman dahulu merindukan hari-hari ini. Mereka ingin apa yang kalian lihat, dan mendengar apa yang kalian dengar, tetapi tidak dapat.” Pada suatu hari datanglah seorang guru agama untuk menjebak Yesus dengan mengajukan pertanyaan ini, “Guru, apakah yang wajib saya lakukan agar memperoleh hidup yang kekal?” Yesus menjawab, “Apakah yang tertulis dalam Kitab Taurat mengenai hal ini?” Orang itu menjawab, “Dalam Kitab Taurat tertulis: Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segala kekuatanmu, dan dengan sepenuh akal budimu. Dan cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” “Benar,” kata Yesus kepadanya. “Laksanakanlah itu, maka engkau akan hidup!” Orang itu ingin membenarkan diri, karena ia tidak mengasihi beberapa golongan orang tertentu. Sebab itu, ia bertanya, “Siapakah yang dimaksudkan dengan sesama manusia?” Yesus menjawab dengan sebuah perumpamaan: “Seorang orang Yahudi yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho diserang oleh beberapa perampok. Pakaian serta uangnya dirampas dan ia dipukuli, lalu dibiarkan terkapar setengah mati di pinggir jalan. “Kebetulan lewatlah seorang imam Yahudi. Ketika ia melihat orang itu terbaring di situ, ia menyeberang ke tepi yang lain dan berjalan terus. Kemudian lewat pula orang Yahudi yang lain, seorang petugas Bait Allah. Ia melihat orang yang terkapar itu, tetapi ia juga berjalan terus. “Tetapi kemudian seorang orang Samaria lewat di situ. Ketika ia melihat orang itu, ia merasa kasihan. Sambil berlutut di sisinya, orang Samaria itu mengobati serta membalut luka-lukanya. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledainya dan ia sendiri berjalan di sampingnya sampai mereka tiba di sebuah penginapan. Di situ semalam-malaman ia merawat orang itu. Keesokan harinya ia menyerahkan uang dua dinar kepada pemilik penginapan itu serta berpesan agar orang itu dirawat baik-baik. ‘Kalau uang ini tidak menutupi ongkos perawatannya, saya akan membayar kekurangannya, bila saya kembali,’ katanya. “Menurut pendapatmu, di antara ketiga orang itu siapakah yang menjadi sesama manusia bagi korban perampokan itu?” Orang itu menjawab, “Orang yang menaruh belas kasihan kepadanya.” Yesus berkata, “Benar, pergilah dan perbuatlah demikian.” Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan ke Yerusalem dan tiba di sebuah desa. Di situ seorang wanita bernama Marta menyambut mereka di rumahnya. Maria, saudaranya, duduk di lantai mendengarkan Yesus berbicara. Tetapi Marta sibuk sekali menyiapkan hidangan istimewa. Ia datang kepada Yesus dan berkata, “Guru, pantaskah saudara saya duduk-duduk saja di sini, sedangkan saya sibuk bekerja seorang diri? Suruhlah dia membantu saya.” Tetapi Tuhan Yesus berkata kepadanya, “Marta, Sahabat-Ku, engkau mengkhawatirkan hal-hal yang kecil! Sesungguhnya hanya ada satu hal yang patut diperhatikan. Maria telah menemukannya dan Aku tidak akan mengambilnya dari dia.” Pada suatu hari Yesus pergi untuk berdoa. Selesai berdoa seorang murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata, “Tuhan, ajarlah kami berdoa seperti Yohanes mengajar murid-murid-Nya.” Inilah doa yang diajarkan Yesus kepada mereka, “Bapa, kiranya nama-Mu yang kudus itu dihormati; datanglah segera Kerajaan-Mu. Berilah kami tiap-tiap hari makanan yang kami perlukan. Dan ampunkanlah dosa kami, karena kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membiarkan kami menyerah pada godaan.” “Aku berkata kepada kalian: Walaupun sebagai sahabatmu ia tidak mau bangun untuk memberikan apa yang kamu perlu, tetapi dia akan melakukannya karena keberanianmu. Demikian pula halnya dengan doa. Mintalah, maka kalian akan diberi. Carilah, maka kalian akan menemukan. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan. Setiap orang yang meminta akan menerima, yang mencari akan menemukan, dan pintu akan dibukakan bagi setiap orang yang mengetuk. “Hai kalian para ayah, jika anak kalian minta roti, apakah akan kalian beri batu? Jika ia minta ikan, apakah akan kalian beri ular? Jika ia minta telur, apakah akan kalian beri kalajengking? Tentu saja tidak! “Dan jika kalian, orang-orang yang berdosa, memberikan kepada anak-anak kalian apa yang mereka perlukan, apalagi Bapa yang di surga. Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya?” Pada suatu hari Yesus mengusir setan dari seorang yang bisu dan orang itu dapat berbicara lagi. Orang banyak heran, tetapi ada yang berkata, “Tidak mengherankan kalau Ia dapat mengusir setan, karena Ia memperoleh kuasa itu dari Iblis, raja segala roh jahat!” Yang lain lagi minta suatu mukjizat di langit untuk membuktikan pernyataan-Nya bahwa Dia Mesias. Ia mengetahui pikiran mereka masing-masing, karena itu Ia berkata, “Setiap kerajaan yang diamuk perang saudara akhirnya akan runtuh. Demikian juga rumah tangga akan hancur karena perselisihan dan pertengkaran. Karena itu, seandainya yang kalian katakan itu benar, yaitu bahwa Iblis melawan dirinya sendiri dengan memberikan kepada-Ku kuasa mengusir setan-setannya, bagaimana mungkin kerajaannya dapat bertahan? Dan jika, seperti yang kalian katakan, Aku mengusir roh jahat dengan mempergunakan kuasa Iblis, maka kuasa apakah yang dipergunakan oleh pengikut-pengikut kalian waktu mereka mengusir roh jahat? Merekalah yang akan membacakan vonisnya kepada kalian! Tetapi, jika Aku mengusir roh jahat dengan mempergunakan kuasa Allah, maka Kerajaan Allah sudah ada di antara kalian. “Karena, jika Iblis menjaga istananya dengan kuat dan bersenjata lengkap, istana itu akan selamat, sampai ada yang lain yang lebih kuat menyerang dan mengalahkan dia, lalu melucuti senjatanya dan mengangkut miliknya. “Siapa yang tidak membantu Aku, ia melawan Aku; dan siapa yang tidak bersama-Ku membawa orang kepada Allah, ia menyesatkan mereka. “Apabila roh jahat meninggalkan seseorang, roh itu pergi ke padang gurun untuk mencari tempat beristirahat. Tetapi, karena tidak menemukannya, ia berkata, ‘Aku akan kembali kepada orang yang kutinggalkan.’ Maka ia pun kembali dan mendapati rumahnya yang dahulu itu sudah bersih dan rapi. Lalu ia pergi mengambil tujuh roh jahat lain yang lebih jahat daripada dirinya sendiri, dan semua masuk ke dalam orang itu serta tinggal di dalam dia. Dengan demikian orang itu menjadi lebih celaka daripada semula.” Sedang Ia berbicara, seorang wanita di antara orang banyak itu berseru, “Allah memberkati ibu-Mu, yang mengandung dan menyusui-Mu!” Ia menyahut, “Ya, tetapi lebih diberkati lagi orang yang mendengar firman Allah dan mengamalkannya.” “Pada waktu penghakiman kelak Ratu Syeba akan bangkit sebagai saksi serta menyatakan kesalahan bangsa ini, karena dari negeri yang jauh ia datang untuk mendengarkan kebijaksanaan Salomo. Sekarang yang jauh lebih besar daripada Salomo ada di sini, tetapi kalian tidak mau mendengarkan-Nya. “Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe juga akan bangkit sebagai saksi serta menyatakan kesalahan bangsa ini, karena ketika Yunus berkhotbah kepada mereka, mereka bertobat dan berpaling kepada Allah serta meninggalkan cara hidup yang jahat. Sekarang di sini ada orang yang jauh lebih besar daripada Yunus, tetapi bangsa ini tidak mau mendengar.” “Tidak ada seorang pun yang memasang pelita, lalu menyembunyikannya! Sebaliknya, ia akan meletakkannya di atas kaki pelita supaya terangnya dapat dilihat oleh semua orang yang memasuki ruangan. Mata adalah cahaya tubuhmu. Jika mata kalian baik, maka tubuh kalian akan berseri. Mata yang buruk akan merintangi masuknya cahaya dan membenamkan kalian ke dalam kegelapan. Waspadalah, cahaya itu sebenarnya bukan kegelapan. Apabila hati kalian diterangi seluruhnya, dan tidak ada sudut-sudut yang gelap di dalamnya, maka kehidupan kalian akan dalam cahaya seolah-olah kena lampu sorot.” Lalu Yesus berkata kepadanya, “Kalian orang Farisi mencuci bagian luar, tetapi membiarkan bagian dalam tetap kotor, penuh dengan ketamakan dan kejahatan! Orang-orang bodoh! Bukankah Allah membuat bagian dalam maupun bagian luar? Kebersihan hati dinyatakan oleh kemurahan hati. “Celakalah kalian, hai orang Farisi! Karena kalian teliti mengenai soal persepuluhan sampai kepada pendapatan yang paling kecil sekalipun, tetapi keadilan dan kasih Allah sama sekali kalian lupakan. Memang kalian wajib memberi persepuluhan, tetapi janganlah kalian melupakan hal-hal yang lain itu. “Celakalah kalian, hai orang Farisi! Karena kalian suka duduk di tempat kehormatan di rumah ibadat dan suka dihormati oleh setiap orang bila kalian berjalan di tempat umum. Ya, hukuman yang mengerikan menantikan kalian. Karena kalian seperti kuburan yang tersembunyi. Orang yang lewat tidak mengetahui kebusukan yang ada di dalam kalian.” “Guru,” kata seorang guru agama yang sedang berdiri di situ, “dengan kata-kata itu Guru menghina kedudukan kami juga.” “Benar,” kata Yesus, “hukuman yang mengerikan seperti itu juga menantikan kalian, hai guru-guru agama! Karena kalian membebani orang dengan tuntutan-tuntutan agama yang sangat berat, sedangkan kalian sendiri sedikit pun tidak berusaha memenuhi tuntutan itu. Celakalah kalian! karena kalian membangun tugu-tugu peringatan bagi para nabi yang dibunuh oleh nenek moyang kalian. Dengan melakukan itu, kalian membuktikan bahwa kalian membenarkan perbuatan nenek moyang kalian: mereka telah membunuh para nabi dan kalian selesaikan pekerjaan membangun kuburan untuk mereka. “Inilah yang dikatakan Allah tentang kalian, ‘Aku akan mengutus nabi-nabi serta rasul-rasul kepadamu dan sebagian akan kamu bunuh, sedangkan sebagian lagi akan kamu aniaya.’ “Dan kalian yang hidup dalam angkatan ini harus bertanggung jawab atas pembunuhan hamba-hamba Allah sejak dunia dijadikan, yaitu sejak pembunuhan Habel sampai pembunuhan Zakharia, yang dibunuh di antara mazbah dan Tempat Kudus. Ya, kalian pasti dituntut untuk semua itu. “Celakalah kalian, hai guru-guru agama! Kalian mengambil kunci pintu pengetahuan tentang Allah. Kamu sendiri tidak masuk ke dalamnya, dan menghalangi orang lain untuk masuk.” Sementara itu orang makin banyak saja, sehingga mereka berdesak-desakan dalam jumlah ribuan. Yesus berpaling kepada murid-murid-Nya dan memperingatkan mereka, “Berhati-hatilah terhadap ragi orang Farisi. Maksud-Ku kemunafikan mereka! Ini menyebar seperti ragi dan akhirnya semua adonan sudah mengembang. Akan tiba saatnya apa yang tersembunyi akan diungkapkan, dan apa yang dirahasiakan akan diketahui. Apa pun yang kalian katakan di dalam gelap akan terdengar di dalam terang, dan apa yang kalian bisikkan di dalam kamar akan disiarkan dari atap rumah supaya terdengar oleh semua orang! “Sahabat-Sahabat yang Kukasihi, janganlah takut terhadap mereka yang ingin membunuh kalian. Mereka hanya dapat membunuh tubuh, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa terhadap jiwa kalian. Akan Kukatakan siapa yang harus kalian takuti. Takutlah terhadap Allah yang berkuasa membunuh dan melemparkan kalian ke dalam neraka. “Berapakah harga burung pipit? Bukankah lima ekor pipit tidak lebih daripada dua duit? Namun, seekor pun tidak dilupakan oleh Allah. Dan Ia tahu jumlah rambut di kepala kalian! Jangan takut, kalian jauh lebih berharga daripada sekawan burung pipit. “Kukatakan kepadamu: siapa pun yang menyatakan di depan umum bahwa ia mengenali-Ku, maka Aku, Anak Manusia, akan mengenalinya di hadapan Allah dan para malaikat. Tetapi orang-orang yang menyangkal Aku di hadapan manusia akan Kusangkal di hadapan para malaikat. Orang yang menghina Aku dapat diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak dapat diampuni. “Dan apabila kalian diadili di rumah ibadat oleh pembesar serta pemimpin orang Yahudi, jangan khawatir tentang apa yang kalian katakan untuk membela diri, karena pada waktu itu Roh Kudus akan memberikan kata-kata yang tepat kepada kalian.” Lalu seorang dari antara orang banyak berseru, “Guru, suruhlah saudara saya agar memberi saya bagian dari harta peninggalan ayah kami.” Tetapi Yesus menyahut, “Saudara, siapakah yang sudah menjadikan Aku hakimmu untuk memutuskan perkara semacam itu? Hati-hatilah! Jangan mengingini apa yang tidak kaumiliki. Karena hidup yang sesungguhnya sama sekali tidak bergantung pada besarnya kekayaan kita.” Kemudian Ia menceritakan sebuah perumpamaan: “Ada orang kaya mempunyai sebidang tanah yang subur dan menghasilkan panen yang baik. Lumbung-lumbungnya sudah padat, tetapi ia masih juga kekurangan tempat penyimpanan. Ia memikirkan persoalan itu, dan akhirnya ia berkata, ‘Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku akan merombak lumbung-lumbung ini dan membangun yang lebih besar! Lalu aku akan goyang kaki dan berkata kepada diri sendiri: Lihat, simpananmu sudah cukup untuk waktu bertahun-tahun. Makan, minum, dan bersenang-senanglah!’ “Tetapi Allah berkata kepadanya, ‘Bodoh benar engkau ini! Malam ini juga sampailah ajalmu. Lalu seluruh kekayaan itu akan jatuh ke tangan siapa?’ “Ya, demikianlah halnya dengan orang yang menimbun kekayaan di dunia ini, tetapi ia miskin di hadirat Allah.” Kemudian Yesus berpaling kepada murid-murid-Nya dan berkata, “Jangan kalian khawatir tentang makanan dan pakaian. Karena hidup ini lebih penting daripada makanan dan pakaian. Lihatlah burung gagak! Mereka tidak menanam, atau menuai, atau mempunyai lumbung tempat menyimpan makanan, namun mereka dapat hidup, karena Allah memberi mereka makan. Sedangkan kalian jauh lebih berharga bagi-Nya daripada burung. “Dapatkah segala kekhawatiran itu memperpanjang umur kalian barang sesaat? Dan jikalau kekhawatiran tidak dapat menolong dalam hal yang sekecil itu, apa gunanya khawatir tentang hal-hal yang lebih besar? “Lihatlah bunga bakung! Mereka tidak memintal atau merajut. Namun demikian, Salomo dengan segala kemuliaannya pun tidak berpakaian seindah mereka. Dan Jika Allah sedemikian memedulikan bunga-bunga yang hari ini mekar dan besok layu, tidakkah terpikirkan oleh kalian bahwa Ia akan memedulikan kalian, hai orang yang kurang percaya? Dan janganlah khawatir mengenai makanan, yaitu apa yang akan kalian makan atau minum, karena Allah akan mencukupi kebutuhan kalian. Semua itu dicari oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, tetapi Bapa yang di surga mengetahui bahwa kalian memerlukan semua itu. Ia akan selalu mencukupi segala kebutuhan kalian dari hari ke hari, apabila kalian mau mengutamakan Kerajaan Allah. “Oleh karena itu, janganlah takut, karena Bapa kalian berkenan memberikan Kerajaan-Nya kepada kalian. Juallah apa yang kalian miliki dan berikan kepada yang berkekurangan. Hal ini akan memperbanyak simpanan kalian di surga! Dan dompet yang di surga tidak akan robek atau berlubang. Harta kalian di sana tidak akan hilang. Tidak ada pencuri yang akan mengambilnya. Tidak ada ngengat yang akan merusakkannya. Di mana ada harta kalian, di situ juga hati dan pikiran kalian. “Siap sedialah untuk melayani dan jagalah agar lampumu tetap menyala! Jadilah seperti pelayan-pelayan yang menanti tuanmu kembali dari pesta pernikahan. Sehingga pada saat tuanmu tiba dan mengetuk pintu, mereka dapat segera membukanya dan mempersilakan dia masuk. Bagi mereka yang siap dan sedang menantikan kedatangan-Nya, akan ada sukacita yang besar. Dia sendiri akan menyuruh mereka duduk dan Ia akan mengenakan pakaian pelayan, lalu melayani mereka sementara mereka duduk dan makan! Mungkin Ia datang pada jam sembilan malam, mungkin juga pada tengah malam. Namun, kapan juga waktunya, akan ada sukacita bagi hamba-hamba-Nya yang selalu siap! “Seorang tuan rumah yang tahu dengan pasti jam berapa maling akan datang, tidak akan membiarkan maling itu memasuki rumahnya. Karena itu, bersiap-siaplah selalu, karena Aku, Anak Manusia, akan datang pada waktu yang tidak terduga.” Petrus bertanya, “Tuhan, kepada kami sajakah Tuhan tujukan kata-kata itu atau kepada semua orang?” “Tetapi, apabila hamba itu jahat dan berkata kepada diri sendiri, ‘Tuanku tidak akan cepat-cepat datang’, dan mulai menindas sesama hamba, baik laki-laki maupun perempuan, berfoya-foya serta bermabuk-mabuk, maka Tuannya akan datang dengan tidak terduga. Hamba itu akan dicambuki dan dijebloskan ke dalam tempat orang-orang yang tidak setia. Ia akan menerima hukuman yang berat, sebab meskipun ia sudah mengetahui apa kewajibannya, ia tidak mau melakukannya. “Tetapi orang yang tidak sadar bahwa ia berbuat salah akan mendapat hukuman yang ringan. Dari orang yang diberi banyak akan dituntut banyak, karena tanggung jawabnya lebih besar. “Aku datang untuk membawa api ke bumi ini, dan betapa aku ingin tugas-Ku itu sudah selesai! Aku menghadapi suatu baptisan yang mengerikan. Betapa susahnya hati-Ku sebelum hal itu terlaksana! “Apakah pada sangka kalian Aku datang untuk membawa damai ke bumi ini? Bukan! Melainkan perselisihan dan perpecahan! Sejak sekarang keluarga-keluarga akan terpecah-belah: Tiga orang akan memihak Aku dan dua orang akan melawan Aku, atau sebaliknya. Ayah dan anak laki-lakinya akan berbeda pendapat tentang Aku, ibu dan anak perempuannya akan berselisih paham dan keputusan ibu mertua yang biasanya dijunjung tinggi akan ditentang oleh menantu perempuannya.” Lalu Ia berpaling kepada orang banyak dan berkata, “Apabila kalian melihat awan berkumpul di sebelah barat, kalian berkata, ‘Hujan akan turun.’ Dan kalian benar. “Apabila angin selatan bertiup, kalian berkata, ‘Hari akan panas terik.’ Dan benarlah demikian. Hai orang munafik! Bagaimana kamu tahu cara membaca tanda-tanda cuaca, sedangkan kamu tidak mengerti arti dari apa yang terjadi hari ini di depan matamu? Apa sebabnya kalian tidak mau menyelidiki sendiri mana yang benar? “Dalam perjalanan ke pengadilan, berusahalah berdamai dengan orang yang menggugat kalian, sebelum kalian diseret ke hadapan hakim, dan hakim akan menyerahkan kalian kepada pengawal lalu menjebloskan kalian ke dalam penjara. Karena, kalau kalian sampai dipenjarakan, kalian tidak akan dibebaskan sebelum lunas semuanya.” Pada waktu itu Yesus diberi tahu, bahwa Pilatus telah membantai beberapa orang Yahudi dari Galilea, ketika mereka sedang mempersembahkan kurban di Bait Allah di Yerusalem. “Apakah menurut kalian mereka itu lebih berdosa daripada orang-orang Galilea yang lain?” tanya Yesus. “Itukah sebabnya mereka menderita? Sekali-kali bukan! Tidakkah kalian insaf bahwa kalian pun akan binasa, kalau kalian tidak meninggalkan cara hidup yang jahat, lalu berpaling kepada Allah? “Dan bagaimana halnya dengan kedelapan belas orang yang mati ditimpa Menara Siloam? Apakah mereka orang-orang yang paling berdosa di Yerusalem? Sekali-kali bukan! Kalian pun akan binasa, kalau kalian tidak mau bertobat.” Kemudian Ia menceritakan perumpamaan ini: “Ada orang yang menanam pohon ara di kebunnya. Ia sering datang melihat apakah pohon itu sudah berbuah, tetapi ia selalu kecewa. Akhirnya ia menyuruh tukang kebunnya menebang pohon itu. ‘Sudah tiga tahun aku menunggu, tetapi satu buah pun tidak pernah kuperoleh!’ katanya. ‘Untuk apa dipelihara terus? Pohon itu hanya memakan tempat yang dapat kita pakai untuk keperluan lain.’ “ ‘Berilah kesempatan sekali lagi,’ jawab tukang kebun itu, ‘Biarkanlah setahun lagi. Saya akan lebih memperhatikan pohon itu dan memupuknya. Jika tahun depan berbuah, syukurlah, jika tidak, saya akan menebangnya.’ ” Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus sedang mengajar di rumah ibadat, Ia melihat seorang perempuan yang sudah delapan belas tahun lamanya bongkok dan tidak dapat berdiri tegak. Yesus memanggil perempuan itu, lalu berkata kepadanya, “Hai Perempuan, penyakitmu telah sembuh!” Yesus menjamah dia, dan seketika itu juga ia dapat berdiri tegak. Ia bersyukur serta memuji-muji Allah! Tetapi kepala rumah ibadat marah sekali atas kejadian itu, karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. “Ada enam hari kerja dalam seminggu,” katanya kepada orang banyak. “Pada hari-hari itulah seharusnya kalian datang untuk disembuhkan, bukannya pada hari Sabat!” Tetapi Tuhan menyahut, “Kalian munafik! Kalian sendiri bekerja pada hari Sabat! Bukankah pada hari Sabat kalian melepaskan ternak dari kandang dan menggiringnya ke tempat minum? Salahkah Aku jika melepaskan perempuan Yahudi ini dari ikatan si Iblis yang sudah menguasai dia delapan belas tahun lamanya, hanya karena hari ini hari Sabat?” Musuh-musuh-Nya merasa malu dan orang banyak bersukacita atas segala perbuatan-Nya yang mulia! Lalu Yesus mengajar lagi tentang Kerajaan Allah: “Seperti apakah Kerajaan Allah itu?” tanya-Nya. “Bagaimana Aku dapat menggambarkannya? Kerajaan Allah seperti biji sesawi yang kecil, yang ditanam di kebun. Tidak lama kemudian biji itu tumbuh menjadi pohon, sehingga burung-burung membuat sarang di antara cabangnya. Dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, Yesus singgah di berbagai desa dan kota sambil mengajar. Seseorang bertanya kepada-Nya, “Hanya sedikit sajakah orang yang akan diselamatkan?” Ia menjawab, “Kalian akan berkata, ‘Tetapi kami telah makan bersama-sama dengan Engkau, dan Engkau mengajar di jalan-jalan kota kami.’ “Ia akan menyahut, ‘Sudah Kukatakan, Aku tidak mengenalmu! Orang yang berdosa seperti engkau ini tidak dapat masuk ke sini. Pergilah!’ “Akan terdengar tangisan dan kertakan gigi, ketika kalian melihat Abraham, Ishak, dan Yakub serta semua nabi di dalam Kerajaan Allah, sedangkan kalian sendiri terusir. Lagipula, manusia berdatangan dari segala penjuru dunia untuk menduduki tempat mereka masing-masing di dalam Kerajaan Allah. Camkanlah hal ini: Orang yang sekarang paling akhir, pada waktu itu akan menjadi paling pertama. Orang yang sekarang paling pertama, pada waktu itu akan menjadi paling akhir.” Tidak lama kemudian beberapa orang Farisi berkata kepada-Nya, “Pergilah dari sini bila Engkau masih ingin hidup, karena Raja Herodes berniat membunuh Engkau!” “Yerusalem, Yerusalem, kota yang membunuh para nabi dan yang merajam semua orang yang diutus Allah kepadanya! Betapa seringnya Aku berhasrat mengumpulkan anak-anakmu seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi engkau tidak mau. Sekarang rumahmu dibiarkan kosong dan terlantar. Dan engkau tidak akan melihat Aku lagi sampai engkau mengatakan, ‘Terpujilah Dia, yang datang dalam nama Tuhan!’ ” Pada suatu hari Sabat, Yesus berada di rumah seorang anggota Mahkamah Agama. Orang-orang Farisi mengamat-amati Dia seperti burung elang mengintai mangsanya. Mereka hendak melihat apakah Ia akan menyembuhkan seorang penderita busung air yang hadir di situ. Yesus berkata kepada orang-orang Farisi dan para guru agama yang ada di situ, “Menurut Hukum, apakah kita boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Ketika mereka tidak mau menjawab, Yesus memegang tangan orang sakit itu, lalu menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berpaling kepada mereka serta bertanya, “Siapakah di antara kalian yang tidak bekerja pada hari Sabat? Kalau sapi kalian jatuh ke dalam sumur, bukankah kalian akan segera mengeluarkannya?” Lagi-lagi mereka tidak dapat menjawab. Ketika dilihat-Nya bahwa semua yang datang ke perjamuan itu berusaha duduk di tempat kehormatan, Ia memberikan nasihat ini: “Bila kalian diundang ke suatu pesta pernikahan, janganlah duduk di tempat kehormatan. Karena, bila datang orang lain yang lebih dihargai daripada kalian, tuan rumah akan mengantar dia ke tempat yang kalian duduki dan berkata, ‘Maaf, berikan tempat Saudara kepada tuan ini,’ dan kalian dengan perasaan malu terpaksa duduk di tempat yang paling belakang. “Jadi, hendaknya kalian duduk di tempat yang paling belakang. Bila tuan rumah melihat kalian, ia akan menghampiri dan berkata, ‘Sahabat, kami telah menyediakan tempat yang lebih layak bagi Saudara!’ Dengan demikian kalian akan dihormati di hadapan para tamu. Karena setiap orang yang berusaha meninggikan diri akan direndahkan, dan orang yang merendahkan diri akan ditinggikan.” Kemudian Yesus berpaling kepada tuan rumah serta berkata, “Apabila engkau mengadakan perjamuan, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum kerabatmu serta tetangga-tetanggamu yang kaya! Karena mereka akan membalas undanganmu. Tetapi, undanglah orang-orang yang miskin, yang timpang, yang lumpuh, dan yang buta. Maka pada hari kebangkitan orang-orang saleh, Allah akan memberi pahala, karena engkau telah mengundang orang yang tidak dapat membalas undanganmu.” Mendengar ini, seseorang yang duduk pada meja bersama-sama dengan Yesus berkata, “Alangkah bahagianya kalau dapat masuk Kerajaan Allah!” Yesus menyahut dengan menceritakan perumpamaan ini: “Ada orang menyiapkan suatu perjamuan besar dan mengundang banyak orang. Ketika segala sesuatunya siap, ia menyuruh hambanya pergi memberi tahu para undangan bahwa perjamuan akan segera dimulai. Tetapi mereka semua mengajukan alasan untuk tidak datang. Yang seorang berkata bahwa ia baru saja membeli ladang dan hendak memeriksanya, jadi minta dimaafkan. Yang lain berkata bahwa ia baru saja membeli lima pasang lembu dan hendak mencobanya. Yang lain lagi baru saja menikah; karena itu, ia tidak dapat datang. “Hamba itu kembali lalu melaporkan kepada tuannya apa yang mereka katakan. Tuannya marah dan menyuruh dia agar segera pergi ke jalan-jalan dan lorong-lorong kota untuk mengundang pengemis-pengemis, orang-orang yang timpang, yang lumpuh, dan yang buta. Tetapi sungguhpun demikian, masih ada tempat. “ ‘Kalau begitu,’ kata tuan itu, ‘Pergilah ke jalan-jalan, pelosok-pelosok serta kolong-kolong jembatan dan ajaklah kemari siapa saja yang kaujumpai, supaya rumah ini penuh. Karena tidak seorang pun dari orang-orang yang pertama kali kuundang itu akan menikmati apa yang sudah kusediakan bagi mereka.’ ” Orang banyak mengikuti Yesus. Ia berpaling kepada mereka dan berkata, “Setiap orang yang ingin menjadi pengikut-Ku harus mengasihi Aku lebih daripada ia mengasihi bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, dan saudara-saudaranya, bahkan lebih daripada nyawanya sendiri. Kalau tidak, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Dan tidak seorang pun dapat menjadi murid-Ku, kalau ia tidak memikul salibnya dan mengikut Aku. “Tetapi janganlah mulai sebelum kalian perhitungkan masak-masak biayanya. Karena siapakah yang akan mulai membangun sebuah gedung tanpa memperhitungkan biayanya terlebih dahulu dan memeriksa apakah uangnya cukup untuk segala perongkosan? Kalau tanpa perhitungan, mungkin baru selesai alasnya saja, ia sudah kehabisan uang. Lalu semua orang akan mentertawakan dia! “ ‘Kaulihat orang itu?’ ejek mereka. ‘Ia ingin membangun gedung, tetapi belum apa-apa sudah kehabisan uang!’ “Atau raja mana yang pergi berperang tanpa berunding dahulu dengan penasihat-penasihatnya apakah 10.000 tentaranya akan cukup kuat untuk mengalahkan 20.000 tentara musuh? Kalau menurut perhitungan ia akan kalah, maka sementara pasukan musuh masih jauh, ia akan mengirimkan utusan untuk mengajak berdamai. Demikianlah, tidak seorang pun dapat menjadi murid-Ku, kalau ia tidak bersedia meninggalkan segala miliknya demi Aku. “Apakah gunanya garam yang sudah hilang rasanya? Garam yang tawar, tidak berguna sekalipun untuk pupuk. Garam itu tidak berharga lagi dan harus dibuang. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!” Penagih-penagih pajak yang curang dan orang-orang berdosa yang lain sering datang mendengarkan khotbah Yesus. Tetapi hal ini menyebabkan para pemimpin agama Yahudi dan para guru agama menggerutu, karena Ia bergaul dengan orang-orang yang demikian hinanya, bahkan makan bersama-sama dengan mereka! Lalu dengan sangat gembira kalian akan memanggulnya pulang. Setibanya di rumah, kalian akan memanggil tetangga-tetangga dan teman-teman untuk ikut bersukaria, karena domba kalian yang hilang telah ditemukan lagi. “Demikian jugalah seisi surga akan lebih bergembira karena satu orang berdosa yang kembali kepada Tuhan daripada karena sembilan puluh sembilan orang yang tidak pernah meninggalkan jalan yang benar! “Atau, seandainya seorang wanita mempunyai sepuluh mata uang perak yang sangat berharga baginya dan sekeping dari antaranya hilang, tidakkah ia akan mencarinya dengan menyalakan lampu dan menyapu setiap sudut rumahnya sampai ia menemukannya? Tidakkah kemudian ia akan memanggil tetangga-tetangga dan teman-temannya untuk ikut bersukaria dengan dia? Demikian jugalah akan ada sukacita di kalangan malaikat Tuhan, bila ada satu orang berdosa yang bertobat.” Untuk menjelaskan hal ini lebih lanjut, Yesus menceritakan perumpamaan ini: “Seorang bapa mempunyai dua anak laki-laki. Yang bungsu berkata kepada bapanya, ‘Saya minta bagian warisan yang menjadi hak saya sekarang ini juga!’ Bapanya setuju untuk membagi kekayaannya di antara kedua anaknya. “Beberapa hari kemudian si bungsu berkemas-kemas dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia menghamburkan uangnya dengan berpesta pora dan berfoya-foya dengan pelacur. Ketika uangnya habis, bahaya kelaparan yang hebat sekali melanda negeri itu dan ia jatuh melarat. Ia bekerja pada seorang peternak di negeri itu. Peternak itu menyuruh dia pergi ke ladang memberi makan babi-babi peliharaannya. Anak itu demikian laparnya, sehingga makanan babi pun kelihatannya enak sekali. Tetapi tidak ada seorang pun yang memberi dia makan. “Akhirnya ia sadar dan berkata kepada diri sendiri, ‘Di rumah bapaku para pekerja mendapat makanan lebih daripada cukup, sedangkan di sini aku mati kelaparan! Aku akan kembali kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, saya telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, dan saya tidak pantas lagi disebut anak Bapa. Terimalah saya sebagai pekerja.’ “Demikianlah ia pulang kepada bapanya. Dari jauh bapanya sudah melihat dia, dan timbullah belas kasihan dalam hatinya. Ia lari mendapatkan anaknya dan memeluk serta menciumnya. “Anaknya itu berkata, ‘Bapa, saya telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, dan tidak pantas disebut anak Bapa…’ “Tetapi bapanya berkata kepada hamba-hambanya, ‘Cepat! Ambilkan jubah yang terindah dan kenakanlah kepadanya! Juga cincin dan sepatu! Dan sembelihlah anak lembu yang telah digemukkan! Kedatangan anakku harus kita rayakan dengan pesta, karena anakku ini mati, tetapi telah hidup kembali. Ia hilang, tetapi telah ditemukan lagi.’ Maka mulailah mereka berpesta ria. “Sementara itu anak yang sulung sedang bekerja di ladang. Ketika ia pulang dan hampir sampai di rumah, ia mendengar musik tari-tarian. Ia bertanya kepada seorang pelayannya, ‘Ada apa di rumah?’ “ ‘Adikmu telah kembali,’ jawab pelayan itu, ‘dan bapamu telah menyembelih anak lembu yang kita gemukkan dan telah menyiapkan pesta besar, sebab adikmu telah kembali dengan sehat walafiat.’ “Anak yang sulung itu marah sekali dan tidak mau masuk. Bapanya keluar dan membujuk dia supaya masuk, tetapi ia menjawab, ‘Sudah bertahun-tahun saya bekerja keras untuk Bapa dan tidak pernah saya melanggar perintah Bapa. Sekalipun demikian, seekor anak kambing pun belum pernah Bapa berikan kepada saya untuk berpesta dengan teman-teman. Tetapi, ketika datang anak Bapa yang sudah menghabiskan uang Bapa untuk berfoya-foya dengan pelacur, Bapa mengadakan pesta dengan menyembelih anak lembu yang paling gemuk.’ “ ‘Dengarlah, Anakku,’ sahut bapanya, ‘kita selalu bersama-sama, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Sepatutnyalah kita bersukacita dan bergembira, karena ia adikmu. Ia mati, tetapi telah hidup kembali! Ia hilang, tetapi telah ditemukan lagi!’ ” Yesus menceritakan kisah ini kepada murid-murid-Nya: “Seorang kaya menggaji seorang pengelola yang menangani semua urusannya. Orang kaya itu mendengar bahwa pengelola itu telah menghambur-hamburkan uangnya. “Karena itu, ia memanggil bendahara itu dan berkata, ‘Bagaimana engkau ini? Kudengar engkau berbuat curang terhadapku. Buatlah laporan, karena engkau akan kupecat.’ “Bendahara itu berpikir dalam hatinya, ‘Apa dayaku sekarang? Riwayatku di sini sudah habis. Mencangkul aku tidak kuat, sedangkan mengemis aku tidak mau. Aku ada akal! Setelah meninggalkan tempat ini nanti, pasti aku akan mempunyai banyak teman yang memperhatikan aku.’ “ ‘Dan utang Saudara berapa?’ tanyanya kepada orang berikutnya. ‘25 ton beras,’ jawabnya. Bendahara itu berkata, ‘Ambillah surat utang Saudara ini dan gantilah dengan surat utang untuk 20 ton!’ “Majikannya itu harus mengakui bahwa meskipun pengelola itu tidak jujur, tetapi dia telah bertindak dengan licik dan memujinya. Benarlah hal ini, kalau orang-orang dunia lebih licik mengatur urusan mereka dibanding orang-orang yang hidup dalam terang Allah. Hal yang ingin Kusampaikan adalah: kamu harus mempergunakan harta duniawimu untuk membantu orang lain dan mendapat teman. Sebab ketika hartamu di dunia sudah tidak berharga dan hidupmu sudah berakhir, mereka akan menyambutmu di rumah yang kekal Kalau kalian jujur dalam soal kecil, kalian juga akan jujur dalam soal besar. Kalau kalian menipu dalam soal kecil, kalian juga akan menipu apabila diberi tanggung jawab yang lebih besar. Kalau kalian tidak dapat dipercaya dalam soal harta duniawi, siapa yang akan memercayakan kepada kalian harta yang sejati dari surga? Dan kalau kalian tidak jujur dengan uang orang lain, bagaimana mungkin kalian dipercayai dengan uang yang akan menjadi milik kalian? “Tidak ada seorang pun yang dapat melayani dua majikan. Kalian akan membenci yang seorang dan setia kepada yang lain, atau mengagumi yang seorang dan memandang rendah yang lain. Tidak mungkin kalian memuja Allah dan juga memuja uang.” Orang-orang Farisi, yang sangat cinta akan kekayaan, tentu saja mencemoohkan semua ini. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Kalian suka terlihat saleh di depan orang banyak, tetapi Allah mengetahui isi hati kalian. Ingatlah, apa yang dikagumi oleh dunia ini adalah kehinaan di mata Allah. Hukum Musa dan tulisan para nabi merupakan pedoman kalian sampai Yohanes Pembaptis datang. Sejak saat itu Kerajaan Allah diberitakan dan sekarang orang berjejal-jejal ingin masuk. Tetapi itu tidak berarti bahwa Hukum Taurat, atau bagiannya yang terkecil sekalipun, sudah tidak berlaku lagi. Hukum itu lebih teguh daripada langit dan bumi. “Jadi, siapa pun yang menceraikan istrinya, lalu menikah dengan orang lain, berarti berzina; dan siapa pun yang menikah dengan wanita yang telah diceraikan, juga berzina.” Yesus berkata, “Adalah seorang orang kaya yang pakaiannya indah-indah dan setiap hari hidup senang dan mewah. Pada suatu hari seorang pengemis bernama Lazarus, yang berpenyakit kulit, dibaringkan di depan pintu rumah orang kaya itu. Ketika ia terbaring di sana sambil mengharapkan sisa-sisa makanan yang terjatuh dari meja orang kaya itu, anjing-anjing datang menjilat boroknya. Kemudian pengemis itu mati dan oleh para malaikat dibawa kepada Abraham di tempat orang-orang beriman yang telah mati. Orang kaya itu juga mati, lalu dikuburkan, dan rohnya masuk neraka. Sementara ia menderita siksa neraka, ia melihat Lazarus di kejauhan bersama-sama dengan Abraham. “ ‘Bapa Abraham,’ serunya, ‘kasihanilah saya! Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidah saya, karena saya sangat menderita dalam nyala api ini!’ “Tetapi Abraham berkata kepadanya, ‘Nak, ingatlah, selama hidupmu engkau mendapat apa yang kauinginkan, sedangkan Lazarus hanya mendapat penderitaan saja. Sekarang ia terhibur dan kamu tersiksa. Lagipula, di antara kita terdapat jurang yang lebar, sehingga dari sini tidak seorang pun dapat menyeberang ke tempatmu, dan dari situ tidak seorang pun dapat datang kepada kami.’ “Kemudian orang kaya itu berkata, ‘Kalau begitu, Bapa Abraham, tolong suruh Lazarus ke rumah ayah saya, karena saya mempunyai lima saudara laki-laki. Suruhlah dia memberi peringatan kepada mereka mengenai tempat siksaan ini, supaya mereka tidak akan masuk ke sini bila mereka mati.’ “Tetapi Abraham berkata, ‘Kitab Suci sudah memperingatkan mereka berulang kali. Saudara-saudaramu dapat membacanya setiap waktu.’ “Orang kaya itu menyahut, ‘Tidak, Bapa Abraham, mereka tidak akan mau membacanya. Tetapi, kalau ada orang dari alam maut disuruh pergi kepada mereka, tentu mereka akan bertobat.’ “Tetapi Abraham berkata, ‘Kalau mereka tidak mau mendengarkan Musa dan nabi-nabi yang lain, pasti mereka juga tidak akan mau mendengarkan, sekalipun ada orang yang bangkit dari antara orang mati memberi tahu mereka.’ ” “ Cobaan untuk berbuat dosa akan selalu ada,” kata Yesus kepada murid-murid-Nya. “Tetapi celakalah orang yang menyebabkan cobaan itu. Sekalipun setiap hari ia berbuat salah tujuh kali, tetapi jika setiap kali ia balik lagi serta minta ampun, ampunilah dia!” Pada suatu hari para rasul berkata kepada Tuhan, “Perkuat iman kami!” Yesus menyahut, “Jikalau kalian mempunyai iman, sekalipun sebesar biji sesawi, kalian dapat memerintah pohon itu agar tercabut dengan akar-akarnya dan terlempar ke dalam laut. Perintah kalian akan segera ditaati. Demikian juga, jika kalian menaati Aku, jangan mengharapkan pujian, karena sebenarnya kalian hanya sekadar melakukan kewajiban!” Sementara mereka melanjutkan perjalanan menuju Yerusalem, mereka tiba di perbatasan Galilea dan Samaria. Ketika mereka memasuki suatu kampung, sepuluh penderita kusta berdiri dari jauh sambil berseru, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus memandang mereka sambil berkata, “Pergilah kepada imam Yahudi dan tunjukkan bahwa kalian sudah sembuh!” Sementara mereka berjalan, penyakit mereka sembuh! Seorang dari mereka kembali kepada Yesus sambil berseru, “Puji Tuhan, saya telah sembuh!” Ia sujud di hadapan Yesus dan menyatakan terima kasih atas apa yang telah dilakukan Yesus baginya. Orang ini adalah orang Samaria yang dipandang hina. Yesus bertanya, “Bukankah Aku menyembuhkan sepuluh orang? Mana yang sembilan lagi? Hanya orang asing inikah yang kembali untuk memuliakan Allah?” Lalu Yesus berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah! Imanmu telah menyembuhkan engkau!” Pada suatu hari orang-orang Farisi bertanya kepada Yesus, “Kapankah Kerajaan Allah akan dimulai?” Yesus menjawab, “Kedatangan Kerajaan Allah tidak disertai tanda-tanda yang kelihatan. Kalian tidak dapat mengatakan, ‘Kerajaan Allah telah dimulai di tempat ini atau di tempat itu!’ Karena Kerajaan Allah ada di antara kalian.” Kemudian hal ini dibicarakan-Nya lagi dengan murid-murid-Nya, “Waktunya akan datang kalian akan merindukan Aku ada bersama-sama dengan kalian walaupun hanya untuk sehari, tetapi Aku tidak ada lagi di sini. Kalian akan mendengar kabar bahwa Aku sudah kembali dan bahwa Aku ada di tempat ini atau di tempat itu. Jangan percaya dan jangan mencari Aku. Karena, bila Aku kembali, pasti kalian akan mengetahuinya. Kedatangan-Ku akan jelas seperti halnya kilat yang memancar di langit. Tetapi sebelum itu Aku harus mengalami banyak penderitaan dan ditolak oleh seluruh bangsa ini. “Pada waktu Aku kembali, orang tidak akan memedulikan perkara-perkara Allah sama halnya seperti pada zaman Nuh. Mereka makan, minum, dan merayakan pernikahan. Segala sesuatu berjalan seperti biasa sampai saat Nuh naik bahtera, lalu banjir melanda dan membinasakan mereka semua. “Dan dunia akan seperti pada zaman Lot. Orang-orang melakukan pekerjaannya seperti biasa. Mereka makan, minum, berjual beli, bercocok tanam, dan membangun sampai saat Lot meninggalkan Sodom. Lalu turunlah hujan api dan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Ya, semuanya akan berjalan seperti biasa sampai saat Aku kembali. “Pada hari itu orang-orang yang berada di atap rumah dan barang-barangnya di dalam rumah, jangan turun untuk mengemasi barang-barangnya. Orang-orang yang di ladang jangan kembali ke rumah. Ingat apa yang telah terjadi atas istri Lot! Siapa yang mempertahankan nyawanya akan kehilangan nyawa, dan orang yang kehilangan nyawa akan menyelamatkannya. Pada malam itu dua orang tidur dalam satu ruangan; yang seorang akan dibawa, yang lain ditinggalkan. “Tuhan, di mana itu akan terjadi?” tanya murid-murid-Nya. Yesus menjawab, “Di mana ada bangkai, di situ burung nasar berkumpul!” Pada suatu hari Yesus menceritakan kepada murid-murid-Nya sebuah perumpamaan untuk melukiskan perlunya berdoa dengan tidak jemu-jemu dan bahwa mereka harus tekun berdoa sampai ada jawabannya. “Ada seorang hakim,” kata-Nya, “yang tidak takut akan Tuhan dan tidak peduli akan siapa pun. Seorang janda di kota itu sering datang kepadanya untuk memohon agar perkaranya dibela. Kemudian Tuhan Yesus berkata, “Kalau hakim yang sejahat itu dapat dipengaruhi dengan permohonan yang berulang-ulang, tidakkah terpikirkan oleh kalian bahwa Allah tentu akan memberikan keadilan kepada mereka yang memohon kepada-Nya siang malam? Ya, Ia akan menjawab mereka dengan segera! Tetapi persoalannya ialah: Apabila Aku, Anak Manusia, kembali, berapa banyak orang yang akan Kudapati beriman?” Kemudian Ia menyampaikan cerita ini kepada mereka yang membanggakan perbuatan baik mereka dan merendahkan orang lain. “Dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Yang satu orang Farisi yang sombong dan merasa diri benar, yang seorang lagi pemungut cukai yang suka menipu. Orang Farisi yang sombong itu berdoa begini, ‘Terima kasih Tuhan, sebab saya bukan orang berdosa seperti orang lain, apalagi seperti pemungut cukai di sana itu. Sebab saya tidak pernah menipu dan tidak pernah berzina. Saya berpuasa dua kali seminggu, dan memberikan sepersepuluh dari segala sesuatu yang saya peroleh!’ “Tetapi pemungut cukai yang jahat itu berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit waktu ia berdoa. Ia hanya memukul-mukul dadanya dengan sedih sambil berkata, ‘Tuhan, kasihanilah hamba, orang yang berdosa ini.’ Aku berkata kepada-Mu, bukan orang Farisi itu, melainkan orang berdosa inilah yang kembali ke rumahnya dengan dosanya telah diampunkan! Sebab orang yang meninggikan diri akan direndahkan, tetapi orang yang merendahkan diri akan ditinggikan.” Pada suatu hari beberapa ibu membawa anak-anak mereka kepada Yesus agar dijamah dan diberkati oleh-Nya. Tetapi murid-murid-Nya mengusir mereka. Pada suatu hari seorang pemimpin agama Yahudi bertanya kepada Yesus, “Guru yang baik, apakah yang harus saya lakukan agar memperoleh hidup yang kekal?” “Apa sebabnya engkau menyebut Aku ‘baik’?” tanya Yesus kepadanya. “Hanya Allahlah yang baik. “Mengenai pertanyaanmu, kamu sudah tahu perintah-perintah Allah, ‘Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, dan hormatilah ayahmu dan ibumu.’ ” Orang itu menyahut, “Semua perintah itu sudah saya taati sejak kecil.” “Masih ada satu hal yang kurang,” kata Yesus. “Juallah semua yang kaumiliki dan sedekahkan uangnya kepada orang miskin. Maka engkau akan mendapat harta di surga. Lalu ikutlah Aku.” Tetapi mendengar perkataan Yesus, orang itu pergi dengan sedih, karena ia sangat kaya. Yesus mengikuti dia dengan pandangan-Nya, lalu berkata kepada murid-murid-Nya, “Alangkah sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah! Lebih mudah seekor unta melalui ‘lubang jarum’ daripada orang kaya masuk Kerajaan Allah.” Orang-orang yang mendengar ucapan-Nya itu berkata, “Jikalau demikian sukarnya, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus menjawab, “Bagi manusia hal itu mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil!” Lalu Petrus berkata, “Kami telah meninggalkan rumah serta keluarga kami dan mengikut Guru.” “Benar,” sahut Yesus, “dan setiap orang yang meninggalkan rumah, orang tua, saudara, istri, atau anak demi Kerajaan Allah, sekarang juga akan dibalas berlipat ganda dan kelak akan menerima hidup yang kekal.” Yesus mengumpulkan kedua belas murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Seperti kalian ketahui, kita sedang menuju ke Yerusalem. Sesudah kita tiba di sana nanti, semua nubuat para nabi dahulu kala mengenai Aku akan digenapi. Aku akan diserahkan kepada pemerintah Romawi untuk dihinakan dan diperlakukan semena-mena serta diludahi dan dicambuk, lalu dibunuh. Pada hari ketiga Aku akan bangkit kembali.” Tetapi murid-murid-Nya sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya, dan perkataan-Nya itu tersembunyi bagi mereka. Ketika mereka mendekati Yerikho, ada orang buta yang sedang duduk minta-minta di pinggir jalan. Ketika ia mendengar suara orang banyak yang lewat, ia menanyakan apa yang sedang terjadi. Ia diberi tahu bahwa Yesus, orang Nazaret, akan lewat. Maka orang buta itu berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah saya!” Orang banyak yang berjalan di hadapan Yesus menyuruh orang itu diam, tetapi ia bahkan berseru lebih nyaring lagi, “Anak Daud, kasihanilah saya!” Ketika Yesus tiba di tempat itu, Ia berhenti. “Bawalah orang buta itu ke sini,” kata-Nya. Lalu Yesus bertanya kepada orang itu, “Apakah yang kauingini?” “Tuhan,” katanya, “saya ingin dapat melihat!” Yesus berkata, “Baik, melihatlah! Imanmu telah menyembuhkan engkau!” Dan pada saat itu juga orang itu dapat melihat, lalu mengikuti Yesus sambil memuji-muji Tuhan. Dan semua yang menyaksikan peristiwa itu juga memuji Tuhan. Sementara Yesus melewati Yerikho, seorang Yahudi bernama Zakheus, yaitu kepala pemungut cukai yang kaya raya, juga berusaha melihat Yesus. Tetapi, karena ia terlalu pendek, ia tidak dapat melihat Yesus melalui orang banyak. Sebab itu, ia lari mendahului mereka, lalu memanjat sebuah pohon di tepi jalan agar dapat melihat Yesus dari situ. Pada waktu Yesus sampai di situ, Ia memandang ke atas kepada Zakheus dan memanggil namanya. “Zakheus,” kata-Nya, “lekas! Turunlah! Karena hari ini Aku akan bertamu ke rumahmu!” Cepat-cepat Zakheus turun dan membawa Yesus ke rumahnya dengan girang hati. Tetapi orang banyak merasa tidak senang. “Ia bertamu di rumah orang yang berdosa,” gerutu mereka. Sementara itu Zakheus berdiri di hadapan Yesus dan berkata, “Tuhan, mulai sekarang saya akan memberikan setengah dari kekayaan saya kepada fakir miskin, dan kalau ternyata saya telah memungut cukai lebih daripada semestinya, saya akan mengembalikannya empat kali lipat.” Yesus berkata kepadanya, “Pada hari ini keselamatan telah datang ke dalam rumah ini. Orang ini telah membuktikan bahwa dia pun keturunan Abraham yang sejati. Sebenarnya Aku, Anak Manusia, datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang.” Karena Yesus sudah makin dekat Yerusalem, Ia menceritakan sebuah perumpamaan untuk menghilangkan sangkaan umum bahwa Kerajaan Allah akan segera datang. “Seorang bangsawan pergi ke negeri yang jauh menghadap maharaja untuk dinobatkan menjadi raja di wilayahnya. Sebelum berangkat, ia mengumpulkan sepuluh pembantunya, dan memberikan sepuluh mina kepada mereka untuk diusahakan selama ia pergi. Tetapi beberapa di antara orang-orangnya membenci dia dan mengirimkan kepadanya suatu pernyataan bahwa mereka tidak mau mengakui dia sebagai raja. “Pada waktu ia kembali, dipanggilnya orang-orang yang telah diberinya uang serta ditanyakannya apa yang telah mereka lakukan dengan uang itu, dan berapa keuntungannya. “Orang pertama melaporkan keuntungan yang besar sekali, yaitu sepuluh kali lipat dari jumlah semula. “ ‘Bagus,’ kata raja itu. ‘Engkau orang yang baik. Engkau setia dengan yang sedikit yang telah kupercayakan kepadamu. Sebagai ganjaranmu, engkau akan menjadi gubernur sepuluh kota.’ “Orang berikutnya juga melaporkan keuntungan yang lumayan, yaitu lima kali lipat dari jumlah semula. “ ‘Bagus!’ kata tuannya, ‘Engkau akan menjadi gubernur lima kota.’ “Akan tetapi orang yang ketiga membawa kembali uang yang telah diterimanya. ‘Uang ini telah saya simpan,’ katanya, ‘sebab saya takut Tuan akan mengambil keuntungan yang saya peroleh, karena Tuan orang yang bengis. Tuan mengambil apa yang bukan milik Tuan, dan menuai apa yang tidak Tuan tanam.’ “ ‘Engkau hamba yang jahat,’ hardik raja itu. ‘Kauanggap aku bengis? Baik, engkau akan kuperlakukan dengan bengis! Jika engkau sudah tahu betapa bengisnya aku ini, mengapa tidak kausimpan uang itu di bank supaya setidak-tidaknya aku dapat memperoleh bunga dari uang itu?’ “Kemudian ia berpaling kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya dan berkata, ‘Ambillah uang itu daripadanya dan berikan kepada orang yang memperoleh paling banyak.’ “ ‘Tetapi, Tuan,’ kata mereka, ‘ia sudah mempunyai cukup banyak!’ “ ‘Ya,’ jawab raja itu, ‘tetapi sesungguhnya mereka yang mempunyai akan diberikan lebih banyak lagi, sedangkan mereka yang tidak mempunyai, bahkan sedikit yang ada padanya, itu pun akan segera diambil. Dan mengenai musuh-musuhku yang telah memberontak itu—bawalah mereka masuk dan bunuhlah mereka di hadapanku.’ ” Setelah menceritakan perumpamaan ini, Yesus meneruskan perjalanan ke Yerusalem. Ia berjalan mendahului murid-murid-Nya. Setiba mereka di Kota Betfage dan Betania, di Bukit Zaitun, Ia mengutus dua orang murid-Nya berjalan lebih dahulu. Ia berpesan agar pada waktu mereka memasuki kampung berikutnya, mereka mencari seekor anak keledai yang tertambat di sisi jalan. Anak keledai itu belum pernah ditunggangi orang. “Lepaskan anak keledai itu,” kata Yesus, “dan bawalah kemari. Jika ada orang bertanya apa yang sedang kalian lakukan, katakan saja, ‘Tuhan memerlukannya.’ ” Mereka menemukan anak keledai itu seperti yang dikatakan Yesus. Dan betul saja, ketika mereka melepaskan tali keledai itu, pemiliknya bertanya, “Mengapa kalian melepaskan anak keledai kami?” Murid-murid itu hanya menjawab, “Tuhan memerlukannya!” Lalu mereka pun membawa anak keledai itu kepada Yesus dan meletakkan pakaian mereka di atas punggung keledai untuk alas duduk Yesus. “Allah telah memberi kita seorang Raja! Hidup Raja! Diberkatilah Dia yang datang dengan nama Allah! Damai sejahtera di surga. Muliakan Allah di tempat yang mahatinggi!” Tetapi beberapa orang Farisi di antara orang banyak itu berkata, “Guru, tegurlah pengikut-pengikut Guru, supaya jangan mengatakan hal-hal yang semacam itu!” Yesus menyahut, “Kalau mereka diam, batu-batu di sepanjang jalan akan bersorak-sorak!” Pada waktu mereka mendekati Yerusalem dan Yesus melihat kota itu di hadapan-Nya, Ia menangis. “Betapa Aku ingin kamu juga seperti para pengikut-Ku, mengenal yang membawa damai pada hari ini,” ratap-Nya, “tetapi sekarang damai itu tersembunyi darimu. Musuh-musuhmu akan menimbuni dinding-dindingmu dan mengepungmu rapat-rapat, lalu menghancurkan engkau bersama dengan pendudukmu. Musuhmu tidak akan meninggalkan satu batu pun tersusun di atas yang lain, sebab engkau telah menolak kesempatan yang diberikan Allah kepadamu.” Kemudian Yesus masuk ke dalam Bait Allah dan mulai mengusir para pedagang di situ serta berkata kepada mereka, “Kitab Suci menyatakan, ‘Rumah-Ku adalah tempat berdoa’, tetapi kalian telah mengubahnya menjadi ‘sarang penyamun’.” Sesudah itu setiap hari Ia mengajar di Bait Allah. Para imam kepala, guru-guru agama, dan para pedagang berusaha menyingkirkan Dia. Tetapi mereka tidak dapat melakukannya, sebab orang banyak tertarik kepada-Nya dan suka sekali mendengarkan Dia. Pada suatu hari Ia berada di dalam Bait Allah sedang mengajar dan berkhotbah tentang Berita Kesukaan. Para imam kepala dan guru agama serta para tua-tua datang kepada-Nya dan bertanya, “Dengan wewenang siapa Engkau melakukan apa yang Kaulakukan? Siapa yang memberi Engkau hak itu?” “Aku ingin mengajukan satu pertanyaan sebelum Aku menjawab,” jawab Yesus. “Apakah Yohanes diutus oleh Allah ataukah ia hanya sekadar bertindak atas wewenang sendiri?” Mereka membicarakannya di antara mereka sendiri. “Kalau kita mengatakan bahwa Yohanes utusan Allah, kita terjebak, karena tentu Ia akan bertanya, ‘Kalau begitu, apa sebabnya kalian tidak memercayai apa yang dikatakan Yohanes?’ Tetapi, bila kita berkata bahwa Yohanes bukan diutus oleh Allah, orang-orang akan merajam kita, karena mereka yakin bahwa ia seorang nabi.” Akhirnya mereka menjawab, “Kami tidak tahu!” Yesus berkata, “Kalau begitu, Aku pun tidak akan menjawab pertanyaan kalian.” Lalu Ia berpaling lagi kepada orang banyak dan menceritakan perumpamaan ini: “Ada seseorang yang membuka kebun anggur, lalu menyewakannya kepada beberapa penggarap. Kemudian ia pergi ke sebuah negeri yang jauh untuk tinggal di sana selama beberapa tahun. Ketika musim panen tiba, ia mengutus seorang hambanya ke kebun itu untuk mengambil hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi para penggarap kebun itu memukulinya, lalu mengusirnya pulang dengan tangan kosong. Kemudian pemilik kebun itu mengutus hambanya yang lain. Hamba itu juga dipukuli dan dihina, lalu diusir pulang dengan hampa tangan. Orang itu mengutus hambanya yang ketiga, yang juga dipukuli dan diusir. “ ‘Apakah yang harus kuperbuat?’ pemilik kebun itu bertanya dalam hatinya. ‘Aku akan mengutus anakku yang kukasihi. Pasti mereka akan menghormati dia.’ “Tetapi, ketika penyewa-penyewa melihat anak itu datang, mereka berkata, ‘Inilah kesempatan kita! Ia akan mewarisi kebun ini! Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.’ Demikianlah mereka menyeretnya ke luar dari kebun anggur itu, lalu membunuh dia. “Menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang akan diambil oleh pemilik kebun itu? Inilah yang akan dilakukannya: ia akan datang dan membunuh orang-orang itu dan menyewakan kebun anggurnya kepada orang lain.” Orang-orang yang mendengarkan Dia berkata, “Masa mereka akan berbuat seperti itu!” Yesus memandang mereka, lalu berkata, “Apakah maksud pernyataan dalam Kitab Suci: “ ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru’?” Lalu Ia menambahkan, “Siapa yang terantuk pada batu itu akan remuk, dan siapa yang ditimpanya akan hancur luluh.” Ketika para imam kepala dan pemimpin agama mendengar perumpamaan Yesus, mereka ingin segera menangkap Dia, karena mereka menyadari bahwa Ia berbicara tentang mereka. Merekalah penyewa-penyewa jahat yang disebutkan dalam perumpamaan itu. Tetapi mereka takut bahwa kalau mereka sendiri yang menangkap Dia, maka akan terjadi kerusuhan. Oleh karena itu, mereka berusaha menjebak Dia agar mengatakan sesuatu yang dapat dilaporkan kepada pemerintah Romawi supaya Ia ditangkap. Sambil menunggu kesempatan, mereka mengirimkan beberapa utusan yang berlagak sebagai orang-orang yang jujur. Mereka berkata kepada Yesus, “Guru, kami tahu betapa jujurnya Guru. Guru selalu mengatakan yang benar dan mengajarkan jalan Allah, tidak terpengaruh sedikit pun oleh pendapat orang lain. Katakanlah kepada kami, patutkah membayar pajak kepada pemerintah Romawi, atau tidak?” Yesus mengerti niat jahat mereka dan berkata, “Perlihatkanlah sebuah mata uang kepada-Ku. Gambar dan nama siapakah yang terdapat pada mata uang ini?” Mereka menjawab, “Kaisar.” Yesus berkata, “Kalau begitu, berikanlah kepada Kaisar segala milik Kaisar, dan kepada Allah segala milik Allah!” Dengan demikian gagallah usaha mereka untuk menjebak Dia di hadapan orang banyak. Mereka tercengang mendengar jawaban-Nya, dan tidak dapat mengatakan apa-apa lagi. Kemudian beberapa orang Saduki, yaitu orang-orang yang tidak percaya akan adanya kebangkitan sesudah kematian, datang kepada Yesus serta berkata, “Guru, Musa memberikan Hukum kepada kita bahwa apabila seorang laki-laki mati dengan tidak meninggalkan anak, saudaranya wajib memperistri janda itu dan untuk melanjutkan keturunan abangnya yang sudah meninggal itu. Kami mengenal tujuh orang laki-laki bersaudara. Yang sulung menikah, kemudian mati dengan tidak meninggalkan anak. Adiknya menikah dengan jandanya, tetapi kemudian ia pun mati, tanpa meninggalkan anak. Demikianlah seterusnya, sampai ketujuh laki-laki itu sudah memperistri perempuan itu dan kemudian mati tanpa meninggalkan anak. Akhirnya wanita itu pun mati. Pertanyaan kami ialah: Pada waktu kebangkitan, perempuan itu akan menjadi istri siapa, karena ketujuh saudara itu pernah menjadi suaminya?” Dan mereka tidak akan mati lagi. Dalam hal ini mereka adalah seperti malaikat, dan mereka adalah anak Allah, karena mereka dibangkitkan dari antara orang mati ke dalam kehidupan yang baru. “Tepat sekali jawaban Guru!” kata beberapa guru agama yang ada di situ, dan tidak seorang pun berani bertanya lagi! Kemudian Ia mengajukan sebuah pertanyaan kepada mereka. “Apa sebabnya Kristus, Mesias itu, disebut keturunan Raja Daud? Yesus berpaling kepada murid-murid-Nya dan orang banyak mendengar Ia berkata kepada mereka, “Berhati-hatilah terhadap ahli-ahli agama ini! Karena mereka suka memakai jubah panjang dan mereka ingin dihormati bila berjalan di tempat umum. Mereka suka sekali duduk di tempat kehormatan di rumah ibadat maupun pada perjamuan. Tetapi tanpa malu mereka merampas rumah para janda. Untuk menutupi keadaan mereka yang sebenarnya, mereka berkedok sebagai orang saleh dengan berdoa panjang-panjang di depan umum. Karena itu, mereka akan menerima hukuman yang lebih berat.” Sementara Yesus berdiri di Bait Allah, Ia memperhatikan orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Kemudian seorang janda miskin datang memasukkan dua peser ke dalamnya. Yesus berkata, “Sesungguhnya, janda miskin ini telah memberi lebih banyak daripada mereka semua. Karena mereka memberikan sebagian kecil dari kekayaan mereka, tetapi janda yang miskin ini telah memberikan semua yang dimilikinya.” Beberapa murid-Nya membicarakan batu-batu berukir yang indah dan hiasan-hiasan pada dinding Bait Allah. Tetapi Yesus berkata, “Akan datang saatnya semua yang kalian kagumi ini akan diruntuhkan, dan tidak ada satu pun batu yang akan dibiarkan tersusun di atas yang lain. Semuanya akan menjadi setumpukan puing.” “Guru, kapan semua itu akan terjadi?” tanya mereka. “Dan apakah sebelumnya akan ada tanda-tanda?” Yesus menjawab, “Janganlah kalian disesatkan oleh siapa pun, karena banyak yang akan datang mengaku sebagai Mesias serta berkata, ‘Waktunya telah tiba.’ Tetapi jangan percaya kepada mereka! Bilamana kalian mendengar bahwa peperangan dan pemberontakan sudah mulai, jangan takut. Benar, peperangan pasti datang, tetapi itu bukanlah akhir dari segala-galanya. Karena Bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan akan menyatakan perang satu terhadap yang lain. Di banyak tempat akan terjadi kelaparan dan gempa bumi, serta wabah penyakit, dan di langit akan terjadi hal-hal yang menakutkan. “Tetapi sebelum semua ini terjadi, akan ada suatu masa penganiayaan. Karena nama-Ku, kalian akan diseret ke rumah ibadat, ke penjara, dan ke hadapan raja-raja serta gubernur-gubernur. Namun ini akan menjadi kesempatan kalian untuk memberi tahu mereka tentang Aku. Karena itu, janganlah khawatir tentang apa yang harus kalian katakan untuk membela diri. Aku akan memberi kalian kata-kata yang tepat dan akal budi, sehingga semua musuh kalian akan bungkam. Orang-orang yang terdekat dengan kalian sekalipun, yaitu ibu bapa, sanak saudara, dan handai tolan akan mengkhianati dan menangkap kalian, dan ada di antara kalian yang akan dibunuh. Semua orang akan membenci kalian, sebab kalian milik-Ku dan disebut dengan nama-Ku. Tetapi tidak sehelai rambut pun akan gugur dari kepala kalian! Sebab, bila kalian tetap bertahan, kalian akan selamat. “Tetapi, bila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh bala tentara, kalian akan mengetahui bahwa saat kehancurannya sudah tiba. Pada waktu itu orang-orang Yudea hendaknya lari ke gunung-gunung. Orang-orang di Yerusalem hendaknya melarikan diri, dan orang-orang yang di luar kota janganlah kembali ke kota. Karena itulah saatnya Allah menghukum dunia, dan nubuat para nabi zaman dahulu yang tertulis dalam Kitab Suci akan digenapi. Celakalah perempuan yang sedang hamil dan ibu yang menyusui bayi pada saat itu. Karena dunia akan mengalami malapetaka dan kemurkaan akan menimpa bangsa ini. Mereka akan dibunuh secara kejam oleh senjata musuh, atau digiring sebagai orang buangan dan tawanan semua bangsa di dunia. Yerusalem akan dijajah dan diinjak-injak oleh orang-orang bukan Yahudi sampai selesai waktu yang telah ditentukan Allah untuk mereka. “Kemudian akan ada tanda-tanda pada matahari, bulan, dan bintang. Di bumi ini bangsa-bangsa akan kacau balau, takut dan bingung karena laut yang menderu-deru dan menggelora. Banyak orang akan kecut hati melihat nasib buruk yang menimpa bumi, sebab kuasa-kuasa yang menaungi bumi ini akan diguncangkan. Kemudian bangsa-bangsa di bumi akan melihat Aku, Anak Manusia, datang dengan awan disertai kuasa dan kemuliaan yang besar. Apabila semua ini mulai terjadi, teguhkanlah hati, karena keselamatan kalian sudah dekat.” Kemudian Ia menceritakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara, atau pohon apa saja. Apabila daun-daunnya muncul, kalian tahu bahwa musim panas sudah dekat. Demikian pula, bila kalian melihat hal-hal yang telah Aku beritahukan itu terjadi, kalian dapat memastikan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. “Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian, angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semua hal-hal itu terjadi. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataan-Ku tetap untuk selama-lamanya. Berjaga-jagalah selalu. Dan berdoalah, agar bila mungkin, kalian dapat datang ke hadirat-Ku tanpa mengalami hal-hal mengerikan seperti itu.” Perayaan Paskah, yaitu Hari Raya Roti Tidak Beragi, semakin dekat. Para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain giat merencanakan pembunuhan Yesus. Mereka mencari jalan untuk membunuh Yesus dengan diam-diam, karena mereka takut akan timbul kerusuhan. Lalu Iblis memasuki Yudas Iskariot, seorang dari kedua belas murid. Yudas pergi kepada para imam kepala dan kepala pengawal Bait Allah dengan maksud merundingkan cara yang terbaik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Tentu saja mereka sangat senang bahwa Yudas mau menolong. Mereka berjanji akan memberinya upah. Demikianlah, ia mulai mencari kesempatan supaya mereka dapat menangkap Yesus tanpa setahu orang banyak. Hari Roti Tidak Beragi sudah tiba, yaitu hari domba Paskah disembelih dan dimakan dengan roti yang tidak beragi. Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes berjalan lebih dahulu mencari tempat untuk menyiapkan perjamuan Paskah bagi mereka. “Ke mana kami harus pergi?” tanya mereka. Ia menjawab, “Bila kalian memasuki Yerusalem, kalian akan melihat seorang laki-laki yang berjalan membawa sebuah kendi berisi air. Ikutilah dia sampai ke rumah yang dimasukinya. Katakan kepada orang yang tinggal di situ, ‘Guru kami minta agar Tuan menunjukkan kepada kami ruangan di mana Ia dapat makan perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya.’ Ia akan membawa kalian ke atas, ke sebuah ruangan besar yang telah disiapkan bagi kita. Di situlah kalian harus menyiapkan perjamuan.” Murid-murid itu pergi ke kota dan mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan oleh Yesus, lalu mereka menyiapkan perjamuan Paskah. Yesus dan rasul-rasul-Nya tiba, dan pada waktunya semua duduk bersama-sama mengelilingi meja. Ia berkata, “Aku sudah menanti-nantikan saat ini. Aku ingin sekali makan perjamuan Paskah ini bersama-sama kalian sebelum masa penderitaan-Ku mulai. Karena sekarang Kukatakan kepadamu, bahwa Aku tidak akan memakannya lagi sampai semua yang dilambangkannya terjadi di dalam Kerajaan Allah.” Kemudian Ia mengambil secawan air anggur. Setelah mengucap syukur Ia berkata, “Ambillah dan bagikan di antara kalian. Karena Aku tidak akan minum air anggur lagi sampai Kerajaan Allah tiba.” Lalu Ia mengambil roti. Setelah mengucap syukur kepada Allah, Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka sambil berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan untuk kalian. Lakukanlah sebagai peringatan akan Aku.” Sesudah perjamuan malam itu Ia memberikan secawan air anggur lagi kepada mereka sambil berkata, “Anggur ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan Allah dengan darah yang Kucurahkan untuk menebus jiwa kalian. Tetapi seorang di antara kita yang duduk di sekeliling meja ini akan mengkhianati Aku. Aku harus mati seperti yang telah direncanakan Allah. Tetapi celakalah orang yang mengkhianati Aku.” Murid-murid saling bertanya siapa di antara mereka yang akan berbuat seperti itu. Lalu mereka mulai bertengkar tentang siapakah yang akan memperoleh kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan Allah. Yesus berkata kepada mereka, “Di dalam dunia ini raja-raja dan para pembesar memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya dan rakyat mereka itu mau tidak mau harus menurut. Tetapi di antara kalian, orang yang paling banyak melayani, dialah pemimpin kalian. Di dunia ini seorang majikan duduk pada meja dilayani oleh para pelayannya. Tetapi di antara kita tidak demikian halnya! Karena Akulah pelayan kalian. Namun demikian, karena kalian setia kepada-Ku selama hari-hari yang mengerikan ini, dan karena Bapa-Ku telah memberikan kepada-Ku sebuah Kerajaan, maka pada saat ini Aku memberikan kepada kalian hak untuk makan dan minum pada meja-Ku dalam Kerajaan itu. Kalian akan duduk di atas takhta-takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel! “Simon, dengarkan! Iblis telah meminta dengan sangat supaya kalian diserahkan kepadanya untuk ditampinya seperti gandum. Tetapi Aku telah berdoa untukmu, memohon supaya imanmu tidak akan gugur sama sekali. Karena itu, bila engkau sudah bertobat dan kembali kepada-Ku, teguhkan iman saudara-saudaramu.” Simon berkata, “Tuhan, saya bersedia masuk penjara bersama-sama dengan Tuhan, bahkan mati sekalipun.” Tetapi Yesus berkata, “Ketahuilah olehmu, Petrus, bahwa sebelum ayam berkokok besok pagi, engkau akan menyangkal Aku tiga kali dengan mengatakan bahwa engkau sama sekali tidak mengenal Aku.” Kemudian Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Ketika Aku menyuruh kalian mengabarkan Berita Kesukaan tanpa membawa uang, tas, atau pakaian cadangan, adakah kalian berkekurangan?” “Tidak,” jawab mereka. “Tetapi sekarang,” kata-Nya, “bawalah tas dan uang kalau ada. Dan jika kalian tidak mempunyai pedang, lebih baik jual baju kalian dan belilah sebilah! Karena sudah tiba saat penggenapan nubuat mengenai Aku: ‘Ia dimasukkan ke dalam golongan orang jahat.’ Ya, segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Aku akan digenapi.” “Tuhan,” jawab mereka, “kami mempunyai dua pedang!” “Itu sudah cukup!” kata-Nya. Kemudian dengan diiringi murid-murid-Nya, Ia meninggalkan ruang perjamuan itu dan seperti biasa pergi ke Bukit Zaitun. Di situ Ia berkata kepada mereka, “Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak jatuh dalam cobaan.” Kemudian datanglah seorang malaikat dari surga menguatkan Dia, sebab Ia berada di dalam penderitaan batin yang demikian rupa, sehingga sementara Ia berdoa dengan lebih tekun, Ia mengeluarkan keringat darah yang menetes ke tanah. Akhirnya Ia berdiri, lalu kembali kepada murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur, terlalu penat karena kesedihan. “Tidurkah kalian?” kata Yesus. “Bangunlah! Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak jatuh dalam cobaan!” Tetapi sementara Yesus masih berkata-kata, datanglah Yudas, seorang dari kedua belas murid-Nya, membawa serombongan orang. Yudas menghampiri Yesus, lalu mencium Dia. Tetapi Yesus berkata, “Yudas, bagaimana engkau dapat mengkhianati Anak Manusia dengan ciuman?” Ketika murid-murid yang lain menyadari apa yang akan terjadi, mereka berseru, “Tuhan, bolehkah kami melawan? Kami membawa pedang!” Lalu seorang di antaranya mengayunkan pedangnya ke arah pelayan imam besar, sehingga telinga kanannya putus. Tetapi Yesus berkata, “Jangan melawan.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan memulihkannya. Kemudian Yesus berkata kepada para imam kepala, kepala pengawal Bait Allah serta pemimpin agama yang mengepalai rombongan itu, “Apakah Aku seorang perampok yang membahayakan, sehingga kalian datang dengan bersenjatakan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Apa sebabnya kalian tidak menangkap Aku di Bait Allah? Setiap hari Aku ada di situ. Tetapi memang inilah saat kalian, saat Iblis berkuasa sepenuhnya.” Mereka pun menangkap Dia dan menggiring-Nya ke rumah imam besar. Petrus mengikuti dari jauh. Beberapa orang prajurit membuat api di tengah-tengah halaman, lalu berdiang di sekelilingnya dan Petrus turut berdiang. Seorang pelayan perempuan melihat Petrus duduk dekat api. Ditatapnya muka Petrus, lalu ia berkata, “Orang ini pengikut Yesus!” Petrus menyangkal. “Hai perempuan,” katanya, “aku sama sekali tidak kenal kepada Orang itu!” Tidak lama kemudian ada lagi yang memandang Petrus serta berkata, “Engkau pasti seorang dari mereka!” Petrus menjawab, “Bukan!” Kira-kira satu jam kemudian ada seorang lagi yang dengan tegas menyatakan, “Saya tahu orang ini juga murid Yesus, karena keduanya berasal dari Galilea.” Tetapi Petrus berkata, “Saudara, saya tidak tahu apa yang Saudara katakan.” Sedang ia mengucapkan kata-kata itu, ayam pun berkokoklah. Pada saat itu juga Yesus menoleh dan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus akan kata-kata Yesus: “Sebelum ayam berkokok besok pagi, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.” Petrus keluar dari halaman itu sambil menangis dengan sedihnya. Dan mereka melontarkan berbagai macam penghinaan kepada-Nya. Keesokan harinya, waktu matahari mulai terbit, bersidanglah Mahkamah Agama, termasuk para imam kepala dan semua pejabat tinggi agama. Yesus dihadapkan kepada Majelis itu, Tetapi tidak lama lagi Aku, Anak Manusia, akan duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Mereka semua berseru, “Kalau begitu, Engkau mengaku bahwa Engkau Anak Allah?” Yesus menjawab, “Ya, benar.” “Perlukah kita menunggu saksi-saksi lagi?” seru mereka. “Kita sendiri telah mendengar Dia mengatakannya.” Kemudian seluruh sidang itu membawa Yesus kepada Gubernur Pilatus. Mereka segera melontarkan tuduhan terhadap Dia. “Orang ini menyesatkan bangsa kami dengan melarang kami membayar pajak kepada pemerintah Romawi dan Ia mengaku sebagai Mesias kami, yaitu seorang Raja.” Pilatus bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau Raja orang Yahudi?” “Ya,” jawab Yesus, “seperti yang Tuan katakan.” Kemudian Pilatus berpaling kepada para imam kepala dan orang banyak serta berkata, “Aku tidak mendapati suatu kejahatan apa pun pada orang ini!” Mereka menjadi nekad. “Tetapi ke mana pun Ia pergi, di seluruh Yudea, dari Galilea sampai Yerusalem, Ia menimbulkan kerusuhan terhadap pemerintah.” “Apakah Ia orang Galilea?” tanya Pilatus. Ketika mereka menjawab “Ya”, Pilatus memerintahkan agar Yesus dibawa kepada Raja Herodes, karena Galilea berada di bawah kekuasaannya dan Herodes kebetulan sedang berada di Yerusalem pada waktu itu. Herodes senang sekali mendapat kesempatan bertemu dengan Yesus. Ia sering mendengar tentang Dia dan sudah lama berharap akan melihat Dia melakukan suatu mukjizat. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak menjawab. Sementara itu para imam kepala dan guru agama berdiri di situ sambil melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap Yesus. Herodes dan prajurit-prajuritnya mulai mengejek dan mengolok-olok Yesus. Mereka mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya dan mengembalikan Dia kepada Pilatus. Sejak hari itu Herodes dan Pilatus, yang sebelumnya bermusuhan, menjadi sahabat karib. Kemudian Pilatus mengumpulkan para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain, bersama-sama dengan rakyat, serta mengumumkan keputusannya: “Kalian membawa Orang ini kepadaku dengan tuduhan memimpin pemberontakan terhadap pemerintah Romawi. Aku telah memeriksa Dia dengan saksama dan mendapati Dia tidak bersalah. Herodes juga tidak mendapati suatu kesalahan pada-Nya dan mengembalikan Dia kepada kami. Tidak ada suatu apa pun yang telah dilakukan Orang ini yang patut menyebabkan Dia dijatuhi hukuman mati. Karena itu, setelah diberi hukuman cambuk, Dia akan kulepaskan.” (Barabas dipenjarakan karena mengadakan pemberontakan di Yerusalem dan juga karena membunuh.) Sekali lagi Pilatus berbicara kepada orang banyak, sebab ia ingin melepaskan Yesus. Tetapi mereka berseru, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Untuk ketiga kalinya Pilatus berbicara kepada mereka serta bertanya, “Mengapa? Kesalahan apa yang telah dilakukan-Nya? Aku tidak mendapati suatu alasan apa pun untuk menjatuhkan hukuman mati ke atas-Nya. Karena itu, Dia akan dihukum cambuk, lalu dibebaskan.” Tetapi orang banyak berseru makin keras, mendesak agar Yesus disalibkan, dan suara mereka menang. Demikianlah Pilatus mengabulkan tuntutan mereka dan menjatuhkan hukuman mati ke atas Yesus. Barabas, orang yang dipenjarakan karena mengadakan pemberontakan dan pembunuhan, dibebaskannya sesuai dengan permintaan mereka. Sedangkan Yesus diserahkan kepada mereka untuk diperlakukan sekehendak hati mereka. Sementara orang banyak itu menggiring Yesus ke tempat penyaliban, Simon dari Kirene, yang baru saja tiba di Yerusalem dari luar kota, dipaksa ikut untuk memikul salib Yesus. Banyak sekali orang yang mengikuti Yesus. Di antara mereka ada banyak wanita yang sangat berduka. Tetapi Yesus menoleh serta berkata kepada mereka, “Hai Putri-Putri Yerusalem, jangan menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu sendiri serta anak-anakmu. Karena waktunya akan tiba, bahwa wanita-wanita yang mandul akan dianggap sangat beruntung. Umat manusia akan meminta agar gunung-gunung menimpa serta menghancurkan mereka, dan bukit-bukit menimbuni mereka. Sebab jika orang benar harus menderita seperti yang kamu lihat pada-Ku, maka apa yang akan terjadi terhadap yang jahat?” “Bapa, ampunilah orang-orang ini,” kata Yesus, “sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Lalu para prajurit membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. Orang banyak menonton. Dan para pemimpin orang Yahudi tertawa sambil mengejek, “Ia pandai menolong orang lain,” kata mereka. “Coba kita lihat! Ia tentu dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri, kalau Ia benar-benar Mesias, Pilihan Allah.” Para prajurit juga mengejek Dia dengan menawarkan anggur masam kepada-Nya. Mereka berseru, “Kalau Engkau Raja Orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Di bagian atas salib dipasang sebuah papan bertuliskan “ Inilah Raja orang Yahudi ”. Salah seorang penjahat yang disalibkan di samping Yesus mengejek, “Bukankah Engkau ini Mesias? Kalau begitu, buktikanlah dengan menyelamatkan diri-Mu, dan kami juga!” Kemudian ia berkata, “Yesus, ingatlah akan saya bila Engkau memasuki Kerajaan-Mu.” Yesus menyahut, “Sesungguhnya, pada hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Saat itu menjelang tengah hari, tetapi seluruh negeri diliputi kegelapan sampai pukul tiga petang. Matahari tidak bersinar dan tirai tebal yang tergantung di Bait Allah terbelah dua. Kemudian Yesus berseru, “Bapa, Aku menyerahkan roh-Ku kepada-Mu.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, Ia melepaskan nyawa-Nya. Kepala pasukan Romawi yang melaksanakan hukuman mati itu melihat apa yang telah terjadi. Ia diliputi rasa gentar dan takut akan Allah serta berkata, “Sesungguhnyalah, Orang ini tidak bersalah.” Ketika orang banyak yang datang untuk menyaksikan penyaliban itu melihat Yesus sudah mati, mereka pulang dengan sangat berdukacita. Sementara itu sahabat-sahabat Yesus, termasuk beberapa wanita yang telah mengikuti Dia dari Galilea, berdiri melihat dari jauh. Ia menurunkan mayat Yesus, lalu membungkusnya dengan kain linen serta membaringkannya di dalam sebuah kubur di sebuah bukit batu. Kubur itu belum pernah dipakai. Semua ini terjadi pada hari Jumat petang, yaitu hari persiapan untuk hari Sabat. Wanita-wanita dari Galilea mengikuti serta menyaksikan mayat Yesus dibawa dan dibaringkan di dalam kubur. Kemudian mereka pulang dan menyiapkan rempah-rempah serta minyak harum untuk mengurapi mayat Yesus. Tetapi, ketika segala sesuatunya sudah siap, hari Sabat tiba. Jadi, sepanjang hari itu mereka beristirahat menurut peraturan hukum Yahudi. Pada hari Minggu subuh wanita-wanita itu membawa minyak harum ke kubur. Mereka mendapati batu besar penutup pintu kubur sudah terguling ke samping. Mereka masuk, tetapi tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Mereka berdiri termangu-mangu di situ memikirkan apa yang telah terjadi dengan mayat itu. Tiba-tiba tampak di hadapan mereka dua orang yang pakaiannya berkilau-kilauan. Wanita-wanita itu ketakutan dan menundukkan kepala. Kedua orang itu bertanya, “Apa sebabnya kalian mencari orang hidup di dalam kubur? Maka teringatlah mereka akan apa yang telah dikatakan Yesus kepada mereka. Cepat-cepat mereka lari dari kubur untuk memberi tahu kesebelas murid dan pengikut-pengikut Yesus tentang apa yang telah terjadi. (Wanita-wanita yang pergi ke kubur itu ialah Maria dari Magdala, Yohana, Maria ibu Yakobus, dan beberapa yang lain.) Tetapi bagi kesebelas murid cerita itu kedengarannya seperti dongeng belaka. Mereka tidak percaya! Walaupun begitu, Petrus lari ke kubur untuk melihat. Ketika ia menjenguk ke dalam, yang terlihat olehnya hanyalah kain kafan. Kemudian ia pulang sambil bertanya-tanya dalam hatinya apa kiranya yang telah terjadi. Pada hari Minggu itu juga dua orang pengikut Yesus sedang berjalan ke Kampung Emaus, kira-kira 10 km jauhnya dari Yerusalem. Sambil berjalan, mereka berbicara tentang peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi. Tiba-tiba Yesus sendiri muncul dan berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi mereka seolah-olah menjadi buta, sehingga tidak mengenali Dia. “Asyik benar kalian ini,” kata-Nya. “Apakah yang sedang kalian bicarakan?” Mereka berhenti. Kesedihan tampak pada wajah mereka. Seorang dari mereka, yaitu Kleopas, menjawab, “Rupanya Saudara satu-satunya orang di Yerusalem yang tidak tahu tentang peristiwa yang terjadi di sana minggu yang lalu.” “Peristiwa apa?” tanya Yesus. “Peristiwa yang telah terjadi atas Yesus, Orang Nazaret,” kata mereka, “Ia seorang Nabi yang telah melakukan mukjizat-mukjizat luar biasa dan seorang Guru yang besar, yang sangat dihargai oleh Allah dan manusia. Tetapi para imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menangkap dan menyerahkan Dia kepada pemerintah Romawi supaya dihukum mati, dan mereka menyalibkan Dia. Tadinya kami mengira Dia adalah Mesias yang telah datang untuk menyelamatkan Israel. “Dan sekarang, di samping segala sesuatu yang terjadi tiga hari yang lalu itu, ada satu hal lagi yang mengejutkan kami. Beberapa orang di antara kami pergi ke kubur itu untuk memastikannya. Dan memang benar apa yang dikatakan wanita-wanita itu. Mayat Yesus sudah tidak ada di sana.” Yesus berkata kepada mereka, “Bodoh benar kalian ini! Sukar benarkah bagi kalian untuk memercayai apa yang telah dituliskan para nabi dalam Kitab Suci? Bukankah oleh para nabi sudah dinubuatkan dengan jelas, bahwa Mesias akan mengalami segala penderitaan itu sebelum memasuki kemuliaan-Nya?” Yesus mengutip ayat demi ayat dari tulisan para nabi dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari Kitab Kejadian, sambil menerangkan artinya dan apa yang dikatakan ayat-ayat itu tentang diri-Nya. Ketika mereka hampir sampai di Emaus, Yesus berbuat seolah-olah akan melanjutkan perjalanan-Nya. Tetapi dengan sangat mereka mengajak Dia bermalam di tempat mereka, sebab hari sudah larut senja. Maka Yesus pun ikut ke rumah mereka. Ketika mereka duduk hendak makan, Yesus memohonkan berkat Allah atas makanan yang tersedia. Ia mengambil roti dan memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada mereka. Tiba-tiba mata mereka seolah-olah terbuka dan mereka mengenali Dia. Pada saat itu juga Yesus lenyap dari pandangan mereka. Mereka mengatakan seorang kepada yang lain bahwa hati mereka terasa membara, ketika Ia berbicara kepada mereka dan menerangkan Kitab Suci selama dalam perjalanan. Kemudian kedua orang dari Emaus itu menceritakan pengalaman mereka tentang Yesus yang muncul waktu mereka sedang berjalan dan bagaimana mereka mengenali Dia ketika Ia sedang memecah-mecahkan roti. Sedang mereka bercerita, tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan memberi salam. Tetapi mereka semua sangat ketakutan, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu! “Apa sebabnya kalian ketakutan?” tanya Yesus, “Mengapa kalian ragu-ragu tentang Aku? Lihat tangan-Ku! Lihat kaki-Ku. Inilah Aku! Jamahlah Aku dan yakinlah bahwa Aku bukan hantu! Karena hantu tidak mempunyai darah dan daging seperti Aku!” Sambil berkata-kata, Ia memperlihatkan kepada mereka bekas paku pada tangan dan kaki-Nya. Meskipun demikian, mereka masih juga keheran-heranan, penuh dengan sukacita bercampur dengan keragu-raguan. Kemudian Ia bertanya kepada mereka, “Apakah di sini ada makanan?” Mereka memberikan sepotong ikan panggang kepada-Nya, lalu Ia memakannya di hadapan mereka. Kemudian Ia berkata, “Ingatkah kalian akan apa yang Kukatakan ketika Aku masih bersama-sama dengan kalian? Segala tulisan mengenai Aku yang tercantum dalam Kitab Musa dan kitab para nabi dan dalam Kitab Mazmur harus digenapi.” Kemudian Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka dapat mengerti Kitab Suci! Setelah itu Ia berkata lagi, “Ada tertulis bahwa Mesias harus menderita dan mati, lalu bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga; dan berita keselamatan, yaitu bahwa ada keampunan dosa bagi semua orang yang berpaling kepada-Ku, harus disiarkan dari Yerusalem kepada segala bangsa. Kalian sudah menyaksikan penggenapan semua nubuat ini. “Dan Aku akan mengutus Roh Kudus kepada kalian, seperti yang telah dijanjikan oleh Bapa. Tetapi tinggallah dahulu di kota ini sampai Roh Kudus datang dan memenuhi kalian dengan kuasa dari surga.” Yesus membawa mereka ke luar kota. Ketika sampai di Betania, Ia mengangkat tangan-Nya memberkati mereka. Sementara Ia memberkati mereka, Ia terangkat dan naik ke surga. Mereka menyembah Dia, lalu kembali ke Yerusalem dengan penuh sukacita. Setiap hari mereka berada di Bait Allah memuliakan Allah. Pada mulanya sudah ada Ia yang adalah Firman. Ia ada bersama dengan Allah dan Ia adalah Allah. Sejak semula Ia bersama dengan Allah. Segala sesuatu diciptakan melalui-Nya dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang diciptakan. Di dalam Dia ada hidup kekal, dan hidup inilah yang memberi terang kepada segenap umat manusia. Hidup-Nya adalah terang yang bersinar menembus kegelapan— dan kegelapan tidak akan pernah dapat memadamkan terang itu. Yohanes sendiri bukanlah Terang itu; ia hanya saksi yang menyatakan siapa Terang itu. Terang sejati itu datang ke dunia untuk menerangi setiap orang. Tetapi, walaupun dunia diciptakan oleh-Nya, dunia tidak mengenal-Nya ketika Ia datang. Semua orang yang percaya akan dilahirkan kembali! Tetapi bukan kelahiran jasmani, sebagai hasil dari nafsu atau rencana manusia, melainkan karena kehendak Allah. Yang adalah Firman telah menjadi manusia dan hidup di dunia ini di antara kita. Ia penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. Beberapa di antara kita telah melihat kemuliaan-Nya—kemuliaan Anak tunggal dari Bapa surgawi. Yohanes menyatakan Dia kepada orang banyak dan berkata kepada mereka, “Inilah Orang yang kumaksudkan ketika aku berkata, ‘Akan datang Seseorang yang jauh lebih besar daripada aku—karena Ia telah ada lama sebelum aku ada.’ ” Kita sekalian telah menikmati kasih karunia-Nya, yaitu berkat-berkat-Nya yang melimpah ruah ke atas kita. Karena Musa hanya memberikan Taurat disertai tuntutannya, tetapi kasih karunia dan kebenaran Allah datang kepada kita melalui Yesus, yang adalah Mesias. Sesungguhnya tidak seorang pun pernah melihat Allah, tetapi Anak-Nya yang tunggal sudah melihat-Nya, karena Dialah sekutu Bapa yang telah menceritakan segala sesuatu tentang Dia kepada kita. Para pemimpin orang Yahudi mengutus para imam dan imam pembantu dari Yerusalem untuk bertanya kepada Yohanes apakah dia Mesias. Dengan tegas ia menjawab, “Aku bukan Mesias.” “Kalau begitu, siapakah engkau?” tanya mereka. “Apakah engkau Elia?” “Bukan,” jawabnya. “Apakah engkau Nabi itu?” “Bukan.” “Jadi, siapakah engkau? Katakanlah kepada kami, agar kami dapat memberi jawaban kepada mereka yang mengutus kami. Apa yang dapat kaukatakan mengenai dirimu sendiri?” Ia menjawab, “Akulah yang dinubuatkan oleh Yesaya sebagai suara yang berseru-seru di padang gurun, ‘Luruskanlah jalan bagi Tuhan!’ ” Yohanes berkata kepada mereka, “Aku membaptiskan dengan air, tetapi di antara kalian ada Dia yang tidak kalian kenal. Dia datang setelah aku tetapi untuk membuka kasut-Nya pun aku ini tidak layak.” Peristiwa ini terjadi di Betania, sebuah kampung di seberang Sungai Yordan, di mana Yohanes mengadakan pembaptisan. Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya, lalu ia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia ini! Dialah yang kumaksudkan ketika aku berkata, ‘Tidak lama lagi akan datang Seseorang yang jauh lebih besar daripada aku dan yang telah lama ada sebelum aku ada.’ Dahulu aku tidak tahu bahwa Dialah orangnya, tetapi di sini aku membaptiskan dengan air untuk menyatakan Dia kepada bangsa Israel.” Kemudian Yohanes menceritakan bahwa ia melihat Roh Kudus dalam rupa seekor burung merpati turun dari langit dan hinggap di atas Yesus. “Aku tidak tahu bahwa Dialah orangnya,” kata Yohanes pula, “tetapi, ketika Allah mengutus aku untuk membaptiskan orang, Ia berkata kepadaku, ‘Jika engkau melihat Roh Kudus turun dan hinggap ke atas Seseorang, maka Dialah yang kaucari. Dialah yang membaptiskan dengan Roh Kudus.’ Aku telah melihat hal itu terjadi pada Orang ini. Karena itu, aku memberi kesaksian, bahwa Ia adalah Anak Allah.” Keesokan harinya, ketika Yohanes sedang berdiri bersama dengan dua orang muridnya, lewatlah Yesus. Yohanes memandang Dia, lalu berkata, “Lihat! Itulah Anak Domba Allah!” Kedua murid Yohanes itu berpaling, lalu mengikuti Yesus. Yesus menoleh dan melihat mereka mengikuti. “Kalian mau apa?” tanya-Nya. “Guru,” sahut mereka, “di manakah Guru tinggal?” “Ikutlah dan lihat sendiri,” kata-Nya. Lalu mereka itu mengikut Dia ke tempat Ia tinggal dan berdiam bersama Dia dari jam empat petang sampai malam hari. (Salah seorang dari keduanya ialah Andreas, saudara Simon Petrus.) Kemudian Andreas pergi mendapatkan Simon dan berkata, “Kami telah menemukan Mesias!” Lalu dibawanya Simon kepada Yesus. Yesus menatap Simon sejenak, lalu berkata, “Engkau adalah Simon, anak Yohanes, tetapi engkau akan dinamakan Petrus, artinya batu karang.” Keesokan harinya Yesus memutuskan untuk pergi ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, “Marilah, ikut Aku!” kata-Nya. (Filipus berasal dari Betsaida, kampung halaman Andreas dan Petrus.) Kemudian Filipus pergi mencari Natanael serta berkata kepadanya, “Kami telah menemukan Mesias—Orang yang telah diberitakan oleh Musa dan para nabi! Nama-Nya Yesus, putra Yusuf dari Nazaret.” “Nazaret?” seru Natanael. “Mungkinkah sesuatu yang baik berasal dari sana?” “Mari, ikutlah dan lihat sendiri,” sahut Filipus. Ketika mereka hampir sampai, Yesus berkata, “Inilah orang yang jujur, putra Israel sejati.” “Bagaimana Engkau mengetahui perangai saya?” tanya Natanael. Yesus menjawab, “Aku melihat engkau di bawah pohon ara, sebelum Filipus menemukan engkau.” Natanael menyahut, “Engkau adalah Anak Allah, Raja Israel!” Yesus bertanya kepadanya, “Apakah engkau percaya, karena Aku berkata bahwa Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara? Engkau akan melihat bukti-bukti yang lebih besar daripada ini. Bahkan engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah bolak-balik kepada-Ku, Anak Manusia.” Dua hari kemudian ibu Yesus menghadiri suatu pesta perkawinan di Kampung Kana di Galilea. Yesus dan murid-murid-Nya juga diundang. Sementara pesta itu berlangsung, persediaan air anggur habis. Lalu ibu Yesus menghampiri Yesus serta menyampaikan persoalan itu kepada-Nya. “Mengapa kamu melibatkan Aku?” kata-Nya. “Belum tiba saatnya Aku menyatakan diri.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada para pelayan, “Lakukanlah apa saja yang disuruhkan-Nya kepadamu!” Di sana terdapat enam tempayan batu yang biasa dipakai untuk keperluan upacara Yahudi. Tiap tempayan berisi kira-kira seratus liter. Pada waktu pemimpin pesta mengecap air yang sekarang sudah berubah menjadi anggur (ia tidak tahu dari mana asalnya, tetapi tentu saja para pelayan tahu), ia memanggil pengantin laki-laki. “Sedap sekali anggur ini!” katanya. “Saudara sangat berbeda dengan kebanyakan orang. Biasanya tuan rumah menghidangkan anggur yang paling baik lebih dahulu, dan kemudian, ketika tamu-tamu telah puas minum, barulah dikeluarkan yang tidak begitu mahal. Tetapi Saudara telah menyimpan anggur yang paling baik untuk dihidangkan paling akhir.” Mukjizat ini, yang terjadi di Kana di daerah Galilea, adalah pernyataan pertama dari kuasa surgawi Yesus. Dan murid-murid-Nya percaya, bahwa Ia benar-benar Mesias. Setelah pesta perkawinan itu selesai, Ia berangkat ke Kapernaum bersama dengan ibu-Nya, saudara-saudara-Nya, serta murid-murid-Nya dan tinggal di sana beberapa hari lamanya. Ketika tiba waktunya untuk merayakan Hari Raya Paskah orang Yahudi, pergilah Yesus ke Yerusalem. Di halaman Bait Allah Yesus melihat para pedagang yang menjual sapi, domba, serta merpati untuk kurban; dan para penukar uang duduk menghadapi meja mereka. Yesus membuat cambuk dari tali dan mengusir mereka ke luar. Sapi dan domba dihalau-Nya ke luar dan uang para penukar dihamburkan-Nya ke atas lantai dengan membalikkan meja mereka. Kemudian Ia pergi kepada orang-orang yang menjual merpati serta berkata kepada mereka, “Bawa ke luar semua ini! Janganlah Rumah Bapa-Ku dijadikan pasar!” Maka teringatlah murid-murid-Nya akan nubuat dalam Kitab Suci, “Cinta-Ku untuk rumah-Mu membakar hati-Ku.” “Apa hak-Mu mengusir mereka?” tanya pemimpin-pemimpin orang Yahudi. “Jika Engkau memperoleh hak ini dari Allah, buktikanlah kepada kami dengan mukjizat.” “Baik,” jawab Yesus, “inilah mukjizat yang akan Kulakukan: Hancurkanlah Bait Allah ini dan Aku akan mendirikannya kembali dalam tiga hari!” “Apa?” sahut mereka, “Pembangunan Bait Allah ini memakan waktu empat puluh enam tahun, dan Engkau sanggup mendirikannya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan Yesus dengan “Bait Allah” ialah tubuh-Nya. Setelah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah murid-murid-Nya teringat akan kata-kata ini dan mereka sadar, bahwa apa yang telah dikutip-Nya dari Kitab Suci, benar-benar mengenai diri-Nya dan telah digenapi. Oleh karena mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus di Yerusalem pada perayaan Paskah itu, banyak orang menjadi yakin, bahwa Ia benar-benar Mesias. Yesus menjawab, “Dengan sesungguh-sungguhnya Kukatakan kepadamu: Kalau engkau tidak dilahirkan kembali, engkau tidak akan dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” “Dilahirkan kembali!” seru Nikodemus. “Apakah yang Rabi maksudkan? Bagaimana orang yang sudah tua dapat masuk lagi ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan kembali?” Yesus menjawab, “Dengan sungguh-sungguh Kuberitahukan kepadamu, bahwa kalau orang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Manusia hanya dapat menghasilkan hidup manusiawi, tetapi Roh Kudus memberikan hidup yang baru dari surga. Oleh karena itu, janganlah heran, kalau Kukatakan bahwa engkau harus dilahirkan kembali. Sama seperti engkau dapat mendengar angin, tetapi tidak tahu dari mana asalnya dan ke mana perginya, demikian jugalah dengan tiap-tiap orang yang dilahirkan dari Roh.” “Apakah yang Rabi maksudkan?” tanya Nikodemus. Kalau waktu Kuberitahukan kepadamu hal-hal yang terjadi di antara manusia, engkau sudah tidak percaya, mana mungkin engkau percaya, bila Aku memberitahukan apa yang terjadi di surga? Sebab hanya Aku, Anak Manusia, yang telah datang ke dunia dan akan kembali ke surga. Sebagaimana Musa meninggikan patung ular tembaga di atas tongkat di padang belantara, demikian juga Aku harus ditinggikan, supaya barang siapa yang percaya kepada-Ku akan memperoleh hidup yang kekal. Karena Allah sangat mengasihi isi dunia ini, sehingga diberikan-Nya Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya, tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia ini bukan untuk menghukum dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. “Tidak ada hukuman kekal menunggu orang-orang yang percaya bahwa Ia menyelamatkan mereka. Tetapi mereka yang tidak percaya sudah diadili dan dijatuhi hukuman, karena tidak percaya kepada Anak Allah yang tunggal. Hukuman mereka itu berdasarkan kenyataan, bahwa Terang dari surga datang ke dunia, tetapi mereka lebih mengasihi kegelapan daripada Terang, sebab kelakuan mereka jahat. Mereka membenci Terang yang datang dari surga itu, sebab mereka ingin berbuat dosa di dalam kegelapan. Mereka menjauhkan diri dari Terang, karena mereka takut kalau-kalau dosa mereka akan tampak, lalu mereka akan dijatuhi hukuman. Tetapi mereka yang berbuat benar datang kepada Terang dengan gembira, agar tiap-tiap orang dapat melihat, bahwa mereka melakukan kehendak Allah.” Sesudah itu Yesus bersama dengan murid-murid-Nya meninggalkan Yerusalem dan tinggal sebentar di Yudea serta membaptiskan orang di sana. Pada suatu hari ada seseorang yang mulai berdebat dengan murid-murid Yohanes. Mereka mengatakan bahwa baptisan Yesuslah yang terbaik. Sebab itu, mereka pergi kepada Yohanes dan berkata, “Guru, Orang yang guru jumpai di seberang Sungai Yordan—yang guru sebut Mesias—juga membaptiskan orang dan semua orang lebih suka pergi kepada-Nya daripada datang ke sini kepada kita.” Yohanes menjawab, “Manusia hanya bisa mengambil apa yang berikan kepadanya oleh Allah. Pekerjaanku ialah mempersiapkan jalan bagi Orang itu, supaya semua orang akan mengikut Dia. Kalian sendiri tahu, aku berkata dengan tegas, bahwa aku ini bukan Mesias, aku hanya mempersiapkan jalan bagi-Nya—lain tidak! Tentu saja orang pergi kepada yang paling utama—pengantin perempuan akan pergi ke tempat pengantin laki-laki. Sahabat-sahabat pengantin laki-laki akan turut bergembira bersama dengan dia. Aku adalah sahabat Pengantin Laki-laki itu dan aku gembira sekali melihat Dia berhasil. Ia harus makin besar dan aku makin kecil. “Ia datang dari surga dan lebih besar daripada siapa pun. Aku ini berasal dari dunia dan pengetahuanku hanya terbatas pada hal-hal yang ada di dunia ini. Ia memberitahukan yang telah dilihat dan didengar-Nya, tetapi betapa sedikit orang yang percaya akan apa yang dikatakan-Nya! Allah Bapa mengasihi Anak-Nya, dan Allah telah memberikan kepada-Nya segala sesuatu yang ada. Dan semua yang percaya bahwa Ia, Anak Allah, berkuasa menyelamatkan mereka, memperoleh hidup yang kekal. Mereka yang tidak percaya dan tidak taat kepada-Nya tidak akan mendapatkan hidup itu, melainkan murka Allah tinggal di atas mereka.” Ia meninggalkan Yudea dan kembali ke Galilea. Dalam perjalanan ini Ia harus melalui Samaria. Tidak lama kemudian seorang wanita Samaria datang untuk mengambil air, dan Yesus minta minum kepadanya. Pada waktu itu Ia hanya seorang diri, karena murid-murid-Nya pergi memasuki kampung untuk membeli makanan. Wanita itu heran mendengar seorang Yahudi sudi meminta sesuatu dari seorang “Samaria yang hina”, sedangkan biasanya mengajak bicara pun mereka tidak sudi. Hal ini ditanyakannya kepada Yesus. Yesus menjawab, “Kalau engkau tahu betapa indahnya anugerah Allah bagimu dan siapa Aku, pasti engkau akan meminta air hidup kepada-Ku.” “Tetapi Tuan tidak mempunyai timba,” kata wanita itu. “Sumur ini dalam sekali. Dari mana Tuan akan mendapat air hidup itu? Lagipula, apakah Tuan lebih besar daripada nenek moyang kita Yakub? Bagaimana Tuan dapat memberikan air yang lebih baik daripada air ini, yang telah dinikmati oleh Yakub serta anak-anaknya dan oleh ternaknya?” Yesus menjawab bahwa setelah minum air sumur itu orang akan haus lagi. “Tetapi air yang Kuberikan kepada mereka,” kata-Nya, “menjadi mata air yang terus-menerus memancar di dalam mereka dan mengairi mereka dengan hidup kekal untuk selama-lamanya.” Wanita itu berkata, “Berilah saya air itu, supaya saya tidak akan haus lagi dan tidak usah setiap hari berjalan jauh-jauh ke tempat ini.” “Pergilah panggil suamimu,” kata Yesus. Wanita itu berkata, “Pasti Tuan seorang nabi. Tetapi, mengapa kalian orang-orang Yahudi bersikeras, bahwa Yerusalem adalah satu-satunya tempat berbakti, sedangkan bagi kami orang Samaria tempat berbakti adalah di sini (di Gunung Gerizim), di tempat nenek moyang kami berbakti?” Wanita itu berkata, “Tetapi setidak-tidaknya saya tahu bahwa Mesias—yang disebut Kristus—akan datang, dan waktu Ia datang Ia akan menerangkan semuanya kepada kami.” Lalu Yesus berkata, “Akulah Mesias itu.” Pada saat itulah murid-murid-Nya tiba. Mereka sangat heran melihat Dia bercakap-cakap dengan seorang wanita, tetapi tidak seorang pun menanyakan apa sebabnya atau apa yang diperbincangkan mereka. Maka berduyun-duyunlah orang kampung itu pergi menemui Dia. Sementara itu murid-murid mengajak Yesus makan. “Tidak,” kata-Nya, “Aku mempunyai makanan yang tidak kalian ketahui.” “Siapakah yang membawakan Dia makanan?” murid-murid itu saling bertanya. Kemudian Yesus menjelaskan, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Allah, yang mengutus Aku, dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Apakah kalian kira bahwa panen tidak akan mulai sebelum musim panas berakhir, empat bulan lagi? Lihatlah sekelilingmu! Ladang-ladang yang luas sudah menguning dan jiwa-jiwa siap untuk dituai. Para penuai akan mendapat upah yang memuaskan dan akan mengumpulkan jiwa-jiwa yang kekal di dalam lumbung surga! Betapa besar kesukaan yang menantikan para penabur dan para penuai! Sebab benarlah bahwa yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku menyuruh kalian menuai di tempat kalian tidak menabur; orang lain yang menabur dan kalian yang menerima hasilnya.” Banyak orang Samaria dari kampung itu percaya, bahwa Dialah Mesias, karena wanita itu berkata, “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang pernah kulakukan!” Kemudian mereka berkata kepada wanita itu, “Sekarang kami percaya, bukan hanya karena apa yang kaukatakan kepada kami, melainkan karena kami sendiri telah mendengar Dia. Sesungguhnyalah Dia Juru Selamat dunia.” Tetapi orang-orang Galilea menyambut Dia dengan tangan terbuka, sebab mereka berada di Yerusalem pada waktu perayaan Paskah dan telah menyaksikan beberapa mukjizat yang dilakukan-Nya. Yesus bertanya, “Tidakkah seorang pun percaya kepada-Ku, kecuali kalau Aku melakukan lebih banyak mukjizat?” Pejabat itu memohon dengan sangat, “Marilah kita pergi sekarang, sebelum anakku mati.” Kemudian Yesus berkata kepadanya, “Pulanglah. Anakmu sudah sembuh!” Orang itu percaya kepada Yesus, lalu pulang. Ketika ia masih di tengah perjalanan, beberapa orang pelayannya menyongsong dia dengan berita gembira: anaknya telah sembuh! Ia bertanya kepada mereka kapan anaknya mulai sembuh. Mereka menjawab, “Kira-kira jam satu kemarin siang demamnya tiba-tiba hilang!” Si ayah ingat bahwa pada saat itulah Yesus berkata, “Anakmu sudah sembuh.” Maka pejabat itu serta seisi rumahnya percaya, bahwa Yesus adalah Mesias. Inilah mukjizat kedua yang dilakukan oleh Yesus di Galilea, setelah Ia meninggalkan Yudea. Sesudah itu Yesus kembali ke Yerusalem sehubungan dengan suatu hari raya agama Yahudi. Di dalam kota, dekat Pintu Gerbang Domba, terdapat Kolam Betsaida dengan lima serambi beratap di sekelilingnya. Banyak orang sakit—yang buta, yang timpang, dan yang lumpuh—berbaring di serambi-serambi itu menantikan air kolam bergoncang, karena malaikat Tuhan sewaktu-waktu datang menggoncangkannya, dan orang pertama yang sesudah itu masuk ke dalamnya akan sembuh. Salah seorang yang terbaring di situ telah sakit selama 38 tahun. Ketika Yesus melihatnya serta mengetahui telah berapa lama ia sakit, Ia bertanya, “Maukah engkau sembuh?” “Saya tidak dapat,” kata orang itu, “sebab tidak ada orang yang menolong saya masuk ke dalam kolam pada waktu air bergerak. Sementara saya berusaha untuk masuk, orang lain selalu mendahului saya.” Yesus berkata kepadanya, “Berdirilah, gulung kasurmu, dan pulanglah!” Seketika itu juga orang itu sembuh. Ia menggulung kasurnya dan berjalan. Tetapi mukjizat itu dilakukan pada hari Sabat. Sebab itu, pemimpin-pemimpin orang Yahudi menyatakan keberatan dan berkata kepada orang yang telah disembuhkan itu, “Engkau tidak boleh bekerja pada hari Sabat! Membawa kasur itu melanggar hukum!” “Saya disuruh oleh orang yang menyembuhkan saya,” jawabnya. “Siapa yang menyuruh engkau?” desak mereka. Orang itu tidak tahu siapa Dia, sedangkan Yesus telah menghilang di tengah-tengah orang banyak. Akan tetapi, kemudian Yesus berjumpa dengan orang itu di Bait Allah dan Ia berkata kepadanya, “Sekarang engkau sudah sembuh. Jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan ada sesuatu yang lebih buruk menimpamu.” Kemudian pergilah orang itu mendapatkan pemimpin-pemimpin orang Yahudi dan memberitahukan kepada mereka, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkannya. Demikianlah mereka mulai menuduh Yesus melanggar hari Sabat. Tetapi Yesus menjawab, “Bapa-Ku selalu melakukan hal-hal yang baik dan Aku mengikuti teladan-Nya.” Sesudah itu para pemimpin orang Yahudi semakin besar tekadnya untuk membunuh Dia, sebab selain melanggar peraturan-peraturan Sabat mereka, Ia juga mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya; jadi, Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Yesus berkata, “Anak tidak dapat melakukan apa-apa dengan kuasa-Nya sendiri. Ia hanya melakukan apa yang dilihat-Nya dilakukan oleh Bapa-Nya, dan Ia melakukannya dengan cara yang sama. Karena Bapa mengasihi Anak, dan memberitahukan kepada-Nya segala sesuatu yang dilakukan-Nya. Anak akan melakukan mukjizat yang lebih besar daripada penyembuhan orang ini. Bahkan Ia akan membangkitkan dari antara orang mati siapa saja yang dikehendaki-Nya, seperti yang dilakukan oleh Bapa. Kepada Anak-Nya Bapa memberikan segala kuasa untuk menghakimi dosa, supaya semua orang menghormati Anak, sama seperti mereka menghormati Bapa. Tetapi, kalau kalian tidak mau menghormati Anak Allah, yang telah diutus-Nya kepada kalian, itu berarti bahwa kalian tidak menghormati Bapa. “Dengan tegas Kukatakan, bahwa barang siapa mendengar berita-Ku dan percaya kepada Allah yang mengutus Aku, ia memperoleh hidup kekal dan tidak akan dihukum karena dosa-dosanya. Ia telah pindah dari maut kepada hidup. Dan dengan sesungguh-sungguhnya Kunyatakan, bahwa waktunya akan datang, bahkan sekarang sudah tiba, orang-orang mati akan mendengar suara-Ku—suara Anak Allah—dan mereka yang mendengar akan hidup. Bapa mempunyai hidup di dalam diri-Nya, dan telah menganugerahkan kuasa kepada Anak-Nya untuk memiliki hidup di dalam diri-Nya, dan hak untuk menghakimi dosa manusia, karena Ia adalah Anak Manusia. Jangan heran! Akan datang waktunya semua orang mati di dalam kubur akan mendengar suara Anak Allah, dan bangkit kembali—mereka yang telah berbuat baik menerima hidup kekal; mereka yang terus berbuat jahat menerima hukuman. “Tetapi Aku tidak menghakimi tanpa setahu Bapa. Aku menghakimi sebagaimana diperintahkan kepada-Ku. Penghakiman-Ku sungguh-sungguh adil dan benar, karena berdasarkan kehendak Allah yang mengutus Aku, dan bukan berdasarkan kehendak-Ku sendiri. “Ketika Aku bersaksi tentang diri-Ku, kesaksian itu tidak dipercayai, Tetapi kesaksian yang paling benar bukanlah dari manusia, walaupun Aku telah mengingatkan kalian akan kesaksian Yohanes Pembaptis, supaya kalian percaya kepada-Ku dan diselamatkan. Yohanes bersinar dengan terangnya untuk seketika dan kalian mendapat manfaatnya serta bersukacita, akan tetapi Aku mempunyai kesaksian yang lebih besar daripada kesaksian Yohanes. Yang Kumaksudkan ialah mukjizat-mukjizat yang telah Kulakukan, yang telah ditugaskan kepada-Ku oleh Bapa. Mukjizat-mukjizat itu membuktikan bahwa Bapa telah mengutus Aku. Dan Bapa sendiri juga bersaksi tentang Aku, walaupun Ia tidak menampakkan diri atau berkata-kata kepada kalian secara langsung. Tetapi kalian tidak mendengarkan-Nya, karena tidak mau percaya kepada Aku, yang diutus kepada kalian untuk menyampaikan firman Allah. “Kalian menyelidiki Kitab Suci, karena yakin bahwa Kitab Suci akan memberi kesaksian tentang Aku. Walaupun demikian, kalian tidak mau datang kepada-Ku supaya Aku dapat memberikan hidup kekal itu. Aku tahu, sebab Aku telah datang kepada kalian mewakili Bapa-Ku, tetapi kalian tidak mau menerima Aku, sungguhpun kalian bersedia menerima orang-orang yang bukan diutus oleh Dia, yaitu mereka yang mewakili dirinya sendiri. Pantas kalian tidak dapat percaya kepada-Ku! Karena kalian menerima hormat seorang dari yang lain, tetapi tidak peduli akan hormat yang datang dari Allah Yang Esa. “Meskipun demikian, bukan Aku yang akan mendakwa kalian di hadapan Bapa, melainkan Musalah yang akan mendakwa kalian, sebab kalian tidak percaya kepadanya, padahal pada hukum-hukumnya kalian menaruh pengharapan untuk sampai ke surga. Ia telah menulis tentang Aku, tetapi kalian tidak mau percaya; jadi, kalian tidak mau percaya kepada-Ku. Oleh sebab kalian tidak memercayai apa yang ditulis Musa, tidaklah mengherankan bila kalian juga tidak percaya kepada-Ku.” Setelah itu Yesus menyeberangi Danau Galilea, yang juga disebut Danau Tiberias. Ia sedang menguji Filipus, karena Ia sudah tahu apa yang akan dilakukan-Nya. Filipus menjawab, “Untuk itu diperlukan uang yang tidak sedikit!” “Suruhlah orang-orang itu duduk,” kata Yesus. Dan semuanya, sejumlah 5.000 orang (ini perkiraan jumlah orang laki-laki saja), duduk di rumput pada lereng bukit itu. Lalu Yesus mengambil roti itu dan mengucap syukur kepada Allah serta membagi-bagikannya kepada orang banyak. Demikian pula dilakukan-Nya dengan kedua ikan itu. Dan setiap orang makan sampai kenyang. “Sekarang kumpulkan sisanya,” kata Yesus kepada murid-murid-Nya, “supaya jangan ada yang terbuang.” Sisanya ada dua belas keranjang penuh. Ketika orang-orang menyadari betapa besarnya mukjizat yang telah terjadi, mereka berkata, “Pasti Dialah Nabi yang kita nanti-nantikan!” Yesus melihat bahwa mereka hendak memaksa Dia menjadi raja mereka. Sebab itu, Ia pergi seorang diri mendaki bukit lebih tinggi lagi. Petang hari itu murid-murid-Nya turun ke pantai menunggu Dia. Tetapi waktu hari mulai gelap, sedangkan Yesus belum juga kembali, mereka masuk ke dalam perahu, lalu menyeberangi danau menuju Kapernaum. tetapi Yesus berseru kepada mereka supaya mereka jangan takut. Lalu mereka pun mempersilakan Yesus naik ke perahu dan segera perahu itu sampai di pantai yang mereka tuju. Ketika orang banyak mengetahui bahwa baik Yesus maupun murid-murid-Nya tidak ada di situ, mereka masuk ke dalam perahu-perahu itu dan menyeberang ke Kapernaum mencari Dia. Pada waktu mereka tiba dan menemukan Dia, mereka berkata, “Bagaimana Guru dapat sampai ke sini?” Yesus menjawab, “Sebenarnya kalian ingin bersama-sama dengan Aku, sebab Aku telah memberi kalian makan, bukan karena kalian percaya kepada-Ku. Sesungguhnya janganlah terlalu pusing mengenai barang-barang yang fana seperti makanan, melainkan berusahalah mencari hidup kekal, yang Aku, Anak Manusia, dapat berikan kepadamu. Karena Allah Bapa telah mengutus Aku untuk maksud ini.” Mereka bertanya, “Apakah yang harus kami lakukan untuk menyenangkan Allah?” “Inilah kehendak Allah: Percayalah kepada Dia yang telah diutus-Nya,” sahut Yesus kepada mereka. Yesus berkata, “Bukan Musa, melainkan Bapa-Ku, yang memberikan roti itu kepada mereka. Dan sekarang Ia menawarkan kepada kalian Roti yang sejati dari surga. Roti sejati itu ialah Dia, yang diutus Allah dari surga dan Ia memberi hidup kepada dunia.” Mereka berkata, “Berilah kami roti itu sepanjang hidup kami!” Yesus menjawab, “Akulah Roti Hidup. Tidak seorang pun yang datang kepada-Ku akan lapar lagi. Mereka yang percaya kepada-Ku tidak akan haus lagi. Tetapi kesulitannya ialah, seperti yang telah Kukatakan, kalian tidak percaya, walaupun kalian telah melihat Aku. Tetapi ada beberapa orang yang akan datang kepada-Ku, yaitu mereka yang telah diberikan oleh Bapa kepada-Ku, dan Aku sekali-kali tidak akan menolak mereka. Karena Aku datang dari surga kemari bukan untuk melakukan kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Allah yang mengutus Aku. Dan kehendak Allah ialah agar Aku tidak akan kehilangan seorang pun dari mereka yang telah diberikan-Nya kepada-Ku, tetapi membawa mereka kepada hidup kekal pada Akhir Zaman. Karena adalah kehendak Bapa-Ku supaya mereka yang melihat Anak-Nya dan percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal dan Aku akan membangkitkan mereka pada Akhir Zaman.” Orang-orang Yahudi mulai menggerutu tentang Dia, karena Ia mengaku diri-Nya sebagai Roti yang datang dari surga. “Apa?” seru mereka. “Ia hanya Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal. Apa kata-Nya? Ia turun dari surga?” Tetapi Yesus menjawab, “Berhenti menggerutu di antara kalian tentang ucapan-Ku itu! Karena tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku kecuali kalau Bapa, yang mengutus Aku, menariknya kepada-Ku, dan pada Akhir Zaman semua orang yang ditarik oleh Bapa kepada-Ku, akan Kuhidupkan kembali. Seperti yang tertulis di dalam firman Allah, ‘Mereka semua akan diajar oleh Allah.’ Orang-orang yang telah mendengar Allah berfirman dan telah mempelajari kebenaran dari Dia akan datang kepada-Ku. (Ini tidak berarti bahwa ada orang yang telah benar-benar melihat Bapa, sebab hanya Aku sendirilah yang telah melihat-Nya.) “Dengan sungguh-sungguh Kukatakan kepada kalian, bahwa setiap orang yang percaya kepada-Ku sudah memiliki hidup kekal! Kemudian orang-orang Yahudi saling berbantah tentang apa yang dimaksudkan-Nya. “Bagaimana orang ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?” tanya mereka. Sebab itu, Yesus mengatakannya sekali lagi, “Dengan sungguh-sungguh Aku katakan, bahwa kalau kalian tidak memakan daging Mesias dan meminum darah-Nya, kalian tidak dapat memiliki hidup kekal di dalam diri kalian. Tetapi barang siapa memakan daging-Ku dan meminum darah-Ku memperoleh hidup kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada Akhir Zaman. Karena daging-Ku adalah makanan yang sebenarnya, dan darah-Ku adalah minuman yang sebenarnya. Barang siapa memakan daging-Ku dan meminum darah-Ku ada di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Aku hidup dari kuasa Bapa yang hidup, yang mengutus Aku, dan demikian juga mereka yang memakan Aku akan hidup oleh sebab Aku. Akulah Roti sejati dari surga. Setiap orang yang memakan Roti ini akan hidup selama-lamanya, bukan seperti halnya nenek moyang kalian yang mati, walaupun mereka memakan roti dari surga.” (Khotbah ini disampaikan oleh Yesus di rumah sembahyang di Kapernaum.) Murid-murid-Nya sekalipun berkata, “Ini sangat sulit dimengerti. Siapa yang dapat menerangkan apa yang dimaksudkan-Nya?” Di dalam hati-Nya Yesus tahu bahwa murid-murid-Nya mengeluh dan menggerutu. Karena itu, Ia berkata kepada mereka, “Apakah hal ini menyinggung perasaan kalian? Bagaimana tanggapan kalian kalau melihat Aku, Anak Manusia, kembali ke surga? Hanya Roh Kudus yang memberi hidup. Orang tidak dapat melakukan ini, tetapi kata-kata yang telah Kuucapkan kepada kalian berasal dari Roh Allah dan memberi hidup. Tetapi beberapa di antara kalian tidak percaya kepada-Ku.” (Sejak semula Yesus sudah tahu siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan mengkhianati Dia.) Lalu Ia berkata, “Itulah yang Kumaksudkan ketika Aku berkata bahwa tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, kecuali kalau Bapa menariknya kepada-Ku.” Pada saat itu banyak dari murid-murid-Nya pergi meninggalkan Dia. Kemudian Yesus memandang kedua belas murid-Nya serta berkata, “Apakah kalian juga akan pergi?” Simon Petrus menjawab, “Guru, kepada siapakah kami akan pergi? Guru sajalah yang memiliki perkataan-perkataan yang memberi hidup kekal. Kami percaya akan perkataan-perkataan itu dan kami tahu bahwa Guru adalah Anak Allah yang kudus.” Kemudian Yesus berkata, “Aku telah memilih kalian, dua belas orang, tetapi salah seorang adalah setan.” Ia berkata tentang Yudas, anak Simon Iskariot, seorang dari kedua belas murid, yang akan mengkhianati Dia. Sesudah itu, Yesus pergi ke Galilea, masuk kampung keluar kampung, karena Ia ingin menjauhkan diri dari Yudea di mana pemimpin-pemimpin orang Yahudi sedang merencanakan akan membunuh Dia. Perayaan Hari Raya Pondok, salah satu hari raya Yahudi, sudah mendekat. Saudara-saudara Yesus mendesak agar Ia pergi ke Yudea untuk perayaan tersebut. “Pergilah ke Yudea, supaya pengikut-pengikut-Mu dapat melihat mukjizat-mukjizat yang Kaulakukan,” ejek mereka. “Engkau tidak akan masyhur kalau menyembunyikan diri seperti ini. Kalau Engkau memang hebat, buktikanlah kepada dunia!” Karena saudara-saudara-Nya juga tidak percaya kepada-Nya. Yesus menjawab, “Sekarang belum tiba saat-Ku pergi ke Yerusalem. Bagi kalian tidak menjadi soal kapan kalian pergi, karena dunia tidak mungkin membenci kalian. Tetapi dunia membenci Aku, karena Aku menuduhnya atas dosa dan kejahatannya. Pergilah kalian lebih dahulu, dan Aku akan menyusul kalau saat-Ku sudah tiba.” Dan Ia pun tetap tinggal di Galilea. Setelah saudara-saudara-Nya berangkat untuk menghadiri perayaan itu, Ia juga pergi, walaupun secara diam-diam, supaya terhindar dari mata umum. Pemimpin-pemimpin Yahudi berusaha mencari Dia pada perayaan itu dan bertanya-tanya apakah ada yang telah melihat Dia. Orang-orang ramai membicarakan Dia. Ada yang mengatakan, “Ia orang baik,” yang lain mengatakan, “Tidak, Ia menipu orang banyak.” Tetapi tidak ada seorang pun yang berani membela Dia di hadapan orang banyak karena takut kepada para pemimpin orang Yahudi. Kemudian, di tengah-tengah perayaan itu, Yesus masuk ke dalam Bait Allah serta berkhotbah kepada orang banyak. Para pemimpin orang Yahudi heran ketika mendengar Dia. “Bagaimana Ia dapat mengetahui begitu banyak perkara, padahal Ia tidak pernah menginjak sekolah kita?” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Aku tidak mengajarkan pikiran-pikiran-Ku sendiri, tetapi pikiran-pikiran Allah yang mengutus Aku. Jika ada di antara kalian yang benar-benar berhasrat melakukan kehendak Allah, ia tentu akan tahu apakah ajaran-Ku ini dari Allah atau hanya dari Aku sendiri. Barang siapa mengemukakan pikiran-pikirannya sendiri, ia mencari hormat untuk dirinya sendiri, akan tetapi barang siapa mencari hormat untuk orang yang mengutusnya, ia orang yang baik dan benar. Tidak ada seorang pun di antara kalian yang menaati Taurat Musa! Kalau kalian mengikutinya, mengapa kamu berusaha membunuh-Ku?” Orang banyak itu menjawab, “Gila Engkau ini! Siapa yang hendak membunuh Engkau?” Jangan menghakim berdasarkan penampilan, tetapi menghakim dengan benar.” Beberapa orang yang tinggal di Yerusalem berkata sama sendirinya, “Bukankah mereka sedang berusaha membunuh Orang ini? Tetapi di sini Ia berkhotbah di hadapan orang banyak dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin-pemimpin kita sekarang telah menyadari bahwa Ia adalah Mesias? Tetapi bagaimana mungkin Ia Mesias, karena kita tahu di mana Ia dilahirkan? Kalau Kristus datang, Ia akan muncul dengan begitu saja dan tidak seorang pun akan tahu dari mana Ia datang.” Sebab itu, di dalam sebuah khotbah di Bait Allah, Yesus berseru, “Memang, kalian mengenal Aku serta mengetahui di mana Aku dilahirkan dan dibesarkan, tetapi Aku mewakili Dia yang tidak kalian kenal dan Ia adalah Kebenaran. Aku mengenal Dia, sebab Aku bersama-sama dengan Dia dan Ia mengutus Aku kepada kalian.” Kemudian pemimpin-pemimpin orang Yahudi itu berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada orang yang berani menyentuh-Nya, karena waktu yang ditentukan Allah belum tiba. Banyak di antara orang-orang di Bait Allah itu percaya kepada-Nya. “Bagaimanapun juga,” kata mereka, “mukjizat-mukjizat apalagi yang kita harapkan akan dilakukan oleh Mesias yang belum dilakukan oleh Orang ini?” Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa orang banyak bersikap seperti itu, mereka dan imam-imam kepala menyuruh para petugas menangkap Yesus. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Belum waktunya! Aku harus tetap di sini sedikit waktu lagi. Kemudian Aku akan kembali kepada Dia yang mengutus Aku. Kalian akan mencari Aku, tetapi tidak dapat menemukan Aku. Kalian tidak akan dapat datang ke tempat Aku berada.” Pemimpin-pemimpin orang Yahudi bingung mengenai pernyataan-Nya. “Ke mana Ia akan pergi?” tanya mereka. “Boleh jadi Ia merencanakan akan meninggalkan negeri ini dan menjadi utusan Allah di antara orang-orang bukan Yahudi. Apakah arti ucapan-Nya yang menyatakan bahwa kita akan mencari-Nya, tetapi tidak dapat menemukan-Nya; dan ‘kalian tidak akan dapat datang ke tempat Aku berada’?” Pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berseru kepada orang banyak, “Jika ada yang haus, datanglah kepada-Ku dan minum. Karena Kitab Suci mengatakan bahwa sungai-sungai air hidup akan mengalir dari dalam diri siapa saja yang percaya kepada-Ku.” (Ia berbicara tentang Roh Kudus, yang akan diberikan kepada tiap-tiap orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi Roh itu belum diberikan, sebab Yesus belum kembali kepada kemuliaan-Nya di surga.) Ketika orang banyak mendengar perkataan-Nya itu, beberapa di antaranya menyatakan, “Pasti inilah nabi yang datang mendahului Mesias.” Demikianlah orang banyak itu berbeda pendapat tentang Dia. Ada yang ingin supaya Yesus ditangkap, tetapi tidak ada yang berani menyentuh Dia. Petugas-petugas Bait Allah yang disuruh menangkap Yesus kembali kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. “Mengapa kalian tidak membawa-Nya?” tanya mereka. “Ia mengatakan hal-hal yang menakjubkan sekali!” gumam mereka. “Kami tidak pernah mendengar orang berbicara seperti itu.” “Jadi, kalian juga telah disesatkan?” ejek orang-orang Farisi itu. “Apakah ada seorang di antara para pemimpin Yahudi atau orang Farisi yang percaya bahwa Ia Mesias? Orang banyak yang tolol ini percaya, tetapi mereka tahu apa? Terkutuklah mereka!” Kemudian Nikodemus membuka suara. (Ia adalah pemimpin orang Yahudi yang dengan diam-diam datang bertanya kepada Yesus.) “Apakah hukum membolehkan kita menjatuhkan hukuman terhadap seseorang sebelum ia diadili?” Mereka menjawab, “Apakah engkau juga orang Galilea durhaka? Selidikilah Kitab Suci dan lihat sendiri—tidak ada nabi yang berasal dari Galilea.” Lalu pertemuan itu bubar dan semua orang pulang. Yesus kembali ke Bukit Zaitun. Tetapi keesokan harinya pagi-pagi benar Ia sudah berada lagi di Bait Allah. Orang banyak segera berkumpul, lalu Ia duduk serta berkata-kata kepada mereka. Sementara Ia berbicara, guru-guru agama dan orang-orang Farisi membawa seorang wanita yang kedapatan sedang berzina dan menempatkannya di hadapan orang banyak. “Guru,” kata mereka kepada Yesus, “perempuan ini tertangkap tengah berzina. Taurat Musa mengatakan bahwa ia harus dibunuh. Bagaimana pendapat Guru?” Mereka sedang menjebak Dia supaya mengucapkan sesuatu yang dapat digunakan oleh mereka untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk dan menulis di tanah dengan jari-Nya. Mereka terus-menerus meminta jawaban, sebab itu, Ia berdiri dan berkata, “Baiklah, lempari dia dengan batu sampai mati. Tetapi hendaknya orang yang tidak pernah berdosa melempar paling dahulu!” Kemudian Ia membungkuk dan menulis lagi di tanah. Pemimpin-pemimpin orang Yahudi itu menyelinap ke luar seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya, hanya Yesus sendirilah yang tertinggal dengan wanita itu di hadapan orang banyak. Yesus berdiri lagi dan berkata kepadanya, “Mana orang-orang yang menuduhmu? Tidakkah ada seorang pun yang menghukum engkau?” “Tidak ada, Tuan,” katanya. Maka kata Yesus, “Aku pun tidak. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Kemudian, dalam salah satu pembicaraan-Nya, Yesus berkata kepada orang banyak, “Aku adalah terang dunia. Sebab itu, jikalau kalian mengikut Aku, kalian tidak akan terantuk di dalam gelap, oleh karena terang yang hidup akan menerangi jalan kalian.” Orang-orang Farisi berkata, “Engkau pembual—dan pendusta!” Yesus berkata kepada mereka, “Pernyataan ini benar, walaupun Aku berkata tentang diri-Ku sendiri. Sebab Aku tahu dari mana Aku datang dan ke mana Aku akan pergi, tetapi kalian tidak mengetahuinya. Kalian menghakimi Aku berdasarkan penampilan, tetapi Aku tidak menghakimi siapa pun. Tetapi seandainya Aku melakukannya, maka penghakiman-Ku itu berdasarkan kebenaran karena Aku menghakim bersama dengan Bapa yang mengutus Aku. Hukum kalian mengatakan bahwa jikalau ada dua orang sepakat atas sesuatu yang telah berlaku, maka kesaksian mereka diterima sebagai kenyataan. Nah, Aku ini adalah seorang saksi, dan Bapa-Ku yang mengutus Aku adalah saksi yang seorang lagi!” “Di manakah Bapa-Mu?” tanya mereka. Yesus menjawab, “Kalian tidak mengetahui siapa Aku, sebab itu kalian juga tidak mengetahui siapa Bapa-Ku. Jikalau kalian mengenal Aku, maka kalian juga akan mengenal Bapa-Ku.” Yesus mengucapkan kata-kata itu waktu Ia berada di bagian Bait Allah yang disebut Perbendaharaan. Tetapi Ia tidak ditangkap, sebab waktu pelayanan-Nya di dunia ini belum habis. Kemudian Ia berkata lagi kepada mereka, “Aku akan pergi. Kalian akan mencari Aku, dan mati di dalam dosa kalian. Dan kalian tidak dapat datang ke tempat Aku akan pergi.” Orang-orang Yahudi bertanya, “Apakah Ia hendak membunuh diri? Apakah yang dimaksudkan-Nya dengan ‘Kalian tidak dapat datang ke tempat Aku akan pergi’?” Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Kalian berasal dari bawah; Aku dari atas. Kalian dari dunia ini; Aku bukan. Itulah sebabnya Aku berkata bahwa kalian akan mati di dalam dosa kalian, karena kalau kalian tidak percaya bahwa Akulah Dia yang Kukatakan, maka kalian akan mati di dalam dosa kalian.” “Katakanlah kepada kami, siapakah Engkau,” desak mereka. Yesus menjawab, “Sudah sejak dahulu Kukatakan siapa Aku. Tentang kalian banyak hal yang dapat Aku hakimi dan banyak pula yang dapat Kuajarkan kepada kalian. Tetapi Aku tidak akan berbuat demikian, karena Aku hanya mengatakan apa yang diperintahkan oleh Dia yang mengutus Aku, dan Ia adalah Kebenaran.” Tetapi mereka masih belum mengerti bahwa Ia berkata-kata tentang Bapa-Nya. Sebab itu, Yesus berkata, “Apabila kalian telah meninggikan Mesias, barulah kalian akan sadar bahwa Akulah Dia yang Kukatakan, dan bahwa yang Aku beritahukan bukanlah pikiran-Ku sendiri, melainkan yang diajarkan oleh Bapa-Ku. Dia yang mengutus Aku, selalu bersama-sama dengan Aku. Ia tidak meninggalkan Aku, sebab Aku selalu melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya.” dan kalian akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan membebaskan kalian.” “Tetapi kami keturunan Abraham,” kata mereka, “dan tidak pernah menjadi budak siapa pun di dunia ini. Apakah maksud-Mu dengan ‘membebaskan’?” Yesus menjawab, “Kalian semua, tanpa kecuali, adalah budak dosa. Dan seorang budak tidak mempunyai hak untuk tinggal di keluarga tempat ia bekerja selamanya, tetapi seorang anak adalah bagian dari keluarga selamanya. Sebab itu, jikalau Anak itu membebaskan kalian, barulah kalian benar-benar bebas. Ya, Aku tahu kalian keturunan Abraham. Walaupun demikian, beberapa di antara kalian berusaha membunuh Aku, sebab perkataan-Ku tidak mendapat tempat di dalam hati kalian. Aku memberitahukan kepada kalian apa yang Aku lihat waktu Aku ada bersama Bapa-Ku. Tetapi kalian mendengarkan nasihat bapa kalian.” “Bapa kami ialah Abraham,” kata mereka. “Bukan,” jawab Yesus, “sebab seandainya Abraham bapa kalian, tentu kalian akan mengikuti teladan-teladannya yang baik. Tetapi sebaliknya, kalian berusaha membunuh Aku—dan semua ini karena Aku memberitahukan kepada kalian kebenaran yang Aku dengar dari Allah. Abraham tidak berbuat seperti itu! Kalian mematuhi bapa kalian yang asli jika kalian berbuat seperti itu.” Mereka menjawab, “Kami tidak dilahirkan di luar nikah. Bapa kami yang sebenarnya ialah Allah sendiri.” Yesus berkata kepada mereka, “Kalau demikian halnya, kalian tentu mengasihi Aku, sebab Aku datang dari Allah. Aku di sini bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Mengapa kalian tidak dapat mengerti apa yang Aku katakan? Kalian terhalang untuk melakukannya, sebab kalian adalah anak-anak si Iblis dan kalian gemar melakukan perbuatan jahat yang dilakukan oleh Iblis. Dari mulanya ia pembunuh dan pembenci kebenaran. Tidak satu titik kebenaran pun terdapat padanya. Jika ia berdusta, hal itu wajar baginya; karena ia adalah bapa para pendusta. Sebab itu, apabila Aku menyatakan kebenaran, kalian tentu saja tidak percaya. “Siapa di antara kalian dapat benar-benar menuduh Aku karena dosa, walaupun satu saja? Tidak ada seorang pun! Aku menyatakan kebenaran, mengapa kalian tidak percaya kepada-Ku? Tiap-tiap orang yang Bapanya Allah mendengar Firman Allah dengan senang hati. Karena kalian tidak demikian, ini membuktikan bahwa kalian bukanlah anak-anak-Nya.” “Dasar orang Samaria! Orang kafir! Setan!” kata pemimpin-pemimpin orang Yahudi dengan geram. “Bukankah dari semula sudah kami katakan bahwa Engkau dirasuk setan?” “Tidak,” kata Yesus, “tidak ada setan di dalam diri-Ku. Sebab Aku menghormati Bapa-Ku—dan kalian tidak menghormati Aku. Dan walaupun Aku tidak ingin membesarkan diri, Allah menghendaki demikian dan menghakimi mereka yang menolak Aku. Dengan sungguh-sungguh Aku beritahukan hal ini kepada kalian—tidak ada seorang pun yang taat kepada-Ku akan mati!” Para orang Yahudi berkata, “Sekarang kami yakin bahwa Engkau dirasuk roh jahat. Sedang Abraham dan nabi-nabi yang terbesar juga mati, masa Engkau mengatakan bahwa taat kepada-Mu berarti terhindar dari kematian. Jadi, Engkau lebih besar daripada Abraham, bapa kita, yang telah mati? Dan lebih besar daripada nabi-nabi, yang juga telah mati? Engkau kira siapa Engkau ini?” Kemudian Yesus memberitahukan kepada mereka, “Jika Aku menyombongkan diri semata-mata, hal ini tidak ada artinya. Tetapi Bapa-Ku—yang kalian akui sebagai Allah—yang mengatakan hal-hal mulia ini tentang Aku. Namun kalian sama sekali tidak mengenal Dia. Aku mengenal Dia. Jika Aku mengatakan yang sebaliknya, maka Aku menjadi seorang pembohong besar seperti kalian. Tetapi Aku benar-benar mengenal Dia dan taat sepenuhnya kepada-Nya. Bapa kalian, Abraham, akan bersukacita melihat hari kedatangan-Ku. Ia melihatnya dan ia sangat gembira.” Para pemimpin orang Yahudi berkata, “Umur-Mu belum sampai 50 tahun, masa Engkau telah melihat Abraham!” Yesus menyahut, “Kebenarannya ialah bahwa Aku telah ada sebelum Abraham dilahirkan!” Pada saat itulah para pemimpin orang Yahudi memungut batu hendak membunuh Dia. Tetapi Yesus tersembunyi dari mereka dan berjalan menyelinap melewati mereka dan meninggalkan Bait Allah. Sementara berjalan, Yesus melihat seseorang yang buta sejak lahir. “Guru,” tanya murid-murid-Nya, “mengapa orang ini lahir dalam keadaan buta? Apakah hal itu akibat dosanya sendiri atau dosa orang tuanya?” “Bukan akibat dosanya sendiri, bukan pula akibat dosa orang tuanya,” jawab Yesus, “melainkan untuk menyatakan kuasa Allah. Kita semua harus dengan cepat melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepada kita oleh Dia yang mengutus Aku, karena waktunya tinggal sedikit lagi sebelum malam tiba dan semua pekerjaan berakhir. Tetapi selama Aku ada di dunia ini, Aku memberikan terang-Ku kepada dunia.” Kemudian Ia meludah ke tanah dan membuat lumpur dengan ludah-Nya, lalu mengoleskannya pada mata orang buta itu, serta berkata kepadanya, “Pergilah dan basuh mukamu di Kolam Siloam” (kata “Siloam” artinya “diutus”). Orang itu pergi ke kolam itu, membasuh mukanya, dan kembali lagi dengan mata yang sudah celik. Para tetangga dan orang-orang lain yang mengenal dia sebagai pengemis buta, saling bertanya, “Benarkah orang ini si pengemis itu?” Ada yang mengatakan “ya” dan ada yang mengatakan “bukan”. “Tidak mungkin,” pikir mereka, “tetapi memang kelihatannya seperti orang buta itu!” Pengemis itu berkata, “Sayalah pengemis itu!” Kemudian mereka bertanya kepadanya bagaimana ia dapat melihat. Apakah yang telah terjadi? Dan ia pun memberi tahu mereka, “Seseorang yang disebut Yesus membuat lumpur dan mengoleskannya pada mata saya, lalu menyuruh saya pergi ke Kolam Siloam membasuh mata saya. Saya pergi membasuh mata saya, dan sekarang saya dapat melihat!” “Di mana Ia sekarang?” tanya mereka. “Saya tidak tahu,” jawabnya. Kemudian mereka membawa orang itu kepada orang-orang Farisi. Kebetulan semua itu terjadi pada hari Sabat. Orang-orang Farisi menanyakan hal ihwal kejadian itu. Maka berceritalah orang itu mengenai bagaimana Yesus mengoleskan lumpur pada matanya, dan ketika matanya dibasuh, ia dapat melihat. Beberapa dari mereka berkata, “Kalau begitu, orang yang bernama Yesus itu bukan dari Allah, sebab Ia bekerja pada hari Sabat.” Yang lain berkata, “Tetapi bagaimana orang berdosa dapat membuat mukjizat semacam itu?” Maka timbullah perbedaan pendapat di antara mereka. Kemudian orang-orang Farisi berpaling kepada orang yang tadinya buta itu dan bertanya, “Menurut pendapatmu siapakah orang yang telah membuat matamu dapat melihat lagi?” “Saya kira, Ia pasti seorang nabi yang diutus oleh Allah,” jawab orang itu. Pemimpin-pemimpin orang Yahudi tidak mau percaya, bahwa orang itu tadinya buta. Mereka memanggil orang tuanya, dan bertanya kepada mereka, “Apakah ini anakmu? Apakah ia memang lahir dalam keadaan buta? Kalau demikian halnya, bagaimanakah ia dapat melihat?” Orang tuanya menjawab, “Kami tahu, ini anak kami dan ia dilahirkan dalam keadaan buta, tetapi kami tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga ia dapat melihat, atau siapa yang melakukannya. Ia sudah cukup dewasa untuk berbicara sendiri. Tanyakanlah kepadanya!” Sebab itu, untuk kedua kalinya mereka memanggil orang yang tadinya buta itu, lalu berkata kepadanya, “Berikanlah kemuliaan kepada Allah dan bukan kepada Yesus, sebab kami tahu, bahwa Yesus itu orang jahat.” “Saya tidak tahu, apakah Ia baik atau jahat,” jawab orang itu, “hanya inilah yang saya ketahui: dulu saya buta, tetapi sekarang saya dapat melihat!” “Tetapi apakah yang dilakukan-Nya?” tanya mereka. “Bagaimana Ia menyembuhkan engkau?” Orang itu berseru, “Bukankah sudah saya katakan? Apakah Saudara tidak mendengarkan? Mengapa Saudara ingin mendengarnya sekali lagi? Apakah Saudara juga ingin menjadi murid-Nya?” Kemudian mereka mengutuk dia dan berkata, “Engkaulah murid-Nya, tetapi kami adalah murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Orang itu kami tidak tahu-menahu.” “Mengherankan sekali!” jawab orang itu. “Ia dapat menyembuhkan orang buta, tetapi Saudara tidak tahu-menahu tentang Dia! Allah tidak mendengarkan orang yang jahat, tetapi Ia membuka telinga-Nya bagi mereka yang menyembah Dia dan melakukan kehendak-Nya. Sejak dunia ini diciptakan, belum pernah ada seorang pun yang dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahir. Kalau Orang ini bukan berasal dari Allah, Ia tidak akan dapat melakukannya.” “Anak haram engkau ini!” teriak mereka. “Apa engkau mau mencoba mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Ketika Yesus mendengar apa yang telah terjadi, Ia pergi mendapatkan orang itu dan berkata kepadanya, “Apakah engkau percaya kepada Mesias?” Orang itu menjawab, “Siapakah Dia, Tuan? Saya mau percaya kepada-Nya.” “Engkau telah melihat Dia,” jawab Yesus, “dan sekarang Ia sedang berkata-kata dengan engkau.” “Ya, Tuhan,” kata orang itu, “saya percaya!” Lalu ia menyembah Yesus. Kemudian Yesus berkata kepadanya, “Aku datang ke dalam dunia ini untuk memberi penglihatan kepada mereka yang buta, dan untuk menunjukkan kepada mereka yang menyangka dirinya dapat melihat, bahwa mereka itu buta.” Orang-orang Farisi yang sedang berdiri di situ bertanya, “Maksud-Mu, kami ini juga buta?” “Seandainya kalian buta, kalian tidak akan berdosa,” jawab Yesus. “Tetapi dosa kalian tetap ada, sebab kalian mengaku bahwa kalian melihat.” “ Barang Siapa tidak mau memasuki kandang domba melalui pintu, tetapi dengan sembunyi-sembunyi melompati pagar, pastilah dia itu pencuri! Sebab gembala masuk melalui pintu! Penjaga pintu akan membukakan pintu baginya, dan domba-domba itu mendengar suaranya, lalu datang kepadanya. Ia memanggil domba-dombanya menurut nama mereka masing-masing serta membawa mereka ke luar. Ia berjalan di muka dan domba-domba itu mengikutinya, sebab mereka mengenal suaranya. Mereka tidak mau mengikuti orang yang asing bagi mereka, tetapi akan melarikan diri dari dia, sebab mereka tidak mengenal suaranya.” Mereka yang mendengar Yesus menggunakan perumpamaan ini tidak mengerti apa yang dimaksudkan-Nya. Sebab itu, Ia menjelaskannya kepada mereka. “Aku ini Pintu bagi domba-domba itu,” kata-Nya. “Semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok. Tetapi domba yang benar tidak mendengarkan mereka. Ya, Akulah Pintu. Mereka yang masuk ke dalam melalui Pintu akan selamat, dan akan keluar masuk serta menemukan padang rumput yang hijau. Maksud pencuri ialah mencuri, membunuh, dan menghancurkan. Maksud-Ku ialah memberi hidup kekal dengan segala kelimpahannya. “Aku ini Gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Seorang upahan akan melarikan diri jika melihat serigala datang, dan ia akan meninggalkan domba-domba itu, sebab domba-domba itu bukan miliknya dan ia bukan gembala mereka. Maka serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba itu. Orang upahan itu lari, karena ia hanya upahan dan tidak peduli akan domba-domba itu. “Aku ini Gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku dan mereka mengenal Aku, sama seperti Bapa-Ku mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa; dan Aku menyerahkan nyawa-Ku untuk domba-domba itu. Aku mempunyai domba-domba lain di dalam kandang yang lain. Mereka juga harus Kubawa, dan mereka akan mendengar suara-Ku; maka akan ada satu kawanan domba dengan satu Gembala. “Bapa mengasihi Aku, sebab Aku menyerahkan nyawa-Ku agar Aku dapat memperolehnya kembali. Tidak ada seorang pun dapat membunuh Aku tanpa seizin-Ku—Aku menyerahkan nyawa-Ku dengan sukarela. Sebab Aku berhak dan berkuasa menyerahkan dan mengambilnya kembali sekehendak hati-Ku. Sebab hak ini telah diberikan oleh Bapa kepada-Ku.” Ketika Ia mengatakan semua ini, lagi-lagi pemimpin orang Yahudi berbeda pendapat tentang Dia. Ada di antara mereka yang berkata, “Ia dirasuk setan atau gila. Mengapa mendengarkan orang yang demikian?” Yang lain berkata, “Kedengarannya tidak seperti orang yang dirasuk setan. Dapatkah setan mencelikkan mata orang buta?” para pemimpin orang Yahudi mengelilingi Dia serta bertanya, “Berapa lama lagi Engkau akan membiarkan kami dalam keadaan yang tegang seperti ini? Kalau Engkau benar-benar Mesias, katakanlah kepada kami dengan terus terang.” “Aku telah mengatakannya kepada kalian, tetapi kalian tidak percaya kepada-Ku,” jawab Yesus. “Buktinya terdapat dalam tanda-tanda ajaib yang Aku buat atas nama Bapa-Ku. Tetapi kalian tidak mau percaya kepada-Ku, sebab kalian tidak termasuk kawanan domba-Ku. Domba-domba-Ku mengenal suara-Ku, dan Aku pun mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku. Kepada mereka Aku memberikan hidup kekal, dan mereka tidak akan binasa. Seorang pun tidak akan dapat merenggut mereka dari Aku, karena Bapa-Ku sudah memberikan mereka kepada-Ku, dan Bapa-Ku lebih berkuasa daripada siapa pun juga. Jadi, tidak seorang pun dapat merebut mereka dari Aku. Aku dan Bapa adalah satu.” Sekali lagi para pemimpin orang Yahudi itu memungut batu hendak membunuh Dia. Yesus berkata, “Atas perintah Allah sudah banyak mukjizat yang Kulakukan untuk menolong orang. Karena mukjizat yang mana kalian hendak membunuh Aku?” Mereka menjawab, “Bukan karena suatu perbuatan baik, melainkan karena hujat. Engkau, manusia biasa saja, telah menyatakan bahwa Engkau adalah Allah.” Jangan percaya kepada-Ku, kalau Aku tidak melakukan mukjizat-mukjizat dari Allah. Tetapi, kalau Aku melakukan mukjizat-mukjizat dari Allah, percayalah akan mukjizat-mukjizat itu, sekalipun kalian tidak percaya kepada-Ku. Maka kalian akan yakin bahwa Bapa ada di dalam Aku, dan Aku di dalam Bapa.” Sekali lagi mereka hendak menangkap Dia. Tetapi Ia pergi meninggalkan mereka, lalu menyeberangi Sungai Yordan dan tinggal di tempat Yohanes dahulu membaptiskan orang untuk pertama kalinya. Banyak orang mengikut Dia. Mereka berkata satu kepada yang lain, “Yohanes tidak melakukan mukjizat, tetapi semua nubuatnya mengenai Orang ini sudah terjadi.” Dan banyak orang di situ percaya bahwa Dia adalah Mesias. Seorang yang bernama Lazarus jatuh sakit. Ia tinggal di Betania bersama dengan dua saudarinya, Maria dan Marta. Maria adalah wanita yang akan menuangkan minyak wangi di kaki Tuhan Yesus serta mengusapnya dengan rambutnya. Kedua saudarinya mengirim kabar kepada Yesus: “Guru, sahabat Guru sakit keras.” Tetapi, ketika Yesus mendengar hal itu, Ia berkata, “Penyakitnya bukanlah untuk mematikan, melainkan untuk menyatakan kemuliaan Allah. Aku, Anak Allah, akan dipermuliakan oleh keadaan itu.” Walaupun Yesus mengasihi Marta, Maria, dan Lazarus, Ia tidak segera pergi kepada mereka, tetapi tetap tinggal di tempat Ia berada selama dua hari lagi. Akhirnya, setelah dua hari, Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Mari kita pergi ke Yudea.” Tetapi murid-murid-Nya berkeberatan. “Guru,” kata mereka, “baru beberapa hari yang lalu para pemimpin bangsa Yahudi di Yudea mencoba membunuh Guru. Apakah Guru akan pergi ke sana lagi?” Yesus menjawab, “Setiap hari ada waktu siang selama dua belas jam. Dan pada waktu siang orang dapat berjalan dengan selamat tanpa terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Hanya pada malam hari, ada bahaya salah langkah, karena padanya tidak ada terang.” Kemudian Ia berkata, “Lazarus, sahabat kita, sedang tidur. Sekarang Aku akan pergi membangunkan dia!” Lalu dikatakan-Nya kepada mereka dengan terus terang, “Lazarus sudah mati. Dan demi kalian, Aku senang bahwa Aku tidak ada di sana, karena hal ini akan memberi kalian kesempatan lain untuk percaya kepada-Ku. Marilah kita pergi kepadanya.” Tomas, yang dijuluki “Si Kembar”, berkata kepada murid-murid yang lain, “Mari kita juga pergi—dan mati bersama-sama dengan Dia.” Ketika mereka tiba di Betania, mereka diberi tahu bahwa Lazarus sudah dikuburkan selama empat hari. Letak Betania, kira-kira hanya tiga kilometer dari Kota Yerusalem dan banyak di antara pemimpin bangsa Yahudi datang untuk menyatakan belasungkawa serta menghibur Marta dan Maria berhubung dengan kematian saudara mereka itu. Ketika Marta mendengar bahwa Yesus sedang menuju ke sana, ia pergi menyongsong Dia. Tetapi Maria tinggal di rumah. Marta berkata kepada Yesus, “Guru, sekiranya Guru ada di sini waktu itu, tentu saudara saya tidak akan mati. Dan bahkan sekarang pun belum terlambat, karena saya tahu bahwa Allah akan menghidupkan lagi saudara saya, kalau Guru minta kepada-Nya.” Yesus berkata kepada Marta, “Saudaramu akan hidup kembali.” “Ya,” kata Marta, “bersama-sama dengan orang-orang lain pada Hari Kebangkitan.” Yesus berkata kepadanya, “Akulah yang membangkitkan orang mati serta memberi hidup lagi kepada mereka. Siapa yang percaya kepada-Ku, walaupun ia mati seperti orang-orang lain, ia akan hidup kembali. Karena yang percaya kepada-Ku, ia akan diberi hidup kekal dan ia tidak akan binasa. Apakah engkau percaya akan hal ini, Marta?” “Ya, Guru,” katanya. “Saya percaya bahwa Guru adalah Mesias, Anak Allah, yang sudah lama kami nanti-nantikan.” Kemudian Marta meninggalkan Yesus dan kembali kepada Maria. Ia memanggil Maria dari antara orang-orang yang sedang berkabung itu, lalu berkata, “Ia ada di sini dan ingin berjumpa dengan engkau.” Dengan segera Maria pergi mendapatkan Yesus. Yesus masih berada di luar dusun itu, di tempat Marta menemui-Nya. Ketika orang-orang Yahudi, yang ada di rumah itu untuk menyampaikan kata-kata penghiburan kepada Maria, melihat Maria pergi dengan tergesa-gesa, mereka mengira bahwa ia tentu akan pergi ke kubur untuk meratapi Lazarus. Maka mereka pun pergi mengikutinya. Ketika Maria tiba di tempat Yesus, ia berlutut di kaki-Nya serta berkata, “Guru, sekiranya Guru ada di sini, tentu saudara saya tidak akan mati.” Ketika Yesus melihat dia meratap dan para pemimpin Yahudi menangis bersama dengan dia, Yesus merasa terharu dan masygullah hati-Nya. “Di mana ia dikuburkan?” tanya-Nya kepada mereka. Mereka berkata kepada-Nya, “Marilah lihat!” Air mata Yesus berlinang-linang. Para pemimpin orang Yahudi berkata, “Mereka bersahabat karib. Lihatlah betapa Ia mengasihinya.” “Gulingkanlah batu itu ke sisi,” kata Yesus kepada mereka. Tetapi Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata, “Sekarang baunya pasti busuk sekali, sebab sudah empat hari ia mati.” “Bukankah sudah Kukatakan, bahwa engkau akan melihat kekuatan agung Allah, asal saja engkau percaya?” kata Yesus kepadanya. Maka batu itu digulingkan ke sisi. Lalu Yesus memandang ke langit serta berkata, “Bapa, terima kasih, Engkau sudah mendengar Aku. (Memang Engkau selalu mendengar Aku, tetapi Aku mengatakan ini demi orang-orang yang sedang berdiri di sini, supaya mereka percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku.)” Kemudian Ia berseru, “Lazarus, keluarlah!” Lalu keluarlah Lazarus—terbalut kain kafan, mukanya terselubung kain pembalut kepala. Yesus berkata kepada mereka, “Lepaskanlah pembalutnya dan biarkan dia pergi!” Demikianlah, banyak di antara orang-orang Yahudi yang bersama dengan Maria menyaksikan peristiwa itu, akhirnya percaya kepada-Nya. Tetapi beberapa di antara mereka pergi kepada orang-orang Farisi serta melaporkan hal itu kepada mereka. Kemudian para imam kepala dan orang-orang Farisi mengadakan sidang Mahkamah Agama untuk membahas keadaan itu. “Apa yang akan kita lakukan?” mereka saling bertanya. “Karena Orang itu memang dapat melakukan mukjizat. Jika Ia dibiarkan saja, segenap bangsa akan mengikut Dia—lalu tentara Romawi akan datang membunuh kita, dan mengambil alih pemerintahan Yahudi.” Salah seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, yang tahun itu menjadi imam besar, berkata, “Kalian bodoh! Lebih baik satu orang mati bagi orang banyak. Masa segenap bangsa harus binasa?” Nubuat ini, yaitu bahwa Yesus harus mati bagi segenap bangsa, diucapkan oleh Kayafas dalam kedudukannya sebagai imam besar. Sesungguhnya ini bukan hasil pemikirannya sendiri, melainkan diilhamkan agar ia mengucapkannya. Hal itu merupakan nubuat bahwa kematian Yesus bukan hanya bagi orang Israel, melainkan juga bagi semua anak Allah yang tersebar di seluruh dunia. Sejak saat itu para pemimpin orang Yahudi mulai merencanakan pembunuhan Yesus. Yesus menghentikan pelayanan-Nya di hadapan umum dan meninggalkan Yerusalem. Ia pergi ke tepi padang gurun, ke sebuah kampung yang disebut Efraim, dan tinggal di sana bersama dengan murid-murid-Nya. Hari Paskah, yaitu suatu hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Beberapa hari sebelumnya banyak orang dari desa-desa telah tiba di Yerusalem untuk mengikuti upacara penyucian sebelum Paskah dimulai. Mereka ingin melihat Yesus dan dengan berbisik-bisik di dalam Bait Allah mereka saling bertanya, “Bagaimana pendapat Saudara? Apakah Ia akan datang untuk merayakan Paskah?” Sementara itu para imam kepala dan orang Farisi telah mengumumkan bahwa barang siapa melihat Yesus harus segera melapor, supaya mereka dapat menangkap Dia. Enam hari sebelum upacara Paskah dimulai, Yesus tiba di Betania, tempat tinggal Lazarus—orang yang telah dihidupkan-Nya kembali. Untuk menghormat Yesus, disiapkanlah suatu perjamuan makan. Marta melayani dan Lazarus duduk semeja dengan Dia. Kemudian Maria mengambil sebotol minyak wangi narwastu yang mahal, lalu mengurapi kaki Yesus dengan minyak itu serta mengusapnya dengan rambutnya. Maka semerbaklah rumah itu dengan bau yang harum. Tetapi Yudas Iskariot, salah seorang murid Yesus—yang akan mengkhianati Dia—berkata, “Minyak wangi itu berharga sekali! Seharusnya dijual dan uangnya diberikan kepada fakir miskin.” Ia berkata begitu, bukan karena ia memperhatikan nasib orang miskin, melainkan karena ia adalah bendahara dan kadang-kadang mencuri uang kas serta menggunakannya untuk kepentingan sendiri. Yesus menyahut, “Biarkan saja. Ia melakukan hal itu sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Orang-orang miskin selalu ada di antara kalian, tetapi Aku tidak lama bersama-sama dengan engkau.” Ketika rakyat Yerusalem mendengar tentang kedatangan-Nya, mereka datang berbondong-bondong untuk melihat Dia dan juga Lazarus—orang yang telah hidup kembali. Kemudian para imam kepala memutuskan untuk membunuh Lazarus juga, karena dialah yang menyebabkan banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus sebagai Mesias mereka. Keesokan harinya, tersiarlah kabar di seluruh kota bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, dan banyak dari pengunjung-pengunjung yang telah datang untuk merayakan Paskah, mengambil daun-daun palem dan turun ke jalan-jalan untuk menyongsong Dia, sambil berseru, “Hidup Raja! Diberkatilah Dia yang datang dengan nama Allah! Hidup Raja!” Yesus menunggang seekor anak keledai. Dengan demikian genaplah nubuat yang mengatakan, “Jangan takut, hai Putri Sion. Lihatlah, Rajamu datang dengan menunggangi seekor keledai muda.” (Pada waktu itu murid-murid-Nya tidak menyadari bahwa ini adalah penggenapan nubuat; tetapi setelah Yesus kembali kepada kemuliaan-Nya di surga, barulah mereka menyadari betapa banyak nubuat Kitab Suci yang telah digenapi di depan mata mereka.) Beberapa dari orang banyak itu yang telah melihat Yesus menghidupkan Lazarus kembali sedang menceritakan hal ihwal peristiwa itu. Itulah sebab yang utama mengapa demikian banyak orang pergi menyongsong Dia, sebab mereka telah mendengar mengenai mukjizat yang penuh kuasa itu. Kemudian orang-orang Farisi berkata seorang kepada yang lain, “Kita telah kalah. Lihat—semua orang mengikut Dia.” Beberapa orang Yunani yang datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, berkunjung kepada Filipus—yang berasal dari Betsaida—dan berkata, “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” Filipus memberitahukan hal itu kepada Andreas dan mereka bersama-sama pergi bertanya kepada Yesus. Jikalau kalian mengasihi hidupmu di dunia ini, kalian akan kehilangan hidupmu itu! Jikalau kalian membenci hidupmu di dunia ini, kalian akan menukarnya dengan kemuliaan yang kekal! “Siapa pun yang mau melayani Aku harus mengikut Aku, karena pelayan-Ku harus ada di tempat Aku berada. Dan siapa pun yang melayani Aku akan dimuliakan Bapa-Ku. Sekarang jiwa-Ku sangat gelisah. Haruskah Aku berdoa, ‘Bapa, luputkanlah Aku dari apa yang akan datang’? Tetapi justru untuk itulah Aku datang! Bapa, datangkanlah kemuliaan dan kehormatan bagi nama-Mu.” Kemudian terdengarlah suara dari langit mengatakan, “Ini sudah Kulakukan dan Aku akan melakukannya lagi.” Ketika orang banyak mendengar suara itu, beberapa di antara mereka menyangka bahwa suara itu guntur, sedangkan orang lain mengatakan bahwa seorang malaikat telah berbicara kepada-Nya. Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Suara itu untuk kepentinganmu, bukan kepentingan-Ku. Sekaranglah waktunya dunia ini akan dihukumkan dan juga waktunya Iblis, penguasa dunia ini, dilemparkan ke luar. Dan apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan membawa semua orang kepada-Ku.” Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bahwa Ia akan mati pada kayu salib. “Mati?” tanya orang banyak itu. “Bukankah Mesias akan hidup untuk selama-lamanya dan tidak akan mati? Apa sebabnya Engkau mengatakan bahwa Ia akan mati? Mesias mana yang sedang Kaubicarakan?” Yesus menjawab, “Hanya sebentar lagi saja terang-Ku akan menyinari kalian. Berjalanlah di dalamnya selama terang itu ada sehingga kegelapan tidak menyerbu kalian! Siapa pun yang berjalan dalam gelap tidak tahu ke mana dia pergi. Gunakanlah Terang itu selama masih ada, maka kalian akan menjadi pembawa terang.” Setelah mengatakan hal-hal ini, Yesus pergi lalu tersembunyi dari mereka. Meskipun banyak sekali mukjizat yang dilakukan-Nya, namun kebanyakan orang tidak mau percaya bahwa Ia adalah Mesias. Ini tepat sekali seperti yang telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, “Tuhan, siapakah yang akan percaya pada pemberitaan kami? Siapa yang menyadari bahwa Tuhanlah yang melakukan tindakan-tindakan perkasa ini?” Tetapi mereka tidak dapat percaya, karena sebagaimana Yesaya juga mengatakan, “Allah telah membutakan mata mereka dan mengeraskan hati mereka, agar mereka tidak dapat melihat atau mengerti, atau berbalik kepada-Ku untuk disembuhkan.” Nubuat Yesaya ini mengenai Yesus, karena ia telah menerima penglihatan tentang kemuliaan-Nya. Meskipun demikian, banyak pemimpin orang Yahudi percaya kepada-Nya sebagai Mesias. Namun mereka tidak berani mengakuinya kepada siapa pun, sebab mereka takut kalau-kalau orang Farisi akan mengucilkan mereka dari rumah sembahyang. Karena mereka lebih menyukai pujian manusia daripada pujian Allah. Yesus berseru kepada orang banyak, “Kalau kalian percaya kepada-Ku, itu berarti kalian percaya kepada Ia yang mengutus Aku. Karena ketika kalian melihat Aku, kalian melihat Dia yang mengutus Aku. Aku datang sebagai Terang yang bersinar di dalam dunia yang gelap ini, agar semua yang percaya kepada-Ku tidak lagi berjalan di dalam gelap. Kalau orang mendengar Aku, tetapi tidak taat kepada-Ku, bukan Aku hakimnya—karena Aku datang untuk menyelamatkan dunia, bukan untuk menghakiminya. Tetapi semua orang yang menolak Aku dan pengajaran-Ku akan dihakimi pada Hari Penghukuman, oleh kebenaran-kebenaran yang telah Kuucapkan. Karena kebenaran-kebenaran itu bukan buah pikiran-Ku sendiri, tetapi Aku mengatakan kepada kalian apa yang disuruhkan oleh Bapa supaya dikatakan kepada kalian. Aku tahu bahwa pengajaran-Nya membimbing kepada hidup kekal. Sebab itu, apa saja yang dikatakan-Nya kepada-Ku, itulah yang Aku katakan!” Maka Ia pun berdiri, menanggalkan jubah-Nya, dan melilitkan sehelai handuk pada pinggang-Nya. Ia menuangkan air ke dalam bokor, kemudian mulai membasuh kaki murid-murid dan menyekanya dengan handuk yang dililitkan pada pinggang-Nya. Ketika tiba giliran Simon Petrus, Petrus berkata kepada-Nya, “Guru, tidak pantas Guru membasuh kaki kami!” Yesus menjawab, “Sekarang engkau tidak mengerti mengapa Aku melakukannya. Tetapi kelak engkau akan mengerti.” “Jangan,” protes Petrus. “Sekali-kali jangan membasuh kaki saya!” “Tetapi, jikalau Aku tidak membasuhnya, maka engkau tidak dapat menjadi sekutu-Ku,” jawab Yesus. Lalu Simon Petrus berseru, “Kalau begitu, basuhlah tangan dan kepala saya juga—jangan hanya kaki saya!” Yesus menjawab, “Orang yang sudah mandi hanya perlu dibasuh kakinya supaya bersih seluruhnya. Sekarang engkau sudah bersih, tetapi tidak semua yang ada di sini demikian halnya.” Sebab Yesus tahu siapa yang akan mengkhianati Dia. Itulah yang dimaksudkan-Nya ketika Ia berkata, “Kalian tidak semuanya bersih.” Setelah membasuh kaki mereka, Ia mengenakan kembali jubah-Nya dan duduk serta bertanya, “Mengertikah kalian apa yang Aku lakukan? Kalian memanggil Aku ‘Guru’ dan ‘Tuhan’. Benarlah kata kalian itu, karena memang demikianlah halnya. Dan karena Aku, Tuhan dan Guru kalian, telah membasuh kaki kalian, maka layaklah kalau kalian juga saling membasuh kaki. Aku telah memberi sebuah teladan untuk diikuti: Lakukanlah sebagaimana telah Aku lakukan terhadap kalian. Benar sekali bahwa seorang pelayan tidak lebih besar daripada tuannya! Begitu juga seorang utusan tidak lebih besar daripada yang mengutusnya. Kalian mengetahui hal-hal ini—sekarang lakukanlah! Itulah jalan untuk memperoleh berkat. “Aku tidak mengatakan hal-hal ini kepada kalian semuanya. Aku benar-benar mengenal masing-masing dari antara kalian yang telah Kupilih. Kitab Suci menyatakan, ‘Seseorang yang makan malam bersama-sama dengan Aku akan mengkhianati Aku’, dan ini akan segera terjadi. Aku mengatakannya sekarang, supaya pada waktu hal itu terjadi, kalian akan percaya kepada-Ku. “Sesungguhnya siapa saja yang menerima orang yang akan Kuutus, ia menerima Aku. Menerima Aku berarti menerima Bapa yang mengutus Aku.” Yesus sangat terharu hati-Nya dan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian, seorang dari kalian akan mengkhianati Aku.” Para murid saling memandang sambil bertanya-tanya siapakah yang dimaksudkan-Nya. Seorang murid yang dikasihi oleh Yesus duduk di sebelah Yesus pada meja itu. Simon Petrus memberinya isyarat agar menanyakan kepada Yesus siapakah yang akan melakukan perbuatan durjana itu. Sebab itu, murid yang dikasihi oleh Yesus itu berpaling dan bertanya kepada Yesus, “Tuhan, siapakah orangnya?” Yesus berkata, “Orangnya ialah dia yang Kuberi roti yang telah dicelupkan ke dalam kuah.” Setelah Yesus mencelupkan roti, Ia memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Segera setelah Yudas memakan roti itu, masuklah Iblis ke dalam dirinya. Kemudian Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kaulakukan, lakukanlah sekarang!” Tidak seorang pun yang duduk di sekitar meja itu mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Ada yang mengira bahwa Yesus menyuruh Yudas membayar makanan atau memberikan uang kepada orang miskin, karena Yudas adalah bendahara mereka. Yudas segera pergi dalam kegelapan malam. Segera setelah Yudas meninggalkan ruangan itu, Yesus berkata, “Saat-Ku telah tiba. Kemuliaan Allah akan segera meliputi Aku, dan Allah akan menerima pujian yang besar karena semua yang terjadi ke atas-Ku. Allah akan memberikan kepada-Ku kemuliaan-Nya sendiri dan ini akan segera terjadi. Anak-anak yang Kukasihi, betapa singkatnya saat sebelum Aku pergi meninggalkan kalian! Setelah saat itu, walaupun kalian mencari Aku, kalian tidak dapat datang kepada-Ku, sama seperti yang telah Kukatakan kepada pemimpin-pemimpin orang Yahudi. “Oleh sebab itu, sekarang Kuberikan hukum baru kepada kalian: berkasih-kasihanlah antara sesama kalian seperti Aku mengasihi kalian. Kasih kalian yang teguh seorang kepada yang lain akan membuktikan kepada dunia ini, bahwa kalian adalah murid-murid-Ku.” Simon Petrus bertanya, “Guru, ke mana Guru akan pergi?” Yesus menjawab, “Engkau tidak dapat mengikut Aku sekarang, tetapi engkau akan mengikut Aku kemudian.” “Tetapi mengapa saya tidak dapat ikut sekarang?” tanya Petrus, “padahal saya siap untuk mati bagi Guru.” Yesus menjawab, “Mati bagi-Ku? Tidak—karena sebelum ayam berkokok besok pagi, tiga kali engkau akan menyatakan bahwa engkau tidak mengenal Aku!” “ Janganlah kalian gelisah. Kalian percaya kepada Allah, sekarang percayalah kepada-Ku. Dan kalian tahu ke mana Aku akan pergi dan tahu pula jalan untuk sampai ke sana.” “Tidak, kami tidak tahu,” kata Tomas. “Kami tidak tahu ke mana Guru akan pergi, bagaimana kami tahu jalannya?” Yesus berkata kepadanya, “Akulah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kecuali melalui Aku. Jikalau engkau tahu siapa Aku ini, tentulah engkau tahu siapa Bapa-Ku. Mulai sekarang engkau mengenal Dia—dan telah melihat Dia.” Filipus berkata, “Guru, tunjukkanlah Bapa kepada kami, maka kami akan merasa puas.” Yesus menjawab, “Filipus, belum tahu jugakah engkau siapa Aku ini, walaupun sudah sekian lamanya Aku bersama-sama dengan engkau? Seseorang yang telah melihat Aku, telah melihat Bapa! Sebab itu, mengapa engkau minta melihat Dia? Tidakkah engkau percaya, bahwa Aku ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Aku? Kata-kata yang Kuucapkan bukanlah kata-kata-Ku sendiri, melainkan dari Bapa-Ku yang hidup di dalam Aku. Dan Ia melakukan pekerjaan-Nya melalui Aku. Percaya sajalah—bahwa Aku ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Aku. Kalaupun tidak, percayalah sebab mukjizat-mukjizat besar yang Kulakukan, dan yang telah kaulihat. Ya, mintalah apa saja atas nama-Ku, dan Aku akan mengabulkannya.” yaitu Roh Kudus, Roh yang membimbing kepada segala kebenaran. Dunia umumnya tidak dapat menerima Dia, karena dunia ini tidak mencari Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kalian mengenal Dia, karena Ia tinggal bersama-sama dengan kalian sekarang dan sekali waktu kelak akan berada di dalam kalian. Sekali-kali Aku tidak akan meninggalkan kalian sebagai yatim piatu. Aku akan segera datang lagi kepada kalian. Sebentar lagi Aku akan pergi meninggalkan dunia, tetapi Aku tetap beserta dengan kalian. Karena Aku akan hidup kembali, begitu juga kalian. Setelah Aku hidup kembali, kalian akan mengetahui, bahwa Aku berada di dalam Bapa-Ku dan kalian di dalam Aku dan Aku di dalam kalian. Orang yang taat kepada-Ku ialah orang yang mengasihi Aku; dan sebab ia mengasihi Aku, Bapa-Ku akan mengasihi dia. Aku juga akan mengasihi dia serta menyatakan diri-Ku kepadanya.” Yudas (bukan Yudas Iskariot, tetapi murid lain yang bernama sama) berkata kepada-Nya, “Guru, mengapa Guru akan menyatakan diri hanya kepada kami murid-murid dan tidak kepada dunia umumnya?” Yesus menjawab, “Sebab Aku akan menyatakan diri hanya kepada mereka yang mengasihi dan menaati Aku. Bapa juga akan mengasihi mereka, dan Kami akan datang serta hidup dengan mereka. Siapa yang tidak menaati Aku, tidak mengasihi Aku. Ingatlah baik-baik, jawaban ini bukan dari pikiran-Ku. Ini adalah jawaban yang diberikan Bapa yang mengutus Aku. Hal-hal ini Kukatakan kepada kalian sekarang, sementara Aku masih bersama-sama dengan kalian. Tetapi, apabila Bapa mengutus Penghibur untuk mewakili Aku—Penghibur yang Kumaksudkan ialah Roh Kudus—Ia akan mengajarkan banyak hal dan mengingatkan kalian akan segala sesuatu yang telah Kukatakan sendiri kepada kalian. “Aku meninggalkan kalian dengan satu anugerah—sejahtera pikiran dan hati. Sejahtera yang Aku berikan ini tidak rapuh seperti yang diberikan oleh dunia. Sebab itu, janganlah khawatir atau takut! Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepada kalian—Aku akan pergi, tetapi akan datang lagi kepada kalian. Jikalau kalian benar-benar mengasihi Aku, kalian akan gembira sekali, sebab sekarang Aku dapat pergi kepada Bapa yang lebih mulia daripada-Ku. Aku telah memberitahukan kepada kalian semua ini sebelum terjadi, supaya pada waktu hal-hal itu terjadi, kalian akan percaya kepada-Ku. “Tidak banyak lagi waktu-Ku untuk berkata-kata kepada kalian, sebab penguasa dunia yang jahat sedang mendekat. Ia tidak berkuasa atas diri-Ku, tetapi Aku akan melakukan apa saja yang dituntut oleh Bapa dari Aku, supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa. Marilah kita pergi.” “ Aku ini Pohon Anggur yang benar dan Bapa-Ku Pemeliharanya. Ia mengerat tiap-tiap carang yang tidak berbuah. Dan carang-carang yang berbuah dibersihkan-Nya agar berbuah lebih lebat. Ia telah memelihara kalian serta membersihkan kalian dengan perintah-perintah yang telah Kuberikan kepada kalian, agar kalian lebih kuat dan lebih berguna. Berusahalah untuk hidup di dalam Aku dan biarlah Aku hidup di dalam kalian. Karena carang tidak dapat berbuah apabila dipisahkan dari pohonnya. Begitu pula kalian tidak dapat berbuah lebat apabila terpisah dari Aku. “Akulah Pohon Anggur, kalian carang-carangnya. Barang siapa hidup di dalam Aku dan Aku di dalam dia, akan berbuah banyak. Karena di luar Aku, kalian tidak dapat berbuat apa-apa. Jika seseorang memisahkan diri dari Aku, ia akan dibuang seperti carang yang tidak berguna. Ia akan layu dan dikumpulkan menjadi satu tumpukan dengan carang-carang lain, lalu dibakar. Tetapi, jikalau kalian tetap di dalam Aku dan menaati perintah-perintah-Ku, kalian dapat meminta apa saja yang kalian kehendaki, dan semua itu akan diberikan kepada kalian! Murid-murid-Ku yang sejati menghasilkan buah yang berlimpah-limpah. Ini mendatangkan kemuliaan besar kepada Bapa-Ku. “Aku telah mengasihi kalian seperti Bapa telah mengasihi Aku. Hiduplah di dalam kasih-Ku. Kalau kalian menaati Aku, kalian hidup di dalam kasih-Ku, sebagaimana Aku juga menaati Bapa-Ku dan hidup di dalam kasih-Nya. Aku mengatakan hal ini kepada kalian supaya kalian dipenuhi dengan sukacita. Cawan kesukaan kalian bahkan akan melimpah! Aku menghendaki agar kalian saling mengasihi, sebagaimana Aku mengasihi kalian. Dan inilah ukurannya—kasih yang terbesar dinyatakan, apabila seseorang menyerahkan hidupnya bagi sahabat-sahabatnya. Jikalau kalian taat kepada-Ku, kalian adalah sahabat-sahabat-Ku. Aku tidak lagi memanggil kalian hamba, karena seorang tuan tidak menceritakan hal-hal pribadi kepada hambanya. Sekarang kalian adalah sahabat-sahabat-Ku, yang dibuktikan oleh kenyataan, bahwa Aku telah memberitahukan kepada kalian segala sesuatu yang telah diberitahukan oleh Bapa kepada-Ku. “Bukan kalian yang memilih Aku, melainkan Akulah yang memilih kalian. Aku menugaskan kalian agar selalu menghasilkan buah yang baik, supaya apa pun yang kalian mohon dari Bapa atas nama-Ku, Ia akan memberikannya kepadamu. Aku ingin agar kalian saling mengasihi, karena kalian telah cukup menanggung kebencian dari dunia ini. Tetapi sebelum membenci kalian, dunia ini telah membenci Aku. Dunia akan mengasihi kalian, seandainya kalian miliknya. Tetapi kalian bukan milik dunia, sebab Aku memilih kalian untuk keluar dari dunia. Itulah sebabnya dunia ini membenci kalian. Ingatkah kalian apa yang telah Kukatakan? ‘Seorang pelayan tidak lebih besar daripada tuannya!’ Karena mereka menganiaya Aku, tentu saja mereka akan menganiaya kalian. Jikalau mereka mendengarkan Aku, mereka juga akan mendengarkan kalian. Orang-orang dunia akan menganiaya kalian, karena kalian adalah milik-Ku dan karena mereka tidak mengenal Allah yang mengutus Aku. “Seandainya Aku tidak datang dan berbicara kepada mereka, mereka tidak bersalah. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai alasan apa pun untuk dosa mereka. Barang siapa membenci Aku, juga membenci Bapa-Ku. Seandainya Aku belum pernah melakukan mukjizat-mukjizat yang penuh dengan kuasa di tengah-tengah mereka, mereka tidak akan dipersalahkan. Tetapi kenyataannya, mereka telah melihat mukjizat-mukjizat itu, namun mereka membenci Kami berdua—Aku dan Bapa-Ku. Ini adalah penggenapan apa yang tertulis dalam firman Allah, ‘Mereka membenci Aku tanpa alasan.’ “Tetapi Aku akan mengutus kepada kalian seorang Penghibur, yaitu Roh Kudus, sumber segala kebenaran. Ia datang dari Bapa dan akan memberitahukan kepada kalian segala sesuatu mengenai Aku. Kalian juga harus memberi tahu tiap-tiap orang tentang Aku, sebab sejak semula kalian selalu bersama-sama dengan Aku.” “ Aku telah memberitahukan hal-hal ini supaya kalian jangan terperanjat karena apa yang akan terjadi kemudian hari. Sebab kalian akan dikucilkan dari rumah ibadat. Bahkan akan datang waktunya orang-orang yang membunuh kalian akan merasa telah berjasa kepada Allah. Semua ini akan mereka lakukan terhadap kalian, sebab mereka tidak pernah mengenal Bapa atau Aku. Kalian Kuberitahu mengenai semua ini sekarang, supaya bilamana hal-hal itu terjadi, kalian ingat bahwa Aku telah memperingatkan kalian. Aku tidak memberitahukan kepada kalian sebelumnya, sebab Aku masih akan bersama-sama dengan kalian selama beberapa waktu. “Tetapi sekarang Aku akan pergi kepada Dia yang mengutus Aku; dan tidak seorang pun di antara kalian bertanya ke mana Aku pergi. Sebaliknya, kalian hanya merasa sedih. Tetapi sebenarnya baik bagi kalian kalau Aku pergi, karena kalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang. Kalau Aku pergi, Ia akan datang, sebab Aku akan mengutus Dia kepada kalian. “Dan ketika Ia sudah datang, Ia akan membuka mata manusia akan dosa-dosa mereka, akan keadilan Allah dan penghakiman-Nya. Dunia berdosa karena tidak percaya kepada-Ku. Kebenaran tersedia, karena Aku pergi kepada Bapa dan kalian tidak akan melihat Aku lagi. Ada pembebasan dari penghukuman, sebab penguasa dunia sudah dihukumkan. “Masih banyak lagi yang ingin Kuberitahukan kepada kalian, tetapi kalian tidak dapat memahaminya sekarang. Apabila Roh Kudus, yaitu Kebenaran, datang, Ia akan membimbing kalian kepada segala kebenaran, sebab Ia tidak mengemukakan pikiran-pikiran-Nya sendiri, melainkan akan menyampaikan kepada kalian apa yang telah didengar-Nya. Ia akan memberi tahu kalian tentang masa yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku dan mendatangkan kehormatan besar bagi-Ku dengan memperlihatkan kemuliaan-Ku kepada kalian. Semua kemuliaan Bapa adalah milik-Ku; inilah yang Kumaksudkan, ketika Aku mengatakan bahwa Ia akan memperlihatkan kemuliaan-Ku kepada kalian. Tidak lama lagi Aku akan pergi, dan kalian tidak akan melihat Aku lagi. Tetapi tidak lama sesudah itu, kalian akan melihat Aku lagi.” Yesus tahu bahwa mereka ingin bertanya kepada-Nya; karena itu, Ia berkata, “Kalian saling bertanya mengenai apa yang Kumaksudkan? Dunia akan bersukacita atas apa yang akan Kualami dan kalian akan menangis. Tetapi tangis kalian segera akan berubah menjadi sukacita yang besar pada saat kalian melihat Aku lagi. Sukacita itu akan sama seperti yang dirasakan oleh seorang ibu yang baru melahirkan—penderitaannya akan diganti dengan sukacita yang meluap-luap dan kesakitannya terlupakan. Sekarang kalian berdukacita, tetapi Aku akan melihat kalian lagi dan kalian akan bersukacita. Tidak seorang pun dapat merampas sukacita itu dari kalian. Pada saat itu kalian tidak perlu minta sesuatu kepada-Ku, sebab kalian dapat langsung memohon kepada Allah dan Ia akan memberikan kepada kalian apa yang kalian mohon dari Bapa atas nama-Ku. Kalian belum pernah mencobanya, tetapi mulailah sekarang. Mintalah atas nama-Ku, maka kalian akan menerima, sehingga cawan kesukaan kalian akan melimpah-limpah. “Aku telah berbicara mengenai hal-hal ini dengan sangat hati-hati, tetapi akan datang waktunya Aku tidak perlu lagi berbicara secara itu. Nanti dengan terus terang akan Kukatakan kepada kalian segala sesuatu mengenai Bapa. Maka kalian akan mengajukan permohonan-permohonan kalian atas nama-Ku. Aku tidak usah lagi memohon kepada Bapa agar mengabulkan permintaan-permintaan kalian, sebab Bapa sendiri sangat mengasihi kalian, karena kalian mengasihi Aku serta percaya bahwa Aku datang dari Bapa. Aku datang dari Bapa ke dalam dunia ini dan akan meninggalkan dunia ini serta kembali kepada Bapa.” “Nah, sekarang baru Guru berkata-kata dengan jelas, bukan lagi dengan teka-teki,” kata murid-murid-Nya. “Sekarang kami mengerti, bahwa Guru mengetahui segala sesuatu dan tidak seorang pun perlu memberitahukan apa-apa kepada Guru. Karena itu, kami percaya bahwa Guru datang dari Allah.” “Akhirnya kalian percaya juga akan hal-hal ini?” tanya Yesus. “Tetapi waktunya akan tiba—bahkan sekarang pun sudah tiba—kalian akan dicerai-beraikan; masing-masing akan pulang ke rumahnya dan meninggalkan Aku seorang diri. Sekalipun demikian, Aku tidak seorang diri, karena Bapa ada bersama-sama dengan Aku. Aku telah memberitahukan kepada kalian segala hal ini agar kalian mendapat sejahtera di dalam hati dan pikiran. Di dalam dunia ini kalian akan mengalami banyak penderitaan dan kesusahan; tetapi bergembiralah, karena Aku telah mengalahkan dunia ini.” Ketika Yesus selesai mengatakan semua ini, Ia menengadah ke langit, lalu berkata, “Bapa, waktunya telah tiba. Nyatakanlah kemuliaan Anak-Mu, agar Ia dapat mengembalikan kemuliaan itu kepada-Mu. Karena Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas sekalian manusia di seluruh dunia. Ia memberikan hidup kekal kepada tiap-tiap orang yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Dan inilah hidup kekal itu—mengenal Engkau, satu-satunya Allah Yang Benar, dan Aku, Yesus Kristus, yang telah Engkau utus ke dunia. Aku mendatangkan kemuliaan bagi-Mu di dunia ini dengan melakukan segala sesuatu yang Engkau perintahkan kepada-Ku. Dan, kalau aku akan bersama-Mu lagi, Bapa, berilah kembali kemuliaan yang Kumiliki bersama-Mu sebelum dunia ini diciptakan. “Aku telah memberitahukan segala sesuatu mengenai Engkau kepada orang-orang ini. Mereka ada di dunia ini, tetapi Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku. Sebenarnya sejak semula mereka milik-Mu dan Engkau memberikan mereka kepada-Ku; dan mereka telah menaati Engkau. Sekarang mereka tahu bahwa segala sesuatu yang Aku miliki adalah pemberian-Mu, karena Aku telah menyampaikan kepada mereka perintah-perintah yang telah Engkau berikan kepada-Ku; dan mereka menerimanya serta mengetahui dengan yakin bahwa Aku berasal dari Engkau dan telah turun ke dunia. Mereka percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. “Permohonan-Ku bukan untuk seluruh dunia ini, melainkan untuk orang-orang yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka itu milik-Mu. Karena mereka milik-Ku, maka mereka itu juga milik-Mu; dan mereka telah Engkau kembalikan kepada-Ku beserta seluruh milik-Mu; sebab itu, mereka adalah kemuliaan-Ku! Sekarang Aku akan pergi dari dunia ini, serta meninggalkan mereka dan datang kepada-Mu. Bapa Yang Suci, peliharalah mereka itu—semua yang telah Engkau berikan kepada-Ku—sehingga mereka bersatu seperti Kita, dengan tidak kurang seorang pun. Selama Aku berada di sini, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku telah Kupelihara dengan selamat di dalam lingkungan keluarga-Mu. Aku telah menjaga mereka supaya jangan seorang pun binasa, kecuali anak neraka, sebagaimana sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci. “Dan sekarang Aku datang kepada-Mu. Aku telah memberitahukan banyak hal kepada mereka selama Aku masih bersama-sama dengan mereka, supaya mereka dipenuhi dengan sukacita-Mu. Aku telah memberikan perintah-perintah-Mu kepada mereka. Mereka dibenci oleh dunia ini, sebab seperti halnya dengan Aku mereka tidak sejalan dengan dunia ini. Aku tidak memohon kepada-Mu agar mengambil mereka dari dunia ini, tetapi agar Engkau memelihara mereka dari kuasa Iblis. Sebagaimana halnya dengan Aku, mereka bukan bagian dari dunia ini. Bersihkan dan sucikan mereka dengan mengajarkan kebenaran-kebenaran firman-Mu kepada mereka. Sebagaimana Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian juga Aku mengutus mereka ke dalam dunia, dan Aku membaktikan diri-Ku sendiri untuk memenuhi keperluan-keperluan mereka, agar mereka tumbuh di dalam kebenaran dan kesucian. “Aku tidak hanya berdoa bagi orang-orang ini saja, tetapi juga bagi semua orang yang akan percaya dan datang kepada-Ku kelak sebab kesaksian mereka. Doa-Ku untuk mereka semua ialah supaya mereka akan sehati dan sepikiran, sama seperti Engkau dan Aku, ya Bapa—supaya sebagaimana Engkau ada di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, demikian pula mereka akan ada di dalam Kita, sehingga dunia akan percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. “Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku, yaitu persatuan yang mulia seperti persatuan Kita— Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, semuanya disempurnakan menjadi satu—supaya dunia tahu bahwa Engkau telah menyuruh Aku dan mereka akan mengerti bahwa Engkau mengasihi mereka sama seperti Engkau mengasihi Aku. Bapa, Aku ingin agar mereka bersama-sama dengan Aku—mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku—sehingga mereka dapat melihat kemuliaan-Ku. Engkau memberikan kemuliaan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sejak sebelum dunia ini diciptakan. “Ya, Bapa Yang Adil, dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau; dan murid-murid ini tahu, bahwa Engkau telah mengutus Aku. Dan Aku telah menyatakan Engkau kepada mereka, dan akan terus menyatakan Engkau, supaya kasih-Mu untuk-Ku akan ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” Selesai mengucapkan semua ini, Yesus melintasi Sungai Kidron bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan memasuki sebuah kebun zaitun. Yudas, si pengkhianat, mengetahui tempat itu, karena Yesus sudah berkali-kali pergi ke sana dengan murid-murid-Nya. Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah mengirimkan sepasukan serdadu dan polisi untuk menyertai Yudas. Dengan obor yang bernyala-nyala, lentera, dan senjata, mereka tiba di kebun zaitun itu. Dan pada waktu Ia berkata begitu, mereka semuanya jatuh telentang. Sekali lagi Ia bertanya kepada mereka, “Siapakah yang kalian cari?” Mereka menjawab lagi, “Yesus dari Nazaret.” “Sudah Kukatakan: Akulah Dia,” kata Yesus, “dan karena Akulah yang hendak kalian tangkap, biarkanlah orang-orang ini pergi.” Ini dikatakan-Nya untuk melaksanakan nubuat yang baru saja diucapkan-Nya, “Aku tidak kehilangan seorang pun dari mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku…” Lalu Simon Petrus menghunus pedangnya dan memarangkannya kepada Malkhus, pelayan imam besar, sehingga telinga kanannya putus. Tetapi Yesus berkata kepada Petrus, “Sarungkanlah pedangmu! Bukankah Aku harus minum dari cawan yang telah diberikan Bapa kepada-Ku?” Lalu polisi Yahudi bersama dengan para prajurit dan komandan mereka menangkap Yesus serta mengikat-Nya. Mula-mula mereka membawa-Nya kepada Hanas, mertua Kayafas, imam besar tahun itu. Kayafas ialah orang yang berkata kepada para pemimpin orang Yahudi yang lain, “Lebih baik satu orang mati bagi orang banyak.” Petrus mengikut dari belakang. Demikian juga seorang murid lain yang mengenal imam besar, sehingga ia dibolehkan masuk ke dalam halaman rumah imam besar bersama-sama dengan Yesus, sedangkan Petrus berdiri di luar pintu gerbang. Kemudian murid itu berbicara kepada seorang pelayan perempuan dan Petrus pun diizinkan masuk. Pelayan perempuan itu bertanya kepada Petrus, “Bukankah engkau salah seorang dari murid Yesus?” “Bukan,” jawabnya, “saya bukan murid-Nya!” Polisi-polisi dan pelayan-pelayan rumah sedang berdiri di sekeliling api unggun, karena hari dingin. Petrus berdiri bersama-sama dengan mereka berdiang di sana. Di dalam, imam besar mulai menanyai Yesus mengenai pengikut-pengikut-Nya dan apa yang telah diajarkan-Nya kepada mereka. Yesus menjawab, “Apa yang Aku ajarkan diketahui di mana-mana, sebab Aku selalu berkhotbah di rumah ibadat dan di Bait Allah. Khotbah-Ku didengar oleh semua pemimpin orang Yahudi dan tidak ada sesuatu pun yang Aku rahasiakan. Apa sebabnya engkau mengajukan pertanyaan ini kepada-Ku? Tanyakanlah kepada mereka yang telah mendengar Aku. Di sini ada beberapa dari mereka. Mereka tahu apa yang telah Kukatakan.” Salah seorang prajurit yang berdiri di situ menampar muka Yesus dan berkata, “Itukah caranya menjawab imam besar?” “Kalau Aku berdusta, buktikanlah,” kata Yesus, “patutkah engkau memukul orang yang berkata dengan sebenarnya?” Kemudian Hanas mengirimkan Yesus dengan tangan terikat kepada imam besar, Kayafas. Sementara itu, ketika Simon Petrus sedang berdiri dekat api, ada lagi yang bertanya kepadanya, “Bukankah engkau salah seorang murid-Nya?” “Bukan,” jawabnya. Tetapi salah seorang pelayan imam besar—kerabat orang yang telinganya diparang oleh Petrus sehingga putus—bertanya, “Bukankah aku melihat engkau di kebun zaitun bersama dengan Yesus?” Sekali lagi Petrus menyangkal. Seketika itu juga ayam pun berkokoklah. Pemeriksaan Yesus di hadapan Kayafas berakhir pada dini hari. Kemudian Ia dibawa ke istana gubernur Romawi. Penuduh-penuduh-Nya sendiri tidak mau masuk ke dalam, karena menurut mereka hal itu akan “menajiskan” mereka, dan mereka tidak akan dibolehkan memakan domba Paskah. Sebab itu, Gubernur Pilatus keluar dan bertanya kepada mereka, “Apakah tuduhan kalian kepada Orang ini? Kejahatan apakah yang dituduhkan kepada-Nya?” Mereka menjawab, “Jikalau Ia bukan penjahat, kami tidak akan menangkap-Nya!” “Kalau begitu, bawalah Ia pergi dan adili Dia menurut hukum kalian sendiri,” kata Pilatus kepada mereka. “Tetapi kami ingin supaya Ia disalibkan,” kata mereka, “dan persetujuan Tuan diperlukan.” Ini menggenapkan nubuat Yesaya tentang cara pelaksanaan hukuman mati-Nya. Kemudian Pilatus masuk kembali ke dalam istana dan memerintahkan supaya Yesus dibawa kepadanya. “Apakah Engkau raja orang Yahudi?” tanya Pilatus kepada-Nya. “Apakah pertanyaan ini dari Tuan sendiri atau orang lain memberi tahu Tuan tentang Aku?” tanya Yesus. “Apakah aku orang Yahudi?” tanya Pilatus. “Bangsa-Mu sendiri dan para imam kepala yang membawa Engkau ke sini. Mengapa? Apa yang telah Kaulakukan?” Yesus menjawab, “Aku bukan raja duniawi. Seandainya demikian, pengikut-pengikut-Ku tentu mengadakan perlawanan, ketika Aku ditangkap oleh pemimpin-pemimpin orang Yahudi. Tetapi Kerajaan-Ku bukan dari dunia.” Pilatus menjawab, “Jadi, Engkau seorang raja?” “Ya,” kata Yesus. “Aku dilahirkan untuk maksud itu. Aku datang untuk membawa kebenaran kepada dunia. Semua orang yang mencintai kebenaran adalah pengikut-pengikut-Ku.” “Apakah kebenaran itu?” tanya Pilatus. Kemudian ia keluar lagi kepada orang banyak dan berkata kepada mereka, “Tidak ada bukti bahwa Ia telah melakukan kejahatan. Tetapi kalian mempunyai kebiasaan untuk meminta agar aku membebaskan seorang narapidana setahun sekali pada hari Paskah. Jadi, kalau kalian mau, aku akan membebaskan ‘Raja orang Yahudi’ ini.” Tetapi mereka berteriak, “Jangan! Jangan bebaskan Dia! Bebaskan Barabas!” Barabas adalah seorang pemberontak. Pilatus memerintahkan supaya Yesus dicambuki. Prajurit-prajurit membuat mahkota dari duri-duri yang panjang dan mengenakannya pada kepala Yesus serta memakaikan jubah kerajaan berwarna ungu pada-Nya. “Hidup, ‘Raja orang Yahudi’!” ejek mereka sambil menampar muka-Nya. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada orang-orang Yahudi, “Aku akan membawa Dia ke luar kepada kalian sekarang, tetapi ketahuilah bahwa aku tidak mendapat bukti bahwa Ia bersalah.” Maka Yesus keluar dengan mengenakan mahkota duri dan jubah ungu. Lalu Pilatus berkata, “Lihatlah Orang ini!” Ketika mereka melihat Dia, imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin orang Yahudi mulai berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” “Salibkan sendiri!” kata Pilatus. “Aku tidak mendapat bukti bahwa Ia bersalah.” Mereka menjawab, “Menurut hukum kami Ia harus mati, karena Ia menyebut diri-Nya Anak Allah.” Ketika Pilatus mendengar itu, ia sangat ketakutan. Ia membawa Yesus kembali ke dalam istana dan bertanya kepada-Nya, “Dari mana asal-Mu?” Tetapi Yesus tidak menjawab. “Engkau tidak mau berbicara kepadaku?” tanya Pilatus. “Tidak tahukah Engkau, bahwa aku berkuasa melepaskan atau menyalibkan Engkau?” Kemudian Yesus berkata, “Tuan sama sekali tidak berkuasa atas diri-Ku, kecuali kalau diberi kuasa dari atas. Karena itu, mereka yang membawa Aku kepada Tuan lebih besar dosanya.” Kemudian Pilatus berusaha membebaskan Dia, tetapi pemimpin-pemimpin orang Yahudi berkata kepadanya, “Jikalau Tuan melepaskan Orang itu, Tuan bukan sahabat Kaisar. Siapa pun yang mengaku dirinya raja, memberontak terhadap Kaisar.” Ketika mendengar perkataan itu, sekali lagi Pilatus membawa Yesus ke luar kepada mereka, dan ia duduk di kursi pengadilan di atas panggung berlantai batu. Waktu itu kira-kira tengah hari sebelum hari Paskah. Pilatus berkata kepada orang-orang Yahudi, “Inilah Raja kalian!” “Bunuh Dia!” teriak mereka. “Bunuh Dia! Salibkan Dia!” “Apa? Salibkan Raja kalian?” tanya Pilatus. “Kami tidak mempunyai raja lain kecuali Kaisar,” sahut imam-imam kepala itu. Kemudian Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Akhirnya jatuh juga Yesus ke tangan mereka, dan sambil memikul salib-Nya, Ia dibawa ke luar kota ke tempat yang disebut “Tempat Tengkorak”, dalam bahasa Aram: Golgota. Di sana mereka menyalibkan Dia bersama dengan dua orang lain di kiri kanan-Nya, Yesus di antara kedua orang itu. Pada kayu salib di atas Yesus, Pilatus menempelkan sebuah papan yang memuat kata-kata, “ Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi ”. Tempat Yesus disalibkan tidak jauh dari kota; dan kata-kata itu ditulis dalam bahasa Aram, Latin, dan Yunani, sehingga banyak orang membacanya. Kemudian imam-imam kepala berkata kepada Pilatus, “Gantilah kata-kata ‘Raja orang Yahudi’ dengan ‘Ia mengatakan, Aku Raja orang Yahudi!’ ” Pilatus menjawab, “Apa yang kutulis, telah tertulis. Aku tidak akan mengubahnya.” Dan itulah yang mereka lakukan. Di dekat salib berdirilah ibu Yesus, bibi Yesus, istri Kleopas, dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya berdiri di samping pengikut-Nya yang karib, Ia kepadanya, “Dialah anakmu!” Lalu kepada pengikut-Nya yang karib Ia berkata, “Dialah ibumu.” Sejak saat itu ibu-Nya tinggal di rumah saya. Yesus mengetahui bahwa segala sesuatu telah selesai dan untuk menggenapkan ayat dalam Kitab Suci, Ia berkata, “Aku haus.” Di situ ada seguci anggur. Mereka mencelupkan bunga karang ke dalamnya dan menaruh bunga karang itu pada batang hisop serta mengenakannya pada bibir Yesus. Ketika Yesus mengecapnya, Ia berkata, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan melepaskan nyawa-Nya. Para pemimpin orang Yahudi tidak menghendaki mayat-mayat tergantung di sana pada keesokan harinya, yaitu hari Sabat—apalagi waktu itu Sabat istimewa, karena bertepatan dengan hari Paskah. Sebab itu, mereka memohon kepada Pilatus agar menyuruh orang mematahkan kaki orang-orang itu, supaya mereka cepat mati dan kemudian mayat mereka dapat diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit mematahkan kaki dua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi, ketika mereka sampai kepada Yesus, mereka melihat bahwa Ia sudah mati, maka mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Sungguhpun demikian, seorang prajurit menusuk lambung-Nya dengan tombak, maka darah dan air pun mengalirlah dari tubuh-Nya. Saya menyaksikan peristiwa ini dengan mata saya sendiri dan saya memberikan laporan yang saksama agar Saudara juga percaya. Sesudah itu, Yusuf dari Arimatea, yang menjadi murid Yesus dengan sembunyi-sembunyi karena takut kepada para pemimpin orang Yahudi, dengan berani meminta izin kepada Pilatus untuk menurunkan mayat Yesus, dan Pilatus mengizinkannya. Lalu pergilah dia mengambil mayat Yesus. Nikodemus, orang yang menghadap Yesus pada malam hari, juga pergi dan membawa kira-kira lima puluh kilogram campuran mur dan gaharu. Bersama-sama mereka membalut mayat Yesus dengan kain linen panjang yang sudah dibubuhi rempah-rempah sebagaimana adat orang Yahudi dalam hal menguburkan mayat. Tempat penyaliban terletak di dekat suatu taman dan dalam taman itu terdapat sebuah kubur yang belum pernah dipakai. Demikianlah, karena terburu-buru menghadapi hari Sabat dan lagi kubur itu dekat, mereka pun meletakkan Yesus di sana. Pada hari Minggu subuh, ketika hari masih gelap, Maria Magdalena pergi ke kubur. Dilihatnya batu penutup sudah terguling dari pintu kubur. Ia lari mendapatkan pengikut-Nya yang karib dan Simon Petrus serta berkata, “Mereka telah mengambil mayat Tuhan dari kubur dan saya tidak tahu di mana mereka telah meletakkan Dia.” Saya membungkuk dan menengok ke dalam dan melihat kain linen terletak di situ, tetapi saya tidak masuk. Lalu Simon Petrus datang dan terus masuk ke dalam. Ia juga melihat kain linen terletak di situ, sedangkan kain pembalut yang tadinya menutupi kepala Yesus tergulung dan tertumpuk di pinggir. Kemudian saya juga masuk serta melihat dan percaya (bahwa Ia telah bangkit)— karena sampai saat itu kami tidak sadar bahwa Alkitab mengatakan Ia akan hidup kembali. Kami pun pulanglah. Pada waktu itu Maria telah kembali ke kubur serta berdiri di luar sambil menangis. Sementara menangis, ia membungkuk dan menengok ke dalam. Ia melihat dua malaikat berjubah putih sedang duduk pada bagian kepala dan kaki tempat mayat Yesus pernah terbaring. Malaikat itu bertanya kepadanya, “Apa sebabnya engkau menangis?” “Karena mereka telah mengambil Tuhan saya,” jawabnya, “dan saya tidak tahu di mana mereka telah meletakkan Dia.” Ia menoleh ke belakang dan melihat seseorang berdiri di belakangnya. Orang itu Yesus, tetapi Maria tidak mengenali-Nya. “Apa sebabnya engkau menangis?” tanya Yesus kepadanya. “Siapakah yang kaucari?” Maria menyangka bahwa Dia tukang kebun. “Pak,” katanya, “jikalau Bapak mengambil Dia, katakanlah kepada saya di mana Bapak telah meletakkan Dia, dan saya akan pergi mengambil-Nya.” “Maria!” kata Yesus. Maria memandang kepada-Nya. “Guru!” seru Maria. “Jangan menyentuh Aku,” kata-Nya, “sebab Aku belum naik kepada Bapa. Tetapi carilah saudara-saudara-Ku dan katakan kepada mereka bahwa Aku akan naik kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena menemui murid-murid dan berkata kepada mereka, “Saya telah melihat Tuhan!” Lalu ia menyampaikan pesan Yesus kepada murid-murid-Nya. Malam itu murid-murid berkumpul di sebuah ruangan terkunci, sebab takut kepada pemimpin-pemimpin orang Yahudi. Tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka. Sesudah memberi salam, Ia memperlihatkan kepada mereka tangan dan lambung-Nya. Betapa girang hati mereka, ketika mereka melihat Tuhan mereka. Ia berkata kepada mereka, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian pula Aku mengutus kalian.” Kemudian Ia mengembuskan mereka serta berkata, “Terimalah Roh Kudus! Jika kalian mengampunkan dosa orang, mereka akan diampuni. Jika kalian tidak mau mengampuni mereka, mereka tidak diampuni.” Salah seorang murid bernama Tomas, “Si Kembar”, tidak hadir pada waktu itu. Ketika mereka berulang-ulang berkata kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan,” ia menjawab, “Aku tidak akan percaya, kecuali kalau aku melihat luka-luka bekas paku pada tangan-Nya serta menusukkan jari-jariku ke dalamnya dan memasukkan tanganku ke dalam lubang pada lambung-Nya.” Delapan hari kemudian murid-murid berkumpul lagi dan kali ini Tomas ada bersama dengan mereka. Pintu-pintu terkunci, tetapi tiba-tiba, seperti sebelumnya, Yesus berdiri di antara mereka dan memberi salam. Kemudian Ia berkata kepada Tomas, “Tusukkan jarimu ke dalam tangan-Ku! Masukkan tanganmu ke dalam lubang, pada lambung-Ku! Janganlah engkau tidak percaya lagi. Percayalah!” “Tuhanku dan Allahku!” kata Tomas. Kemudian Yesus berkata kepadanya, “Engkau percaya, sebab engkau telah melihat Aku. Tetapi berbahagialah mereka yang belum melihat Aku, namun percaya.” Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di tepi Danau Galilea. Peristiwanya begini: Beberapa orang di antara kami ada di sana—Simon Petrus, Tomas, “Si Kembar”, Natanael dari Kana di Galilea, Yakobus, dan saya, serta dua murid yang lain. Simon Petrus berkata, “Saya mau menangkap ikan.” “Kami ikut,” kami semua berkata. Maka kami pun pergi, tetapi sepanjang malam kami tidak menangkap apa-apa. Ketika fajar menyingsing, kami melihat seorang laki-laki berdiri di tepi pantai, tetapi kami tidak dapat mengenali siapakah dia. Orang itu berseru, “Hai Anak-Anak, apakah kalian sudah mendapat ikan?” “Belum,” jawab kami. Kemudian Ia berkata, “Tebarkan jala kalian di sebelah kanan perahu, maka kalian akan mendapat banyak ikan!” Kami melakukan apa yang dikatakan-Nya, dan ikan yang kami tangkap demikian banyaknya, sehingga kami tidak dapat menarik jala karena beratnya. Kemudian saya berkata kepada Petrus, “Itu Tuhan!” Mendengar itu, Simon Petrus mengenakan bajunya, sebab ia tidak berbaju, kemudian melompat ke dalam air dan berenang ke tepi. Kami tinggal di dalam perahu dan menarik jala yang penuh ikan itu ke pantai, kira-kira seratus meter jauhnya. Ketika tiba di tepi, kami melihat api dan ikan sedang dipanggang di atasnya, dan juga ada roti. “Bawalah beberapa ikan yang baru saja kalian tangkap,” kata Yesus. Simon Petrus pergi dan menarik jala ke pantai. Menurut hitungannya ada seratus lima puluh tiga ikan besar-besar. Namun demikian, jala itu tidak koyak. “Sekarang silakan sarapan!” kata Yesus; dan tidak seorang pun dari kami berani menanyakan kepada-Nya apakah Ia benar-benar Tuhan, sebab kami yakin akan hal itu. Kemudian Yesus berkeliling memberikan roti dan ikan kepada kami. Ini adalah untuk ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada kami sejak Ia hidup kembali. Setelah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” “Ya,” jawab Petrus. “Tuhan tahu, saya mengasihi Tuhan.” “Kalau begitu, berilah makan domba-domba-Ku,” kata Yesus kepadanya. Yesus mengulangi pertanyaan itu, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” “Ya, Tuhan,” kata Petrus, “Tuhan tahu, saya mengasihi Tuhan.” “Kalau begitu, peliharakanlah domba-domba-Ku,” kata Yesus. Sekali lagi Yesus bertanya, “Simon, anak Yohanes, betulkah engkau mengasihi-Ku?” Petrus merasa sedih, karena Yesus mengajukan pertanyaan untuk ketiga kalinya. “Tuhan mengetahui segala sesuatu. Tuhan tahu, saya mengasihi Tuhan.” Kata Yesus, “Kalau begitu, berilah makan domba-domba-Ku. Waktu engkau masih muda, engkau dapat berbuat sesukamu dan pergi ke mana engkau suka; tetapi sesudah tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan menuntun dan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki.” Yesus mengatakan hal ini hendak memberitahukan bagaimana Petrus akan mati untuk memuliakan Allah. Kemudian Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” Petrus menoleh ke belakang dan melihat pengikut Yesus yang karib—murid yang pada waktu makan malam bertanya kepada Yesus, “Guru, siapa dari antara kami yang akan mengkhianati Guru?” Lalu Petrus bertanya kepada Yesus, “Tuhan, apa yang akan terjadi kepadanya?” Yesus menjawab, “Kalau Aku kehendaki agar dia hidup sampai Aku kembali, apa kena-mengena hal itu dengan engkau? Engkau ikutlah Aku.” Sebab itu, tersiarlah desas-desus di antara persekutuan orang-orang beriman bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi bukan itu yang dikatakan oleh Yesus. Ia hanya mengatakan, “Kalau Aku menghendaki agar dia hidup sampai Aku kembali, apa kena-mengena hal itu dengan engkau?” Sayalah murid itu! Saya menyaksikan peristiwa-peristiwa ini dan telah mencatatnya dalam buku ini. Dan kita semua tahu bahwa penuturan saya mengenai semua ini benar. Dan saya kira, jika peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus semuanya dibukukan, seluruh dunia ini agaknya tidak akan dapat memuat buku-buku itu. Teofilus yang terhormat, Dalam surat saya yang pertama, saya ceritakan kepadamu mengenai kehidupan dan pengajaran Yesus sampai saat Ia kembali ke surga, setelah Ia dengan perantaraan Roh Kudus memberikan petunjuk-petunjuk kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Selama empat puluh hari setelah Ia disalibkan, berkali-kali Ia menampakkan diri kepada para rasul. Dengan berbagai cara Ia membuktikan kepada mereka bahwa Ia benar-benar hidup. Pada kesempatan-kesempatan itu Ia berbicara kepada mereka mengenai Kerajaan Allah. Dalam salah satu pertemuan itu Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem sebelum Roh Kudus turun ke atas mereka menggenapi janji Bapa, sebagaimana pernah dibicarakan-Nya dengan mereka. “Yohanes membaptiskan kalian dengan air,” kata-Nya, “tetapi dalam beberapa hari lagi kalian akan dibaptiskan dengan Roh Kudus.” Pada kesempatan lain, ketika Ia menampakkan diri kepada mereka, mereka bertanya kepada-Nya, “Tuhan, apakah Tuhan akan membebaskan Israel (dari penjajahan Romawi) sekarang dan memulihkan kami sebagai bangsa yang merdeka?” “Bapalah yang menetapkan waktunya,” jawab Yesus. “Kalian tidak perlu mengetahuinya. Tetapi, apabila Roh Kudus sudah turun ke atas kalian, maka kalian akan menerima kuasa untuk menjadi saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” Tidak lama sesudah itu Ia naik ke langit dan menghilang ke dalam awan diikuti oleh pandangan mereka. Sedang mereka menengadah ke langit berusaha melihat Yesus, tiba-tiba dua orang berjubah putih berdiri di tengah-tengah mereka, dan berkata, “Orang-orang Galilea, mengapa kalian berdiri di sini memandang langit? Yesus telah pergi ke surga dan pada suatu hari kelak Ia akan kembali dengan cara yang sama seperti kepergian-Nya.” Pada waktu itu mereka berada di Bukit Zaitun, maka berjalanlah mereka pulang ke Yerusalem, yang kira-kira satu kilometer jauhnya. Persekutuan doa itu berlangsung beberapa hari. Pada suatu hari, ketika yang hadir ada kira-kira 120 orang, Petrus berdiri dan berbicara kepada mereka sebagai berikut: “Saudara-saudara, haruslah digenapi ayat Kitab Suci tentang Yudas, yang mengkhianati Yesus dengan menunjukkan tempat Ia berada kepada rombongan orang yang hendak menangkap-Nya. Sebab apa yang dilakukan oleh Yudas sudah dinubuatkan dahulu kala oleh Roh Kudus yang berbicara dengan perantaraan Raja Daud. Yudas adalah salah seorang dari antara kami dan ia dipilih menjadi rasul seperti kami. Ia membeli sebidang tanah dengan uang upah pengkhianatannya. Di situ ia jatuh tertelungkup dan perutnya pecah, sehingga terburai isinya. Berita kematiannya segera tersiar di antara penduduk Yerusalem dan mereka menamai tempat itu ‘Tanah Darah’. Nubuat Raja Daud tentang hal ini tertulis dalam Kitab Mazmur: ‘Biarlah rumahnya menjadi sunyi tanpa penghuni.’ Dan ‘Biarlah jabatannya diserahkan kepada orang lain.’ Mereka mencalonkan dua orang: Yusuf Yustus (juga disebut Barsabas) dan Matias. Mereka membuang undi dan Matiaslah yang terpilih menjadi rasul bersama-sama dengan kesebelas rasul itu. Tujuh minggu lewatlah sudah sejak kematian dan kebangkitan Yesus, dan tibalah hari Pentakosta. Pada waktu orang-orang yang percaya berkumpul pada hari itu, tiba-tiba terdengarlah bunyi seperti deru angin topan di langit di atas mereka, memenuhi rumah tempat mereka berkumpul. Kemudian tampaklah sesuatu seperti lidah api hinggap ke atas kepala mereka. Setiap orang yang hadir dipenuhi Roh Kudus dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa yang tidak mereka kenal, sebab Roh Kudus telah mengaruniakan kecakapan itu kepada mereka. Pada hari itu banyak orang Yahudi yang saleh berada di Yerusalem. Mereka berasal dari berbagai negeri untuk mengikuti upacara-upacara keagamaan. Dan ketika orang banyak mendengar bunyi yang menderu di langit di atas rumah itu, berlarian mereka datang untuk melihat apa yang terjadi dan mereka pun tercengang-cengang mendengar bahasa mereka sendiri dipakai oleh para rasul. “Bagaimana hal ini dapat terjadi?” kata mereka. “Orang-orang ini berasal dari Galilea. Tetapi kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa yang dipakai di berbagai negeri tempat kita dilahirkan! Kita ini orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, daerah-daerah Libia yang berbahasa Kireni, pengunjung-pengunjung dari Roma, baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang lain yang masuk agama Yahudi, orang-orang Kreta, dan orang-orang Arab. Dan kita sekalian mendengar orang-orang ini berbicara dalam bahasa kita tentang mukjizat-mukjizat besar yang dilakukan oleh Allah!” Mereka semua termangu-mangu keheranan serta saling bertanya, “Apakah artinya ini?” Tetapi orang lain menyindir, “Pasti mereka itu sedang mabuk.” Kemudian, bersama-sama dengan kesebelas rasul yang lain, Petrus tampil ke depan. Dengan suara nyaring ia berkata kepada orang banyak itu, “Dengarkanlah, hai Saudara sekalian, baik para pengunjung maupun penduduk Yerusalem! Beberapa orang di antara Saudara berkata bahwa orang-orang ini mabuk. Hal itu tidak benar! Hari masih terlalu pagi. Masa orang mabuk pada jam 9 pagi! Apa yang Saudara lihat pagi ini sudah dinubuatkan oleh Nabi Yoel ratusan tahun yang lalu: “ ‘Pada hari-hari akhir,’ demikianlah firman Allah, ‘Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas segenap umat manusia. Anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, pemuda-pemudi akan mendapat penglihatan, dan orang-orang tua akan mendapat mimpi. Ya, Roh Kudus akan datang kepada semua hamba-Ku laki-laki dan perempuan, dan mereka akan bernubuat. Dan Aku akan mengadakan tanda-tanda ajaib di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi hitam dan bulan akan menjadi merah darah sebelum datangnya Hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu. Tetapi siapa pun yang berseru kepada Tuhan akan diselamatkan.’ “Hai orang-orang Israel, dengarkanlah! Seperti Saudara maklum, di hadapan umum Allah memberikan kuasa-Nya kepada Yesus dari Nazaret dengan melakukan mukjizat-mukjizat besar melalui Dia. Tetapi, karena Allah mengikuti rencana yang sudah ditetapkan-Nya, maka Ia membiarkan Saudara memakukan Yesus pada kayu salib dan membunuh-Nya dengan perantaraan pemerintah Romawi. Kemudian Allah melepaskan Dia dari sengsara maut dan membangkitkan-Nya, sebab maut tidak dapat menguasai-Nya. “Raja Daud berkata tentang Yesus: “ ‘Aku tahu Tuhan senantiasa menyertai Aku. Kuasa Allah yang besar menopang Aku, sehingga Aku tidak goyah. Itu sebabnya, hatiku bergembira, dan mulutku bersorak memuji-Nya; bahkan tubuhku diam dengan tenteram. Engkau tidak akan meninggalkan aku di alam maut. Engkau tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu hancur dan binasa di dalam kubur. Engkau akan mengembalikan nyawa-Ku kepada-Ku dan melimpahi Aku dengan sukacita di hadirat-Mu.’ “Coba pikirkan, Saudara-saudara yang saya kasihi! Daud tidak berbicara mengenai dirinya sendiri, ketika ia mengucapkan kata-kata yang telah saya kutip, sebab ia mati, lalu dikuburkan dan makamnya masih ada di sini pada kita. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu Allah telah berjanji dengan sumpah bahwa salah seorang keturunan Daud sendiri akan menjadi Mesias dan duduk di atas takhtanya. Daud memandang jauh ke depan serta menubuatkan kebangkitan Mesias dan berkata bahwa jiwa Mesias tidak akan ditinggalkan di alam maut dan tubuh-Nya tidak akan hancur dan binasa di dalam kubur. Ia berbicara mengenai Yesus dan kami semua menjadi saksi bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati. “Sekarang Ia duduk di atas takhta kemuliaan tertinggi di sebelah kanan Allah di surga. Seperti yang telah dijanjikan, Allah Bapa telah mengirimkan Roh Kudus, dan hasilnya telah Saudara dengar dan lihat pada hari ini. “Dengan kata-kata yang telah saya kutip, Daud tidak berbicara mengenai dirinya sendiri, sebab ia belum pernah naik ke surga. Lagipula, Daud selanjutnya menyatakan, “ ‘ Tuhan berbicara kepada Tuhanku, Mesias, dan berkata kepada-Nya: Duduklah di tempat kehormatan di sebelah kanan-Ku, sampai Aku akan menaklukkan musuh-musuh-Mu dan membuat mereka bertekuk lutut di bawah kaki-Mu.’ “Oleh karena itu, dengan tegas saya nyatakan kepada setiap orang di Israel bahwa Yesus, yang kalian salibkan, telah ditetapkan oleh Allah sebagai Tuhan dan Mesias!” Kata-kata Petrus itu sangat mengharukan hati mereka, sehingga mereka berkata kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain, “Saudara-saudara, apa yang harus kami lakukan?” Petrus berkata kepada mereka, “Hendaklah Saudara sekalian masing-masing bertobat dan kembali kepada Allah serta dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus untuk mendapat pengampunan dosa. Dengan demikian Saudara juga akan menerima karunia Roh Kudus, karena Kristus telah menjanjikan-Nya kepada Saudara yang sudah dipanggil oleh Allah, Tuhan kita, dan juga kepada anak-anak Saudara, bahkan kepada orang-orang yang tinggal di negeri yang jauh.” Kemudian dengan panjang lebar Petrus menyampaikan khotbah mengenai Yesus dan mendorong semua yang mendengarkannya supaya melepaskan diri dari kejahatan bangsa mereka. Orang-orang yang percaya akan kata-kata Petrus itu, dibaptiskan—kira-kira 3.000 orang banyaknya. Mereka menggabungkan diri dengan saudara-saudara seiman, mengikuti pengajaran rasul-rasul, dan menghadiri persekutuan doa serta mengadakan Perjamuan Tuhan. Rasul-rasul melakukan banyak mukjizat dan semua orang dipenuhi rasa takut. Semua orang yang percaya itu senantiasa bersekutu bersama-sama dan segala yang ada pada mereka dijadikan milik bersama. Mereka menjual harta milik mereka dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang berkekurangan. Setiap hari mereka bersama-sama berbakti di dalam Bait Allah. Mereka bersekutu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah mereka serta mengadakan Perjamuan Tuhan dan makan bersama-sama dengan penuh sukacita serta rasa syukur, sambil memuji Allah. Semua penduduk kota itu menyukai mereka, dan tiap-tiap hari Allah menambah jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan. Pada suatu petang Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah untuk menghadiri persekutuan doa yang setiap hari diadakan pada jam tiga. Ketika mereka hampir tiba di Bait Allah, mereka melihat seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahir. Ia diusung dan diletakkan di sisi pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, sebagaimana biasanya setiap hari. Ketika ia melihat Petrus dan Yohanes lewat, ia meminta sedekah kepada mereka. Mereka menatap orang itu dan Petrus berkata kepadanya, “Lihatlah kemari!” Ia memandang mereka serta mengharapkan suatu pemberian. Tetapi Petrus berkata, “Kami tidak mempunyai uang, tetapi ada sesuatu yang akan saya berikan kepadamu. Dalam nama Yesus Kristus, Orang Nazaret itu, berjalanlah!” Ketika orang-orang di dalam Bait Allah melihat dia berjalan dan mendengar dia memuji-muji Allah, mereka sangat tercengang, karena mereka mengenali dia sebagai pengemis lumpuh, yang sering mereka lihat di Gerbang Indah. Mereka semuanya berlari ke Serambi Salomo, di mana orang itu masih mengikuti Petrus dan Yohanes. Semua orang berdiri di sana, heran dan kagum akan mukjizat yang telah terjadi. Petrus mempergunakan kesempatan itu untuk berbicara kepada orang banyak, katanya, “Hai orang-orang Israel, apakah yang mengherankan mengenai hal ini? Dan mengapa Saudara menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan dengan kuasa dan kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak, dan Yakub serta semua nenek moyang kita, telah mendatangkan kemuliaan kepada hamba-Nya, yaitu Yesus, dengan kejadian ini. Yang saya maksudkan ialah Yesus, yang telah Saudara tolak di hadapan Pilatus, walaupun Pilatus bertekad melepaskan Dia. Saudara tidak mau Dia dibebaskan, Dia Yang Kudus dan Benar. Sebaliknya, Saudara menuntut supaya seorang pembunuhlah yang dibebaskan. Saudara membunuh Pemberi Hidup itu, tetapi Allah telah menghidupkan Dia kembali. Yohanes dan saya adalah saksi-saksi dalam hal ini, sebab setelah Saudara membunuh-Nya, kami melihat Dia hidup! “Nama Yesus telah menyembuhkan orang ini dan Saudara tahu bahwa sebelumnya ia benar-benar lumpuh. Iman kepada nama Yesus, iman yang dikaruniakan Allah kepada kami, telah menyebabkan kesembuhan yang sempurna ini. “Saudara-Saudara, saya tahu bahwa apa yang Saudara lakukan terhadap Yesus, dilakukan karena ketidaktahuan, seperti halnya para pemimpin Saudara. Tetapi demikianlah Allah menggenapi nubuat-nubuat yang menyatakan bahwa Mesias harus mengalami segala penderitaan ini. Sekarang ubahlah pikiran serta sikap Saudara terhadap Allah. Berpalinglah kepada-Nya, supaya Ia menghapuskan dosa Saudara serta memberikan kepada Saudara saat-saat penyegaran yang indah dari hadirat-Nya, dan sekali lagi mengutus Yesus, Mesias Saudara, kepada Saudara. Siapa pun yang tidak mau mendengarkan Dia, akan dibinasakan.’ “Samuel dan semua nabi setelah dia telah bernubuat tentang apa yang terjadi sekarang ini. Saudara adalah keturunan nabi-nabi itu dan janji Allah kepada nenek moyang Saudara berlaku juga bagi Saudara, yaitu bahwa Allah akan memberkati segenap umat manusia dengan perantaraan bangsa Yahudi. Janji itu diberikan Allah kepada Abraham. Dan segera setelah Allah membangkitkan Hamba-Nya, mula-mula Ia mengutus-Nya kepada Saudara-Saudara, umat Israel, untuk memberkati Saudara dengan memalingkan Saudara dari dosa.” Sementara mereka berbicara kepada orang banyak, datanglah para imam, kepala pengawal Bait Allah, dan beberapa orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah, karena Petrus dan Yohanes mengajarkan bahwa Yesus telah bangkit dan ini membuktikan bahwa orang mati akan dibangkitkan. Kedua rasul itu ditangkap dan karena hari telah malam, mereka ditahan sampai keesokan harinya. Tetapi banyak orang yang mendengar mereka, memercayai berita yang telah mereka sampaikan, sehingga jumlah orang yang percaya mencapai kira-kira 5.000 orang! Keesokan harinya, kebetulan Mahkamah Agama yang terdiri atas pemimpin-pemimpin Yahudi sedang mengadakan sidang di Yerusalem. Sidang itu dihadiri oleh imam besar Hanas, Kayafas, Yohanes, Aleksander, dan semua orang yang termasuk keturunan imam besar. Maka kedua rasul itu dihadapkan kepada mereka. Mereka bertanya, “Dengan kuasa apa atau dalam nama siapa Saudara-saudara melakukannya?” Kemudian Petrus, yang dipenuhi oleh Roh Kudus, berkata kepada mereka, “Para pemimpin dan tua-tua umat Israel, apabila yang Saudara maksudkan ialah perbuatan baik yang dilakukan terhadap orang lumpuh ini dan cara bagaimana ia disembuhkan, maka izinkanlah saya menyatakan, kepada Saudara dan kepada segenap umat Israel, bahwa hal itu dilakukan atas nama dan dengan kuasa Yesus dari Nazaret, Mesias itu, yang telah Saudara salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan oleh Allah. Atas nama-Nyalah orang yang berdiri di sini ini disembuhkan, sebab Yesus, Mesias itu, adalah orang yang dimaksudkan dalam Kitab Suci ketika dikatakan, “ ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru’. Keselamatan tidak terdapat di dalam seorang pun, kecuali di dalam Dia! Di kolong langit ini tidak ada nama lain yang dapat disebut oleh manusia untuk memperoleh keselamatan.” Mahkamah Agama terkejut melihat keberanian Petrus dan Yohanes membela diri, apalagi karena keduanya jelas orang-orang sederhana tanpa pendidikan khusus dalam Kitab Suci. Dengan cepat menyadari bahwa keduanya adalah pengikut Yesus. Mahkamah Agama tidak dapat membantah penyembuhan yang telah terjadi, karena orang yang telah disembuhkan berdiri di samping kedua rasul itu. Karena itu, mereka menyuruh rasul-rasul itu meninggalkan ruang sidang, lalu mereka pun berundinglah. “Apa yang harus kita lakukan terhadap orang-orang ini?” mereka saling bertanya. “Kita tidak dapat menyangkal bahwa mereka telah melakukan suatu mukjizat yang besar dan semua orang di Yerusalem mengetahuinya. Tetapi barangkali kita dapat melarang mereka menyiarkan propaganda mereka. Kita ancam mereka supaya jangan menyebut lagi nama Yesus di hadapan umum.” Lalu kedua rasul itu disuruh masuk kembali dan diancam supaya mereka jangan berbicara lagi tentang Yesus. Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab, “Silakan Saudara pertimbangkan, apakah kami harus menaati Allah atau menaati Saudara. Kami tidak mungkin berhenti menceritakan apa yang telah kami lihat dan dengar, yaitu apa yang telah dilakukan dan diucapkan oleh Yesus.” Mahkamah Agama mengancam mereka lebih keras lagi, tetapi akhirnya melepaskan mereka, karena tidak tahu hukuman apa yang dapat dijatuhkan tanpa menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat; sebab orang memuji dan memuliakan Allah karena mukjizat yang telah terjadi, yaitu penyembuhan orang yang lumpuh selama empat puluh tahun. Segera setelah dibebaskan, Petrus dan Yohanes menemui rasul-rasul yang lain dan menceritakan apa yang telah dikatakan oleh Mahkamah Agama. Kemudian semua pengikut Yesus itu bersehati memanjatkan doa, katanya, “Ya Tuhan, Pencipta langit, bumi, laut, dan segala isinya. “Itulah yang sekarang sedang terjadi di kota ini. Sebab Raja Herodes, Gubernur Pontius Pilatus serta semua orang Romawi, dan juga umat Israel, bersatu melawan Yesus yang Engkau angkat, Pelayan-Mu yang kudus. Namun mereka hanya memenuhi apa yang Engkau rencanakan dan putuskan dalam kekuasaan-Mu sejak waktu yang lama. Dan sekarang, ya Tuhan, dengarlah bagaimana mereka mengancam kami! Karuniakanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian dalam memberitakan firman-Mu, dan kirimkanlah kuasa penyembuhan-Mu. Kiranya banyak mukjizat dilakukan atas nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus.” Setelah mereka selesai berdoa, bergoncanglah bangunan tempat mereka bersekutu dan mereka semua dipenuhi Roh Kudus, lalu dengan berani mereka memberitakan firman Allah. Semua orang yang beriman itu sehati dan sepikiran dan tidak seorang pun menganggap apa yang dimilikinya sebagai kepunyaannya sendiri. Segala sesuatu menjadi milik bersama. Para rasul menyampaikan khotbah yang penuh dengan kuasa mengenai kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, dan berkat Allah ada pada mereka semua. Seorang di antaranya ialah Yusuf, yang oleh para rasul digelari Barnabas. Ia seorang Lewi dari Pulau Siprus. Ia salah seorang yang menjual ladangnya dan uang hasil penjualan ladang itu dibawanya kepada para rasul untuk dibagikan kepada yang berkekurangan. Seseorang bernama Ananias (dengan istrinya, Safira) juga menjual sebidang tanah. Dengan persetujuan istrinya ia hanya menyerahkan sebagian dari hasil penjualan tanah itu dan mengatakan bahwa itulah harga tanah yang dijualnya. Tetapi Petrus berkata, “Ananias, Iblis telah menempati hatimu! Pada waktu engkau mengatakan bahwa ini adalah harga tanahmu, engkau membohongi Roh Kudus. Tanah itu adalah tanahmu dan engkau berhak memiliki atau menjualnya. Setelah tanah itu dijual, engkau berhak menentukan berapa banyak yang ingin kaupersembahkan. Mengapa engkau berdusta? Engkau bukan membohongi kami, melainkan Allah.” Segera setelah Ananias mendengar kata-kata itu, ia jatuh ke lantai dan mati. Semua orang sangat ketakutan. Beberapa orang muda menutupi mayat Ananias dengan kain, lalu mengusungnya ke luar dan menguburkannya. Kira-kira tiga jam kemudian masuklah istrinya. Ia tidak mengetahui apa yang telah terjadi. Petrus bertanya kepadanya, “Apakah kalian menjual tanah itu dengan harga sekian?” “Ya,” jawabnya, “betul sekian.” Lalu Petrus berkata, “Mengapa kalian berdua berani mencobai Roh Allah? Apakah kalian mengira bahwa Roh Allah tidak akan mengetahui kecurangan kalian? Di luar pintu itu berdiri orang-orang muda yang baru saja menguburkan suamimu dan mereka juga akan mengusung engkau ke luar.” Seketika itu juga rebahlah perempuan itu dan mati. Orang-orang muda itu masuk dan setelah nyata bahwa ia sudah mati, mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. Segenap sidang dan semua orang yang mendengar apa yang telah terjadi itu menjadi sangat ketakutan. Sementara itu, para rasul biasa berkumpul di dalam Bait Allah di Serambi Salomo dan mereka mengadakan banyak mukjizat di antara orang banyak. Orang-orang percaya lainnya tidak berani menggabungkan diri dengan mereka, tetapi semua orang sangat menghormati rasul-rasul itu. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan makin bertambah banyaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Orang-orang sakit dibawa ke jalan dan dibaringkan di atas tempat tidur, supaya apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya akan mengenai beberapa di antara mereka. Banyak orang datang dari berbagai tempat di luar Kota Yerusalem membawa orang-orang yang sakit serta yang dirasuk setan dan setiap orang disembuhkan. Imam besar dan para pengikutnya dari mazhab Saduki memberikan reaksi yang menyatakan iri hati mereka. Mereka menangkap dan menjebloskan para rasul ke dalam penjara. Tetapi pada malam hari datanglah seorang malaikat Tuhan membukakan pintu-pintu penjara dan membawa mereka ke luar. Kemudian ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke Bait Allah dan beritakanlah firman tentang hidup ini!” Mereka tiba di Bait Allah pada pagi hari dan dengan segera mereka mulai berkhotbah. Kemudian, pada pagi itu juga, imam besar serta para pengikutnya datang ke Bait Allah dan mengundang anggota-anggota Mahkamah Agama serta tua-tua bangsa Israel untuk bersidang. Mereka memerintah supaya para rasul diambil dari penjara untuk diadili. Tetapi, ketika petugas-petugas tiba di penjara, para rasul tidak ada di sana. Mereka pun kembali kepada Mahkamah Agama dan melaporkan, “Pintu-pintu penjara terkunci dan para penjaga berdiri di luarnya, tetapi ketika kami membukanya, tidak ada seorang pun di dalam.” Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam kepala mendengar laporan itu, mereka merasa cemas dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana kesudahannya. Kemudian datanglah seseorang memberitahukan bahwa orang-orang yang telah dipenjarakan itu sedang berada di Bait Allah mengajar orang banyak. “Bukankah kami sudah melarang kalian mengajar tentang Yesus?” tanya imam besar. “Tetapi nyatanya kalian telah menyebarkan ajaran kalian di seluruh Yerusalem dan kalian hendak menanggungkan kematian Orang itu ke atas kami!” Tetapi Petrus dan para rasul yang lain menjawab, “Kita harus taat kepada Allah dan bukan kepada manusia. Allah nenek moyang kita membangkitkan Yesus, yang telah Saudara bunuh dengan menyalibkan-Nya. Kemudian, dengan kuasa-Nya yang besar Allah meninggikan Dia menjadi Raja dan Juru Selamat, supaya bangsa Israel mendapat kesempatan untuk bertobat dan dosa mereka diampunkan. Kami adalah saksi dari semua ini, demikian juga Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati-Nya.” Mendengar kata-kata ini, para anggota Mahkamah Agama naik darah dan memutuskan untuk membunuh para rasul. Tetapi salah seorang dari antara mereka, seorang Farisi bernama Gamaliel (seorang guru agama yang sangat dihormati), berdiri dan meminta supaya para rasul dibawa keluar dari ruang sidang selama ia berbicara. Kemudian ia berbicara kepada rekan-rekannya sebagai berikut: “Hai orang-orang Israel, berhati-hatilah dengan apa yang akan Saudara lakukan terhadap orang-orang ini. Beberapa waktu yang lalu muncul si Teudas, yang merasa dirinya besar. Kira-kira empat ratus orang menjadi pengikutnya, tetapi ia terbunuh dan para pengikutnya pun cerai-berailah. “Sesudah dia, pada waktu diadakan sensus, Yudas dari Galilea berhasil menarik beberapa orang menjadi pengikutnya, tetapi ia juga mati, dan para pengikutnya juga cerai-berai. “Jadi, nasihat saya ialah biarkan saja orang-orang ini. Kalau apa yang mereka lakukan dan ajarkan berasal dari manusia, tentu akan segera lenyap. Tetapi, kalau berasal dari Allah, Saudara tidak akan dapat menghalangi mereka, jangan-jangan kelak ternyata bahwa Saudara melawan Allah.” Mahkamah Agama menerima nasihatnya. Mereka memanggil para rasul, dan memerintahkan supaya mereka dipukuli, kemudian melarang mereka mengajar atas nama Yesus, dan akhirnya mereka dilepaskan. Mereka meninggalkan ruangan sidang dengan sukacita, karena Allah telah menganggap mereka layak untuk menderita penghinaan demi nama-Nya. Dan setiap hari, di Bait Allah dan di rumah-rumah, mereka terus mengajar dan memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias. Jumlah murid bertambah dengan cepat sekali. Maka timbullah suara-suara yang menyatakan ketidakpuasan. Orang-orang yang berbahasa Yunani mengeluh bahwa janda-janda mereka dibedakan; dalam pembagian sehari-hari mereka tidak mendapat makanan sebanyak yang diterima oleh janda-janda yang berbahasa Ibrani. Oleh karena itu, kedua belas murid mengumpulkan semua orang Kristen untuk mengadakan rapat. “Kami harus menggunakan waktu kami untuk mengajarkan firman Allah, bukan untuk mengurus pembagian makanan,” kata mereka. “Sekarang pilihlah dari antara Saudara tujuh orang yang bijaksana serta penuh dengan Roh Kudus, dan yang mempunyai nama baik. Kami akan mengangkat mereka untuk mengurus soal ini. Dengan demikian kami dapat mencurahkan waktu kami untuk berdoa, berkhotbah, dan mengajar.” Segenap jemaat menyetujui usul itu, maka diangkatlah orang-orang yang berikut: Stefanus (orang yang sangat kuat imannya serta dipenuhi Roh Kudus), Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas, Nikolaus dari Antiokhia (orang bukan Yahudi yang menganut agama Yahudi, dan kemudian menjadi orang Kristen). Ketujuh orang itu dihadapkan kepada para rasul, yang mendoakan mereka serta menumpangkan tangan ke atas mereka. Demikianlah, pemberitaan firman Allah makin meluas, dan murid-murid di Yerusalem makin bertambah jumlahnya. Banyak pula imam Yahudi yang percaya dan menjadi orang Kristen. Stefanus, yang penuh dengan iman dan kuasa Roh Kudus, melakukan mukjizat-mukjizat yang sangat menakjubkan orang banyak. Tetapi pada suatu hari beberapa orang dari sekte Yahudi yang terdiri dari orang-orang bekas budak mulai berbantah-bantah dengan Stefanus, dan segera mereka didukung oleh orang-orang Yahudi dari Kirene, Aleksandria di Mesir, provinsi Kilikia di Turki, dan Asia. Tetapi tidak seorang pun dari antara mereka sanggup menghadapi kearifan Stefanus serta kuasa Roh yang menyertainya. Maka mereka membawa beberapa orang untuk menjadi saksi dusta dengan menyatakan bahwa mereka pernah mendengar Stefanus menyumpahi Musa, bahkan menyumpahi Allah. Tuduhan itu menimbulkan amarah orang banyak terhadap Stefanus, dan para pemimpin Yahudi menangkap Stefanus serta membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. Saksi-saksi dusta itu sekali lagi mengemukakan bahwa Stefanus terus-menerus menentang Bait Allah dan segala hukum Musa. Mereka berkata, “Kami pernah mendengar dia berkata bahwa Yesus, Orang Nazaret itu, akan menghancurkan Bait Allah, serta menghapuskan semua hukum Musa.” Pada saat itu semua orang yang duduk dalam Mahkamah Agama melihat bahwa wajah Stefanus kelihatan seperti wajah seorang malaikat. Kemudian imam besar bertanya kepadanya, “Benarkah tuduhan-tuduhan ini?” Inilah jawaban yang diberikan Stefanus dengan panjang lebar: “Allah Yang Mahamulia menampakkan diri kepada nenek moyang kita, Abraham, di Mesopotamia (Irak), sebelum Abraham pindah ke Haran (Siria), dan menyuruh dia meninggalkan negeri asalnya serta sanak saudaranya untuk memulai perjalanan ke negeri yang akan ditunjukkan-Nya. Maka pergilah ia meninggalkan Negeri Kasdim dan menetap di Haran sampai ayahnya meninggal dunia. Sesudah itu Allah membawanya ke sini, ke Tanah Israel, tetapi tidak memberikan harta milik apa pun kepadanya, sejengkal tanah pun tidak. “Namun demikian, Allah berjanji bahwa pada akhirnya kelak seluruh negeri itu akan menjadi milik Abraham dan keturunannya, walaupun pada saat itu ia belum mempunyai anak! Tetapi Allah juga mengatakan kepadanya, bahwa keturunannya akan meninggalkan negeri itu dan hidup di negeri asing dan menjadi budak di sana selama empat ratus tahun. ‘Tetapi Aku akan menghukum bangsa yang memperhamba mereka,’ firman Allah kepadanya, ‘kemudian umat-Ku akan kembali ke Tanah ini dan berbakti kepada-Ku di sini.’ “Pada waktu itu Allah menetapkan upacara khitan sebagai tanda perjanjian antara Allah dan bangsa Abraham. Demikianlah Ishak, putra Abraham, dikhitan ketika ia berusia delapan hari. Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa leluhur orang Yahudi. Karena iri hati, saudara-saudara Yusuf menjual dia untuk dijadikan budak di Mesir; tetapi Allah menyertainya, dan melepaskannya dari segala kesengsaraan, serta menjadikan dia disukai oleh Firaun, raja Mesir. Allah juga mengaruniakan kebijaksanaan yang luar biasa kepada Yusuf, sehingga Firaun mengangkatnya menjadi penguasa seluruh Mesir, dan juga memberikan kepadanya wewenang untuk menyelesaikan segala urusan istana. “Tetapi kemudian bahaya kelaparan menimpa Tanah Mesir dan Kanaan, sehingga nenek moyang kita mengalami penderitaan yang berat. Ketika persediaan makanan mereka sudah habis, Yakub mendengar, bahwa di Mesir masih ada gandum. Sebab itu, ia menyuruh anak-anaknya pergi membeli gandum ke sana. Ketika mereka pergi untuk kedua kalinya, Yusuf menyatakan diri kepada saudara-saudaranya, dan mereka diperkenalkan kepada Firaun. Kemudian Yusuf mengundang ayahnya, Yakub, serta semua keluarga saudara-saudaranya supaya datang ke Mesir, semuanya tujuh puluh lima orang. Maka pergilah Yakub dan semua anaknya ke Mesir, dan di sanalah mereka menetap sampai meninggal dunia. Mayat mereka dibawa ke Sikhem dan dimakamkan dalam kuburan yang dibeli oleh Abraham dari anak-anak Hemor, ayah Sikhem. Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita, dan memaksa nenek moyang kita membuang bayi mereka ke ladang. “Pada waktu itu lahirlah Musa—seorang anak yang sangat elok parasnya. Selama tiga bulan ia disembunyikan oleh orang tuanya di rumah. Dan akhirnya, ketika ia tidak mungkin disembunyikan lagi dan terpaksa disingkirkan, ia ditemukan oleh putri Firaun dan diangkat menjadi anaknya. Ia diajari segala pengetahuan orang Mesir, dan ia menjadi seorang pangeran yang perkasa serta seorang ahli pidato. “Pada suatu hari, menjelang ulang tahunnya yang keempat puluh, timbullah niat dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, bangsa Israel. Selama kunjungannya itu ia melihat seorang Mesir menganiaya seorang Israel. Ia membunuh orang Mesir itu. Musa mengira saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah telah mengutus dia untuk menolong mereka, tetapi sangkaannya itu meleset. “Keesokan harinya ia mengunjungi mereka lagi dan melihat dua orang Israel sedang berkelahi. Ia berusaha mendamaikan mereka. ‘Kalian ini bersaudara dan tidak baik berkelahi seperti ini!’ “Tetapi orang yang bersalah berkata kepada Musa, ‘Jangan turut campur! Siapa yang mengangkat engkau menjadi penguasa dan hakim kami? Apakah engkau akan membunuh aku seperti orang Mesir yang kaubunuh kemarin?’ “Mendengar itu Musa melarikan diri dari Mesir, lalu menetap di Negeri Midian, dan di sana lahirlah kedua putranya. “Empat puluh tahun kemudian, di padang gurun dekat Gunung Sinai, tampaklah kepadanya seorang Malaikat di tengah-tengah nyala api dalam semak. Musa sangat heran. Ketika ia berlari untuk melihat ada apa dalam semak itu, terdengarlah suara Tuhan, ‘Aku adalah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.’ Musa gemetar ketakutan dan tidak berani melihat. “Lalu Tuhan berkata kepadanya, ‘Lepaskanlah kasutmu, sebab engkau berdiri di tempat yang suci. Aku telah melihat kesengsaraan umat-Ku di Mesir dan telah mendengar jeritan hati mereka. Aku telah turun untuk membebaskan mereka, dan engkau akan Kuutus ke Mesir.’ Dengan demikian Allah mengutus kembali orang yang dahulu ditolak oleh bangsanya dengan kata-kata, ‘Siapakah yang mengangkat engkau menjadi penguasa dan hakim kami?’ Musa diutus menjadi penguasa dan penyelamat. Dan dengan melakukan banyak mukjizat ia membawa mereka keluar dari Mesir, melalui Laut Merah dan padang gurun selama empat puluh tahun. “Musa sendiri berkata kepada bangsa Israel, ‘Dari antara saudara-saudaramu Allah akan membangkitkan seorang Nabi seperti aku.’ Ternyata benar sekali ucapannya itu, sebab di padang gurun Musa menjadi perantara umat Israel dan Malaikat yang memberikan kepada mereka Hukum Allah, yaitu Firman Yang Hidup, di Gunung Sinai. “Tetapi nenek moyang kita menolak Musa dan ingin kembali ke Mesir. Mereka berkata kepada Harun, ‘Buatkanlah kami beberapa allah, untuk memimpin kami kembali ke Mesir, sebab kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan Musa, yang telah membawa kami keluar dari negeri itu.’ Mereka membuat suatu berhala berbentuk anak lembu, dan mempersembahkan kurban kepadanya serta bersukaria atas apa yang telah dibuat oleh mereka. “Lalu Allah meninggalkan mereka serta membiarkan mereka menyembah matahari, bulan, dan bintang-bintang sebagai dewa-dewa mereka. Dalam kitab nubuat Nabi Amos Tuhan Allah bertanya, “ ‘Hai Israel, kepada Akukah kamu mempersembahkan kurban selama empat puluh tahun kamu berada di padang gurun? Bukan, sebab sesungguhnya perhatianmu tertuju kepada dewa-dewamu Molokh dan Refan, dewa bintang, serta segala berhala yang kamu buat. Oleh karena itu, Aku akan mengirim kamu ke dalam pembuangan jauh di sebelah sana Babilonia.’ “Dalam perjalanan mereka melalui padang gurun itu, nenek moyang kita membawa Kemah Kesaksian. (Di dalamnya tersimpan batu tertulis yang berisi Sepuluh Hukum.) Bangunan itu dibuat tepat menurut pola yang telah diperlihatkan Allah kepada Musa. Bertahun-tahun kemudian, ketika Yosua berperang melawan bangsa-bangsa lain, Kemah Kesaksian itu dibawa serta ke daerah mereka yang baru, dan dipergunakan sampai kepada masa Raja Daud. “Daud sangat diberkati oleh Allah, dan ia mohon diberi kehormatan untuk membangun tempat kediaman yang tetap bagi Allah Yakub. Tetapi Salomolah yang akhirnya membangun Bait Allah. Bukankah Aku yang menciptakan langit dan bumi?’ “Hai orang-orang yang keras kepala dan berpandangan kafir! Apakah kalian mau terus-menerus menentang Roh Kudus? Nenek moyang kalian menentang-Nya, dan kalian pun demikian juga! Coba sebutkan seorang nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyang kalian! Bahkan mereka membunuh nabi-nabi yang menubuatkan kedatangan Orang Benar itu: Mesias yang kalian khianati dan bunuh. Ya, dengan sengaja kalian telah merusak hukum Allah, meskipun kalian menerimanya dari tangan para malaikat.” Tuduhan Stefanus itu membangkitkan amarah para pemimpin orang Yahudi, dan mereka mengertakkan gigi dengan geramnya. Tetapi Stefanus yang dipenuhi Roh Kudus itu, memandang ke arah langit serta melihat kemuliaan Allah dan Yesus yang berdiri di sebelah kanan Allah. Dan ia berkata kepada mereka, “Lihatlah, saya melihat langit terbuka dan Yesus, Mesias, berdiri di sebelah kanan Allah.” Kemudian sambil menutup telinga dan berteriak-teriak, mereka menyerbu Stefanus serta menyeretnya ke luar kota untuk merajamnya. Saksi-saksi resmi, yaitu mereka yang melaksanakan penghukuman, membuka jubah mereka dan meletakkannya di depan kaki seorang pemuda bernama Saulus. Sementara batu-batu yang mematikan bertubi-tubi mengenai badannya, Stefanus berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Lalu ia berlutut dan berseru, “Tuhan, janganlah dosa ini ditanggungkan ke atas mereka!” Setelah itu ia pun mengembuskan napasnya yang penghabisan. Saulus sangat menyetujui Stefanus dibunuh. Dan pada hari itu dilancarkanlah penganiayaan besar-besaran terhadap sidang jemaat di Yerusalem. Semua orang beriman, kecuali para rasul, melarikan diri ke Yudea dan Samaria. (Tetapi beberapa orang Yahudi yang saleh datang dan dengan sangat berdukacita mereka menguburkan mayat Stefanus.) Bagaikan orang liar Saulus pergi ke mana-mana untuk menganiaya orang-orang Kristen, bahkan ia memasuki rumah-rumah dan menyeret ke luar pria maupun wanita serta menjebloskan mereka ke dalam penjara. Tetapi orang-orang Kristen yang melarikan diri dari Yerusalem pergi ke mana-mana mengabarkan Berita Kesukaan tentang Yesus! Filipus, misalnya, pergi ke Kota Samaria dan bercerita tentang Kristus kepada orang-orang di sana. Karena mukjizat-mukjizat yang dilakukannya, banyak orang mendengarkan pemberitaannya dengan penuh perhatian. Banyak roh jahat diusir dari orang-orang yang kerasukan dan mereka keluar dari orang-orang itu sambil menjerit-jerit. Banyak orang yang lumpuh dan timpang disembuhkan. Maka besarlah sukacita orang di kota itu! Tetapi sekarang mereka percaya akan pemberitaan Filipus bahwa Yesuslah Mesias, demikian juga mereka percaya akan pengajarannya tentang Kerajaan Allah. Banyak orang dibaptiskan, baik pria maupun wanita. Kemudian, Simon sendiri juga percaya, lalu dibaptiskan, dan sejak itu ia selalu menyertai Filipus. Ia takjub melihat mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Filipus. Ketika para rasul yang tinggal di Yerusalem mendengar bahwa orang-orang Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke sana. Setibanya di sana, mereka berdoa bagi orang-orang Kristen baru itu, memohon supaya Roh Kudus turun ke atas mereka, sebab tidak seorang pun di antara mereka telah menerima-Nya. Mereka baru dibaptiskan dalam nama Tuhan Yesus saja. Kemudian Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan mereka ke atas orang-orang yang percaya itu, dan mereka pun menerima Roh Kudus. Ketika Simon melihat bahwa Roh Kudus dikaruniakan pada waktu kedua rasul itu meletakkan tangan ke atas kepala orang, ia menawarkan uang kepada mereka untuk memperoleh kuasa itu. “Berilah saya kuasa itu,” katanya, “sehingga kalau saya meletakkan tangan di atas orang, mereka menerima Roh Kudus!” Tetapi Petrus menjawab, “Binasalah uangmu bersama-sama dengan engkau, karena engkau mengira karunia Allah dapat dibeli dengan uang! Engkau tidak dapat mengambil bagian dalam hal ini, karena hatimu tidak benar di hadapan Allah. Bertobatlah dari kejahatan ini dan berdoalah! Barangkali Allah masih bersedia mengampunkan pikiranmu yang jahat itu, sebab aku melihat adanya perasaan iri dan dosa di dalam hatimu.” “Doakanlah saya,” kata Simon, “supaya hal-hal yang mengerikan itu jangan sampai menimpa saya.” Setelah bersaksi dan berkhotbah di Samaria, Petrus dan Yohanes kembali ke Yerusalem. Dalam perjalanan pulang mereka singgah di beberapa kampung di Samaria untuk mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang-orang di situ. Tetapi Filipus didatangi seorang malaikat Tuhan yang berkata kepadanya, “Pergilah ke jalan yang membentang dari Yerusalem melalui Gurun Gaza; engkau akan tiba di sana kira-kira tengah hari.” Maka Filipus pun pergilah. Di jalan itu lewat seorang menteri yang besar kekuasaannya, yaitu bendahara Ratu Kandake dari Etiopia. Ia baru saja kembali dari Yerusalem setelah berbakti di Bait Allah. Dan sekarang ia sedang dalam perjalanan pulang, sambil membaca Kitab Nabi Yesaya di dalam keretanya. Roh Kudus berkata kepada Filipus, “Hampiri orang itu dan berjalanlah di samping keretanya.” Filipus berlari mendekati dia dan mendengar apa yang sedang dibacanya. Ia bertanya, “Adakah Tuan mengerti apa yang sedang Tuan baca?” “Tentu saja tidak!” jawab orang itu. “Bagaimana saya bisa mengerti, kalau tidak ada yang menerangkannya?” Lalu dengan sangat dimintanya supaya Filipus naik ke dalam kereta dan duduk bersama dengan dia. Inilah ayat Kitab Suci yang sedang dibacanya: “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian, dan seperti seekor anak domba yang tidak bersuara di hadapan para pencukur bulu, Ia tidak membuka mulut-Nya. Ia dihina dan diperlakukan dengan tidak adil; dan siapa yang bisa menghitung keturunan-Nya? Sebab nyawa-Nya diangkat dari bumi.” Menteri itu bertanya kepada Filipus, “Apakah Yesaya berbicara mengenai dirinya sendiri atau mengenai orang lain?” Maka dengan ayat-ayat itu mulailah Filipus bercerita kepadanya tentang Yesus dengan mengemukakan banyak ayat yang lain. Sementara mereka berjalan, sampailah mereka ke suatu tempat yang ada airnya, dan menteri itu berkata, “Lihatlah ada air di situ! Tidak dapatkah saya dibaptiskan?” “Mengapa tidak,” jawab Filipus, “asal Tuan percaya dengan sepenuh hati.” Menteri itu menjawab, “Saya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” Ia menghentikan keretanya dan mereka turun ke dalam air, lalu Filipus membaptiskan dia. Ketika mereka keluar dari air, Roh Allah membawa Filipus pergi. Menteri itu tidak pernah melihatnya lagi, tetapi ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Sementara itu, Filipus sudah berada di Azotus! Ia mengabarkan Berita Kesukaan di sana dan juga di tiap-tiap kota yang dilalui dalam perjalanannya ke Kaisarea. Sementara itu Saulus mengancam serta bertekad untuk membinasakan setiap orang Kristen. Ia pergi kepada imam besar di Yerusalem dan meminta surat yang dialamatkan kepada para pemimpin rumah ibadat orang Yahudi di Damsyik, agar mereka membantu menangkap orang-orang Kristen yang didapatinya di sana, baik pria maupun wanita, sehingga ia dapat membelenggu dan membawa mereka ke Yerusalem. Ketika ia hampir sampai di Kota Damsyik dalam melaksanakan maksudnya itu, tiba-tiba suatu cahaya yang terang benderang menyorotinya dari langit. Ia tersungkur ke tanah dan mendengar suatu suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus! Apa sebabnya engkau menganiaya Aku?” “Siapa itu yang berbicara?” tanya Saulus. Suara itu menjawab, “Akulah Yesus, yang kauaniaya! Sekarang, bangkit dan pergilah ke dalam kota. Nantikan petunjuk-Ku selanjutnya.” Orang-orang yang menyertai Saulus termangu-mangu keheranan, karena mereka mendengar suara tanpa rupa. Di Damsyik ada seorang Kristen bernama Ananias. Dalam suatu penglihatan Tuhan berkata kepadanya, “Ananias!” “Ya, Tuhan!” jawabnya. Lalu Tuhan berkata, “Pergilah ke Jalan Lurus dan carilah rumah seseorang bernama Yudas. Tanyakan kepadanya tentang Saulus dari Tarsus. Pada saat ini ia sedang berdoa kepada-Ku, sebab dalam suatu penglihatan telah Kutunjukkan kepadanya seseorang bernama Ananias yang masuk dan menumpangkan tangan ke atasnya, sehingga ia dapat melihat lagi!” “Tetapi, Tuhan,” seru Ananias, “saya telah mendengar mengenai kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya terhadap Kristen di Yerusalem! Dan kami dengar bahwa ia membawa surat kuasa dari imam besar untuk menangkap semua orang yang menyembah-Mu di Damsyik!” Tetapi Tuhan berkata, “Pergilah dan lakukan yang Kuperintahkan, sebab Saulus telah Kupilih sebagai alat untuk menyampaikan pesan-Ku bukan saja kepada orang-orang Israel, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja. Akan Kutunjukkan kepadanya betapa ia harus menderita bagi-Ku.” Maka Ananias pun pergilah dan ketika ia bertemu dengan Saulus, ia menumpangkan tangan ke atasnya sambil berkata, “Saudaraku Saulus, Tuhan Yesus Kristus yang menampakkan diri kepada Saudara dalam perjalanan, telah mengutus saya supaya Saudara dipenuhi Roh Kudus dan supaya penglihatan Saudara pulih.” Seketika itu juga seolah-olah ada selaput yang gugur dari matanya. Saulus dapat melihat lagi dan segera ia dibaptiskan. Kemudian ia makan dan pulihlah kekuatannya. Ia tinggal bersama-sama dengan orang-orang Kristen di Damsyik selama beberapa hari. Setelah itu ia segera pergi ke rumah ibadat dan bercerita kepada orang-orang di sana mengenai Berita Kesukaan tentang Yesus Kristus—bahwa Dia sesungguhnya Anak Allah! Semua orang yang mendengar dia merasa heran. “Bukankah orang ini yang dengan kejamnya menganiaya pengikut-pengikut Kristus di Yerusalem?” tanya mereka. “Dan bukankah dia datang ke sini untuk menangkap dan membawa mereka dengan terbelenggu kepada imam-imam kepala?” Saulus makin bersemangat menyampaikan khotbahnya, dan orang-orang Yahudi di Damsyik tidak dapat membantah bukti-bukti yang menyatakan bahwa Yesus sesungguhnya Kristus. Beberapa waktu kemudian para pemimpin orang Yahudi bertekad akan membunuh Saulus. Tetapi Saulus diberi tahu tentang rencana mereka, dan bahwa siang malam mereka mengawasi semua pintu gerbang kota, siap sedia akan membunuhnya. Oleh karena itu, pada malam hari beberapa muridnya menurunkan dia dalam sebuah keranjang dari suatu lubang di tembok kota! Sesampainya di Yerusalem, ia berusaha menemui umat Kristen, tetapi mereka semua takut kepadanya. Mereka mengira bahwa ia hanya berpura-pura saja. Kemudian Barnabas membawanya kepada para rasul dan menceritakan kepada mereka bagaimana Saulus melihat Tuhan ketika ia sedang dalam perjalanan ke Damsyik, apa yang dikatakan Tuhan kepadanya, serta bagaimana ia berkhotbah dengan penuh kuasa dalam nama Tuhan Yesus. Lalu mereka menerima dia, dan setelah itu ia selalu bersama-sama dengan mereka. Dengan berani ia berkhotbah dalam nama Tuhan. Tetapi kemudian beberapa orang Yahudi yang berbahasa Yunani dan yang pernah bersoal jawab dengan dia, mengadakan komplotan untuk membunuhnya. Namun, ketika teman-teman Saulus mengetahui bahaya itu, mereka membawa dia ke Kaisarea, dan kemudian membantu dia pulang ke Tarsus. Sementara itu jemaat di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan aman tenteram, serta bertambah kuat dan anggotanya pun bertambah banyak. Mereka hidup di bawah lindungan Roh Kudus serta takut akan Tuhan. Petrus pergi dari satu tempat ke tempat lain mengunjungi orang-orang percaya, dan dalam kunjungannya itu ia singgah di Kota Lida. Di sana ia berjumpa dengan seseorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun lamanya terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Petrus berkata kepadanya, “Eneas! Yesus Kristus telah menyembuhkan Saudara! Bangunlah dan bereskan tempat tidur Saudara!” Seketika itu juga ia sembuh. Semua penduduk Lida dan Saron yang melihat dia berjalan, bertobat kepada Tuhan. Di Kota Yope adalah seorang wanita bernama Tabitha (yang berarti “Kijang”), seorang Kristen yang suka berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada orang miskin. Pada waktu itu ia jatuh sakit, lalu meninggal. Teman-temannya mengurus mayatnya untuk dikuburkan dan meletakkannya di ruang atas. Tetapi, ketika mereka mendengar, bahwa Petrus berada di Lida, mereka menyuruh dua orang pergi kepadanya meminta supaya ia datang ke Yope. Petrus pun ikutlah dengan kedua orang itu dan sesampainya di sana, ia dibawa ke ruang atas tempat Tabitha terbaring. Ruangan itu penuh dengan janda-janda yang sedang menangis sambil saling memperlihatkan mantel dan pakaian lain yang dibuat Tabitha untuk mereka. Petrus menyuruh mereka keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia melihat ke arah mayat itu dan berkata, “Bangunlah Tabitha,” dan Tabitha pun membuka matanya! Ketika ia melihat Petrus, ia pun duduk! Petrus mengulurkan tangan kepadanya dan menolong dia bangkit. Lalu dipanggilnya orang-orang percaya serta para janda itu untuk menemui Tabitha. Berita tentang peristiwa itu dengan cepat sekali tersiar di seluruh kota, dan banyak orang percaya kepada Tuhan. Beberapa waktu lamanya, Petrus tinggal di Yope, di rumah Simon, seorang penyamak kulit. Di Kaisarea tinggallah seorang perwira Romawi, kapten resimen Italia, bernama Kornelius. Ia saleh serta takut akan Allah, demikian juga seluruh isi rumahnya. Ia seorang dermawan dan sangat tekun berdoa. Pada suatu petang, kira-kira jam tiga, ia dalam keadaan sadar mendapat suatu penglihatan. Dalam penglihatan itu ia melihat seorang malaikat Allah datang kepadanya. “Kornelius!” kata malaikat itu. Kornelius memandang kepadanya dengan ketakutan. “Apakah yang Tuan kehendaki?” katanya kepada malaikat itu. Malaikat itu menjawab, “Allah memperhatikan segala doa serta sedekahmu. Setelah malaikat itu pergi, Kornelius memanggil dua orang hambanya dan salah seorang pengawal pribadinya, seorang prajurit yang saleh. Kepada mereka diceritakannya apa yang telah terjadi, lalu disuruhnya mereka pergi ke Yope. Tampak kepadanya langit terbuka, dan sehelai kain terpal lebar yang tergantung pada keempat sudutnya, turun ke tanah. Di dalam kain itu terdapat bermacam-macam binatang berkaki empat, binatang yang merayap di tanah dan burung. Semua binatang ini haram untuk orang Yahudi. Kemudian suatu suara berkata kepadanya, “Sembelih dan makanlah mana yang engkau sukai.” “Tidak, Tuhan,” sahut Petrus, “sebab saya belum pernah makan sesuatu yang diharamkan oleh hukum Yahudi.” Suara itu berkata lagi, “Apa yang dihalalkan oleh Allah, jangan engkau haramkan!” Penglihatan itu terulang tiga kali berturut-turut. Kemudian kain itu terangkat lagi ke langit. Petrus sangat bingung. Apakah arti penglihatan itu? Apa yang harus dilakukannya? Pada saat itulah orang-orang suruhan Kornelius menemukan alamat yang mereka cari dan sedang berdiri di luar pintu pagar. Mereka bertanya apakah rumah itu tempat tinggal Simon Petrus. Sementara itu, ketika Petrus sedang bingung memikirkan penglihatan itu, Roh Kudus berkata kepadanya, “Ada tiga orang yang ingin menemui engkau. Turun dan jumpai mereka serta pergilah bersama dengan mereka. Jangan khawatir, Akulah yang menyuruh mereka.” Maka Petrus pun turun. “Sayalah orang yang Saudara-Saudara cari,” katanya. “Apakah yang Saudara kehendaki?” Kemudian mereka bercerita kepadanya mengenai Kornelius, perwira Romawi itu. Ia orang yang baik serta saleh dan terpandang di kalangan bangsa Yahudi. Mereka juga bercerita bagaimana seorang malaikat telah menyuruh dia mengundang Petrus datang untuk menyatakan kehendak Allah baginya. Petrus mempersilakan mereka masuk dan bermalam di situ. Pada pagi harinya ia pergi bersama dengan mereka, disertai oleh beberapa saudara seiman dari Yope. Keesokan harinya, ketika mereka tiba di Kaisarea, Kornelius sedang menantikan Petrus. Ia telah mengumpulkan sanak saudara serta handai tolannya untuk menemui Petrus. Pada saat Petrus memasuki rumahnya, Kornelius menjatuhkan diri ke lantai dan sujud di hadapannya. Tetapi Petrus berkata, “Berdirilah! Saya seorang manusia sama seperti kamu!” Maka Kornelius pun berdirilah dan mereka berdua bercakap-cakap sebentar, lalu masuk ke dalam, di mana orang-orang yang lain berkumpul. Petrus berkata kepada mereka, “Saudara-Saudara tahu bahwa hukum Yahudi tidak membenarkan saya memasuki rumah orang bukan Yahudi seperti ini. Tetapi dalam suatu penglihatan, Allah telah menyatakan kepada saya, bahwa saya tidak boleh memandang rendah siapa pun. Oleh karena itu, saya cepat-cepat datang ketika dipanggil. Sekarang katakanlah apa sebabnya Saudara memanggil saya.” Kornelius menjawab, “Empat hari yang lalu pada petang hari seperti sekarang ini, sebagaimana biasa saya sedang berdoa. Tiba-tiba seseorang yang berjubah berkilau-kilauan berdiri di hadapan saya! Ia berkata kepada saya, ‘Kornelius, Allah memperhatikan segala doa serta sedekahmu. Suruhlah beberapa orang pergi ke Yope dan undanglah Simon Petrus. Ia sedang menumpang di rumah seorang penyamak kulit bernama Simon, yang tinggal di dekat pantai.’ Maka dengan segera saya menyuruh orang memanggil Saudara, dan kami senang Saudara datang secepat ini. Sekarang kami sekalian berkumpul di sini siap mendengarkan apa yang telah dipesankan Allah kepada Saudara.” Kemudian Petrus menyahut, “Sekarang saya dapat mengerti, bahwa yang dikasihi Allah bukan hanya bangsa Yahudi saja! Pada setiap bangsa terdapat orang-orang yang menyembah Allah, yang melakukan perbuatan baik, serta yang berkenan kepada-Nya. Tentu Saudara juga maklum, bahwa Yesus dari Nazaret diurapi oleh Allah dengan Roh Kudus dan kuasa. Ia pergi ke mana-mana berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang berada di bawah kekuasaan Iblis, sebab Allah menyertai Dia. “Kami, para rasul, menyaksikan segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus di seluruh Israel dan juga di Yerusalem, tempat Ia dibunuh pada salib. Ia mengutus kami ke mana-mana untuk mengabarkan Berita Kesukaan dan memberi kesaksian bahwa Ia ditetapkan oleh Allah menjadi Hakim semua orang, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Semua nabi telah menulis tentang Dia serta mengatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh pengampunan dosa melalui nama-Nya.” Sementara Petrus mengucapkan semua ini, Roh Kudus turun ke atas semua orang yang sedang mendengarkan. Orang-orang Yahudi yang menyertai Petrus merasa heran bahwa karunia Roh Kudus diberikan juga kepada orang-orang bukan Yahudi! Lalu ia pun membaptiskan mereka dalam nama Yesus, Mesias. Setelah itu Kornelius mohon supaya ia tinggal bersama-sama dengan mereka beberapa hari lagi. Para rasul dan saudara-saudara seiman yang lain di Yudea segera mendengar bahwa orang-orang bukan Yahudi juga menerima Kristus! Pada waktu Petrus tiba kembali di Yerusalem, orang-orang Kristen Yahudi mulai berbantah dengan dia. Mereka menuduh, “Saudara bersekutu dengan orang-orang bukan Yahudi, bahkan Saudara makan bersama dengan mereka.” Kemudian Petrus menceritakan duduk perkaranya. “Pada suatu hari di Yope,” katanya, “sedang saya berdoa, saya mendapat suatu penglihatan: sehelai kain lebar yang tergantung pada keempat sudutnya diturunkan dari langit. Di dalam kain itu terdapat berjenis-jenis binatang berkaki empat, binatang melata, dan burung-burung (yang kita haramkan). Dan saya mendengar suatu suara berkata, ‘Sembelih dan makanlah mana yang engkau sukai.’ “ ‘Tidak, Tuhan,’ sahut saya, ‘sebab saya belum pernah makan sesuatu yang diharamkan oleh hukum Yahudi!’ “Tetapi suara itu berkata lagi, ‘Apa yang dihalalkan oleh Allah, jangan engkau haramkan!’ “Hal ini terjadi tiga kali. Kemudian kain itu dan segala isinya terangkat kembali ke langit. Pada saat itu juga datanglah tiga orang di rumah yang saya tumpangi. Mereka mengajak saya pergi ke Kaisarea. Roh Kudus menyuruh saya pergi bersama dengan mereka, meskipun mereka bukan orang Yahudi! Keenam saudara ini menyertai saya, dan kami pun sampailah di rumah orang yang telah mengirimkan utusan-utusan itu. Diceritakannya kepada kami bahwa seorang malaikat telah menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia mengutus orang ke Yope mencari Simon Petrus. ‘Ia akan memberitahukan bagaimana engkau dan seisi rumahmu dapat diselamatkan,’ kata malaikat itu. “Ketika saya mulai mengabarkan Berita Kesukaan kepada mereka, Roh Kudus turun ke atas semua orang yang sedang mendengarkan, sama seperti yang terjadi pada kita dahulu. Lalu teringatlah saya akan kata-kata Tuhan pada waktu ia berkata, ‘Ya, Yohanes membaptiskan dengan air, tetapi kalian akan dibaptiskan dengan Roh Kudus.’ Dan karena Allah memberi mereka karunia yang sama seperti yang diberikan-Nya kepada kita, ketika kita mulai percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, mana mungkin saya membantah?” Ketika mereka mendengar hal itu, semua keberatan mereka lenyap dan mereka memuliakan Allah. “Ya,” kata mereka, “kepada orang-orang bukan Yahudi pun Allah telah memberikan kesempatan untuk bertobat kepada-Nya dan menerima hidup kekal!” Selama masa penganiayaan setelah Stefanus mati dirajam, banyak orang percaya melarikan diri dari Yerusalem. Mereka pergi sampai ke Fenisia, Siprus, dan Antiokhia sambil menyebarluaskan Berita Kesukaan, tetapi hanya kepada orang-orang Yahudi saja. Namun, beberapa dari mereka yang pergi ke Antiokhia dari Siprus dan Kirene, menyampaikan berita tentang Tuhan Yesus kepada orang-orang Yunani juga. Tuhan memberkati usaha itu, sehingga banyak sekali orang yang bukan Yahudi menjadi Kristen. Ketika sidang jemaat di Yerusalem mendengar apa yang telah terjadi, mereka mengutus Barnabas untuk menolong orang-orang yang baru percaya itu. Ketika ia sampai di sana dan melihat perkara-perkara ajaib yang sedang dilakukan Allah, ia pun diliputi kegirangan dan sukacita. Ia mendorong mereka supaya setia kepada Tuhan, apa pun akibatnya. Barnabas seorang yang baik hati, penuh dengan Roh Kudus serta kuat imannya, sehingga banyaklah jiwa yang dibawa kepada Tuhan. Kemudian Barnabas pergi ke Tarsus mencari Saulus. Setelah bertemu, ia membawanya ke Antiokhia. Keduanya tinggal di sana setahun penuh serta mengajar orang-orang yang baru percaya yang banyak jumlahnya itu. Di Antiokhialah orang-orang percaya pertama kali disebut “orang Kristen”. Pada waktu itu beberapa nabi dari Yerusalem tiba di Antiokhia, dan seorang dari mereka, yang bernama Agabus, pada suatu pertemuan berdiri dan dengan kuasa Roh bernubuat bahwa Negeri Israel akan ditimpa bahaya kelaparan. Nubuat ini digenapi pada masa pemerintahan Klaudius. Maka orang-orang yang percaya itu mengirimkan bantuan kepada orang-orang Kristen di Yudea, masing-masing sebanyak yang dapat diberikannya. Persembahan kasih itu dipercayakan kepada Barnabas dan Saulus untuk diserahkan kepada para penatua di Yerusalem. Kira-kira pada waktu itu Raja Herodes menindak beberapa orang beriman, dan membunuh Rasul Yakobus (saudara Yohanes). Ketika Herodes melihat bahwa tindakannya itu sangat menyenangkan hati para pemimpin bangsa Yahudi, maka ditangkapnya Petrus pada perayaan Paskah, dan memenjarakan dia di bawah penjagaan enam belas orang prajurit. Herodes bermaksud menyerahkan Petrus kepada bangsa Yahudi untuk dihukum mati setelah Paskah. Tetapi selama ia berada dalam penjara, sidang jemaat dengan tekun berdoa kepada Allah bagi keselamatannya. Pada malam sebelum Petrus akan dihukum mati, ia sedang tidur terbelenggu dengan dua rantai di antara dua orang prajurit, sedangkan beberapa yang lain menjaga pintu penjara dengan ketat. Tiba-tiba dalam sel itu bersinarlah suatu cahaya dan seorang malaikat Tuhan berdiri di sampingnya! Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya serta berkata, “Cepat bangun!” Maka belenggu Petrus terjatuh dari pergelangan tangannya. Kemudian malaikat itu berkata kepadanya, “Berpakaianlah dan kenakan sepatumu.” Petrus melakukannya. “Kenakan jubahmu dan ikutlah aku!” perintah malaikat itu. Petrus mengikuti malaikat itu keluar dari sel penjara. Tetapi selama itu ia mengira bahwa ia sedang bermimpi atau sedang mendapat suatu penglihatan, dan tidak percaya bahwa hal itu sungguh-sungguh terjadi. Mereka melewati deretan sel pertama dan kedua. Waktu mereka sampai ke pintu besi yang menuju ke jalan, pintu itu terbuka dengan sendirinya. Setelah melalui pintu itu, keduanya berjalan sampai ke tikungan, lalu malaikat itu meninggalkan dia. Petrus akhirnya sadar akan apa yang telah terjadi. “Semua ini rupanya bukan mimpi!” katanya kepada diri sendiri. “Tuhan sungguh-sungguh telah mengutus malaikat-Nya untuk menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang telah direncanakan orang Yahudi terhadap aku.” Setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes Markus. Di situ banyak orang telah berkumpul untuk berdoa. Ia mengetuk pintu gerbang, dan seorang anak perempuan bernama Rode datang hendak membukakan pintu. Ketika ia mengenali suara Petrus, ia demikian girangnya sehingga ia lari kembali ke dalam memberitahukan kepada semua orang bahwa di luar ada Petrus. Mereka tidak percaya kepadanya. “Engkau mengigau,” kata mereka. Ketika ia tetap pada kata-katanya, mereka kemudian berkata, “Itu tentu malaikatnya. (Pasti mereka telah membunuh dia.)” Sementara itu Petrus terus-menerus mengetuk pintu. Ketika akhirnya mereka keluar dan membukakan pintu, mereka sangat tercengang. Ia memberi isyarat dengan tangannya supaya mereka diam, lalu menceritakan apa yang telah terjadi dan bagaimana Tuhan telah mengeluarkan dia dari penjara. “Katakan kepada Yakobus dan yang lain-lain apa yang telah terjadi,” katanya. Lalu ia pergi ke tempat yang lebih aman. Keesokan harinya terjadilah kegemparan di penjara. Apa yang telah terjadi dengan Petrus? Herodes memerintahkan supaya Petrus dibawa ke hadapannya, tetapi Petrus sudah tidak ada di penjara. Ia memerintahkan supaya keenam belas prajurit yang menjaga Petrus itu ditahan, diadili, dan kemudian dihukum mati. Setelah itu ia pergi ke Kaisarea untuk menetap di sana beberapa lamanya. Sementara ia berada di Kaisarea, datanglah beberapa utusan dari Tirus dan Sidon. Ia sangat marah terhadap rakyat di kedua kota itu, tetapi para utusan berbaik dengan Blastus, pegawai istana raja dan memohonkan perdamaian, sebab perekonomian kota-kota itu sangat bergantung kepada perdagangan dengan wilayah Raja Herodes. Mereka diberi kesempatan menghadap Herodes, dan pada hari yang sudah ditentukan ia mengenakan pakaian kerajaan, duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Pada akhir pidato itu rakyat bersorak-sorai sambil berseru, “Ini suara dewa dan bukan suara manusia!” Seketika itu juga seorang malaikat Tuhan menimpakan suatu penyakit ke atas Herodes, sehingga ia mati dimakan belatung, sebab ia menerima penyembahan rakyat dan tidak memulangkan kemuliaan kepada Allah. Berita Kesukaan dari Allah makin tersiar dan jumlah orang yang percaya makin bertambah. Barnabas dan Saulus pergi berkunjung ke Yerusalem. Setelah urusan mereka di sana selesai, mereka kembali ke Antiokhia dengan membawa Yohanes Markus. Di Antara para nabi dan pengajar dalam jemaat di Antiokhia terdapat Barnabas dan Simeon (juga disebut “Si Kulit Hitam”), Lukius (dari Kirene), Menahem (yang sepengasuhan dengan Herodes), dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka sedang beribadat dan berpuasa, Roh Kudus berkata, “Serahkanlah Barnabas dan Saulus kepada-Ku untuk tugas khusus yang telah Kutetapkan bagi mereka.” Mereka terus berpuasa serta berdoa dan kemudian menumpangkan tangan ke atas kedua orang itu. Setelah itu mereka melepas keduanya pergi. Di bawah pimpinan Roh Kudus Barnabas dan Saulus pergi ke Seleukia dan kemudian berlayar ke Siprus. Di sana, di Kota Salamis, mereka pergi ke rumah ibadat orang Yahudi memberitakan firman Allah. (Yohanes Markus menyertai mereka sebagai pembantu.) Tetapi tukang sihir itu, Elimas (namanya dalam bahasa Yunani), ikut campur dan berusaha mencegah gubernur itu beriman kepada Tuhan. Ia menganjurkan kepadanya supaya jangan menghiraukan apa yang dikatakan Barnabas dan Saulus. Kemudian Saulus (juga dipanggil Paulus), yang dipenuhi Roh Kudus, membelalakkan matanya kepada tukang sihir itu dan berkata, “Hai engkau anak Iblis, yang penuh dengan segala macam tipu muslihat dan kejahatan, musuh segala yang benar, kapankah engkau akan menghentikan perlawananmu terhadap Tuhan? Sekarang tangan Allah telah ditimpakan ke atas engkau dan sebagai hukuman engkau akan dibutakan selama beberapa waktu.” Seketika itu juga matanya ditutupi kabut kegelapan, dan ia berjalan sambil meraba-raba dan memohon supaya ada orang yang mau menuntunnya. Ketika gubernur itu menyaksikan apa yang telah terjadi, ia percaya dan takjub akan kuasa firman Allah. Maka Paulus serta orang-orang yang menyertainya pergi meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia (Turki). Mereka mendarat di Kota Pelabuhan Perga. Di sana Yohanes meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem. Tetapi Barnabas dan Paulus meneruskan perjalanan ke Antiokhia, sebuah kota di provinsi Pisidia. Pada hari Sabat mereka memasuki rumah ibadat untuk mengikuti kebaktian. Setelah diadakan pembacaan dari Kitab Taurat dan kitab para nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat menyampaikan pesan ini kepada mereka: “Saudara-saudara, kalau ada suatu pengajaran yang ingin Saudara sampaikan kepada kami, kami persilakan!” Maka Paulus pun berdiri dan setelah memberi isyarat dengan tangannya supaya mereka diam, mulai berkata, “Saudara-Saudara umat Israel dan semua hadirin yang menghormati Allah, izinkan saya mulai dengan memberikan sedikit latar belakang sejarah. “Allah umat Israel telah memilih nenek moyang kita dan meninggikan mereka di Mesir, ketika dengan penuh kuasa Ia membebaskan mereka dari perbudakan. Ia memelihara mereka pada waktu mereka mengembara di padang gurun empat puluh tahun lamanya. “Kemudian mereka meminta seorang raja, dan Allah memberikan kepada mereka Saul (anak Kisy) dari suku Benyamin. Saul memerintah selama empat puluh tahun. Tetapi Allah menyingkirkan dia dan mengangkat Daud sebagai raja. Mengenai Daud Allah berkata, ‘Daud (anak Isai) sangat Kusukai, sebab ia taat kepada-Ku.’ Dan Juru Selamat yang dijanjikan Allah kepada bangsa Israel ialah salah seorang dari keturunan Raja Daud, yaitu Yesus. “Tetapi sebelum Yesus datang, Yohanes Pembaptis mengajarkan bahwa semua orang Israel harus bertobat dan berpaling kepada Allah. Menjelang akhir pelayanannya Yohanes bertanya, ‘Apakah kalian mengira aku ini Mesias? Bukan! Tetapi nanti akan datang Dia yang kalian tunggu. Membuka kasut-Nya aku ini tidak layak.’ “Saudara-saudara sekalian, baik keturunan Abraham, maupun Saudara-Saudara bukan Yahudi yang berkumpul di sini untuk menghormati Allah. Keselamatan tersedia bagi kita sekalian! Orang-orang Yahudi di Yerusalem dan para pemimpin mereka menggenapi nubuat dengan membunuh Yesus; sebab mereka tidak mengenali Dia, atau menyadari bahwa Dialah yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Padahal mereka mendengar perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. Meskipun mereka tidak mempunyai alasan untuk menghukum Dia, mereka tetap meminta kepada Pilatus supaya Ia dihukum mati! Setelah mereka menggenapi semua nubuat mengenai kematian-Nya, Ia diturunkan dari salib dan dibaringkan di dalam kubur. “Tetapi Allah menghidupkan Dia kembali! Dan selama beberapa hari setelah itu, berkali-kali Ia dilihat oleh beberapa orang yang telah menyertai Dia dari Galilea ke Yerusalem. Dari dahulu sampai sekarang orang-orang ini terus-menerus memberi kesaksian kepada umum mengenai hal ini. “Sebab Allah telah berjanji akan membangkitkan Dia kepada hidup yang kekal. Ini dikemukakan dalam Kitab Suci dengan kata-kata: ‘Untuk Engkau akan Kulakukan apa yang Kujanjikan kepada Daud.’ Dalam Mazmur yang lain Ia menjelaskan hal ini dengan kata-kata: ‘Allah tidak akan membiarkan Orang Kudus-Nya hancur dan binasa di dalam kubur.’ Ayat ini bukan mengenai Daud, karena setelah ia melayani generasinya menurut kehendak Allah, ia mati lalu dikuburkan, dan tubuhnya binasa di dalam kubur. Ayat itu mengenai orang lain—mengenai seseorang yang telah dibangkitkan oleh Allah, yang tubuh-Nya tidak dapat dibinasakan oleh kuasa maut. “Ketahuilah, Saudara-saudara, bahwa di dalam Yesus ada pengampunan dosa! Setiap orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari segala kesalahan dan dinyatakan benar. Ini tidak dapat diperoleh dari hukum Yahudi. Waspadalah, jangan sampai perkataan para nabi berlaku bagi Saudara, sebab mereka berkata, “ ‘Lihat dan binasalah, hai pengejek kebenaran, karena pada zamanmu Aku akan melakukan sesuatu yang tidak akan kamu percayai apabila kamu mendengar hal itu diumumkan.’ ” Pada hari itu waktu meninggalkan rumah ibadat, mereka mengundang Paulus dan Barnabas agar datang dan berbicara lagi kepada mereka minggu berikutnya. Sekeluarnya dari rumah ibadat banyak orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang saleh mengikuti Paulus dan Barnabas sepanjang jalan, sementara keduanya menganjurkan supaya mereka terus mengandalkan rahmat Allah kepada mereka. Minggu berikutnya hampir sekalian penduduk kota itu datang untuk mendengarkan mereka menyampaikan firman Allah. Tetapi, ketika para pemimpin Yahudi melihat orang banyak itu, mereka iri hati dan menyumpah-nyumpah serta membantah segala yang dikatakan Paulus. Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, “Berita Kesukaan dari Allah ini pertama-tama harus disampaikan kepada Saudara, orang Yahudi. Tetapi karena Saudara menolaknya, dan ternyata tidak layak menerima hidup kekal, kami akan menawarkannya kepada orang-orang bukan Yahudi. Sebab ini sesuai dengan perintah Tuhan yang berbunyi, “ ‘Engkau telah Kujadikan terang bagi bangsa-bangsa di dunia, supaya Engkau membawa keselamatan-Ku sampai ke ujung bumi.’ ” Ketika orang-orang bukan Yahudi mendengar hal ini, mereka merasa senang dan bersukacita atas pesan yang disampaikan oleh Paulus; dan semua orang yang telah ditentukan oleh Allah untuk memperoleh hidup kekal, menjadi percaya. Dengan demikian firman Allah tersiar di seluruh daerah itu. Kemudian para pemimpin Yahudi menghasut kaum wanita yang saleh serta pembesar-pembesar di kota itu. Mereka mengobar-ngobarkan amarah orang banyak terhadap Paulus dan Barnabas serta mengusir keduanya dari kota itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kota itu dari kaki mereka, lalu pergi ke Kota Ikonium. Orang-orang yang telah menerima Tuhan dipenuhi sukacita dan Roh Kudus. Di Ikonium, Paulus dan Barnabas bersama-sama pergi ke rumah ibadat dan berkhotbah dengan kuasa sedemikian rupa, hingga baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi banyak yang percaya. Tetapi orang-orang Yahudi yang menolak firman Allah menghasut orang-orang bukan Yahudi serta memburuk-burukkan Paulus dan Barnabas. Sekalipun demikian, kedua rasul itu lama tinggal di sana dan mengajar dengan berani, dan Tuhan membuktikan kuasa untuk melakukan mukjizat. Tetapi penduduk berbeda pendapat mengenai mereka. Sebagian setuju dengan para pemimpin Yahudi, sebagian lagi mendukung kedua rasul itu. Di sana mereka mengabarkan Berita Kesukaan. Ketika berada di Listra, mereka bertemu dengan seseorang yang kakinya lumpuh sejak lahir sehingga tidak pernah dapat berjalan. Ia mendengarkan Paulus berbicara, dan Paulus melihat dia serta menyadari bahwa orang itu mempunyai iman untuk dapat disembuhkan. Oleh karena itu, Paulus berseru kepadanya, “Berdirilah!” dan orang itu melompat, lalu berjalan! Ketika orang-orang yang sedang mendengarkan melihat apa yang telah dilakukan oleh Paulus, mereka berseru dalam bahasa daerah, “Orang-orang ini dewa dalam rupa manusia!” Mereka mengambil kesimpulan bahwa Barnabas adalah Zeus, sedangkan Paulus adalah Hermes, karena dialah yang berbicara. Imam Dewa Zeus, yang kuilnya terletak di pinggir kota, membawa karangan-karangan bunga dan bersiap-siap untuk mempersembahkan lembu-lembu jantan sebagai kurban kepada mereka di hadapan orang banyak di pintu gerbang kota. Tetapi, ketika Barnabas dan Paulus melihat apa yang sedang terjadi, mereka merobek-robek pakaian mereka serta lari ke tengah-tengah orang banyak sambil berseru, “Saudara-saudara sekalian, apa yang sedang Saudara lakukan ini? Kami hanyalah manusia biasa seperti Saudara! Kami datang mengabarkan Berita Kesukaan, supaya Saudara jangan lagi menyembah berhala yang sia-sia ini, melainkan menyembah Allah yang hidup yang menciptakan langit, bumi serta laut, dan segala isinya. Pada masa dahulu Ia membiarkan semua bangsa mengikuti jalannya masing-masing. Tetapi Ia senantiasa menyatakan diri-Nya dengan perbuatan-perbuatan baik, misalnya menurunkan hujan, menghasilkan panen yang baik bagi Saudara, dan memberi makanan serta kegembiraan kepada Saudara.” Sekalipun demikian, Paulus dan Barnabas hampir-hampir tidak dapat mencegah orang banyak mempersembahkan kurban kepada mereka. Tetapi beberapa hari kemudian datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka menghasut orang banyak, sehingga mereka merajam Paulus, lalu menyeretnya ke luar kota, karena mengira ia sudah mati. Tetapi sementara orang-orang percaya berdiri mengerumuninya, ia bangkit dan kembali ke kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Setelah mengabarkan Berita Kesukaan di sana dan memperoleh banyak murid, mereka kembali ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia, dan di tempat itu mereka mendorong orang-orang percaya untuk tetap teguh dalam iman. Kedua rasul itu menganjurkan agar mereka tetap beriman, walau mengalami banyak penganiayaan sekalipun, sambil mengingatkan bahwa mereka harus memasuki Kerajaan Allah dengan mengalami banyak sengsara. Paulus dan Barnabas mengangkat penatua-penatua di setiap jemaat dan dengan berdoa serta berpuasa menyerahkan mereka ke dalam pemeliharaan Tuhan yang mereka percayai. Kemudian mereka mengadakan perjalanan pulang melalui Pisidia ke Pamfilia, dan setelah mengabarkan Berita Kesukaan di Perga, mereka berangkat ke Atalia. Akhirnya mereka berlayar ke Antiokhia, tempat mereka memulai perjalanan dan juga tempat mereka diserahkan kepada Allah bagi pekerjaan yang sekarang telah diselesaikan. Setibanya di sana, mereka menghimpun orang-orang percaya dan melaporkan perjalanan mereka serta menceritakan bagaimana Allah telah membuka pintu iman bagi orang-orang bukan Yahudi. Lama mereka tinggal di Antiokhia bersama-sama dengan orang-orang yang percaya. Waktu Paulus dan Barnabas berada di Antiokhia, beberapa orang datang dari Yudea dan mulai mengajar umat Kristen bahwa apabila mereka tidak dikhitan menurut adat istiadat Yahudi, mereka tidak dapat diselamatkan. Paulus dan Barnabas menentang pendapat ini dan memperbincangkannya dengan mereka. Akhirnya orang-orang Kristen di sana mengutus kedua rasul itu ke Yerusalem disertai oleh beberapa orang anggota jemaat untuk berbicara dengan para rasul dan penatua di sana mengenai masalah itu. Setelah segenap sidang jemaat mengantar mereka ke luar kota, para utusan berangkat ke Yerusalem dan dalam perjalanan itu mereka singgah di Fenisia dan Samaria untuk mengunjungi orang-orang Kristen, yang sangat bersukacita ketika mendengar bahwa banyak orang bukan Yahudi juga bertobat. Setibanya di Yerusalem, mereka mengadakan rapat dengan para pemimpin jemaat. Semua rasul dan penatua hadir. Paulus dan Barnabas melaporkan apa yang telah dilakukan Allah melalui pelayanan mereka. Tetapi beberapa orang yang sebelum bertobat termasuk golongan Farisi, berdiri serta menyatakan bahwa semua orang bukan Yahudi yang bertobat harus dikhitan dan diwajibkan menjalankan semua adat istiadat dan upacara Yahudi. Karena itu, para rasul dan penatua menentukan untuk berapat lagi membahas masalah itu. Pada rapat itu, setelah pembicaraan yang panjang lebar, Petrus berdiri dan berbicara sebagai berikut: “Saudara sekalian, Saudara semua tahu bahwa dahulu Allah telah memilih saya dari antara Saudara-saudara untuk mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang-orang bukan Yahudi supaya mereka juga boleh percaya. Allah, yang mengenal hati manusia, menyatakan bahwa Ia menerima orang-orang bukan Yahudi dengan mengaruniakan Roh Kudus kepada mereka, seperti juga kepada kita. Mereka tidak dibedakan dari kita, sebab seperti halnya Ia menyucikan hidup kita melalui iman, demikian juga Ia menyucikan hidup mereka. Jadi, apakah Saudara bermaksud mengoreksi Allah dengan membebani orang bukan Yahudi dengan kuk yang tidak tertanggung, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Tidakkah Saudara percaya bahwa semua orang diselamatkan dengan cara yang sama, yaitu sebagai hadiah cuma-cuma dari Tuhan Yesus?” Pembicaraan pun selesailah, dan semua orang mendengarkan Paulus dan Barnabas menceritakan mukjizat-mukjizat yang telah dilakukan Allah dengan perantaraan mereka di antara orang-orang bukan Yahudi. Setelah Paulus dan Barnabas selesai berbicara, berdirilah Yakobus dan berkata, “Saudara-saudara, dengarkanlah saya. Petrus telah berbicara mengenai kali pertama Allah mendapatkan orang-orang bukan Yahudi untuk memilih suatu umat dari antara mereka bagi kemuliaan nama-Nya. Dan pertobatan orang-orang bukan Yahudi sesuai dengan nubuat para nabi. Misalnya, dengarlah ayat-ayat dari Kitab Nabi Amos: “ ‘Kemudian Aku akan kembali dan membangun kembali pondok Daud yang telah roboh, supaya orang-orang bukan Yahudi juga akan mencari Tuhan— semua orang yang ditandai dengan nama-Ku.’ Itulah firman Tuhan, yang menyatakan rencana yang telah dibuat-Nya sejak semula. “Karena itu, saya berpendapat janganlah hendaknya kita bersikeras bahwa orang-orang bukan Yahudi yang berpaling kepada Allah harus menaati hukum Yahudi, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati tanpa mengeluarkan darah, dan dari zina. Sebab sudah sejak zaman dahulu larangan-larangan ini setiap hari Sabat diajarkan di rumah-rumah ibadat Yahudi.” Kemudian para rasul, penatua, dan segenap sidang jemaat memilih beberapa utusan ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas untuk menyampaikan keputusan yang telah diambil. Yang terpilih ialah dua orang pemimpin gereja bernama Yudas (juga disebut Barsabas) dan Silas. Surat yang mereka bawa berbunyi: Dari: Para rasul, penatua, dan saudara-saudara seiman di Yerusalem. Kepada: Saudara-saudara seiman di Antiokhia, Siria, dan Kilikia. Teriring salam kami! Kami dengar bahwa ada beberapa orang percaya dari sini telah menggelisahkan Saudara dan meragukan keselamatan Saudara. Kami tidak menyuruh mereka berbuat demikian. Karena itu, dengan suara bulat kami mengambil keputusan untuk mengutus kepada Saudara dua orang wakil ini secara resmi, bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi. Keempat utusan itu segera berangkat ke Antiokhia, dan di sana mereka menghimpun semua orang Kristen serta menyerahkan surat itu kepada mereka. Pada hari itu seluruh jemaat bersukacita atas surat yang telah mereka baca. Kemudian Yudas dan Silas, kedua-duanya adalah nabi, menyampaikan khotbah yang panjang untuk menguatkan iman mereka. Mereka tinggal beberapa hari lamanya, dan kemudian Yudas dan Silas dilepas pulang ke Yerusalem membawa salam dan pernyataan terima kasih kepada yang telah mengutus mereka. Tetapi Silas memutuskan untuk tinggal di Antiokhia. Paulus dan Barnabas juga tetap tinggal di situ untuk menolong beberapa pengkhotbah dan pengajar yang ada di sana. Beberapa hari kemudian Paulus menyarankan kepada Barnabas supaya mereka kembali dan kunjungi kota-kota tempat mereka sebelumnya memberitakan firman Tuhan, untuk melihat perkembangan orang-orang yang baru percaya di situ. Barnabas setuju dan ia ingin mengajak Yohanes Markus. Tetapi Paulus sama sekali tidak setuju, karena dahulu Yohanes Markus meninggalkan mereka di Pamfilia. Perselisihan mereka mengenai hal ini demikian tajamnya, sehingga mereka berpisah. Barnabas membawa Markus sertanya dan berlayar ke Siprus. Paulus dan Silas mula-mula pergi ke Derbe dan kemudian meneruskan perjalanan ke Listra. Di situ mereka bertemu dengan seorang orang beriman bernama Timotius. Ibunya seorang wanita Yahudi Kristen, tetapi bapanya orang Yunani. Timotius dikenal baik oleh umat Kristen di Listra dan di Ikonium, maka Paulus mengajaknya supaya ikut dengan mereka dalam perjalanan. Untuk menghargai orang-orang Yahudi di daerah itu, ia mengkhitankan Timotius sebelum mereka berangkat, karena semua orang tahu bahwa bapanya orang bukan Yahudi. Kemudian mereka pergi dari satu kota ke kota lain mengumumkan keputusan yang telah diambil oleh para rasul dan penatua di Yerusalem tentang orang Kristen yang bukan Yahudi. Demikianlah dari hari ke hari jemaat makin tumbuh dalam iman dan makin besar jumlahnya. Kemudian mereka melintasi Frigia dan Galatia, sebab pada waktu itu Roh Kudus melarang mereka memasuki provinsi Asia (Turki). Dengan menyusur perbatasan Misia, mereka berjalan ke arah utara menuju provinsi Bitinia, tetapi sekali lagi Roh Yesus melarang mereka. Oleh karena itu, mereka melintasi Misia menuju ke Kota Troas. Pada malam harinya Paulus mendapat suatu penglihatan. Dalam mimpi ia melihat seseorang di Makedonia, di Yunani. Dengan sangat orang itu memohon kepadanya, katanya, “Datanglah kemari dan tolonglah kami!” Karena penglihatan itu kami memutuskan untuk pergi ke Makedonia, sebab kami menarik kesimpulan bahwa Allah mengutus kami ke sana untuk mengabarkan Berita Kesukaan. Di Troas kami naik kapal dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya ke Neapolis. Akhirnya sampailah kami di Filipi, jajahan Roma yang terletak di Makedonia, tidak jauh dari perbatasan, dan kami tinggal di sana selama beberapa hari. Pada hari Sabat kami pergi ke tepi sungai tidak jauh dari batas kota, di mana, seperti yang kami duga, sebuah jemaat Yahudi yang kecil berkumpul untuk berdoa. Kami mengajarkan firman Allah kepada beberapa orang wanita yang datang ke situ. Seorang daripada mereka ialah Lidia, pedagang kain ungu dari Tiatira, yang beribadat kepada Allah. Sementara ia mendengarkan kami, Tuhan membukakan hatinya dan menerima apa yang dikatakan Paulus. Ia dibaptiskan bersama-sama dengan seisi rumahnya, lalu mengundang kami ke rumahnya. “Kalau Tuan-tuan berpendapat bahwa saya setia kepada Tuhan, menginaplah di rumah saya.” Ia terus mendesak sampai kami menerima undangannya itu. Pada suatu hari ketika kami sedang berjalan menuju ke tempat sembahyang di tepi sungai itu, kami berjumpa dengan seorang hamba perempuan yang dirasuk roh jahat. Ia seorang tukang ramal dan menghasilkan banyak uang bagi tuan-tuannya. Ia membuntuti kami sambil berteriak-teriak, “Orang-orang ini adalah hamba-hamba Allah dan mereka telah datang untuk memberi tahu kalian bagaimana caranya kalian dapat diselamatkan.” Hal ini berlangsung beberapa hari dan akhirnya karena merasa terganggu, Paulus berpaling dan berkata kepada roh jahat yang mendiami perempuan itu, “Dalam nama Yesus Kristus kuperintahkan engkau keluar dari perempuan ini!” Seketika itu juga keluarlah roh jahat itu. Maka musnahlah harapan tuan-tuan perempuan itu akan memperoleh penghasilan banyak. Mereka menangkap Paulus dan Silas dan menyeret mereka ke hadapan para hakim di pasar. Orang banyak segera bangkit menentang Paulus dan Silas, dan para hakim memerintahkan supaya pakaian mereka dilucuti dan mereka didera dengan tongkat pemukul. Berkali-kali tongkat pemukul itu melukai punggung mereka yang tak berbaju. Kemudian mereka dijebloskan ke dalam penjara. Kepala penjara diancam dengan hukuman mati kalau mereka sampai melarikan diri. Karena itu, ia tidak mau mengambil risiko. Ia menyekap mereka di sel sebelah dalam dan memasung kaki mereka. Pada kira-kira tengah malam, sementara Paulus dan Silas berdoa serta menyanyi memuji Tuhan dan para tawanan yang lain sedang mendengarkan, tiba-tiba terjadilah gempa bumi. Penjara itu berguncang sampai ke dasarnya. Semua pintu terbuka dan belenggu para tawanan terlepas. Ketika kepala penjara terbangun, ia melihat semua pintu terbuka. Ia mencabut pedangnya hendak membunuh diri, karena mengira bahwa para tawanan telah melarikan diri. Tetapi Paulus berseru kepadanya, “Jangan! Kami semua masih ada di sini!” Sambil gemetar ketakutan kepala penjara itu menyuruh orang membawa suluh, lalu lari ke sel dan menjatuhkan diri di hadapan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata, “Apakah yang harus saya lakukan supaya selamat?” Mereka menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, maka Saudara serta seisi rumah akan selamat.” Kemudian mereka mengabarkan Berita Kesukaan dari Tuhan kepadanya dan kepada seisi rumahnya. Pada saat itu juga ia membasuh bilur mereka, lalu dibaptiskan beserta dengan keluarganya. Kemudian ia membawa mereka ke rumahnya dan menyediakan makanan untuk mereka. Ia dan keluarganya bersukacita, sebab sekarang semua telah percaya kepada Allah! Keesokan harinya para hakim mengutus beberapa petugas keamanan kepada kepala penjara dengan perintah: “Bebaskan orang-orang itu!” Kepala penjara itu pun memberi tahu Paulus bahwa mereka boleh pergi. Tetapi Paulus menjawab, “Mereka telah memukuli kami di muka umum dan kami dijebloskan ke dalam penjara tanpa diadili. Padahal kami adalah warga negara Romawi. Sekarang mereka ingin kami pergi dengan diam-diam? Mana mungkin! Biarlah mereka datang sendiri membebaskan kami!” Para petugas itu memberi laporan kepada para hakim, yang menjadi cemas sekali ketika mendengar bahwa Paulus dan Silas adalah warga negara Romawi. Maka mereka pun datang ke penjara dan memohon supaya kedua rasul itu pergi. Mereka membawa Paulus dan Silas ke luar dan meminta dengan sangat supaya keduanya sudi meninggalkan kota. Lalu Paulus dan Silas kembali ke rumah Lidia dan di sana mereka bertemu dengan orang-orang percaya dan memberi dorongan kepada mereka sebelum pergi dari kota itu. Mereka mengambil jalan melalui Kota Amfipolis dan Apolonia dan mereka pun sampailah di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. Seperti biasa Paulus memasuki rumah ibadat itu dan tiga hari Sabat berturut-turut ia berkhotbah serta menjelaskan ayat-ayat Kitab Suci kepada orang banyak. Ia menerangkan nubuat-nubuat tentang penderitaan Mesias, dan tentang kebangkitan-Nya yang membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa orang yang mendengar pengajaran Paulus tertarik hatinya, lalu bertobat. Demikian juga halnya dengan sejumlah besar orang Yunani yang saleh serta banyak wanita terkemuka di kota itu. Tetapi para pemimpin orang Yahudi iri hati dan menggunakan orang-orang gelandangan di jalan-jalan untuk menimbulkan kerusuhan. Mereka menyerang rumah Yason dengan maksud menyeret Paulus dan Silas ke hadapan Dewan Kota supaya dihukum. Karena Paulus dan Silas tidak mereka temukan, maka mereka menyeret Yason dan beberapa orang percaya ke hadapan Dewan Kota. Mereka berkata, “Paulus dan Silas telah mengacau-balaukan seluruh dunia dan sekarang mereka berada di sini mengacaukan kota kita. Yason telah menerima mereka di rumahnya. Mereka semua pengkhianat, karena mengakui raja yang lain, yaitu Yesus, bukannya Kaisar.” Pada malam harinya umat Kristen di situ menyuruh Paulus dan Silas segera pergi ke Berea. Sesampainya di sana seperti biasa mereka pergi ke rumah ibadat untuk mengajarkan firman Allah. Orang Berea lebih terbuka hatinya daripada orang Tesalonika, dan dengan gembira mereka menerima firman yang disampaikan oleh Paulus dan Silas. Oleh karena itu, banyak di antara mereka percaya, termasuk beberapa orang Yunani yang terkemuka, baik pria maupun wanita. Tetapi, ketika orang-orang Yahudi di Tesalonika mendengar bahwa Paulus mengajar di Berea, mereka pergi ke sana dan menimbulkan onar. Orang-orang yang percaya segera bertindak dan menyuruh Paulus pergi ke pantai laut, sedangkan Silas dan Timotius tetap di sana. Orang-orang yang menyertai Paulus mengantarnya ke Atena, lalu kembali ke Berea membawa pesan supaya Silas dan Timotius segera menyusul dia ke sana. Sementara menantikan kedatangan mereka di Atena, Paulus sangat bersedih hati melihat patung-patung berhala di segenap penjuru kota. Ia pergi ke rumah ibadat untuk bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang saleh yang bukan Yahudi, dan setiap hari ia berbicara di tempat umum kepada siapa saja yang kebetulan ada di situ. Ia juga berjumpa dengan beberapa ahli filsafat aliran Epikuros dan Stoa. Ketika ia berbicara kepada mereka tentang Yesus dan kebangkitan-Nya, tanggapan mereka ialah: “Ia seorang pembual saja,” atau “Ia berusaha memasukkan agama asing.” Tetapi mereka mengajak Paulus ke sidang di Bukit Mars. “Silakan ceritakan kepada kami agama yang baru ini,” kata mereka, “sebab Saudara membicarakan perkara-perkara yang aneh dan kami ingin mendengar lebih lanjut.” (Perlu saya jelaskan bahwa orang-orang Atena dan orang-orang asing di situ rupanya menghabiskan waktu mereka hanya untuk memperbincangkan gagasan-gagasan baru!) Paulus berdiri di hadapan mereka di Bukit Mars dan berkata sebagai berikut: “Saudara-saudara orang Atena, saya lihat bahwa Saudara sangat taat beragama; karena, ketika saya berjalan-jalan di kota ini, saya melihat banyak mazbah dan satu di antaranya bertuliskan: ‘Kepada Allah yang tidak dikenal’. Saudara telah menyembah Dia tanpa mengenal-Nya. Sekarang baiklah saya ceritakan Dia kepada Saudara. “Ia menciptakan dunia dan segala isinya, dan karena Ia adalah Tuhan langit dan bumi, Ia tidak tinggal dalam kuil buatan manusia; dan tangan manusia tidak dapat melayani kebutuhan-Nya, sebab Ia tidak kekurangan suatu apa pun. Dialah yang memberikan hidup serta napas kepada segala makhluk dan Ia dapat mencukupi segala kebutuhan. Segenap umat manusia di dunia ini diciptakan-Nya dari satu orang, yaitu Adam, dan bangsa-bangsa disebarkan-Nya ke seluruh permukaan bumi. Sebelumnya sudah ditetapkan oleh-Nya bangsa yang mana akan jaya dan yang mana akan jatuh, dan juga waktunya. Ia juga menentukan perbatasan negara mereka. “Maksud Allah dengan semua ini ialah supaya mereka merindukan Dia, dan barangkali mereka akan mencari serta menemukan Dia—walaupun Ia tidak pernah jauh dari kita. Sebab kita hidup, bergerak, dan ada di dalam Dia. Seperti dikatakan oleh salah seorang pujangga bangsa Saudara: ‘Dialah yang kita turunkan.’ Kalau begitu, kita tidak boleh menganggap Allah sebagai patung berhala yang dibuat manusia dari emas atau perak, atau dipahat dari batu. Dahulu Allah membiarkan ketidaktahuan manusia tentang hal-hal ini, tetapi sekarang Ia memerintahkan supaya orang membuang semua berhala, dan hanya menyembah Dia saja. Karena Allah telah menetapkan hari untuk menghakimi isi dunia secara adil dengan perantaraan Orang yang telah diangkat oleh Allah dan dinyatakan kepada manusia dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” Ketika mereka mendengar Paulus berbicara mengenai kebangkitan seseorang yang telah mati, beberapa dari mereka tertawa, tetapi beberapa yang lain berkata, “Lain kali kami ingin mengetahui lebih banyak mengenai hal ini.” Dengan demikian berakhirlah pembicaraan Paulus dengan mereka, tetapi beberapa dari mereka mengikut Paulus dan menjadi orang yang percaya. Di antara mereka terdapat Dionisius, anggota Majelis Bukit Mars, dan seorang wanita bernama Damaris, serta beberapa yang lain. Kemudian Paulus meninggalkan Atena dan pergi ke Korintus. Setiap hari Sabat Paulus berada di rumah ibadat berusaha meyakinkan orang Yahudi maupun Yunani. Setelah Silas dan Timotius tiba dari Makedonia, Paulus mencurahkan waktu sepenuhnya untuk mengajarkan firman Allah dan bersaksi kepada orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias. Tetapi, ketika mereka menentang dia dan menghujat Yesus, maka Paulus mengebaskan debu dari jubahnya dan berkata, “Biarlah darahmu tertanggung atas kepalamu sendiri! Itu bukan salahku! Mulai saat ini aku akan mengajarkan firman Allah kepada bangsa-bangsa lain.” Setelah itu ia tinggal dengan Titius Yustus, seorang orang bukan Yahudi yang berbakti kepada Allah. Ia tinggal di sebelah rumah ibadat. Kemudian Krispus, pemimpin rumah ibadat itu, dan seisi rumahnya percaya kepada Allah, lalu dibaptiskan. Demikian juga halnya dengan banyak orang Korintus yang lain. Pada suatu malam Tuhan berbicara kepada Paulus dalam suatu penglihatan, “Jangan takut! Berbicaralah dan jangan putus asa. Sebab Aku menyertai engkau dan tidak seorang pun dapat mencelakakan engkau. Banyak orang di kota ini termasuk milik-Ku.” Paulus pun tinggallah di kota itu selama satu setengah tahun mengajarkan kebenaran-kebenaran Allah. Tetapi pada waktu Galio menjadi gubernur Akhaya, orang-orang Yahudi serentak menentang Paulus serta membawanya ke hadapan gubernur supaya diadili. Mereka menuduh Paulus telah “membujuk orang supaya menyembah Allah dengan cara-cara yang bertentangan dengan hukum”. Ketika Paulus hendak membela diri, Galio berkata kepada orang-orang Yahudi itu, “Dengarlah, hai orang-orang Yahudi, seandainya perkara ini perkara pidana, aku berkewajiban memperhatikan dakwaan kalian. Tetapi ini persoalan yang menyangkut arti kata, nama, dan adat Yahudi. Karena itu, aku tidak mau campur tangan. Uruslah sendiri!” Orang-orang Yahudi itu pun diusirnya dari ruang pengadilan. Kemudian orang banyak itu menangkap Sostenes, yang menggantikan Krispus sebagai pemimpin rumah ibadat, serta memukulinya di luar ruang pengadilan, tetapi Galio sama sekali tidak ambil pusing. Setelah itu Paulus tinggal di Korintus beberapa hari lagi, lalu pamitan kepada umat Kristen di tempat itu dan mengajak Akwila dan Priskila berlayar ke Siria. Di Kengkrea ia menggundulkan kepalanya menurut adat Yahudi, karena ia telah bernazar. Ketika tiba di pelabuhan Efesus, ditinggalkannya kami di kapal, sedangkan ia sendiri pergi ke rumah ibadat untuk berbicara dengan orang-orang Yahudi. Mereka minta supaya ia tinggal di sana beberapa hari, tetapi ia merasa kekurangan waktu. “Saya harus berada di Yerusalem pada hari raya,” katanya. Tetapi ia berjanji bahwa kalau Allah berkenan, pada suatu hari kelak ia akan kembali ke Efesus. Kami pun meneruskan pelayaran. Perhentian berikutnya ialah pelabuhan Kaisarea. Dari sana ia mengunjungi jemaat di Yerusalem dan setelah itu berlayar ke Antiokhia. Setelah beberapa lama di sana, berangkatlah ia ke Turki melalui Galatia dan Frigia. Ia mengunjungi semua orang Kristen untuk mendorong serta menolong mereka tumbuh di dalam Tuhan. Kebetulan seorang Yahudi bernama Apolos baru saja tiba di Efesus dari Aleksandria di Mesir. Ia seorang guru dan pengkhotbah yang fasih lidah dan tahu Kitab Suci dengan baik. Apolos berniat pergi ke Akhaya (Yunani) dan orang-orang yang percaya merestui niatnya itu serta menulis surat kepada umat Kristen di provinsi itu supaya ia diterima dengan baik. Sesampainya di situ, Apolos sungguh-sungguh dipakai Tuhan untuk meneguhkan jemaat, karena dengan penuh kuasa ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum, serta mengemukakan bukti-bukti dari Kitab Suci bahwa Yesus sesungguhnyalah Mesias. Sementara Apolos berada di Korintus, Paulus mengadakan perjalanan melalui daerah pegunungan di Asia Kecil (Turki) dan tiba di Efesus. Di situ ia berjumpa dengan beberapa orang murid. “Adakah Saudara menerima Roh Kudus ketika Saudara mulai percaya?” tanyanya kepada mereka. “Tidak,” jawab mereka, “kami tidak tahu apa yang Saudara maksudkan. Apakah Roh Kudus itu?” “Jadi, kepercayaan apa yang Saudara akui pada waktu dibaptiskan?” Mereka menjawab, “Apa yang diajarkan oleh Yohanes Pembaptis.” Lalu Paulus menjelaskan kepada mereka bahwa baptisan Yohanes menyatakan keinginan untuk meninggalkan dosa serta berpaling kepada Allah, dan mereka yang telah menerima baptisannya harus percaya kepada Yesus, yaitu orang yang dikatakan oleh Yohanes akan datang setelah dia. Setelah mendengar hal ini, mereka dibaptiskan dalam nama Tuhan Yesus. Ketika Paulus menumpangkan tangan di atas kepala mereka, Roh Kudus turun ke atas mereka dan mereka berbicara dalam bahasa-bahasa asing serta bernubuat. Mereka berjumlah kira-kira dua belas orang. Kemudian Paulus pergi ke rumah ibadat dan setiap hari Sabat selama tiga bulan ia mengajar dengan berani tentang Kerajaan Allah, dan mencoba meyakinkan yang mendengarkannya. Tetapi beberapa orang menolak ajarannya dan menentang ajaran tentang Kristus secara terang-terangan. Karena itu, Paulus tidak mau lagi mengajar mereka. Orang-orang yang percaya diajaknya mengadakan persekutuan tersendiri di ruang kuliah Tiranus dan setiap hari ia mengajar di situ. Ini berlangsung selama dua tahun, sehingga semua orang di Asia Kecil, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, mendengar firman Allah. Dan Allah mengaruniai Paulus kuasa yang luar biasa untuk melakukan mukjizat, sehingga apabila sapu tangan atau pakaiannya diletakkan pada orang sakit, maka mereka sembuh dan keluarlah roh jahat apa pun yang merasuk mereka. Serombongan orang Yahudi yang berkeliling dari kota ke kota mengusir roh jahat dari orang yang kerasukan, membuat rencana untuk mengusir roh jahat dengan menggunakan nama Tuhan Yesus. Mereka memutuskan untuk memakai mantra ini: “Dalam nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus, keluarlah engkau!” Rombongan itu terdiri dari tujuh orang anak Skewa, seorang imam Yahudi. Tetapi, ketika mereka mencoba mantra itu terhadap seseorang yang kerasukan, roh jahat itu menjawab, “Aku tahu siapa Yesus dan siapa Paulus, tetapi engkau ini siapa?” Roh jahat itu lalu menerjang serta memukuli dua orang di antara mereka, sehingga keduanya kabur dari rumah itu dalam keadaan telanjang dan luka-luka parah. Dengan cepat sekali peristiwa itu tersiar di seluruh Efesus, baik di kalangan orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani. Penduduk kota ketakutan dan nama Tuhan Yesus sangat dimuliakan. Ini menyatakan betapa besar pengaruh dan kuasa firman Allah di daerah itu. Setelah itu, atas dorongan Roh Kudus, Paulus pergi kembali ke Yerusalem dengan melewati Makedonia dan Akhaya (Yunani). “Dari Yerusalem aku harus pergi ke Roma,” katanya. Ia menyuruh kedua pembantunya, Timotius dan Erastus, pergi mendahuluinya ke Makedonia (Yunani), sedangkan ia sendiri tinggal di Asia Kecil beberapa lamanya. Tetapi pada waktu itu juga di Efesus timbul kerusuhan besar mengenai orang Kristen. Kerusuhan itu dimulai oleh seorang tukang perak bernama Demetrius, yang mempekerjakan banyak tukang untuk membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Ia menghimpunkan tukang-tukangnya dan pekerja-pekerja di bidang perusahaan yang serupa, lalu berkata kepada mereka sebagai berikut: “Saudara-saudara, perusahaan ini adalah nafkah kita. Sebagaimana Saudara ketahui dari yang telah Saudara lihat dan dengar, orang yang bernama Paulus ini telah membujuk dan meyakinkan banyak orang bahwa dewa buatan tangan manusia bukanlah dewa. Akibatnya, hasil penjualan kita sangat merosot! Dan gejala ini nyata bukan saja di Efesus, melainkan juga di seluruh provinsi! Tentu saja keadaan ini saya bicarakan bukan saja dari segi perusahaan dan nafkah, melainkan juga karena kuil Artemis, dewi yang besar itu, mungkin akan kehilangan pengaruhnya. Akibatnya Artemis yang dipuja bukan saja di bagian Asia Kecil ini, melainkan juga di seluruh dunia, akan dilupakan orang.” Mendengar itu, bangkitlah amarah mereka dan mulailah mereka berteriak-teriak, “Hidup Artemis, dewi orang Efesus!” Orang banyak mulai berhimpun dan seluruh kota diliputi kekacauan. Semua orang bergegas-gegas pergi ke gedung kesenian. Gayus dan Aristarkhus, teman seperjalanan Paulus, diseret ke sana untuk diadili. Paulus mau pergi ke tengah-tengah orang banyak itu, tetapi dilarang oleh murid-muridnya. Beberapa perwira Romawi di provinsi itu, yang bersahabat dengan Paulus, juga menyampaikan pesan supaya ia jangan masuk mempertaruhkan jiwanya. Orang-orang di dalam berteriak-teriak, yang seorang mengatakan ini dan yang lain mengatakan itu. Semuanya kacau balau. Kebanyakan dari mereka sesungguhnya tidak tahu untuk apa mereka berkumpul di situ. Beberapa orang Yahudi melihat Aleksander di antara orang banyak, lalu mendorong dia ke depan. Ia memberi isyarat supaya orang tenang dan ia hendak berbicara. Tetapi, ketika mereka tahu bahwa ia berkebangsaan Yahudi, mereka berteriak, selama dua jam, “Hidup Artemis, dewi orang Efesus! Hidup Artemis, dewi orang Efesus!” Akhirnya wali kota berhasil menenangkan mereka dan berkata, “Hai orang-orang Efesus! Semua orang tahu bahwa Efesus adalah pusat agama Dewi Artemis yang besar, yang patungnya turun dari langit. Karena ini adalah kenyataan yang tidak dapat dibantah, janganlah Saudara pedulikan apa pun yang dikatakan orang, dan jangan bertindak sembrono. Tetapi Saudara telah membawa kemari orang-orang yang tidak mencuri apa-apa dari kuilnya dan tidak pula menghinakannya. Kalau Demetrius dan para tukang mempunyai tuduhan terhadap mereka, ajukanlah tuduhan itu ke pengadilan dan para hakim dapat segera menangani perkaranya. Hendaknya mereka bertindak melalui saluran hukum. Dan kalau ada pengaduan mengenai hal-hal yang lain, pengaduan itu dapat diselesaikan pada sidang rakyat yang sah; sebab ada kemungkinan kita dimintai pertanggungjawaban oleh pemerintah Romawi mengenai kerusuhan yang terjadi pada hari ini, karena tidak beralasan. Kalau Roma meminta penjelasan, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan.” Kemudian ia membubarkan mereka. Setelah keadaan pulih kembali, Paulus memanggil para murid dan menyampaikan pesan perpisahan kepada mereka. Kemudian ia berangkat ke Makedonia (Yunani), sambil mengajar orang-orang percaya yang tinggal di kota-kota yang dilaluinya. Tiga bulan lamanya ia tinggal di Yunani dan ketika ia bersiap-siap hendak berlayar ke Siria, didengarnya bahwa orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Karena itu, diputuskannya untuk pergi ke utara menuju ke Makedonia lebih dahulu. Ada beberapa orang yang menemaninya. Mereka adalah Sopater dari Berea, anak Pirus; Aristarkhus dan Sekundus dari Tesalonika; Gayus dari Derbe; dan Timotius; sedangkan Tikhikus dan Trofimus, yang akan kembali ke tempat tinggal mereka di Asia Kecil (Turki), telah berangkat lebih dahulu dan akan menunggu kami di Troas. Setelah Perayaan Roti Tidak Beragi selesai, kami menumpang kapal dari Filipi di Makedonia, dan lima hari kemudian sampailah kami di Troas. Di situ kami tinggal seminggu lamanya. Pada hari Minggu kami berkumpul untuk makan Perjamuan Tuhan dan Paulus menyampaikan khotbah. Karena akan berangkat keesokan harinya, ia berbicara sampai tengah malam. Ruang atas tempat kami berkumpul diterangi lampu-lampu yang berkelap-kelip. Sementara Paulus terus berbicara, seorang pemuda Eutikhus, yang duduk di jendela, tertidur dan jatuh dari tingkat ketiga menemui ajalnya. Ia mengambil jalan darat menuju ke Asos, dan kami berangkat lebih dahulu dengan kapal. Di Asos Paulus bergabung dengan kami dan berlayar bersama-sama ke Metilene. Keesokan harinya kami melewati Khios dan hari berikutnya singgah di Samos. Sehari kemudian sampailah kami di Miletus. Paulus memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, karena kalau mungkin ia ingin tiba di Yerusalem menjelang hari raya Pentakosta. Tetapi, ketika kami mendarat di Miletus, ia menyuruh orang menyampaikan pesan kepada para penatua di Efesus agar mereka datang ke kapal menemui dia. Setelah mereka tiba, berkatalah Paulus kepada mereka, “Saudara sekalian maklum, bahwa sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di provinsi Asia (Turki) sampai sekarang, saya telah melakukan pekerjaan Tuhan dengan rendah hati, bahkan dengan cucuran air mata, dan telah menghadapi banyak bahaya dari pihak orang Yahudi yang bersepakat membunuh saya. Sungguhpun demikian, saya tidak pernah gentar mengajarkan yang bermanfaat untuk kalian, baik di muka umum maupun di rumah Saudara. Berita yang selama ini telah saya sampaikan kepada orang Yahudi maupun bukan Yahudi ialah perlunya bertobat meninggalkan dosa dan berpaling kepada Allah dengan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus. “Dan sekarang atas perintah Roh Kudus saya akan berangkat ke Yerusalem. Saya tidak tahu apa yang akan menimpa diri saya di sana, kecuali yang telah dinyatakan oleh Roh Kudus di tiap-tiap kota yang saya kunjungi, yaitu bahwa penjara dan penderitaan menunggu saya. Tetapi apalah artinya hidup saya ini, jika saya tidak melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepada saya oleh Tuhan Yesus, yaitu mengabarkan Berita Kesukaan mengenai kasih dan kebaikan Allah Yang Mahabesar. “Sekarang saya tahu bahwa Saudara sekalian yang telah mendengar berita tentang Kerajaan Allah dengan perantaraan saya tidak akan melihat saya lagi. Baiklah saya tegaskan bahwa bukan salah saya jika salah satu dari kalian binasa nanti, sebab saya tidak gentar menyampaikan pesan Allah kepada Saudara sekalian. “Dan sekarang waspadalah! Pelihara dan gembalakanlah domba-domba Allah, yaitu jemaat yang telah dibeli dengan darah-Nya, sebab sebagai pemimpin Saudara bertanggung jawab kepada Roh Kudus. Saya tahu benar bahwa setelah saya meninggalkan Saudara, guru-guru palsu akan muncul di antara Saudara bagaikan serigala ganas yang tidak akan menyayangkan kawanan domba. Beberapa dari antara Saudara sendiri akan memutarbalikkan kebenaran untuk menarik pengikut-pengikut. Berjaga-jagalah! Ingatlah akan masa tiga tahun yang saya lewatkan bersama dengan Saudara. Siang malam saya menjaga, memelihara serta menasihati Saudara bahkan dengan cucuran air mata. “Sekarang Saudara saya serahkan kepada Allah dan pemeliharaan serta firman-Nya yang berkuasa menumbuhkan iman Saudara dan mengaruniakan kepada Saudara warisan yang tersedia bagi yang menjadi milik-Nya. “Saya tidak pernah mendambakan uang atau pakaian bagus. Saudara tahu bahwa dengan tangan sendiri saya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan bahkan kebutuhan kawan-kawan yang bersama-sama dengan saya. Saya selalu memberi teladan kepada Saudara dalam hal menolong orang miskin, sebab saya ingat akan kata-kata Tuhan Yesus, ‘Lebih berbahagia memberi daripada menerima.’ ” Setelah selesai berbicara, Paulus berlutut bersama-sama dengan mereka, dan ketika mereka memeluk Paulus untuk mengucapkan selamat berpisah, mereka menangis tersedu-sedu. Mereka bersedih hati, terutama karena Paulus berkata bahwa mereka tidak akan melihatnya lagi. Kemudian mereka mengantar dia ke kapal. Setelah berpisah dengan penatua-penatua Efesus, kami langsung berlayar menuju Kos. Keesokan harinya sampailah kami di Rodos dan kemudian meneruskan perjalanan ke Patara. Di situ kami menumpang kapal yang akan berlayar ke Fenisia, sebuah provinsi di Siria. Pulau Siprus tampak kepada kami dan setelah melewatinya di sebelah kiri kami, sampailah kami di Tirus, kota pelabuhan di Siria, dan di situ kapal membongkar muatan. Kami turun ke darat, berjumpa dengan orang-orang percaya di situ, dan tinggal bersama dengan mereka selama seminggu. Murid-murid itu telah diberi tahu oleh Roh Kudus tentang bahaya yang mengancam Paulus di Yerusalem, dan mereka menasihati rasul itu agar jangan pergi ke sana. Ketika kami kembali ke kapal pada akhir minggu itu, segenap sidang jemaat, termasuk para istri dan anak-anak, mengantar kami ke pantai dan di situ berdoa serta mengucapkan selamat berpisah. Kemudian kami naik ke kapal dan mereka pulang ke rumah. Setelah meninggalkan Tirus, kami singgah di Ptolemais. Kami memberi salam kepada orang-orang percaya di situ, tetapi hanya satu hari kami tinggal bersama dengan mereka. Kemudian kami meneruskan perjalanan ke Kaisarea dan tinggal di rumah Penginjil Filipus, salah seorang dari ketujuh diakon yang pertama. Ia mempunyai empat orang anak gadis yang memiliki karunia bernubuat. Sementara kami tinggal di situ beberapa hari lamanya, seseorang bernama Agabus, yang juga memiliki karunia bernubuat, tiba dari Yudea dan berkunjung kepada kami. Ia mengambil ikat pinggang Paulus, lalu mengikat kaki serta tangannya sendiri dengan ikat pinggang itu. Kemudian ia berkata, “Roh Kudus menyatakan, ‘Beginilah pemilik ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan kepada bangsa Romawi.’ ” Mendengar itu, kami semua, yaitu umat Kristen di tempat itu serta kawan-kawan seperjalanan Paulus, meminta agar Paulus jangan meneruskan perjalanan ke Yerusalem. Tetapi ia berkata, “Mengapa Saudara menangis dan menghancurkan hati saya? Sebab bukan saja saya rela dipenjarakan di Yerusalem, melainkan juga rela mati bagi Tuhan Yesus.” Karena nyata bagi kami bahwa Paulus tidak dapat dibujuk, kami pun menyerah dan berkata, “Biarlah kehendak Tuhan jadi.” Tidak lama sesudah itu kami berkemas-kemas dan berangkat ke Yerusalem. Beberapa murid dari Kaisarea menyertai kami dan ketika sampai di Yerusalem, kami dibawa ke rumah Manason untuk menginap. Ia berasal dari Siprus dan sudah lama menjadi murid. Semua orang Kristen di Yerusalem menyambut kami dengan hangat. Keesokan harinya Paulus membawa kami berkunjung kepada Yakobus dan para penatua gereja di Yerusalem. Setelah kami bersalam-salaman, Paulus menceritakan kepada mereka segala yang telah dilakukan Allah melalui pelayanannya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Mereka memuji Allah, tetapi kemudian berkata kepada Paulus, “Saudara tahu bahwa beribu-ribu orang Yahudi juga telah percaya, dan mereka berpendirian bahwa orang-orang Yahudi yang percaya harus tetap berpegang teguh kepada adat istiadat Yahudi. Orang-orang Kristen Yahudi di sini telah mendengar bahwa Saudara menentang hukum Musa serta adat istiadat Yahudi dan Saudara melarang mereka mengkhitankan anak-anak mereka. Jadi, bagaimana sekarang? Pasti mereka akan mendengar bahwa Saudara telah datang kemari. “Saran kami begini: Di antara kami ada empat orang yang telah bernazar dan sedang bersiap-siap akan mencukurkan rambutnya. Sertailah mereka ke Bait Allah dan cukurlah rambut Saudara serta tanggunglah biaya mereka. “Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa Saudara menyetujui adat ini bagi orang Kristen Yahudi dan Saudara sendiri taat kepada hukum-hukum Yahudi serta sependapat dengan kami mengenai hal-hal ini. “Sedangkan mengenai orang Kristen bukan Yahudi, kami tidak menuntut supaya mereka mengikuti adat istiadat Yahudi, kecuali hal-hal yang telah kami beritahukan kepada mereka dengan perantaraan surat, yaitu supaya menjauhkan diri dari makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati tanpa mengeluarkan darah, dan dari zina.” sambil berteriak, “Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang ajarannya menentang bangsa kita dan yang mengajarkan supaya orang jangan mau menaati hukum Yahudi. Ia bahkan menentang Bait Allah dan mencemarkannya dengan membawa orang Yunani masuk ke dalamnya!” (Karena sebelum itu mereka telah melihat Paulus di kota bersama-sama dengan Trofimus, orang bukan Yahudi yang berasal dari Efesus (Turki), dan mereka mengira bahwa Paulus telah mengajak dia masuk ke dalam Bait Allah.) Segenap penduduk kota digemparkan oleh tuduhan-tuduhan itu dan timbullah kerusuhan. Paulus diseret ke luar dan semua pintu gerbang Bait Allah segera ditutup. Sedang mereka berusaha membunuh dia, sampailah kabar kepada kepala pasukan Romawi bahwa Yerusalem dalam keadaan rusuh. Kepala pasukan itu segera mengerahkan prajurit-prajurit dan perwira-perwiranya dan ia sendiri berlari ke tengah-tengah orang banyak. Ketika orang banyak melihat pasukan datang, mereka berhenti memukuli Paulus. Kepala pasukan menangkap Paulus dan memerintahkan supaya ia dibelenggu dengan rantai, lalu bertanya kepada orang banyak siapakah dia dan apakah yang telah dilakukannya. Beberapa orang meneriakkan ini dan beberapa lagi meneriakkan itu. Dalam keributan dan kekacauan seperti itu ia tidak dapat mengetahui keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, ia memerintahkan supaya Paulus dibawa ke markas. Ketika mereka sampai di tangga, para prajurit terpaksa mendukung Paulus di atas pundak mereka untuk melindunginya dari ancaman orang banyak yang mendesak dari belakang sambil berteriak, “Bunuh dia! Bunuh dia!” “Bukan,” jawab Paulus, “saya orang Yahudi dari Tarsus di Kilikia, kota yang cukup dikenal. Izinkanlah saya berbicara kepada orang banyak itu.” Kepala pasukan meluluskan permintaannya. Paulus berdiri di tangga serta memberi isyarat dengan tangannya supaya mereka diam. Segera orang banyak itu diliputi keheningan, dan Paulus berbicara kepada mereka dalam bahasa Aram sebagai berikut: “ Bapak-bapak dan Saudara-saudara, dengarkanlah pembelaan yang saya ajukan.” Ketika mereka mendengar Paulus berbicara dalam bahasa Aram, mereka menjadi lebih tenang lagi. “Saya orang Yahudi,” katanya, “saya dilahirkan di Tarsus, sebuah kota di Kilikia, tetapi saya dididik di sini di Yerusalem di bawah asuhan Gamaliel, yang telah mengajar saya untuk mengikuti hukum dan adat istiadat Yahudi dengan cermat. Saya berhasrat memuliakan Allah dalam setiap perbuatan saya, sama seperti yang telah Saudara lakukan pada hari ini. Saya menganiaya orang Kristen tanpa ampun. Baik laki-laki maupun perempuan saya tangkap dan saya jebloskan ke dalam penjara. Imam besar dan setiap anggota Majelis Tua-tua dapat memberi kesaksian tentang hal itu, karena dari mereka saya meminta surat yang ditujukan kepada para pemimpin orang Yahudi di Damsyik. Surat itu berisi instruksi agar membolehkan saya membelenggu setiap orang Kristen yang saya jumpai di sana dan membawanya ke Yerusalem untuk dihukum. “Dalam perjalanan, kira-kira pada tengah hari, ketika saya hampir sampai di Damsyik, suatu cahaya yang terang benderang dari langit menyinari tempat di sekeliling saya. Saya rebah ke tanah dan mendengar suara berkata kepada saya, ‘Saulus, Saulus, apa sebabnya engkau menganiaya Aku?’ “ ‘Siapakah yang berbicara?’ tanya saya. Suara itu menjawab, ‘Akulah Yesus dari Nazaret, yang kauaniaya.’ Orang-orang yang menyertai saya melihat cahaya itu, tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan. “Lalu saya berkata, ‘Apa yang harus saya lakukan, Tuhan?’ “Dan Tuhan berkata kepada saya, ‘Bangkit dan pergilah ke Damsyik. Di sana engkau akan diberi tahu mengenai apa yang akan kauhadapi dalam tahun-tahun mendatang.’ “Mata saya dibutakan oleh cahaya yang menyilaukan itu dan saya harus dituntun ke Damsyik oleh teman-teman seperjalanan saya. “Lalu ia berkata, ‘Allah nenek moyang kita telah memilih Saudara supaya mengetahui kehendak-Nya dan melihat Anak-Nya, satu-satunya yang benar-benar adil, serta mendengar Dia berbicara. Saudara harus menyampaikan pesan-Nya ke mana-mana serta memberitakan yang telah Saudara lihat dan dengar. Nah, jangan ayal lagi, dan berilah diri Saudara dibaptiskan dan dengan menyebut nama Tuhan, sucikanlah diri Saudara dari dosa.’ “Tetapi saya menjawab, ‘Tuhan, pastilah mereka tahu bahwa dahulu saya pergi ke tiap rumah ibadat dan memenjarakan serta memukuli orang-orang yang beriman kepada-Mu. Sedangkan ketika Stefanus dibunuh, saya berdiri di situ menyetujui tindakan itu serta menjaga jubah orang-orang yang merajamnya.’ “Tetapi Allah berkata kepada saya, ‘Tinggalkan Yerusalem, karena engkau akan Kuutus jauh kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi!’ ” Orang banyak mendengarkan sampai ia mengucapkan kata-kata itu, lalu serentak mereka berteriak, “Singkirkan orang semacam itu! Bunuh dia! Dia tidak boleh dibiarkan hidup!” Mereka berteriak-teriak sambil melemparkan jubah mereka ke udara serta menaburkan debu. Karena itu, kepala pasukan membawa Paulus ke dalam dan memberi perintah untuk mencambukinya agar ia mengakui kejahatannya. Ia ingin mengetahui apa sebabnya orang menjadi marah. Sementara mereka mengikat Paulus untuk dicambuki, Paulus berkata kepada seorang perwira yang berdiri di dekatnya, “Apakah ada hukum yang membolehkan Saudara mencambuki seorang warga negara Romawi sebelum diadili?” Perwira itu pergi kepada kepala pasukan dan berkata, “Apa yang sedang Tuan lakukan? Orang itu warga negara Romawi!” Maka pergilah kepala pasukan itu kepada Paulus dan bertanya, “Katakan, benarkah engkau warga negara Romawi?” “Ya, benar.” “Aku juga warga negara Romawi,” gerutu kepala pasukan itu, “dan banyak uang harus kukeluarkan untuk itu.” “Tetapi saya warga negara berdasarkan kelahiran!” Ketika mendengar bahwa Paulus adalah warga negara Romawi, prajurit yang sudah siap untuk mencambuki Paulus segera pergi, sedangkan kepala pasukan itu ketakutan, sebab dialah yang memberi perintah untuk mengikat dan mencambuki. Keesokan harinya kepala pasukan itu melepaskan belenggu Paulus dan memerintahkan para imam kepala agar bersidang dengan Mahkamah Agama. Ia menghadapkan Paulus kepada mereka untuk mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Sambil menatap para anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: “Saudara-saudara, selama ini saya telah hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah!” Segera imam besar Ananias menyuruh orang-orang yang berada di dekat Paulus menampar mulutnya. Paulus berkata kepadanya, “Allah akan menampar engkau, hai orang munafik! Hakim macam apa engkau ini? Engkau sendiri melanggar hukum dengan menyuruh aku ditampar seperti itu!” Orang-orang yang berdiri di dekat Paulus berkata, “Begitukah caranya berbicara kepada imam besar Allah?” “Saudara-saudara, saya tidak tahu bahwa ia imam besar,” jawab Paulus, “dalam Kitab Suci ada tertulis, ‘Janganlah memburuk-burukkan pemimpinmu.’ ” Kemudian Paulus ingat bahwa sebagian anggota Mahkamah Agama adalah orang Saduki dan sebagian lagi orang Farisi. Karena itu, ia berseru, “Saudara-saudara, saya orang Farisi seperti halnya dengan semua nenek moyang saya. Dan hari ini saya diadili karena percaya akan kebangkitan orang mati!” Seruannya itu menimbulkan perpecahan antara golongan Saduki dan golongan Farisi, karena golongan Saduki tidak percaya akan adanya kebangkitan dan adanya malaikat atau roh kekal di dalam diri kita, sedangkan golongan Farisi percaya. Maka timbullah kekacauan yang besar. Beberapa pemimpin orang Yahudi berdiri membela Paulus sambil berseru, “Tidak ada satu kesalahan pun kami temukan pada orang ini. Barangkali roh atau malaikat berbicara kepadanya (di jalan menuju Damsyik).” Teriakan orang semakin keras saja dan mereka menarik-narik Paulus dari kedua sisi. Akhirnya, karena takut Paulus akan dikoyak-koyak, maka kepala pasukan memberi perintah kepada prajurit-prajuritnya untuk menyelamatkan Paulus dari tengah-tengah orang banyak serta membawanya kembali ke markas. Pada malam itu Tuhan berdiri di samping Paulus dan berkata, “Jangan khawatir, Paulus. Sebagaimana engkau bersaksi kepada orang banyak tentang Aku di sini di Yerusalem, demikian juga engkau harus bersaksi tentang Aku di Roma.” Kemudian mereka menghadap para imam kepala serta tua-tua dan menceritakan apa yang telah mereka sepakati. Mereka berkata, “Ajukanlah permohonan kepada kepala pasukan agar Paulus dihadapkan lagi kepada Mahkamah Agama. Katakan saja bahwa masih ada beberapa pertanyaan yang ingin Saudara ajukan kepadanya. Kami akan mencegat dan membunuhnya di tengah jalan.” Tetapi kemenakan Paulus mendengar tentang rencana mereka dan ia pun pergi ke markas memberi tahu Paulus. Paulus memanggil salah seorang perwira dan berkata, “Bawalah anak ini kepada kepala pasukan. Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin disampaikannya.” Perwira itu membawa anak itu kepada kepala pasukan serta berkata, “Paulus, orang yang sedang ditahan itu, memanggil saya dan minta supaya anak muda ini dibawa kepada Tuan, karena ada sesuatu yang ingin dilaporkannya.” Kepala pasukan memegang tangan anak itu, membawanya ke samping serta bertanya kepadanya, “Apakah yang ingin kaulaporkan, Nak?” Anak itu menjawab, “Besok orang-orang Yahudi akan meminta supaya Bapak sekali lagi menghadapkan Paulus kepada Mahkamah Agama. Mereka akan berpura-pura ingin mendapat keterangan lebih lanjut. Jangan luluskan permintaan mereka, karena lebih daripada empat puluh orang telah bersiap-siap akan menyergap dan membunuh Paulus. Mereka telah bersumpah tidak akan makan atau minum sebelum ia mati. Sekarang mereka ada di luar mengharapkan Bapak meluluskan permintaan mereka.” Sebelum anak itu pergi, kepala pasukan berpesan kepadanya, “Jangan kaukatakan kepada siapa pun bahwa engkau telah memberitahukan hal ini kepadaku.” Kemudian ia menulis surat kepada gubernur sebagai berikut: Dari: Klaudius Lisias. Kepada: Yang Mulia Bapak Gubernur Feliks. Dengan segala hormat, Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka sedang berusaha membunuhnya, saya mengirimkan pasukan untuk menyelamatkan dia, karena saya mendengar dia warga negara Romawi. Kemudian saya menghadapkan dia kepada Mahkamah Agama untuk mengetahui apa yang telah dilakukannya. Segera saya ketahui bahwa persoalannya menyangkut kepercayaan bangsa Yahudi, sesuatu yang jelas tidak dapat dikenakan hukuman penjara atau hukuman mati. Tetapi, ketika saya mendengar adanya komplotan untuk membunuh dia, saya memutuskan untuk mengirimkan dia kepada Bapak, sedangkan para pendakwa akan saya suruh supaya mengajukan tuntutan mereka kepada Bapak. Sebagaimana diperintahkan, pada malam itu para prajurit membawa Paulus ke Antipatris. Keesokan harinya mereka menyerahkan Paulus kepada pasukan berkuda untuk dibawa ke Kaisarea, sedangkan mereka sendiri kembali ke markas. Setibanya di Kaisarea, pasukan berkuda itu menyampaikan surat serta menyerahkan Paulus kepada gubernur. Ia membaca surat itu, lalu bertanya kepada Paulus dari mana ia berasal. “Kilikia,” jawab Paulus. “Perkaramu akan kuperiksa selengkapnya, bila orang-orang yang mendakwamu tiba,” kata gubernur kepadanya, dan Paulus diperintahkan supaya disekap di penjara istana Herodes. Lima hari kemudian imam besar Ananias tiba dengan beberapa pemimpin Yahudi dan seorang ahli hukum bernama Tertulus untuk menyampaikan dakwaan mereka terhadap Paulus. Ketika Tertulus disuruh tampil, ia menuduh Paulus di hadapan gubernur dengan kata-kata sebagai berikut: “Yang Mulia, Yang Mulia telah memberikan ketenteraman dan perdamaian kepada kami bangsa Yahudi dan berkat kebijaksanaan Bapak kami mengalami perbaikan di negara kami juga. Untuk itu kami sangat berterima kasih. Kalau-kalau hamba menjemukan Yang Mulia, hamba mohon perhatian Yang Mulia sejenak saja, sementara hamba menyimpulkan dakwaan kami terhadap orang ini. Nyata kepada kami bahwa ia seorang pengacau, yang selalu menghasut orang-orang Yahudi di segala penjuru dunia supaya membuat kerusuhan serta memberontak melawan pemerintah Romawi. Ia adalah biang keladi mazhab Nasrani. Lagipula, ketika kami menangkapnya, ia sedang mencoba mencemarkan Bait Allah. “Dia pasti telah kami adili sebagaimana patutnya, seandainya Lisias, komandan garnizun itu, tidak datang dan menyelamatkan dia dari tangan kami, serta menuntut supaya ia dihukum berdasarkan hukum Romawi. Tuduhan kami dapat Yang Mulia buktikan kebenarannya dengan memeriksa sendiri orang ini.” Kemudian orang-orang Yahudi yang lain ikut berbicara, mengiakan segala yang telah dikatakan oleh Tertulus. Sekarang tibalah giliran Paulus. Gubernur memberi isyarat kepada Paulus supaya berdiri dan berbicara. Paulus mulai berkata, “Hamba tahu bahwa sudah bertahun-tahun Yang Mulia menjadi hakim dalam perkara bangsa Yahudi dan hal ini membesarkan hati hamba dalam menyampaikan pembelaan hamba. Yang Mulia akan maklum bahwa baru dua belas hari yang lalu hamba tiba di Yerusalem untuk beribadat di Bait Allah, dan Yang Mulia juga akan maklum bahwa hamba tidak pernah menimbulkan kerusuhan di rumah ibadat atau di jalan di kota manapun juga; dan orang-orang ini pasti tidak akan dapat membuktikan apa yang telah mereka tuduhkan ke atas hamba. “Tetapi satu hal hamba akui, yaitu bahwa hamba percaya akan jalan keselamatan yang mereka sebutkan sebagai suatu mazhab. Itulah cara yang hamba ikuti untuk beribadat kepada Allah nenek moyang kami. Hamba benar-benar percaya akan hukum Yahudi dan segala yang tertulis dalam kitab-kitab para nabi. Dan seperti orang-orang ini hamba percaya bahwa baik orang yang benar maupun orang yang tidak benar akan dibangkitkan. Karena itulah hamba selalu berusaha hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan di hadapan manusia. “Setelah pergi beberapa tahun lamanya, hamba kembali ke Yerusalem membawa uang untuk membantu orang-orang Yahudi, dan untuk mempersembahkan kurban kepada Allah. Orang-orang yang mendakwa hamba melihat hamba di Bait Allah ketika hamba sedang mempersembahkan kurban syukur. Hamba telah menggundulkan kepala sebagaimana diwajibkan oleh hukum mereka, dan tidak ada orang banyak di sekeliling hamba dan tidak ada kerusuhan. Tetapi beberapa orang Yahudi dari provinsi Asia (Turki) ada di situ. (Seharusnya mereka ada di sini, kalau mereka mempunyai suatu dakwaan terhadap hamba.) Tetapi silakan Yang Mulia tanyakan kepada yang hadir di sini sekarang apakah Mahkamah Agama mendapati suatu kesalahan pada diri hamba, kecuali ucapan yang mereka tidak menyukai ketika hamba ini berseru, ‘Saya berdiri di sini di hadapan Mahkamah Agama untuk membela diri karena percaya akan kebangkitan orang mati!’ ” Feliks, yang cukup berpengetahuan tentang ajaran Kristen, memberitahukan kepada orang-orang Yahudi itu supaya mereka menunggu sampai Lisias, komandan garnizun itu, datang dan barulah ia akan memutuskan perkara itu. Ia memerintahkan supaya Paulus dikembalikan ke penjara, tetapi ia memberi instruksi kepada para penjaga agar memperlakukan dia dengan baik dan jangan melarang sahabat-sahabatnya mengunjungi serta melayani Paulus. Beberapa hari kemudian Feliks datang bersama dengan istrinya, Drusila, seorang Yahudi. Mereka menyuruh memanggil Paulus dan mendengarkan dia bercerita tentang iman di dalam Yesus Kristus. Ia berbicara dengan mereka mengenai kebenaran, penguasaan diri serta pengadilan yang akan datang, maka Feliks pun ketakutan. “Sekarang pergilah dahulu,” katanya, “bila ada kesempatan, engkau akan kupanggil lagi.” Ia juga berharap Paulus akan memberi dia uang suap. Karena itu, sekali-sekali ia memanggil Paulus dan berbicara kepadanya. Dua tahun berjalan seperti itu. Kemudian Feliks digantikan oleh Perkius Festus. Karena Feliks ingin mengambil hati orang Yahudi, Paulus dibiarkannya dalam penjara. Tiga hari setelah Festus tiba di Kaisarea untuk memangku jabatannya yang baru, ia berangkat ke Yerusalem. Di sana para imam dan para pemimpin Yahudi menemui dia serta menyampaikan dakwaan mereka terhadap Paulus. Mereka mohon supaya Paulus dibawa ke Yerusalem dengan segera. (Rencana mereka ialah menghadang serta membunuhnya.) Tetapi Festus menjawab bahwa karena Paulus berada di Kaisarea, sedangkan ia sendiri tidak lama lagi akan kembali ke sana, maka pihak yang berwewenang dalam perkara itu hendaknya turut dengan dia untuk mengajukan Paulus ke depan pengadilan. Delapan atau sepuluh hari kemudian ia kembali ke Kaisarea dan keesokan harinya perkara Paulus disidangkan. Ketika Paulus tiba di ruang pengadilan, orang-orang Yahudi dari Yerusalem mengerumuninya serta melemparkan tuduhan-tuduhan yang tidak dapat mereka buktikan. Paulus menyangkal segala tuduhan itu. “Saya tidak bersalah,” katanya, “saya tidak melanggar hukum Yahudi, atau mencemarkan Bait Allah, ataupun memberontak melawan pemerintah Romawi.” Kemudian Festus yang ingin mengambil hati orang-orang Yahudi, bertanya kepadanya, “Bersediakah engkau pergi ke Yerusalem untuk kuadili di sana?” Festus berunding dengan para penasihatnya, kemudian menjawab, “Baiklah! Engkau telah minta naik banding kepada Kaisar, maka kepada Kaisarlah engkau akan dihadapkan!” Beberapa hari kemudian Raja Agripa bersama dengan Bernike datang berkunjung kepada Festus. Selama kunjungan mereka beberapa hari itu, Festus mengemukakan perkara Paulus kepada raja. “Di sini ada seorang tahanan yang perkaranya jatuh ke tangan saya ketika Feliks pergi,” katanya kepada raja. “Ketika saya berada di Yerusalem, para imam kepala dan para pemimpin orang Yahudi datang menghadap serta mengajukan dakwaan mereka terhadap dia dan meminta supaya orang itu dibunuh. Tentu saja dengan segera saya jelaskan kepada mereka bahwa hukum Romawi tidak membolehkan seseorang dihukum sebelum diadili. Ia diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan para pendakwa. “Ketika mereka datang kemari untuk menghadiri sidang pengadilan, maka keesokan harinya saya menyidangkan perkara Paulus dan memerintahkan supaya dia dibawa masuk. Tetapi tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadanya sama sekali bukan seperti yang saya duga, melainkan mengenai agama mereka dan mengenai seseorang bernama Yesus yang telah mati, tetapi Paulus bersikeras menyatakan bahwa Ia hidup! Saya kebingungan menghadapi perkara semacam ini dan bertanya kepadanya apakah ia bersedia diadili di Yerusalem atas tuduhan-tuduhan itu. Tetapi Paulus minta naik banding kepada Kaisar! Karena itu, saya mengembalikan dia ke penjara sampai saya dapat mengirimkan dia kepada Kaisar.” “Ingin juga saya mendengar orang itu,” kata Agripa. “Besok engkau akan mendengar dia,” sahut Festus. Demikianlah keesokan harinya, setelah raja dan Bernike tiba di ruang pengadilan dengan segala kebesaran disertai oleh perwira-perwira dan tokoh-tokoh terkemuka di kota itu, Festus memerintahkan supaya Paulus dibawa masuk. Kemudian Festus berbicara kepada sekalian yang hadir: “Raja Agripa dan hadirin sekalian, inilah orang yang dituntut hukuman mati oleh orang-orang Yahudi yang tinggal di sini maupun yang tinggal di Yerusalem. Tetapi pada hemat saya tidak ada kesalahannya yang dapat dikenakan hukuman mati. Namun, ia minta naik banding kepada Kaisar, sehingga mau tidak mau saya harus mengirimkannya kepada Kaisar. Tetapi apa yang harus saya tuliskan kepada Kaisar? Sebab tidak ada yang dapat dituduhkan kepadanya. Karena itulah saya telah membawa dia kepada Saudara sekalian, teristimewa pula kepada engkau, Raja Agripa, untuk memeriksanya dan memberitahukan kepada saya apa yang harus saya tuliskan. Sebab tidak beralasan rasanya mengirimkan seorang tahanan kepada Kaisar tanpa tuduhan apa-apa.” Kemudian Agripa berkata kepada Paulus, “Silakan sampaikan pembelaanmu.” Paulus memberi isyarat dengan tangannya, lalu mulai dengan pembelaannya: “Baginda Agripa, hamba merasa beruntung dapat menyampaikan pembelaan hamba di hadapan Baginda, sebab hamba tahu Baginda ahli dalam bidang hukum dan adat istiadat Yahudi. Dengarkanlah hamba dengan sabar! “Sebagaimana diketahui oleh semua orang Yahudi, semenjak kecil hamba mendapat didikan Yahudi di Kota Tarsus, kemudian di Yerusalem. Seandainya mereka mau mengakuinya, mereka tahu bahwa hamba adalah orang Farisi yang hidupnya benar-benar taat kepada hukum dan adat istiadat Yahudi. Tetapi bukan karena itu mereka menuduh hamba, melainkan karena dengan penuh harap hamba menantikan penggenapan janji Allah kepada nenek moyang kami. Kedua belas suku bangsa kami siang malam berusaha memperoleh pengharapan seperti yang hamba miliki. Namun demikian, Baginda Agripa, orang-orang Yahudi ini menganggap hamba melakukan kejahatan karena berpengharapan seperti itu. Mengapa kalian begitu susah percaya bahwa Allah dapat membangkitkan orang mati? “Dahulu hamba beranggapan bahwa hamba wajib menentang para pengikut Yesus dari Nazaret. Banyak orang suci di Yerusalem hamba penjarakan dengan wewenang yang hamba peroleh dari para imam kepala; dan ketika mereka dijatuhi hukuman mati, hamba menyetujuinya dengan sepenuh hati. Di mana-mana hamba menyiksa orang-orang Kristen untuk memaksa mereka mengutuki Kristus. Amarah hamba terhadap mereka demikian meluapnya, sehingga mereka hamba kejar-kejar bahkan sampai jauh ke kota-kota di negeri asing. Kami semua terjatuh, dan hamba mendengar suatu suara berbicara kepada hamba dalam bahasa Aram, ‘Saulus, Saulus, apa sebabnya engkau menganiaya Aku? Engkau hanya menyakiti diri sendiri.’ “ ‘Siapakah Engkau, ya Tuhan?’ tanya hamba. “Tuhan menjawab, ‘Akulah Yesus, yang kauaniaya. Sekarang berdirilah, sebab Aku telah menampakkan diri untuk mengangkat engkau menjadi hamba dan saksi-Ku. Pengalaman ini dan kesempatan-kesempatan lain di mana Aku akan menampakkan diri kepadamu harus kauberitakan kepada sekalian orang. Engkau akan Kuutus kepada bangsamu sendiri dan bangsa-bangsa lain. Aku akan melindungi engkau dari semua niat jahat mereka. Engkau harus menyadarkan mereka akan keadaan mereka yang sebenarnya, supaya mereka bertobat dan tidak lagi hidup di dalam kegelapan Iblis, melainkan di dalam terang Allah, dan supaya menerima pengampunan dosa serta warisan Allah bersama dengan sekalian orang di segala tempat, yaitu orang-orang yang dosanya telah dihapuskan dan yang telah disucikan karena iman kepada-Ku.’ “Demikianlah, Baginda Agripa, hamba menaati penglihatan dari surga itu. Mula-mula hamba berkhotbah kepada orang-orang di Damsyik, kemudian di Yerusalem serta seluruh Yudea, dan juga kepada orang-orang bukan Yahudi, bahwa mereka semua harus meninggalkan dosa mereka dan berpaling kepada Allah, serta membuktikan pertobatan mereka dengan berbuat baik. Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap hamba di Bait Allah dan berusaha membunuh hamba, tetapi Allah melindungi hamba, sehingga hamba dipanjangkan umur sampai detik ini untuk memberitahukan kenyataan-kenyataan ini kepada semua orang, besar maupun kecil. Yang hamba ajarkan tidak lain kecuali yang dinyatakan oleh para nabi dan oleh Nabi Musa, yaitu bahwa Mesias akan menderita dan menjadi Yang Pertama yang bangkit dari antara orang mati untuk membawa terang, baik kepada bangsa Yahudi maupun kepada bangsa-bangsa lain.” Tiba-tiba Festus berseru, “Gila engkau ini, Paulus! Akalmu telah berubah karena kebanyakan ilmu!” Tetapi Paulus menjawab, “Hamba tidak gila, Festus yang mulia. Yang hamba kemukakan adalah kebenaran semata-mata. Baginda Agripa maklum akan hal-hal ini. Hamba berbicara dengan terus terang, karena segala sesuatunya terjadi secara terbuka! Baginda Agripa, percayakah Baginda kepada para nabi? Hamba tahu, bahwa Baginda percaya!” Agripa memotong pembicaraan Paulus dan berkata, “Apakah engkau pikir engkau dapat membujuk saya untuk menjadi seorang Kristen begitu cepat?” Paulus menjawab, “Apakah cepat atau tidak, doa hamba kepada Allah kiranya Baginda dan para hadirin sekalian akan menjadi seperti hamba, kecuali belenggu ini.” Kemudian raja, gubernur, Bernike, dan tokoh-tokoh yang lain berdiri serta meninggalkan ruangan. Mereka berbicara mengenai perkara itu dan semua sependapat: “Orang itu tidak melakukan sesuatu yang patut dikenakan hukuman mati atau hukuman penjara.” Agripa berkata kepada Festus, “Seandainya ia tidak minta naik banding kepada Kaisar, ia sudah dapat dibebaskan.” Akhirnya diadakanlah persiapan untuk mengirimkan kami ke Roma dengan kapal. Paulus dan beberapa orang tahanan yang lain diserahkan ke bawah pengawasan Yulius, seorang perwira pasukan Kaisar. Kami berangkat dengan kapal dari Kota Adramitium yang akan singgah di beberapa tempat sepanjang pantai provinsi Asia (Turki). Perlu saya tambahkan bahwa Aristarkhus, seorang Yunani dari Tesalonika, ikut serta. Keesokan harinya ketika kami singgah di Sidon, Yulius sangat baik hati terhadap Paulus dan membolehkan dia naik ke darat berkunjung kepada sahabat-sahabat yang menerimanya dengan baik. Ketika kami berlayar lagi meninggalkan tempat itu, bertiuplah angin sakal sehingga kami terpaksa berlayar ke sebelah utara Siprus di antara pulau itu dan daratan, menyusur pantai provinsi Kilikia dan Pamfilia. Kami tiba di Mira di provinsi Likia. Di situ perwira kami mendapat sebuah kapal dari Aleksandria yang akan bertolak ke Italia dan ia memindahkan kami ke kapal itu. Kami kehilangan banyak waktu. Hari puasa Yahudi pada akhir musim gugur sudah lewat dan cuaca sangat berbahaya untuk pelayaran jarak jauh. Paulus berbicara kepada pimpinan kapal mengenai hal ini. “Saudara-saudara,” katanya, “kalau kita meneruskan perjalanan, kita tidak hanya menempatkan muatan dan kapal dalam bahaya, melainkan nyawa kita juga.” Tetapi para perwira yang bertanggung jawab atas orang-orang tahanan lebih percaya kepada nakhoda dan pemilik kapal daripada kepada Paulus. Karena Pelabuhan Indah merupakan pelabuhan yang tidak terlindung, dan tidak cocok untuk melewatkan musim dingin di situ, maka kebanyakan awak kapal menyarankan agar meneruskan pelayaran menyusur pantai dan berusaha mencapai Kota Feniks di Pulau Kreta untuk melewatkan musim dingin di sana. Feniks adalah pelabuhan yang baik, karena terbuka hanya dari arah barat laut dan barat daya. Ketika itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Tampaknya hari sangat baik untuk mengadakan perjalanan. Maka mereka pun membongkar sauh, lalu berlayar menyusur pantai Pulau Kreta. Kami berlayar di balik pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami mengangkat sekoci yang ditarik di belakang kapal. Mereka melilitkan tali-temali melingkari kapal untuk memperkuatnya. Karena takut terdampar pada pasir terapung di pantai Afrika, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terombang-ambing. Keesokan harinya, karena badai semakin hebat, awat kapal membuang muatan kapal ke laut. Pada hari yang ketiga, mereka membuang alat-alat derek dan semua benda yang dapat mereka buang. Kami tidak melihat matahari maupun bintang selama berhari-hari, jadi tidak ada orientasi yang mungkin. Badai mengamuk terus begitu hebat, sehingga akhirnya putuslah segala harapan kami untuk menyelamatkan diri. Sudah beberapa hari lamanya kami tidak makan, tetapi akhirnya Paulus berdiri di tengah-tengah awak kapal, lalu berkata, “Saudara-saudara, seandainya nasihat saya diturut dan kita tidak meninggalkan Pelabuhan Indah, kita tentu terhindar dari segala kesulitan dan kerugian ini. Tetapi tetaplah bertabah hati! Sebab tidak seorang pun di antara kita akan binasa, meskipun kapal ini akan tenggelam. “Karena tadi malam datang seorang malaikat dari Allah yang saya sembah karena saya adalah milik-Nya. Ia berdiri di samping saya, dan berkata, ‘Jangan takut, Paulus! Engkau pasti akan menghadap Kaisar. Lebih daripada itu, Allah telah mendengar permohonanmu dan akan menyelamatkan semua orang yang berlayar bersama dengan engkau.’ Sebab itu, tabahkanlah hatimu! Karena saya percaya kepada Allah! Segala yang difirmankan-Nya pasti terjadi. Namun kita akan terdampar di sebuah pulau.” Pada tengah malam, ketika kami terombang-ambing di Laut Adria setelah dilanda badai empat belas hari lamanya, para pelaut merasa bahwa mereka mendekati daratan. Mereka mengukur dalamnya laut dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit, mereka mengukur lagi dan ternyata air lima belas depa dalamnya. Mereka tahu bahwa kapal mereka akan segera terdampar ke pantai. Karena takut kandas pada batu karang di tepi pantai, mereka pun membuang empat buah sauh di buritan dan mengharapkan fajar segera menyingsing. Beberapa orang pelaut bermaksud melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci berpura-pura hendak membuang sauh di haluan. Tetapi Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya, “Setiap orang harus tinggal di kapal. Kalau tidak, kalian semua akan binasa.” Lalu prajurit-prajurit memutuskan tali sekoci dan sekoci itu jatuh ke laut lalu hanyut. Ketika hari menjelang pagi, Paulus mengajak semua orang untuk makan. “Sudah selama dua minggu Saudara sekalian tidak makan apa-apa,” katanya. “Sekarang makanlah untuk menjaga kesehatan, karena tidak seorang pun di antara Saudara akan binasa.” Kemudian ia mengambil roti kering dan mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka semua, lalu mulai makan. Semua orang merasa lebih besar hati dan mulai makan. Jumlah orang yang berada di kapal ialah dua ratus tujuh puluh enam. Sesudah makan, para awak kapal memperingan kapal dengan membuang semua muatan gandum ke laut. Ketika hari sudah siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya, tetapi mereka tidak mengenal daratan itu. Mereka ragu-ragu apakah dapat berlayar di antara karang-karang itu, lalu mendamparkan kapal itu ke pantai. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba. Setelah memutuskan tali-tali sauh dan membiarkan sauh-sauh itu di dalam laut, mereka menurunkan kemudi, memasang layar topang, lalu mengarah ke pantai. Tetapi mereka melanggar busung pasir dan kapal itu kandas. Haluannya terpancang kukuh, sedangkan buritannya hancur dilanda gelombang yang dahsyat. Para prajurit menyarankan kepada atasan mereka agar para tawanan dibunuh supaya tidak melarikan diri dengan berenang ke darat. Tetapi Yulius ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu, saran mereka ditolaknya. Semua yang dapat berenang diperintahkannya supaya terjun ke laut menuju darat. Selebihnya agar berusaha menyusul ke darat dengan menggunakan papan dan pecahan-pecahan kapal. Dengan demikian semua tiba di darat dengan selamat. Segera kami ketahui bahwa kami berada di Pulau Malta. Penduduknya sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api unggun di pantai untuk menyambut kami dan menghangatkan badan kami yang kehujanan dan kedinginan. Sedang Paulus mengumpulkan seberkas ranting untuk diletakkan di atas api, seekor ular berbisa yang keluar karena panasnya api, memagut tangannya. Penduduk pulau itu melihat ular itu menggelantung di tangan Paulus. Mereka berkata seorang kepada yang lain, “Orang ini pasti pembunuh! Walaupun ia luput dari laut, Dewi Keadilan tidak membiarkan dia hidup!” Tetapi Paulus mengebaskan ular itu ke dalam api dan tidak menderita apa-apa. Mereka mengira tubuhnya akan membengkak atau ia akan rebah dan mati seketika itu juga. Namun setelah lama menanti dan tidak melihat apa-apa pada diri Paulus, mereka berubah pendirian dan bahkan beranggapan bahwa ia dewa. Tidak jauh dari tempat kami mendarat ada tanah milik Publius, gubernur pulau itu. Ia menyambut kami dengan ramah dan menjamu kami selama tiga hari. Ketika itu ayah Publius kebetulan sedang menderita demam dan disentri. Paulus masuk ke kamarnya, lalu berdoa dan menyembuhkan dia dengan menumpangkan tangan ke atasnya! Sesudah itu datanglah semua orang sakit di pulau itu dan mereka pun disembuhkan. Oleh karenanya, mereka sangat menghormati kami, dan ketika kami hendak berlayar, mereka membekali kami dengan segala yang kami perlukan dalam pelayaran. Tiga bulan sesudah kapal kami terdampar, barulah kami berlayar lagi. Kali ini kami menumpang kapal bernama “Si Anak Kembar” dari Aleksandria, yang selama musim dingin berlabuh di pulau itu. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Sirakusa. Di situ kami bermalam selama tiga hari. Kemudian kapal kami sampai di Regium. Sehari kemudian angin selatan bertiup, sehingga keesokan harinya tibalah kami di Putioli. Di situ kami bertemu dengan beberapa orang Kristen. Atas permintaan mereka kami tinggal di situ selama tujuh hari. Sesudah itu kami berlayar ke Roma. Umat Kristen di Roma telah mendengar kami akan datang. Mereka datang menjumpai kami di Forum Apius. Yang lain datang menggabungkan diri di Tres Taberne. Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah dan menjadi besar hati. Setibanya di Roma, Paulus dibolehkan tinggal di tempat yang dikehendakinya dengan dijaga oleh seorang prajurit. Tiga hari kemudian Paulus mengundang para pemimpin orang Yahudi di tempat itu dan berkata sebagai berikut: “Saudara-saudara, meskipun saya tidak bersalah kepada siapa pun, juga tidak melanggar adat istiadat nenek moyang kita, saya telah ditangkap oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan kepada pemerintah Romawi untuk diadili. Orang Romawi mengadili saya dan hendak membebaskan saya karena tidak ada alasan bagi mereka untuk menjatuhkan hukuman mati seperti yang dituntut oleh para pemimpin orang Yahudi. Tetapi, ketika orang Yahudi menolak keputusan itu, saya merasa perlu naik banding kepada Kaisar, tanpa ada maksud jahat terhadap mereka. Hari ini saya mengundang Saudara sekalian agar kita saling berkenalan dan agar saya dapat menyampaikan kepada Saudara bahwa saya terbelenggu seperti ini semata-mata karena saya percaya Mesias telah datang.” Mereka menjawab, “Kami tidak mendengar apa-apa tentang engkau! Kami tidak menerima surat dari Yudea dan tidak ada berita dari mereka yang datang dari Yerusalem. Tetapi kami ingin mendengar apa pendapatmu, karena yang kami ketahui hanyalah bahwa orang Kristen tidak disenangi di mana-mana!” Maka ditetapkanlah waktunya dan pada hari itu banyak orang datang ke tempat Paulus. Ia menerangkan kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan menjelaskan tentang Yesus, seperti yang terdapat dalam Kitab Suci—berdasarkan lima kitab Musa dan kitab-kitab para nabi. Hal ini berlangsung dari pagi sampai petang! Beberapa di antara mereka dapat diyakinkan, ada pula yang tidak percaya. Namun setelah mereka saling bertengkar, tinggallah ucapan Paulus yang terakhir yang tetap berdengung dalam telinga mereka, yaitu: “Sesungguhnya benarlah apa yang dikatakan Roh Kudus ketika Ia berkata dengan perantaraan Nabi Yesaya, “ ‘Katakan kepada bangsa Yahudi: Kalian akan mendengar, tetapi tidak mengerti; kalian memandang, tetapi tidak melihat! Karena hati mereka keras dan telinga mereka tebal, dan mereka menutup mata mereka. Ini terjadi supaya mereka jangan melihat, jangan mendengar, jangan mengerti, jangan kembali kepada-Ku agar kalian Kusembuhkan.’ Sesudah itu Paulus tinggal selama dua tahun di rumah yang disewanya dan menyambut semua orang yang datang kepadanya. Dengan berani ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus, tanpa mendapat rintangan dari siapa pun. Sahabat-sahabat di Roma yang saya kasihi: Surat ini dari Paulus, hamba Yesus Kristus, yang terpilih menjadi penginjil, dan diutus untuk mengabarkan Berita Kesukaan dari Allah. Berita Kesukaan ini telah terlebih dahulu dikabarkan oleh nabi-nabi Allah dalam Perjanjian Lama sebagai janji Allah kepada manusia, yaitu Berita Kesukaan mengenai Anak-Nya, Yesus Kristus, Tuhan kita, yang lahir sebagai manusia dalam keluarga keturunan Raja Daud. Ia dibangkitkan dari antara orang mati sebagai bukti bahwa Ia adalah Anak Allah yang penuh dengan kuasa, yang memiliki sifat-sifat kesucian Allah. Melalui Kristus, segala kebaikan Allah sekarang telah dicurahkan ke atas kami, orang-orang berdosa yang tidak layak, dan kami diutus kepada sekalian bangsa di seluruh dunia untuk memberitakan hal-hal besar yang telah dilakukan Allah bagi mereka, supaya mereka juga percaya dan taat kepada Allah. Pertama-tama, ingin saya beritahukan bahwa ke mana pun saya pergi, saya mendengar orang membicarakan Saudara. Iman Saudara kepada Allah mulai dikenal di seluruh dunia. Betapa saya bersyukur kepada Allah, melalui Yesus Kristus, atas laporan yang baik ini mengenai Saudara sekalian. Allah mengetahui betapa sering saya mendoakan Saudara. Siang malam saya mendoakan Saudara dan kebutuhan Saudara kepada Dia, yang saya layani dengan segenap jiwa raga saya dengan jalan mengabarkan Berita Kesukaan mengenai Anak-Nya kepada sekalian orang. Salah satu hal yang terus-menerus saya doakan ialah agar Allah memberi saya kesempatan untuk datang berkunjung kepada Saudara serta memeliharakan saya dalam perjalanan. Ketahuilah Saudara, bahwa berkali-kali saya bermaksud datang berkunjung (tetapi selalu mendapat halangan) untuk bekerja di antara Saudara dan melihat hasil yang baik, seperti yang sudah saya lihat di antara jemaat bukan Yahudi yang lain. Saya sangat berutang budi kepada Saudara dan kepada semua orang, baik kepada bangsa-bangsa yang sudah beradab maupun kepada yang belum beradab; ya, kepada orang-orang yang berpendidikan maupun kepada yang tidak berpendidikan. Karena itu, dengan segala kesanggupan yang ada pada saya, saya selalu siap untuk mengunjungi Saudara di Roma, serta mengabarkan Berita Kesukaan dari Allah. Sebab saya tidak merasa malu akan Berita Kesukaan mengenai Kristus ini. Berita ini adalah cara Allah yang penuh kuasa untuk membawa semua orang percaya ke surga. Berita ini mula-mula hanya dikabarkan kepada orang-orang Yahudi saja, tetapi sekarang setiap orang diundang untuk datang kepada Allah dengan cara yang sama. Berita Kesukaan ini menyatakan kepada kita bahwa Allah menyiapkan kita untuk surga, yaitu membenarkan kita di hadirat-Nya, apabila kita beriman kepada Yesus Kristus dan percaya bahwa Ia menyelamatkan kita. Ini terjadi semata-mata karena iman. Sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci, “Orang yang beriman kepada Allah mendapatkan persetujuan-Nya dan kehidupan.” Tetapi dari surga Allah menyatakan murka-Nya kepada semua orang yang berdosa dan jahat. Mereka melakukan apa yang tidak disukai Allah dan menginjak-injak kebenaran dengan kaki mereka. Sebab kebenaran mengenai Allah diketahui oleh mereka secara naluri. Allah telah menanamkan pengetahuan ini dalam hati mereka. Sejak mula pertama manusia telah melihat bumi, langit, dan segala ciptaan Allah, dan mengetahui tentang adanya Allah serta kuasa-Nya yang besar lagi kekal itu. Jadi, mereka tidak dapat berdalih (pada waktu mereka berdiri di hadirat Allah pada Hari Penghakiman). Memang mereka mengetahui tentang Allah, tetapi mereka tidak mau mengakui-Nya dan tidak mau menyembah Dia atau mengucap syukur kepada-Nya atas segala pemeliharaan-Nya dari hari ke hari. Kemudian mereka pun mulailah memikirkan hal-hal yang bodoh mengenai rupa Allah serta kehendak-Nya. Akibatnya, pikiran mereka yang picik menjadi gelap dan kacau. Dengan mengaku bijaksana tanpa Allah, mereka sebenarnya menunjukkan kebodohan. Kemudian, mereka bukannya menyembah Allah yang mulia dan kekal, melainkan mengambil kayu atau batu dan mengukirnya menjadi berhala yang tidak berdaya, seperti burung-burungan, hewan-hewanan, ular-ularan, dan orang-orangan. Dengan demikian, Allah membiarkan mereka melakukan segala macam dosa percabulan, mengumbar hawa nafsu, serta melakukan dosa dan kejahatan dengan tubuhnya seorang dengan yang lain. Mereka mengetahui kebenaran tentang Allah, tetapi mereka tidak mau memercayainya, lebih suka mendengarkan kebohongan. Mereka menyembah dan melayani ciptaan, bukan Pencipta. Hanya Dialah yang layak dipuji untuk selama-lamanya! Amin. Itulah sebabnya Allah menyerahkan mereka pada nafsu mereka, sehingga bahkan kaum wanita pun menentang rencana Allah bagi mereka dan mencemarkan diri mereka dengan bersenang-senang dalam dosa percabulan dengan sesama wanita. Sedangkan kaum pria, bukannya hidup dengan wanita dalam hubungan seksual yang wajar, melainkan berahi mereka berkobar-kobar terhadap sesama pria. Pria melakukan perbuatan yang memalukan dengan pria lain, dan sebagai akibatnya, pada tubuh dan jiwa mereka menerima hukuman yang benar-benar setimpal. Demikianlah, ketika mereka menjauhkan diri dari Allah dan bahkan tidak mau mengakui-Nya, Allah membiarkan mereka melakukan apa saja yang terlintas dalam pikiran mereka yang jahat itu. Hidup mereka menjadi penuh dengan segala macam kejahatan dan dosa, ketamakan dan kebencian, iri hati, pembunuhan, perkelahian, kebohongan, dendam, dan fitnah. Mereka adalah pengumpat, pembenci Allah, orang-orang sombong yang tinggi hati, dan kurang ajar, yang senantiasa mencari cara-cara baru untuk melakukan dosa dan terus-menerus tidak taat kepada orang tua mereka. Mereka memutarbalikkan kenyataan, tidak memegang janji, berhati kejam, dan tidak mengenal belas kasihan. Mereka tahu benar bahwa Allah menjatuhkan hukuman mati untuk kejahatan seperti itu. Walaupun demikian, mereka terus melakukannya, dan bahkan mendorong orang lain untuk melakukannya juga. Saudara mungkin berkata, “Bukan main jahatnya orang-orang yang Saudara bicarakan itu!” Tetapi tunggu dulu! Saudara juga sama jahatnya. Bila Saudara mengatakan bahwa mereka jahat dan seharusnya dihukum, berarti Saudara berbicara mengenai diri sendiri, karena Saudara juga melakukan hal-hal yang sama. Dan kita tahu bahwa Allah dengan adil akan menghukum siapa saja yang melakukan hal-hal seperti itu. Apakah Saudara mengira bahwa Allah akan mengadili dan menghukum orang lain karena kejahatan mereka, tetapi akan membebaskan Saudara, walaupun Saudara melakukan hal-hal yang sama? Apakah Saudara tidak menyadari kesabaran-Nya terhadap Saudara? Atau tidakkah Saudara peduli? Tidakkah Saudara menyadari bahwa selama ini Ia menangguhkan hukuman-Nya, supaya Saudara dapat berpaling dari dosa? Maksud kebaikan-Nya ialah untuk membawa Saudara kepada pertobatan. Tetapi Saudara tidak mau peduli. Dengan demikian, Saudara seakan-akan menumpukkan hukuman dahsyat bagi Saudara sendiri, karena Saudara mengeraskan hati dan tidak mau berpaling dari dosa. Pada Hari Penghakiman kelak Allah akan menjadi hakim yang mahaadil bagi semua orang. Ia akan memberi ganjaran kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Ia akan memberi hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun dan sabar melakukan kehendak-Nya. Tetapi Ia memberi hukuman yang dahsyat kepada mereka yang melawan kebenaran-Nya dan yang berjalan di jalan yang jahat. Murka-Nya akan dicurahkan ke atas mereka. Akan ada kedukaan dan penderitaan bagi orang Yahudi maupun bagi orang bukan Yahudi yang terus-menerus berbuat dosa. Tetapi akan ada kemuliaan, kehormatan, dan kesejahteraan dari Allah bagi semua orang yang patuh kepada-Nya, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi. Sebab Allah tidak pilih kasih. Harinya pasti tiba, bilamana atas perintah Allah, Yesus Kristus akan menghakimi kehidupan pribadi tiap-tiap orang, yaitu segala rahasia hati dan pikiran yang tersembunyi. Ini adalah bagian dari rencana Allah yang besar, yang saya beritakan. Sebagai orang Yahudi Saudara sekalian beranggapan bahwa hubungan Saudara dengan Allah baik-baik saja, karena Ia memberikan hukum-hukum-Nya kepada Saudara. Saudara membanggakan diri dengan mengatakan bahwa Saudara adalah sahabat-Nya yang istimewa. Ya, Saudara mengetahui kehendak-Nya. Saudara tahu membedakan antara yang benar dan yang tidak. Saudara menjunjung yang benar karena hukum-hukum-Nya telah diajarkan kepada Saudara sejak kecil. Saudara demikian yakin akan jalan kepada Allah, sehingga Saudara dapat menunjukkannya kepada orang buta. Saudara menganggap diri sebagai sinar mercusuar, yang menunjukkan jalan menuju Allah kepada orang yang sesat dalam kegelapan. Saudara mengira bahwa Saudara dapat menuntun yang bodoh dan bahkan mengajar anak-anak mengenai perkara-perkara Allah, karena Saudara sungguh-sungguh mengetahui hukum-hukum-Nya yang penuh dengan segala pengetahuan dan kebenaran itu. Ya, Saudara mengajar orang lain. Tetapi mengapa Saudara tidak mengajar diri sendiri? Saudara mengatakan kepada orang lain supaya jangan mencuri. Bukankah Saudara sendiri mencuri? Saudara mengatakan berbuat zina adalah dosa. Bukankah Saudara sendiri melakukannya? Saudara berkata, “Janganlah menyembah berhala,” tetapi Saudara memperkaya diri sendiri dengan merampok rumah-rumah berhala. Saudara begitu bangga karena mengetahui hukum-hukum Allah, tetapi Saudara menghina Dia dengan melanggar hukum-hukum itu. Tidak heran bila dalam Kitab Suci tertulis, “Dunia mencerca Allah karena Saudara.” Menjadi orang Yahudi barulah berarti jika Saudara menaati hukum-hukum Allah, tetapi jika tidak, maka Saudara tidak lebih baik daripada orang kafir. Dan jika orang kafir menaati hukum-hukum Allah, apakah Allah tidak akan memberikan kepada mereka segala hak dan kehormatan yang semula direncanakan-Nya bagi orang Yahudi? Sesungguhnya, orang kafir itu akan lebih baik keadaannya daripada Saudara, orang Yahudi yang banyak mengetahui tentang Allah dan yang memiliki janji-janji-Nya, tetapi tidak menaati hukum-hukum-Nya. Saudara disebut Yahudi bukan karena keturunan atau karena upacara khitan. Orang Yahudi yang sejati ialah yang hatinya benar di hadapan Allah. Dan sunat yang sejati adalah pembaruan hati. Sunat itu tidak terjadi melalui ketaatan akan surat ketentuan hukum, tetapi dikerjakan oleh Roh Allah. Orang yang mengalami pembaruan itu mencari pujian dari Allah, bukan dari manusia. Lalu apakah untungnya menjadi orang Yahudi? Apakah ia diistimewakan oleh Allah? Apakah upacara khitan bangsa Yahudi itu ada gunanya? Memang, menjadi orang Yahudi banyak untungnya. Pertama-tama, Allah memercayakan hukum-hukum-Nya kepada mereka, supaya mereka mengetahui dan melakukan kehendak-Nya. Beberapa di antara mereka memang tidak setia, tetapi apakah kenyataan bahwa mereka melanggar janji-janji mereka kepada Allah berarti bahwa Allah akan melanggar janji-janji-Nya? Tentu saja tidak! Meskipun semua orang di dunia ini pendusta, Allah bukan pendusta. Ingatkah Saudara akan kata-kata dalam Kitab Mazmur tentang hal ini? Dalamnya tertulis, “Engkau, Allah, akan terbukti benar dalam apa yang Engkau katakan, Engkau akan memenangkan perkara di pengadilan.” “Tetapi ketidaksetiaan kita terhadap Allah itu baik, dosa kita mempunyai tujuan yang baik, sebab bila orang melihat betapa jahatnya kita, mereka akan menyadari betapa baiknya Allah. Jadi, adilkah Dia jika Ia menghukum kita, padahal dosa kita itu berguna bagi-Nya?” Begitulah kata beberapa orang. Sekali-kali bukanlah demikian halnya! Sebab, jika Allah mengabaikan dosa, bagaimana mungkin Ia dapat menghukum orang? “Bagaimana mungkin Allah mengadili dan menghukum saya sebagai orang berdosa, bila ketidakjujuran saya membawa kemuliaan bagi-Nya dengan menunjukkan perbedaan antara kejujuran-Nya dan kepalsuan saya?” Jika pendapat ini terus diikuti, Saudara akan sampai pada kesimpulan: semakin jahat kita, semakin Allah menyukainya! Orang yang berkata demikian patut dihukum. Namun begitu, beberapa orang mengatakan, bahwa itulah yang saya khotbahkan! Jadi, apakah kita orang Yahudi lebih baik daripada orang lain? Sama sekali tidak, sebab telah kita tunjukkan bahwa semua orang berdosa, baik orang Yahudi maupun bukan. Seperti dikatakan dalam Kitab Suci, “Tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah— seorang pun tidak! Tidak seorang pun yang mengerti dan berbuat kehendak Allah. Semua orang sudah murtad dan sesat. Di mana pun tidak ada orang yang selalu melakukan hal-hal yang benar; seorang pun tidak.” “Kata-kata mereka buruk dan kotor seperti bau busuk dari kubur yang terbuka. Lidah mereka penuh dengan dusta. Segala yang mereka katakan mematikan seperti bisa ular.” “Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah dan kebencian.” “Mereka main bunuh dan membenci siapa saja yang tidak sependapat dengan mereka. Ke mana pun mereka pergi, mereka menimbulkan kesedihan dan kekacauan, dan mereka tidak tahu jalan menuju perdamaian.” “Mereka tidak menghormati Allah.” Maka hukuman Allah dijatuhkan dengan sangat beratnya kepada orang Yahudi, sebab mereka bertanggung jawab menaati hukum-hukum Allah, bukannya melakukan segala kejahatan itu. Tidak seorang pun di antara mereka dapat berdalih. Sesungguhnya, segenap isi dunia bersalah dan bungkam di hadapan Allah Yang Mahakuasa. Jadi, Saudara mengerti, bahwa tidak seorang pun dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya dengan memenuhi tuntutan hukum-hukum-Nya, sebab makin banyak pengetahuan kita tentang hukum-hukum itu, makin jelas kelihatan bahwa kita tidak mematuhinya. Hukum-hukum Allah hanyalah untuk menyadarkan kita akan dosa kita. Ya, semua orang telah berdosa; semuanya tidak memenuhi harapan Allah yang mulia. Namun sekarang Allah menyatakan kita “tidak bersalah”, bila kita memercayai Yesus Kristus yang karena kebaikan-Nya, mengampuni dosa kita dengan cuma-cuma. Sebab Allah mengutus Kristus Yesus untuk menanggung hukuman atas dosa kita. Darah Kristus membuat pengampunan bagi mereka yang percaya pada-Nya. Dengan jalan ini Ia menunjukkan bahwa Ia bertindak adil ketika Ia tidak menghukum dosa-dosa yang dilakukan pada masa-masa yang lalu, sebab Ia menantikan saatnya Kristus akan datang dan menebus dosa. Di masa lalu Ia sabar terhadap mereka, tetapi sekarang membuktikan keadilan-Nya. Dengan demikian Ia menegakkan tuntutan hukum-Nya dan menyatakan benar setiap orang yang percaya kepada Yesus. Jadi, perbuatan apakah yang dapat kita banggakan untuk memperoleh pembebasan itu? Tidak ada suatu apa pun yang dapat kita banggakan. Apa sebabnya? Sebab pembebasan kita bukan berdasarkan perbuatan baik kita, melainkan berdasarkan karya Kristus dan iman kita kepada-Nya. Demikianlah kita diselamatkan oleh iman kepada Kristus dan bukan oleh perbuatan baik yang kita lakukan. Apakah hanya orang Yahudi saja yang diselamatkan oleh Allah dengan jalan ini? Tidak, sebab orang bukan Yahudi juga boleh datang kepada-Nya dengan cara yang sama. Allah memperlakukan kita semua dengan cara yang sama. Semua orang, Yahudi atau bukan, akan dibebaskan jika mereka beriman. Lalu, apakah karena kita diselamatkan oleh iman, berarti bahwa kita tidak perlu lagi menaati hukum-hukum Allah? Justru sebaliknya! Sesungguhnya, kita dapat benar-benar taat kepada Yesus, hanyalah bila kita memercayai-Nya. Sebab Kitab Suci mengatakan bahwa Abraham percaya kepada Allah, dan Allah menerima dia sebagai orang benar. Tentang hal ini Raja Daud berkata dengan menggambarkan kebahagiaan orang berdosa yang tidak layak dikasihani, yang oleh Allah dinyatakan “benar”. “Berbahagialah orang yang dosa-dosanya telah diampunkan dan dihapuskan,” katanya. “Betapa bahagianya orang yang dosa-dosanya tidak lagi diperhitungkan Tuhan.” Sekarang timbullah pertanyaan: Apakah berkat itu diberikan hanya kepada mereka yang memercayai Kristus dan juga menaati hukum-hukum Yahudi, ataukah juga diberikan kepada mereka yang tidak menaati hukum-hukum Yahudi, tetapi hanya memercayai Kristus? Bagaimanakah halnya dengan Abraham? Kita katakan bahwa ia menerima berkat itu karena imannya, dan Allah menerima dia sebagai orang benar. Apakah hanya karena iman semata-mata? Atau juga karena ia menaati hukum-hukum Yahudi? Untuk mendapat jawaban pertanyaan di atas, jawablah dahulu pertanyaan ini: Bilamanakah Allah memberikan berkat tersebut kepada Abraham, sebelum atau sesudah khitannya? Berkat diberikan sebelum ia menjalani upacara khitan. Baru kemudian, sesudah Allah berjanji akan memberkati dia karena imannya, ia dikhitan. Upacara khitan itu adalah suatu tanda bahwa Abraham sudah beriman dan bahwa Allah telah menerimanya dan menyatakan dia benar dalam pandangan-Nya sebelum upacara itu. Dengan demikian, Abraham adalah bapa rohani orang-orang yang percaya dan yang diselamatkan tanpa menaati hukum-hukum bangsa Yahudi. Jadi, dapat kita lihat bahwa mereka yang tidak memegang hukum-hukum itu dibenarkan oleh Allah karena iman. Abraham juga adalah bapa rohani orang Yahudi yang telah dikhitan. Dengan mengambil Abraham sebagai teladan, mereka mengerti bahwa bukan upacara itu yang menyelamatkan mereka, sebab Abraham menyukakan hati Allah semata-mata karena iman, sebelum ia dikhitan. Jelaslah bahwa janji Allah untuk memberikan seluruh dunia kepada Abraham dan keturunannya bukanlah karena Abraham taat kepada hukum-hukum Allah, melainkan karena ia percaya bahwa Allah akan menepati janji-Nya. Oleh karena itu, bila Saudara masih beranggapan bahwa berkat-berkat Allah ditujukan hanya kepada mereka “yang cukup baik”, maka Saudara seolah-olah mengatakan bahwa janji-janji Allah kepada mereka yang beriman itu tidak mempunyai arti apa-apa, dan bahwa iman itu suatu hal yang bodoh. Tetapi kenyataannya adalah seperti berikut: apabila kita berusaha memperoleh berkat-berkat Allah dan keselamatan-Nya dengan menaati hukum-hukum-Nya, pada akhirnya kita selalu kena murka, sebab kita selalu gagal menaati hukum-hukum itu. Satu-satunya jalan untuk tidak melanggar hukum ialah tidak memiliki hukum untuk dilanggar! Jadi, berkat-berkat Allah itu diberikan kepada kita karena iman, sebagai suatu pemberian cuma-cuma. Apakah kita mengikuti adat istiadat Yahudi atau tidak, kita pasti memperoleh berkat-berkat itu, asal saja kita mempunyai iman seperti iman Abraham, sebab dalam hal iman, Abraham adalah bapa kita semua. Itulah yang dimaksudkan oleh Kitab Suci, ketika disebutkan bahwa Allah menjadikan Abraham bapa banyak bangsa. Allah mau menerima semua orang dari segala bangsa yang percaya kepada Allah seperti Abraham. Janji itu dari Allah sendiri yang menghidupkan orang mati dan yang memanggil yang tidak ada menjadi ada. Maka ketika Allah memberi tahu Abraham bahwa Ia akan memberinya seorang putra yang akan menurunkan suatu bangsa yang besar, Abraham percaya kepada Allah, meskipun janji itu tampaknya mustahil terpenuhi. Dan karena imannya teguh, ia tidak merasa khawatir mengenai kenyataan bahwa pada usia seratus tahun ia sudah terlampau tua untuk menjadi seorang ayah, dan bahwa Sara, istrinya, pada usia sembilan puluh tahun juga sudah terlalu tua untuk melahirkan anak. Tetapi Abraham tidak pernah bimbang. Ia percaya kepada Allah. Imannya tumbuh semakin teguh, dan ia memuji Allah atas berkat-Nya itu, bahkan sebelum berkat itu diterima. Ia benar-benar yakin bahwa Allah dapat melakukan segala yang dijanjikan-Nya. Allah mengampunkan dosa-dosa Abraham karena imannya dan menerima dia sebagai orang benar. Pernyataan yang menakjubkan ini, yaitu bahwa ia diterima dan dibenarkan karena imannya, tidak hanya bagi Abraham saja. Janji itu juga bagi kita, dan memberi kepastian kepada kita bahwa Allah akan menerima kita sama seperti Ia menerima Abraham—apabila kita memercayai janji-janji Allah yang membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati. Yesus mati karena dosa kita dan Ia bangkit lagi untuk membenarkan kita di hadapan Allah. Kita telah dibenarkan di hadapan Allah karena percaya akan janji-janji-Nya. Sekarang kita dapat menikmati damai sejahtera yang sesungguhnya dengan Dia, karena apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus bagi kita. Karena iman kita, Ia telah memberi kita kedudukan yang terhormat seperti sekarang ini dan dengan penuh kepercayaan serta sukacita kita berharap akan berbagi kemuliaan Allah. Demikian juga kita dapat bersukacita, pada waktu kita mengalami kesulitan dan cobaan, sebab kita tahu hal itu baik bagi kita karena menolong kita belajar bersabar. Dan kesabaran menghasilkan suatu watak yang kuat dalam diri kita serta menolong kita supaya senantiasa lebih memercayai Allah setiap kali kita bersabar, sampai akhirnya pengharapan dan iman kita menjadi kuat dan teguh. Kalau sudah begitu, apa pun yang terjadi, kita dapat hidup dengan tabah, karena kita tahu bahwa segalanya baik. Kita menyadari betapa besar kasih Allah kepada kita, dan kasih ini kita rasakan dalam segenap diri kita, karena Allah telah memberikan Roh Kudus untuk memenuhi hati kita dengan kasih-Nya. Pada saat yang tepat, ketika kita sama sekali tidak berdaya dengan tiada jalan keluar, Kristus datang dan mati untuk kita orang-orang yang berdosa. Seandainya kita baik sekalipun, kita tidak dapat mengharapkan seseorang mati untuk kita, walaupun tentunya kemungkinan selalu ada. Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada kita dengan mengutus Kristus supaya mati untuk kita pada waktu kita hidup dalam dosa. Semua ini dilakukan-Nya untuk kita dengan darah-Nya, ketika kita masih dalam dosa. Karena itu, betapa banyak lagi yang akan dilakukan-Nya untuk kita, sesudah kita dinyatakan “tidak bersalah”. Sekarang Ia akan menyelamatkan kita dari segala murka Allah yang akan datang. Selagi kita masih menjadi musuh-musuh-Nya, kita dikembalikan kepada Allah oleh kematian Anak-Nya. Betapa besar berkat-berkat yang disediakan-Nya bagi kita sekarang sesudah kita menjadi sahabat-Nya, dan Ia hidup di dalam kita! Sekarang kita bersukacita dalam hubungan kita yang baru dengan Allah—semata-mata karena apa yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus bagi kita. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi dosa kita, dan dengan demikian menjadikan kita sahabat Allah. Ketika Adam jatuh ke dalam dosa, maka dosa menjangkiti seluruh umat manusia. Dosanya menyebarkan kematian ke seluruh dunia; dan karena itu, segala sesuatu menjadi tua dan mati, sebab semua telah berdosa. (Kita tahu bahwa kematian ini disebabkan oleh dosa Adam.) Meskipun manusia berbuat dosa sejak zaman Adam sampai Musa, pada masa itu Allah tidak menyatakan bahwa mereka bersalah dan harus binasa karena melanggar hukum-hukum-Nya, sebab hukum-hukum itu belum diberikan kepada mereka. Lagipula, Ia belum menyatakan apa yang dikehendaki-Nya supaya dilakukan oleh mereka. Jadi, tubuh mereka mati bukan karena dosa mereka sendiri, sebab mereka tidak pernah melanggar perintah Allah dengan makan buah yang terlarang itu, seperti yang dilakukan oleh Adam. Alangkah besarnya beda antara Adam dan Kristus yang pada waktu itu masih akan datang! Dan betapa besar beda antara dosa manusia dan pengampunan Allah! Manusia yang seorang ini, yaitu Adam, membawa kematian kepada banyak orang karena dosanya. Tetapi Yesus Kristus membawa pengampunan kepada banyak orang karena kemurahan Allah. Dosa Adam yang satu itu mengakibatkan kematian bagi banyak orang, sedangkan Kristus dengan cuma-cuma menghapuskan banyak dosa dan memberikan hidup yang penuh dengan kemuliaan. Dosa manusia yang seorang, yaitu Adam, menyebabkan kematian menguasai semua orang. Sedangkan semua yang mau menerima karunia Allah, yakni pengampunan dan pembebasan, menguasai kehidupan karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Ya, dosa Adam membawa hukuman bagi semua orang, tetapi kebenaran Kristus menjadikan manusia benar di hadapan Allah, sehingga mereka dapat hidup. Adam menyebabkan umat manusia berdosa, karena ia tidak taat kepada Allah, dan Kristus menjadikan umat manusia berkenan di hadapan Allah karena Ia taat. Hukum Taurat diberikan supaya semua orang dapat melihat kegagalan mereka dalam mematuhi hukum-hukum Allah. Tetapi makin kita melihat keadaan kita yang penuh dosa, makin tampak betapa melimpahnya kemurahan Allah dalam mengampuni kita. Sebelumnya, dosa menguasai semua orang dan membawa mereka kepada kematian, tetapi sekarang kebaikan Allah menguasai kita dan membenarkan kita di hadapan-Nya, sehingga kita memperoleh hidup kekal melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Kalau begitu, apakah kita akan terus-menerus melakukan dosa, supaya Allah dapat menunjukkan lebih banyak kebaikan dan kemurahan hati-Nya kepada kita? Pada waktu Dia mati, tabiat Saudara yang lama, yang cenderung kepada dosa, dikuburkan bersama dengan Dia oleh baptisan, dan ketika Allah Bapa menghidupkan-Nya lagi dengan kekuasaan-Nya yang mulia, Saudara dapat menikmati hidup-Nya yang baru dan yang menakjubkan itu. Karena Saudara sudah menjadi bagian dari Dia, maka dapat dikatakan bahwa pada saat Dia mati, Saudara mati bersama dengan Dia. Dan sekarang Saudara mendapat bagian dalam hidup-Nya yang baru, dan akan dibangkitkan sebagaimana Dia dibangkitkan. Keinginan-keinginan jahat yang dahulu ada pada Saudara telah dipakukan pada salib bersama dengan Dia. Bagian Saudara yang cenderung kepada dosa itu telah dikalahkan dan dilumpuhkan, sehingga tubuh Saudara yang berdosa itu tidak lagi dikuasai oleh dosa dan tidak perlu lagi menjadi hamba dosa. Ketika Saudara dimatikan terhadap dosa, Saudara dibebaskan dari segala bujukan dan kuasanya. Karena tabiat Saudara yang lama, yang cenderung kepada dosa itu, “mati” bersama dengan Kristus, maka kita tahu bahwa Saudara sekarang mendapat bagian dalam hidup-Nya yang baru. Kristus bangkit dari antara orang mati dan tidak akan mati lagi. Kematian tidak lagi berkuasa atas Dia. Ia mati satu kali untuk mengakhiri kuasa dosa untuk selama-lamanya, tetapi sekarang Ia hidup kekal dalam persekutuan dengan Allah. Jadi, anggaplah tabiat Saudara yang lama itu sudah mati dan tidak lagi berada di bawah pengaruh dosa. Hiduplah bagi Allah dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan kita. Kehidupan ini fana. Jangan biarkan diri Saudara melalui nafsunya dikuasai lagi oleh dosa. Janganlah menyerah kepadanya dengan menuruti keinginannya yang jahat. Jangan biarkan satu pun dari anggota tubuh Saudara diperalat oleh kejahatan untuk berbuat dosa, melainkan serahkanlah diri Saudara sebulat-bulatnya kepada Allah, sebab Saudara telah dihidupkan dari kematian dan Saudara ingin supaya dijadikan alat dalam tangan Allah bagi maksud-maksud-Nya yang baik. Dosa tidak perlu lagi menguasai Saudara, sebab sekarang Saudara tidak lagi terikat oleh Hukum Taurat sebagai hamba dosa, melainkan telah bebas di dalam kasih dan kemurahan Allah. Apakah ini berarti bahwa kita sekarang dapat terus berbuat dosa dan tidak peduli mengenai hal itu, sebab keselamatan kita peroleh bukan karena kita menaati Hukum Taurat, melainkan karena menerima karunia Allah? Tentu saja bukan demikian maksudnya! Tidakkah Saudara sadar bahwa Saudara dapat memilih siapa yang ingin Saudara pertuan? Saudara dapat memilih dosa (dengan kematian) atau ketaatan (dengan pembebasan). Kalau Saudara menyerahkan diri kepada seseorang, maka orang itu akan memiliki Saudara dan menjadi tuan Saudara dan Saudara akan menjadi hambanya. Bersyukurlah kepada Allah, sebab walaupun dahulu Saudara lebih suka menjadi hamba dosa, sekarang dengan segenap hati Saudara telah menaati ajaran yang diberikan Allah kepada Saudara. Sekarang Saudara telah bebas dari tuan yang lama, yaitu dosa, dan Saudara telah menjadi hamba tuan yang baru, yaitu kebenaran. Saya berkata-kata dengan memakai perumpamaan tentang hamba dan tuan supaya mudah dipahami: seperti halnya Saudara dahulu menjadi hamba segala macam dosa, sekarang Saudara harus menjadi hamba segala sesuatu yang benar dan suci. Dahulu, waktu Saudara masih menjadi hamba dosa, Saudara tidak banyak menghiraukan kebaikan. Dan apakah akibatnya? Rupanya tidak baik, sebab sekarang, kalau teringat akan perbuatan-perbuatan yang biasa Saudara lakukan pada masa lampau, Saudara sudah merasa malu, sebab perbuatan-perbuatan itu berakhir dengan kebinasaan yang kekal. Tetapi sekarang Saudara telah bebas dari kuasa dosa dan menjadi hamba Allah, dan rahmat-Nya kepada Saudara mencakup kesucian dan hidup kekal. Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup kekal dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. Saudara-saudara di dalam Kristus, Saudara tentu tahu Hukum Taurat. Apakah Saudara belum tahu, bahwa apabila seseorang mati, hukum itu tidak lagi berkuasa atas dirinya? Izinkan saya memberi suatu lukisan: pada waktu seorang wanita menikah, secara hukum ia terikat kepada suaminya selama suami itu masih hidup. Tetapi, apabila suaminya mati, wanita itu tidak lagi terikat kepadanya. Hukum-hukum perkawinan tidak lagi berlaku atas dirinya. Kemudian ia boleh menikah dengan orang lain, kalau ia mau. Hal itu salah, apabila suami itu masih hidup, tetapi kalau ia sudah meninggal, sama sekali tidak menjadi soal. “Suami” Saudara, yaitu tuan Saudara dahulu, ialah hukum Yahudi; tetapi Saudara telah “mati” bersama dengan Kristus pada salib, dan sebab Saudara telah “mati”, Saudara tidak lagi dalam keadaan “menikah dengan hukum itu”, dan hukum itu tidak lagi berkuasa atas diri Saudara. Kemudian Saudara dihidupkan lagi ketika Kristus bangkit, dan Saudara menjadi manusia baru. Sekarang boleh dikatakan Saudara telah “menikah” dengan Dia yang bangkit dari antara orang mati itu, sehingga Saudara dapat menghasilkan buah yang baik, yaitu perbuatan baik bagi Allah. Pada waktu tabiat Saudara yang lama masih giat, keinginan untuk berbuat dosa bekerja dalam diri Saudara, serta menyebabkan Saudara ingin melakukan hal-hal yang dilarang Allah, sehingga menghasilkan perbuatan dosa, yaitu buah kematian yang membusuk. Tetapi sekarang Saudara tidak perlu khawatir tentang hukum-hukum dan upacara-upacara Yahudi, karena Saudara “mati” pada waktu Saudara berada dalam cengkeramannya. Sekarang Saudara sungguh-sungguh dapat melayani Allah, bukan dengan cara lama yang mengharuskan Saudara menaati peraturan secara otomatis, melainkan dengan cara baru, yaitu dengan segenap hati dan jiwa Saudara. Lalu, apakah saya seakan-akan bermaksud mengatakan bahwa Hukum Taurat itu jahat? Tentu saja tidak! Hukum itu bukan dosa, tetapi hukum itulah yang menyatakan dosa saya. Dosa-dosa saya, yaitu keinginan jahat yang tersembunyi dalam hati saya, tidak akan saya sadari seandainya tidak ada hukum yang mengatakan, “Janganlah mempunyai keinginan jahat dalam hatimu.” Tetapi dosa memanfaatkan hukum ini dengan jalan menimbulkan segala macam keinginan jahat dalam diri saya. Apabila tidak ada hukum untuk dilanggar, maka tidak akan ada perbuatan dosa. Itulah sebabnya saya merasa senang selama saya belum mengerti apa yang sesungguhnya dituntut oleh Hukum Taurat. Tetapi, ketika saya mengetahuinya, saya menjadi sadar bahwa saya melanggar hukum itu dan menjadi orang berdosa serta akan dibinasakan. Sejauh menyangkut diri saya, hukum yang baik—yang dimaksudkan untuk menunjukkan kepada saya jalan kehidupan—justru mengakibatkan saya dijatuhi hukuman mati. Dosa menipu saya dengan menggunakan hukum-hukum yang baik dari Allah untuk menjerumuskan saya ke dalam jurang maut. Walaupun demikian, sesungguhnya Hukum Taurat itu sendiri benar dan baik. Tetapi bagaimana mungkin demikian? Bukankah hukum itu mengakibatkan kebinasaan saya? Kalau begitu, bagaimana mungkin hukum itu baik? Hukum itu memang baik, tetapi dosa, yaitu alat Iblis, menggunakan yang baik untuk mengakibatkan kebinasaan saya. Jadi, Saudara dapat mengetahui betapa licik, mematikan, dan terkutuknya dosa itu, sebab menggunakan hukum Allah yang baik untuk maksud-maksud jahat. Hukum itu baik dan kesalahannya bukan terletak pada hukum itu, melainkan pada diri saya, karena saya diperbudak oleh dosa. Saya sama sekali tidak dapat memahami diri saya sendiri, karena sebenarnya saya ingin melakukan hal yang baik, tetapi saya tidak dapat. Saya melakukan hal-hal yang tidak saya kehendaki—hal-hal yang saya benci. Saya tahu benar bahwa apa yang saya lakukan itu salah dan perasaan bersalah merupakan bukti bahwa saya mengakui hukum-hukum yang saya langgar itu. Tetapi saya tidak dapat berbuat apa-apa, sebab yang melanggar hukum bukan saya, melainkan dosa dalam diri saya, yang jauh lebih kuat daripada saya, yang mendorong saya melakukan perbuatan jahat. Saya tahu bahwa saya benar-benar busuk sejauh menyangkut tabiat saya yang lama dan penuh dosa itu. Ke mana pun saya pergi, saya tidak dapat berbuat baik. Saya ingin, tetapi saya tidak dapat. Apabila saya ingin berbuat baik, saya tidak melakukannya; dan apabila saya berusaha untuk tidak berbuat salah, saya malah melakukannya. Sekarang, apabila saya melakukan suatu hal yang tidak saya kehendaki, persoalannya sudah jelas: dosa masih menguasai saya dalam cengkeramannya. Rupanya sudah merupakan suatu kenyataan hidup, bahwa apabila saya ingin melakukan yang benar, saya malah melakukan yang salah. Karena tabiat saya yang baru, saya senang melakukan kehendak Allah; Dengan demikian, sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang menjadi milik Kristus. Roh yang memberi hidup itu, yang menjadi milik saya oleh karena Yesus Kristus, telah membebaskan saya dari hukum dosa dan maut yang sangat mengerikan. Kita tidak diselamatkan dari cengkeraman dosa hanya dengan mengenal hukum-hukum Allah, karena kita tidak dapat menaatinya; tetapi Allah melaksanakan rencana lain bagi keselamatan kita. Ia mengutus Anak-Nya sendiri dengan tubuh jasmani seperti kita dan dalam tubuh manusia itu menghancurkan kuasa dosa atas kita dengan jalan menyerahkan diri-Nya sebagai kurban bagi dosa kita. Jadi, sekarang kita dapat menaati hukum-hukum Allah, asal kita mengikuti Roh Kudus serta tidak lagi hidup menurut tabiat lama yang jahat dalam diri kita. Orang yang membiarkan diri dikuasai oleh tabiat yang rendah, hanya hidup untuk menyenangkan diri sendiri; tetapi orang yang mengikuti Roh Kudus melakukan hal-hal yang menyukakan hati Allah. Mengikuti Roh Kudus mendatangkan hidup dan kedamaian, tetapi mengikuti tabiat lama mendatangkan kematian. Sebab tabiat lama yang penuh dosa dalam diri kita itu bertentangan dengan Allah. Tabiat itu tidak pernah dan tidak akan taat kepada hukum-hukum Allah. Oleh karena itu, orang yang masih di bawah kekuasaan tabiat lama yang penuh dosa dan cenderung untuk mengikuti keinginan lama yang jahat, tidak mungkin dapat menyukakan hati Allah. Tetapi Saudara tidak demikian. Saudara dikuasai oleh tabiat baru, jika Roh Allah hidup di dalam Saudara. (Dan ingatlah bahwa barang siapa tidak memiliki Roh Kristus yang hidup di dalamnya, ia sekali-kali bukanlah orang Kristen.) Kalau Kristus hidup di dalam Saudara, walaupun tubuh Saudara akan mati karena dosa, tetapi Roh Allah memberi Saudara kehidupan baru sebab Allah telah mengampuni Saudara. Dan apabila Roh Allah, yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati, hidup di dalam Saudara, maka dengan perantaraan Roh ini juga, Ia akan menghidupkan kembali tubuh Saudara yang fana sesudah Saudara mati. Oleh karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, Saudara sama sekali tidak berkewajiban memenuhi tuntutan tabiat lama yang penuh dosa itu. Sebab, jika Saudara terus mengikutinya, Saudara sesat dan akan binasa; tetapi, jika oleh kuasa Roh Kudus Saudara menghancurkan tabiat itu dan perbuatan jahatnya, Saudara akan hidup. Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah. Maka kita tidak usah menjadi seperti hamba yang membungkuk-bungkuk ketakutan, tetapi kita harus berlaku seperti anak Allah sendiri, yang diangkat menjadi anggota keluarga-Nya, dan memanggil Dia: “Bapa.” Karena jauh di dalam lubuk hati kita, Roh-Nya yang kudus berbicara kepada kita dan menyatakan bahwa kita benar-benar anak Allah. Dan karena kita anak-Nya, maka kita akan ikut memiliki harta kekayaan-Nya, sebab segala yang diberikan Allah kepada Yesus Kristus, Anak-Nya, sekarang menjadi milik kita juga. Tetapi, jikalau kita ingin mendapat bagian dalam kemuliaan-Nya, maka kita harus juga mengambil bagian dalam penderitaan-Nya. Namun, penderitaan kita sekarang ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kemuliaan yang kelak akan diberikan-Nya kepada kita. Karena dengan sabar dan penuh harap segala ciptaan menantikan hari Allah akan menyatakan anak-anak-Nya dalam kemuliaan mereka di depan semua mata. Ciptaan tidak bisa memenuhi tujuan Allah sekarang dan tunduk pada kefanaan, bukan karena kehendaknya, tetapi karena menjadi sasaran kutukan Allah. Tetapi ada harapan. Sebab pada hari itu dunia sekeliling kita akan turut menikmati kemuliaan bersama-sama dengan anak-anak Allah yang telah dibebaskan dari kematian dan kefanaan. Karena kita tahu, bahwa seluruh alam semesta menderita sakit dan mengerang seperti seorang perempuan dalam kesulitan melahirkan sampai saat ini. Bahkan kita, orang-orang Kristen, walaupun memiliki Roh Kudus di dalam kita sebagai permulaan dari kemuliaan yang akan datang, juga mengerang dan ingin dibebaskan dari sakit dan penderitaan. Dengan penuh harap kita juga menantikan hari Allah akan memberi kita hak penuh sebagai anak-anak-Nya, termasuk juga tubuh baru yang dijanjikan-Nya kepada kita, yaitu tubuh yang tidak akan sakit lagi dan tidak akan mati. Kita diselamatkan karena kita percaya. Dan percaya berarti berharap akan memperoleh sesuatu yang belum kita miliki, sebab seseorang yang sudah memiliki sesuatu tidak usah berharap bahwa ia akan memperolehnya. Tetapi, apabila kita harus tetap berharap kepada Allah untuk sesuatu yang belum terjadi, hal ini mengajar kita menunggu dengan sabar dan penuh keyakinan. Roh Allah membantu kita dalam semua kelemahan kita. Sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa. Roh Kudus berdoa bagi kita dengan perasaan yang tidak terlukiskan dengan kata-kata. Dan Bapa yang mengetahui hati semua orang, tentu mengetahui apa yang dikatakan oleh Roh itu pada waktu Ia memohon bagi kita sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Dan kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi atas diri kita adalah untuk kebaikan kita, jika kita mengasihi Allah dan menyesuaikan diri dengan rencana-rencana-Nya. Sebab dari permulaan sekali Allah memutuskan bahwa mereka yang datang kepada-Nya—dan Ia sudah mengetahui siapa yang akan datang kepada-Nya—harus menjadi seperti Anak-Nya, sehingga Anak-Nya menjadi yang Sulung dengan banyak saudara. Sesudah memilih kita, Ia memanggil kita untuk datang kepada-Nya. Pada waktu kita datang, Ia menyatakan kita “tidak bersalah”, memenuhi kita dengan kebaikan Kristus, memulihkan hubungan baik antara kita dan diri-Nya sendiri, dan menjanjikan kemuliaan-Nya kepada kita. Apakah yang dapat kita katakan tentang hal-hal ini? Jika Allah ada di pihak kita, siapa yang akan melawan kita? Karena Anak-Nya sendiri pun tidak disayangkan-Nya, melainkan diserahkan-Nya demi kita semua, masakan Ia tidak memberikan segala sesuatu kepada kita? Siapa yang berani mendakwa kita yang telah dipilih Allah menjadi milik-Nya? Dialah yang telah mengampuni kita dan memulihkan hubungan baik antara kita dan diri-Nya sendiri. Jadi, siapakah yang akan menghukum kita? Kristuslah yang mati bagi kita—bahkan lebih dari itu: Dia hidup lagi dari kematian bagi kita dan duduk di tempat kehormatan tertinggi di sebelah Allah, dan menjadi Pembela kita di surga. Siapakah yang akan dapat memisahkan kasih Kristus dari kita? Bila kita mendapat kesukaran atau bencana, bila kita dikejar-kejar atau dibinasakan, apakah itu terjadi karena Ia tidak lagi mengasihi kita? Dan bila kita lapar, tidak berduit atau dalam bahaya, atau diancam kematian, apakah Allah telah meninggalkan kita? Tidak. Itu terjadi pada kita seperti tertulis di dalam Kitab Suci, “Karena kami milik-Mu, Tuhan, kami selalu menghadapi maut. Kami diperlakukan seperti domba yang ditakdirkan untuk disembelih.” Namun demikian, kemenangan yang gemilang akan kita miliki melalui Kristus, yang sangat mengasihi kita sehingga rela mati bagi kita. Sebab saya yakin bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Kematian tidak dan kehidupan pun tidak. Malaikat-malaikat tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah, dan roh jahat pun tidak. Ketakutan kita pada hari ini, kekhawatiran kita tentang hari esok, atau di mana pun kita berada—jauh tinggi di langit atau di dasar samudra yang paling dalam—tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus ketika Ia mati bagi kita. Untuk yang akan saya katakan sekarang, saya memanggil Kristus sebagai saksi. Itu adalah kebenaran, saya tidak berbohong. Hati nurani saya yang dibimbing oleh Roh Allah juga membenarkannya. Hati saya sangat berat; siang dan malam saya sangat berduka karena saudara-saudaraku bangsa Yahudi. Saya bersedia dikutuk oleh Allah dan terpisah dari Kristus, seandainya hal itu dapat menyelamatkan mereka. Mereka adalah orang Israel, Allah memilih mereka sebagai anak-anak-Nya dan mewahyukan kemuliaan-Nya kepada mereka. Ia membuat perjanjian dengan mereka dan memberi mereka Hukum-Nya. Ia memberi mereka hak istimewa untuk menyembah-Nya dan menerima janji-janji-Nya. Leluhur mereka adalah orang-orang besar pilihan Allah, dan Kristus sendiri dalam hal kemanusiaan-Nya adalah dari bangsa mereka, orang Yahudi. Ialah Allah yang memerintah segala sesuatu. Terpujilah Ia untuk selama-lamanya! Amin! Jadi, apakah Allah gagal memenuhi janji-janji-Nya kepada bangsa Yahudi? Tidak! (Sebab janji-janji itu diberikan hanya kepada orang Yahudi yang sejati.) Tidak setiap orang keturunan Yahudi adalah orang Yahudi sejati. Kenyataan bahwa mereka keturunan Abraham bukan berarti mereka benar-benar anak Abraham. Sebab Kitab Suci mengatakan bahwa janji-janji itu berlaku hanya bagi anak Abraham yang bernama Ishak serta keturunannya, meskipun anak Abraham tidak hanya seorang. Ini berarti bahwa tidak semua anak Abraham adalah anak Allah, melainkan hanyalah mereka yang percaya akan janji keselamatan yang diberikan Allah kepada Abraham. Sebab Allah berjanji: “Tahun depan engkau dan Sara akan Kuberi seorang putra.” Apakah karena itu Allah tidak adil? Bukan demikian. Karena Allah telah berfirman kepada Musa, “Bila Aku ingin berbuat baik kepada seseorang, hal itu akan Kulakukan. Dan Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa saja menurut kehendak-Ku.” Maka berkat-berkat Allah itu tidak diberikan karena seseorang menghendakinya atau bekerja keras untuk memperolehnya. Berkat-berkat itu diberikan karena Allah mengasihani orang menurut kehendak-Nya. Firaun, raja Mesir, adalah satu contoh dari kenyataan ini. Sebab kepadanya Allah berkata, “Aku telah mengangkatmu sebagai raja Mesir dengan tujuan untuk memperlihatkan kebesaran kuasa-Ku padamu, sehingga seluruh dunia akan mendengar nama-Ku yang penuh dengan kemuliaan itu.” Jadi, jelaslah bahwa Allah berbuat baik kepada seseorang semata-mata karena kehendak-Nya, Ia juga menjadikan beberapa orang mengeraskan hatinya. Jika demikian, mengapa Allah menyalahkan orang yang tidak mau mendengarkan? Bukankah mereka melakukan apa yang dikehendaki-Nya? Janganlah berpendapat demikian. Siapakah Saudara, maka Saudara mencela Allah? Layakkah suatu ciptaan berkata kepada penciptanya, “Mengapa saya dijadikan begini?” Bukankah dari segumpal tanah liat yang sama seorang penjunan berhak membuat sebuah jambangan yang indah untuk tempat bunga, dan sebuah bejana untuk tempat sampah? Bukankah Allah berhak menunjukkan murka dan kuasa-Nya terhadap orang-orang yang patut dibinasakan, yang selama ini diperlakukan-Nya dengan penuh kesabaran? Ingatkah Saudara akan nubuat Nabi Hosea? Dalam nubuat itu Allah berfirman: “Bagi diri-Nya sendiri Ia akan mencari anak-anak lain (yaitu yang bukan dari bangsa Yahudi yang telah dipilih-Nya), dan Ia akan mengasihi mereka, walau sebelumnya tidak seorang pun mengasihi mereka.” Dan, “Orang-orang kafir yang dahulu dikatakan: ‘Kamu ini bukanlah umat-Ku,’ akan disebut ‘anak-anak Allah Yang Hidup.’ ” Nabi Yesaya berseru tentang bangsa Yahudi, “Walaupun jumlah mereka akan menjadi berjuta-juta, hanya sebagian kecil saja yang akan diselamatkan. Sebab Tuhan akan melaksanakan penghukuman-Nya di atas bumi ini dengan cepat dan adil.” Dan pada kesempatan lain Nabi Yesaya berkata, “Kalau bukan karena kemurahan Allah, semua orang Yahudi akan dibinasakan seperti halnya setiap penduduk Kota Sodom dan Gomora.” Jika demikian, apakah yang dapat kita katakan? Hanya ini: bahwa Allah telah memberi kesempatan kepada orang-orang bukan Yahudi untuk dibebaskan karena iman, meskipun selama ini mereka tidak mencari Allah dengan sungguh-sungguh. Tetapi orang-orang Yahudi yang dengan sekuat tenaga berusaha supaya dibenarkan di hadapan Allah dengan memegang teguh hukum-hukum-Nya, tidak pernah berhasil. Mengapa demikian? Karena mereka berusaha supaya diselamatkan dengan jalan menaati hukum itu dan berbuat baik, bukannya dengan menyandarkan diri kepada Allah dengan iman. Mereka tersandung pada batu antukan yang besar. Allah memperingatkan mereka mengenai hal ini dalam Kitab Suci, “Aku telah meletakkan sebuah Batu di Sion, yang akan membuat banyak orang tersandung dan jatuh, tetapi orang yang percaya kepada-Nya tidak akan dikecewakan.” Saudara sekalian yang saya kasihi, kerinduan hati saya dan doa saya ialah supaya bangsa Yahudi diselamatkan. Saya tahu betapa besar semangat mereka bagi kemuliaan Allah, namun tidak mengenai sasaran, sebab mereka tidak mengerti bahwa Kristus mati untuk membenarkan mereka di hadapan Allah. Sebaliknya, mereka berusaha berbuat baik dengan jalan memegang teguh hukum-hukum dan adat istiadat Yahudi supaya menyukakan hati Allah. Tetapi itu bukanlah jalan keselamatan Allah. Mereka tidak mengerti, bahwa kepada orang yang percaya kepada-Nya, Kristus memberi segala sesuatu yang sedang mereka usahakan untuk mendapatkannya dengan menaati hukum-hukum-Nya. Karena Musa menulis bahwa orang diselamatkan dengan menaati setiap hukum Allah dan dapat bertahan terhadap cobaan seumur hidupnya serta tidak pernah berbuat dosa. Tetapi mengenai keselamatan oleh iman dikatakan: “Tidak usah lagi memikirkan ‘siapa yang dapat naik ke surga,’ seolah-olah perlu untuk membawa Kristus turun dari sana untuk menolong engkau. Dan ‘Tidak usah lagi memikirkan siapa yang dapat turun ke dunia orang mati,’ seolah-olah perlu membawa Kristus kembali kepada hidup dari sana.” Sebaliknya, Kitab Suci berkata, “Firman Allah dekat denganmu; itu ada di mulut dan hatimu.” Itulah pesan tentang iman yang kami beritakan. Sebab, jika dengan mulut Saudara mengaku, bahwa Yesus Kristus itu Tuhan Saudara, dan dalam hati Saudara percaya, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka Saudara akan diselamatkan. Sebab dengan percaya dalam hati, orang dibenarkan di hadapan Allah, dan dengan mulutnya ia mengakui imannya ia akan diselamatkan. Karena Kitab Suci mengatakan kepada kita, bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan dikecewakan. Dalam hal ini orang Yahudi atau bukan sama saja: mereka semuanya mempunyai Tuhan yang sama, yang dengan murah hati memberikan kekayaan-Nya kepada siapa saja yang meminta kepada-Nya. Siapa pun yang berseru kepada Tuhan akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mungkin mereka meminta kepada-Nya supaya diselamatkan, jika mereka tidak percaya kepada-Nya? Bagaimana mereka dapat percaya kepada-Nya, jika mereka tidak pernah mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka dapat mendengar tentang Dia, kalau tidak ada orang yang memberi tahu mereka? Dan bagaimana seseorang akan memberi tahu mereka, jika tidak ada yang mengutusnya? Inilah yang dimaksudkan dengan apa yang dikatakan dalam Kitab Suci, “Betapa indahnya bunyi langkah kaki orang-orang yang mengkhotbahkan Injil perdamaian Allah, dan membawa berita gembira tentang hal-hal yang baik.” Dengan kata lain, orang-orang yang mengkhotbahkan Berita Kesukaan dari Allah seharusnya disambut dengan baik. Tetapi tidak setiap orang yang mendengar Berita Kesukaan itu menyambutnya dengan gembira, sebab Nabi Yesaya berkata, “Tuhan, siapakah yang akan percaya pada pemberitaan kami?” Meskipun begitu, iman bergantung pada pendengaran akan Berita Kesukaan itu, yaitu Berita tentang Kristus. Tetapi bagaimana dengan orang-orang Yahudi? Apakah mereka telah mendengar firman Allah? Ya, mereka telah mendengarnya, sebab Firman itu sampai kepada mereka di mana pun mereka berada. Berita Kesukaan itu dikabarkan ke segala penjuru dunia. Apakah mereka mengerti (bahwa Allah akan memberikan keselamatan-Nya kepada orang lain, jika mereka menolaknya)? Ya, bahkan pada zaman Musa Allah sudah berkata bahwa Ia akan membuat umat-Nya merasa iri hati dan marah dengan memberikan keselamatan itu kepada bangsa-bangsa kafir yang bodoh. Dan kemudian dengan berani Yesaya mengatakan bahwa Allah justru akan ditemukan oleh mereka yang tidak mencari-Nya. Sementara itu, Ia terus mengulurkan tangan-Nya kepada orang-orang Yahudi, tetapi mereka tetap membantah dan tidak mau datang. Jadi, saya bertanya: apakah Allah telah menolak dan meninggalkan umat-Nya, yaitu bangsa Yahudi? Sama sekali tidak! Ingatlah bahwa saya sendiri orang Yahudi, keturunan Abraham dan warga suku Benyamin. Dan ingatkah Saudara bagaimana jawaban Allah? Allah berkata, “Tidak, bukan hanya engkau. Masih ada tujuh ribu orang lagi yang tetap mengasihi Aku dan tidak menyembah berhala!” Sekarang pun demikian halnya. Tidak semua orang Yahudi mengingkari Allah. Ada beberapa yang karena kebaikan Allah telah dipilih-Nya untuk diselamatkan. Dan kalau keselamatan diperoleh karena kebaikan Allah, maka keselamatan itu diberikan bukan karena mereka cukup baik, sebab pemberian cuma-cuma itu bukan cuma-cuma lagi, jikalau orang harus bekerja untuk memperolehnya. Jadi, beginilah keadaannya: kebanyakan orang Yahudi tidak menemukan anugerah Allah yang mereka cari. Hanya beberapa orang yang telah dipilih Allah saja yang menemukannya, sedangkan yang lain telah dibutakan matanya. Itulah yang dimaksudkan dengan apa yang dikatakan Kitab Suci, “Allah telah menidurkan mereka, menutup mata dan telinga mereka, sehingga ketika kita memberi tahu mereka tentang Kristus, mereka tidak mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Demikianlah keadaannya sampai sekarang ini. Raja Daud membicarakan hal yang sama waktu ia berkata, “Biarlah pesta-pesta pengorbanan mereka menjadi perangkap tempat mereka menangkap diri mereka sendiri. Biarkan mereka mendapatkan apa yang pantas atas perbuatan mereka! Biarlah mata mereka menjadi kabur, sehingga mereka tidak dapat melihat, dan biarlah mereka selamanya berjalan terbungkuk-bungkuk menanggung beban yang berat.” Apakah ini berarti bahwa Allah telah menolak umat-Nya, bangsa Yahudi, untuk selama-lamanya? Tentu saja tidak! Tujuan-Nya ialah supaya keselamatan-Nya tersedia bagi orang bukan Yahudi, sehingga orang Yahudi akan iri hati dan juga mulai mengingini keselamatan bagi diri mereka sendiri. Jika keselamatan yang ditawarkan Allah membuat dunia menjadi kaya, sedangkan bagi orang Yahudi merupakan batu sandungan dan mereka menolaknya, bayangkan betapa lebih besarnya berkat-berkat yang akan dinikmati dunia kelak, apabila orang Yahudi juga datang kepada Kristus! Seperti Saudara ketahui, Allah telah mengangkat saya sebagai utusan istimewa kepada Saudara, yang bukan orang Yahudi. Hal ini sangat saya tekankan dan selalu saya ingatkan kepada orang-orang Yahudi, supaya mereka mengingini apa yang dimiliki oleh orang-orang bukan Yahudi dan dengan demikian beberapa di antara mereka dapat diselamatkan. Karena waktu Allah berpaling dari mereka, Ia menawarkan keselamatan-Nya kepada seluruh dunia. Alangkah baiknya kalau sekarang orang Yahudi datang kepada Kristus seakan-akan orang yang telah mati hidup kembali! Dan karena Abraham serta para nabi adalah umat Allah, maka anak-anak mereka pun umat Allah. Sebab, jika akar sebatang pohon itu suci, maka cabang-cabangnya pun suci. Tetapi beberapa dari cabang-cabang pohon Abraham itu, beberapa dari orang Yahudi, telah dipatahkan. Dan Saudara-saudara yang bukan orang Yahudi, katakanlah cabang-cabang dari pohon zaitun yang liar, dicangkokkan kepada pohon itu. Jadi, sekarang Saudara juga menerima berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya, serta mendapat bagian makanan yang dengan berkelimpahan diberikan Allah kepada pohon zaitun-Nya yang istimewa itu. Tetapi hendaklah Saudara berhati-hati, supaya jangan menyombongkan diri karena Saudara boleh menggantikan cabang yang telah dipatahkan. Ingatlah, bahwa Saudara menjadi orang penting, semata-mata karena Saudara menjadi bagian dari pohon Allah: Saudara hanya merupakan cabang, bukan akar. Mungkin Saudara berkata, “Cabang-cabang itu dipatahkan supaya saya mendapat tempat; jadi, pasti saya ini baik sekali.” Waspadalah! Ingatlah, bahwa cabang-cabang itu, yaitu bangsa Yahudi, dipatahkan karena tidak percaya kepada Allah dan Saudara dicangkokkan karena percaya kepada Allah. Janganlah membanggakan diri, melainkan hendaklah merendahkan hati, berterima kasih, dan berhati-hati. Sebab, jika Allah tidak menyayangkan cabang-cabang yang sejak semula ditempatkan pada pohon itu, Ia juga tidak akan menyayangkan Saudara. Perhatikanlah betapa Allah itu baik, tetapi juga keras. Ia bersikap sangat keras terhadap mereka yang tidak taat, tetapi Ia sangat baik terhadap Saudara, apabila Saudara tetap mengasihi dan memercayai-Nya. Tetapi, jika tidak, Saudara juga akan dipatahkan. Sebaliknya, jika orang Yahudi meninggalkan ketidakpercayaan mereka dan kembali kepada Allah, Allah akan mencangkokkannya lagi pada pohon itu. Ia berkuasa untuk melakukannya. Sebab, jika Allah mau mengambil Saudara—cabang pohon zaitun liar—yang begitu jauh dari Dia, lalu mencangkokkan Saudara pada pohon-Nya sendiri yang baik—suatu hal yang tidak biasa dilakukan—tidakkah Saudara menyadari, bahwa Ia akan lebih bersedia mengembalikan orang Yahudi, yang pada mulanya merupakan bagian pohon itu? Saudara sekalian yang saya kasihi, saya ingin agar Saudara mengetahui kebenaran Allah ini, supaya Saudara tidak congkak dan menyombongkan diri. Memang pada waktu ini beberapa orang Yahudi menentang Injil, tetapi ini hanya akan berlangsung sampai semua bangsa bukan Yahudi, kecuali mereka yang menolak, datang kepada Kristus. Setelah itu seluruh Israel akan diselamatkan. Ingatkah Saudara akan kata-kata para nabi tentang hal ini? “Dari Sion akan datang seorang Penebus dan Ia akan memalingkan bangsa Yahudi dari kefasikan. Pada waktu itu Aku akan menghapus dosa mereka, sebagaimana telah Kujanjikan.” Pada waktu ini banyak orang Yahudi membenci serta memusuhi Injil. Tetapi hal ini menjadi keuntungan bagi Saudara, karena menyebabkan Allah memberikan karunia-karunia-Nya kepada Saudara yang bukan orang Yahudi. Tetapi orang Yahudi masih merupakan kekasih Allah berdasarkan janji-janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Sebab karunia Allah dan panggilan-Nya tidak akan dapat ditarik kembali; Ia tidak akan mengingkari janji-janji-Nya. Dahulu Saudara memberontak terhadap Allah, tetapi ketika orang Yahudi menolak pemberian-Nya, maka kemurahan Allah ditujukan kepada Saudara. Dan sekarang orang Yahudilah yang memberontak, tetapi pada suatu hari kelak mereka juga akan turut menikmati kemurahan Allah yang telah dicurahkan ke atas Saudara. Sebab Allah telah menyerahkan mereka semua kepada dosa, supaya semua orang sama-sama mendapat kemurahan-Nya. Oh, alangkah menakjubkannya Allah kita! Betapa besar kebijaksanaan, pengetahuan, dan kekayaan-Nya. Betapa tidak terpahami keputusan-keputusan dan cara-cara-Nya! Sebab siapa di antara kita yang dapat mengetahui pikiran Tuhan? Siapa yang sedemikian dalam pengetahuannya, sehingga dapat menjadi penasihat dan pembimbing-Nya? Dan siapakah yang pernah dapat memberikan cukup banyak kepada Tuhan, sehingga dapat menuntut sesuatu dari Dia? Sebab segala sesuatu berasal dari Allah. Segala sesuatu hidup oleh kuasa-Nya dan segala sesuatu itu untuk kemuliaan-Nya. Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya. Amin. Karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, saya mohon supaya Saudara melayani Allah dengan seluruh hidup kalian, mempersembahkan dirimu sebagai suatu persembahan yang hidup dan suci, suatu persembahan yang menyukakan hati-Nya. Melayani Dia dengan cara ini adalah ibadat sejati dan balasan yang pantas untuk kasih-Nya. Jangan meniru tingkah laku dan kebiasaan dunia ini, melainkan jadilah orang dengan kepribadian yang sama sekali baru dalam segala perbuatan dan pikiran, niscaya Saudara akan mengerti dari pengalaman sendiri bahwa jalan-jalan Allah itu sempurna dan sungguh-sungguh memuaskan Saudara. Sebagai utusan Allah saya menyampaikan peringatan Allah kepada Saudara masing-masing: Hendaklah Saudara jujur dalam menilai diri sendiri, serta mengukur nilai masing-masing berdasarkan besarnya iman yang diberikan Allah kepada Saudara. Kita masing-masing diberi Allah kecakapan untuk melakukan hal-hal tertentu dengan baik. Jadi, jika Saudara diberi kecakapan untuk bernubuat, bernubuatlah bilamana saja Saudara dapat—setiap kali iman Saudara cukup kuat untuk menerima pesan dari Allah. Jika karunia yang ada pada Saudara itu berupa kecakapan untuk melayani orang lain, layanilah mereka dengan baik. Jika Saudara seorang guru, hendaklah Saudara mengajar dengan baik. Jika Saudara seorang pengkhotbah, usahakanlah supaya khotbah Saudara meyakinkan dan banyak faedahnya. Jika Allah mengaruniakan uang kepada Saudara, bermurahhatilah dalam membantu orang lain dengan uang tersebut. Jika Saudara diberi kecakapan dalam hal memimpin dan Allah menugaskan Saudara untuk mengawasi pekerjaan orang lain, bersungguh-sungguhlah dalam memikul tanggung jawab tersebut. Orang-orang yang memberi penghiburan kepada yang berdukacita, hendaklah melakukannya dengan senang hati. Janganlah hanya berpura-pura mengasihi orang. Kasihilah mereka dengan sungguh-sungguh. Bencilah apa yang jahat. Lakukanlah apa yang baik. Hendaklah Saudara saling mengasihi dengan kasih persaudaraan dan saling menghormati. Janganlah Saudara bermalas-malas dalam melakukan pekerjaan, melainkan layanilah Tuhan dengan giat. Bergembiralah atas segala rencana Allah bagi Saudara. Bersabarlah dalam kesukaran dan berdoalah selalu. Bila ada anak-anak Allah yang memerlukan pertolongan, Saudaralah yang wajib menolong mereka. Biasakanlah mengajak orang-orang seperti itu makan di rumah Saudara, dan bila perlu, berilah mereka tempat untuk menginap. Apabila ada orang yang mencelakakan Saudara karena Saudara orang Kristen, janganlah mengutuknya; berdoa dan mohonlah supaya Allah memberkati dia. Bila orang lain bersukacita, ikutlah bersukacita dengan mereka. Bila mereka bersedih hati, ikutlah merasakan kesusahan mereka. Bekerjalah bersama-sama dengan senang hati. Jangan berlagak seperti orang besar. Janganlah mengambil hati orang-orang yang penting, melainkan hendaklah Saudara merasa senang bergaul dengan orang biasa. Janganlah menganggap diri Saudara mengetahui segala-galanya. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan. Berlakulah sedemikian rupa, sehingga setiap orang dapat melihat bahwa Saudara benar-benar jujur. Janganlah bertengkar dengan siapa pun. Usahakanlah hidup dalam perdamaian dengan setiap orang. Sahabat-Sahabat yang saya kasihi, janganlah menuntut balas. Serahkan saja kepada Allah, sebab Ia telah berkata, “Ia akan membalas siapa yang patut dibalas. Janganlah main hakim sendiri.” Sebaliknya, “Apabila musuh Saudara lapar, berilah dia makan; apabila ia haus, berilah dia minum. Dengan demikian Saudara akan menumpukkan bara api di atas kepalanya”. Artinya, ia akan merasa malu sendiri atas apa yang telah dilakukannya terhadap Saudara. Jangan membiarkan kejahatan menguasai Saudara, melainkan taklukkanlah kejahatan itu dengan kebajikan. Taatilah pemerintah, sebab Allahlah yang telah menetapkannya. Di mana pun juga tidak ada pemerintah yang tidak memperoleh wewenang dari Allah. Jadi, mereka yang tidak mau menaati hukum-hukum negara, berarti juga tidak mau menaati Allah, dan hukuman akan menimpa mereka. Orang yang berbuat baik tidak takut kepada alat negara, tetapi orang yang melakukan kejahatan, akan selalu merasa takut kepadanya. Jadi, jika Saudara tidak mau merasa takut, taatilah hukum supaya tidak mendapat kesulitan. Alat negara diadakan oleh Allah untuk menolong Saudara. Tetapi, jika Saudara berbuat suatu kesalahan, Saudara patut merasa takut, sebab Saudara akan dihukumnya. Untuk tujuan itulah ia diadakan oleh Allah. Jadi, taatilah hukum berdasarkan dua alasan: pertama, supaya tidak kena hukuman; dan kedua, karena Saudara wajib menaati hukum itu. Dan bayarlah pajak berdasarkan kedua alasan yang sama. Sebab pegawai pemerintah harus digaji, supaya mereka dapat tetap menjalankan pekerjaan Allah, yaitu melayani Saudara. Bayarlah kepada setiap orang apa yang patut diterimanya: bayarlah pajak dan cukai dengan senang hati, patuhilah atasan Saudara dan hormatilah mereka yang patut dihormati. Lunasilah segala utang Saudara, kecuali utang kasih kepada orang lain; jangan berhenti mengasihi orang lain! Sebab, kalau Saudara mengasihi mereka, Saudara menaati semua hukum Allah serta memenuhi segala tuntutan-Nya. Perintah-perintah berkata, “Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri atau mengingini apa yang dimiliki orang lain.” Ini—dan perintah lain semacam itu—diringkas dalam satu perintah ini: “Cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kasih tidak berbuat jahat kepada siapa pun. Sebab itulah kasih memenuhi segala tuntutan Allah. Itulah satu-satunya hukum yang Saudara perlukan. Alasan lain untuk hidup benar ialah: Saudara tahu saatnya sudah hampir tiba; waktu tidak banyak lagi. Bangunlah, karena sekarang kedatangan Tuhan sudah lebih dekat daripada ketika kita mulai percaya. Tetapi mintalah agar Tuhan Yesus Kristus menentukan seluruh hidup Saudara. Janganlah memuaskan keinginan-keinginan Saudara yang egois. Sambutlah dengan gembira setiap orang yang ingin bergabung dengan Saudara, meskipun imannya lemah. Jangan mencelanya karena ia mempunyai paham yang berlainan dengan Saudara tentang apa yang benar dan apa yang salah. Misalnya, ada orang yang makan segalanya dengan hati nurani yang jelas, sementara orang yang lain takut berbuat dosa dan hanya makan sayuran. Mereka yang berpendapat, bahwa makan daging semacam itu tidak ada salahnya, janganlah mencela orang yang tidak mau memakannya. Dan kalau Saudara termasuk golongan yang tidak mau memakannya, janganlah mencari kesalahan mereka yang mau. Sebab Allah telah menerima mereka sebagai anak-anak-Nya. Mereka hamba Allah, bukan hamba Saudara. Mereka bertanggung jawab kepada Allah, bukan kepada Saudara. Biarkanlah Allah menyatakan kepada mereka apakah mereka benar atau salah. Lagipula, Allah dapat membuat mereka berlaku sepatutnya. Beberapa orang berpendapat, bahwa orang Kristen seharusnya merayakan hari-hari raya orang Yahudi sebagai hari-hari yang istimewa untuk berbakti kepada Allah. Tetapi ada juga yang berpendapat, bahwa salah dan bodoh sekali kalau kita bersusah payah seperti itu, sebab semua hari sama saja, yaitu milik Allah. Dalam persoalan-persoalan seperti ini, masing-masing harus menentukannya sendiri. Jikalau Saudara memilih hari-hari khusus untuk berbakti kepada Tuhan, Saudara melakukan sesuatu yang baik. Demikian jugalah halnya dengan orang yang makan segalanya. Ia merasa bersyukur kepada Tuhan atas makanan itu. Orang yang tidak mau menyentuh makanan tertentu, ia pun ingin menyenangkan Tuhan, dan ia juga bersyukur. Kita sama sekali tidak berkuasa untuk hidup atau mati menurut kehendak sendiri. Hidup atau mati, kita mengikut Tuhan. Hidup atau mati, kita adalah milik-Nya. Untuk tujuan inilah Kristus mati dan bangkit lagi, supaya Ia dapat menjadi Tuhan kita, baik pada waktu kita hidup maupun pada waktu kita mati. Saudara tidak berhak mencela orang lain atau menghinanya. Ingatlah, kita masing-masing harus menghadap Takhta Pengadilan Allah. Sebab ada tertulis: “Karena Aku Tuhan yang hidup,” begitulah firman Tuhan, “setiap lutut akan bertelut di hadapan-Ku dan setiap lidah akan memuji dan memuliakan Allah.” Ya, kita semua harus mempertanggungjawabkan diri kita masing-masing kepada Allah. Jadi, mulai sekarang janganlah saling mencela. Sebaliknya, hiduplah demikian rupa, sehingga Saudara tidak menyebabkan orang lain tersandung dengan membiarkan dia melihat Saudara melakukan sesuatu yang dianggapnya salah. Berdasarkan ajaran Tuhan Yesus, saya yakin bahwa tidak ada yang najis dengan sendirinya. Tetapi, kalau seseorang menganggap sesuatu najis, janganlah ia makannya, karena bagi dia hal itu najis. Jika seorang saudara seiman terganggu perasaannya oleh sesuatu yang Saudara makan, tetapi Saudara terus saja memakannya, maka perbuatan Saudara itu tidak menyatakan kasih. Janganlah apa yang Saudara makan itu merusak perasaan orang lain, karena Kristus telah mati untuk dia. Janganlah melakukan sesuatu yang akan mendatangkan celaan bagi diri Saudara sendiri, meskipun Saudara tahu, bahwa apa yang Saudara lakukan itu benar. Sebab bagaimanapun juga, yang penting bagi kita orang Kristen bukanlah soal makanan atau minuman, melainkan soal membangkitkan kebaikan, perdamaian, dan sukacita yang datangnya dari Roh Kudus. Orang yang melayani Kristus dengan menjalani hidup yang begitu menyenangkan hati Allah dan dihormati oleh manusia. Dengan demikian, arahkanlah tujuan Saudara kepada kerukunan dalam sidang jemaat dan hendaklah Saudara saling membangun. Janganlah merusakkan pekerjaan Allah karena sekerat daging. Ingatlah, bahwa bukan makanan itu yang salah, melainkan kitalah yang bersalah, bila dengan memakannya kita menjatuhkan orang lain. Yang benar ialah janganlah makan daging atau minum anggur atau berbuat suatu apa pun yang dapat menyinggung perasaan seorang saudara seiman, atau yang dapat membuatnya jatuh ke dalam dosa. Biarlah yang Saudara yakini itu hanya Saudara dengan Allah yang tahu. Berbahagialah orang yang tidak merasa tertuduh dengan melakukan sesuatu yang benar menurut keyakinannya. Tetapi siapa pun janganlah melakukan hal-hal yang dianggapnya salah. Bila hal itu dilakukannya juga, maka berdosalah dia. Segala sesuatu yang dilakukan dengan perasaan bahwa hal itu tidak benar, adalah dosa. Kristus tidak hidup untuk menyenangkan diri-Nya sendiri. Seperti dikatakan tentang dia oleh Pemazmur, “Segala celaan orang-orang yang menghina Allah juga menimpaku.” Hal-hal yang dituliskan dalam Kitab Suci pada zaman dahulu adalah untuk mengajar kita bersabar dan untuk mendorong kita, sehingga kita dengan penuh harap menantikan saatnya janji-janji Allah dipenuhi. Semoga Allah yang selalu memberi dorongan dan mengaruniakan kesabaran serta keteguhan, menolong Saudara untuk hidup seia sekata, masing-masing bersikap seperti Kristus terhadap yang lain. Kemudian kita semua dapat memuji Tuhan bersama-sama dengan satu hati, memuliakan Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi, hendaklah Saudara saling menyambut dan saling menerima, sama seperti Kristus menyambut dan menerima Saudara dengan hangat. Dengan demikian, Allah akan dimuliakan. Ingatlah, Yesus Kristus datang untuk menyatakan bahwa Allah menepati janji-janji-Nya serta untuk menolong orang Yahudi. Ingatlah juga, bahwa Ia datang supaya orang bukan Yahudi juga dapat diselamatkan dan kemudian memuliakan Allah karena kemurahan-Nya kepada mereka. Itulah yang dimaksud oleh Pemazmur ketika ia menulis, “Aku akan memuliakan Engkau di antara semua bangsa bukan Yahudi dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.” Dan selanjutnya, “Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi, bersama-sama dengan umat-Nya, yaitu bangsa Yahudi.” Dan lagi, “Pujilah Tuhan, hai semua bangsa bukan Yahudi, biarlah semua orang memuji Dia.” Dan Nabi Yesaya berkata, “Akan ada seorang Waris dari keturunan Isai, dan Ia akan menjadi Raja atas segala bangsa bukan Yahudi; mereka akan menggantungkan harapan mereka hanya kepada-Nya.” Jadi, saya berdoa bagi Saudara yang bukan Yahudi supaya Allah yang memberi pengharapan kepada Saudara akan menjadikan Saudara bersukacita dan penuh kedamaian sebagaimana Saudara percaya kepada-Nya. Saya berdoa agar Allah menolong, supaya Saudara dilimpahi pengharapan dalam Dia oleh kuasa Roh Kudus yang di dalam Saudara. Saya tahu bahwa Saudara bijaksana dan baik, serta mengetahui hal-hal ini demikian baiknya, sehingga dapat mengajarkannya kepada orang lain. Oleh karena itu, saya patut bangga akan segala sesuatu yang dikerjakan Kristus dengan perantaraan saya. Saya tidak berani menilai apakah orang lain dipakai Allah dengan berhasil atau tidak, tetapi saya tahu bahwa Allah telah memakai saya untuk memenangkan bangsa bukan Yahudi bagi-Nya. Saya telah memenangkan mereka dengan berita yang saya sampaikan dan dengan cara hidup yang baik, dan dengan mukjizat-mukjizat yang saya lakukan sebagai tanda dari Allah. Semua itu saya lakukan dengan kuasa Roh Kudus. Demikianlah saya mewartakan seluruh Injil Kristus, dari Yerusalem sampai Ilirikum. Tetapi hasrat saya selama ini ialah melanjutkan pemberitaan Injil di tempat-tempat di mana nama Kristus belum pernah didengar, bukan di tempat yang sudah mempunyai sidang jemaat. Saya mengikuti rencana yang sudah difirmankan dalam Kitab Suci, di mana Nabi Yesaya mengatakan, bahwa mereka yang sebelumnya tidak pernah mendengar nama Kristus, akan melihat dan mengerti. Itulah sebabnya telah lama sekali saya tidak dapat mengunjungi Saudara. Tetapi sekarang, akhirnya saya telah selesai dengan pekerjaan saya di sini dan saya siap untuk datang berkunjung sesudah menunggu selama bertahun-tahun. Saya merencanakan pergi ke Spanyol, dan saya akan singgah di Roma. Sesudah kita bersama-sama menikmati persekutuan beberapa waktu lamanya, Saudara dapat melepas saya pergi. Tetapi sebelumnya saya harus pergi ke Yerusalem untuk menyampaikan suatu pemberian kepada umat Kristen di sana. Karena patut Saudara ketahui, bahwa umat Kristen di Makedonia dan Akhaya telah mengumpulkan persembahan untuk saudara-saudara kita di Yerusalem, yang sedang menghadapi masa yang sangat sulit. Mereka senang sekali dapat berbuat demikian, karena mereka merasa sangat berutang kepada umat Kristen di Yerusalem. Sebab apa? Sebab berita tentang Kristus mereka terima dari jemaat di Yerusalem. Dan karena mereka menerima pemberian rohani yang mengagumkan, yaitu Injil, dari Yerusalem, mereka merasa bahwa sekurang-kurangnya mereka dapat membalas dengan memberikan bantuan materi. Segera sesudah saya menyerahkan uang ini, yaitu menyelesaikan maksud baik mereka, saya akan mengunjungi Saudara dalam perjalanan saya menuju Spanyol. Dan saya yakin bahwa pada waktu saya datang, Tuhan akan memberikan berkat-berkat-Nya bagi Saudara dengan perantaraan saya. Maukah Saudara menyertai saya dalam doa? Demi Tuhan Yesus Kristus, dan demi kasih Saudara kepada saya—kasih yang Saudara terima dari Roh Kudus—berdoalah senantiasa bagi pekerjaan saya. Doakan agar di Yerusalem saya dilindungi dari orang-orang yang bukan Kristen. Doakan juga supaya orang-orang di sana mau menerima bantuan uang yang saya bawa untuk mereka. Kemudian, dengan kehendak Allah, saya akan datang kepada Saudara dengan hati yang bersukacita, dan kita dapat saling menyegarkan. Semoga Allah, sumber damai sejahtera, menyertai Saudara sekalian. Amin. Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila. Mereka teman sekerja saya dalam pekerjaan Kristus Yesus. Sesungguhnya mereka mempertaruhkan nyawa bagi saya, dan bukan hanya saya sendiri yang merasa bersyukur kepada mereka: semua jemaat yang bukan Yahudi juga merasa bersyukur. Sampaikan juga salam saya kepada semua orang yang berkumpul untuk berbakti di rumah mereka. Salam saya kepada sahabat baik saya Epenetus; di Asia dialah yang pertama-tama menjadi orang Kristen. Sampaikan juga salam kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk kita. Kemudian juga kepada kerabat saya Andronikus dan Yunias, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan saya. Mereka disegani di antara para rasul dan sudah menjadi orang Kristen sebelum saya. Salam kepada Ampliatus yang saya kasihi sebagai seorang anak Allah, dan kepada Urbanus, teman sekerja kami, dan kepada Stakhis yang saya kasihi. Kemudian sampaikan salam saya juga kepada Apeles, seorang saleh yang diperkenan Tuhan. Salam hangat saya kepada mereka yang bekerja di rumah Aristobulus. Salam kepada kerabat saya Herodion. Juga kepada hamba-hamba yang beriman di rumah Narkisus. Sampaikan salam saya kepada Trifena dan Trifosa, pekerja-pekerja Tuhan, dan kepada Persis yang saya kasihi, yang sangat giat dalam pekerjaannya bagi Tuhan. Salam kepada Rufus, yang dipilih Allah, juga kepada ibunya yang saya anggap sebagai ibu saya sendiri. Salam juga kepada Asinkritus, Flegon, Hermes, Patrobas, Hermas, dan saudara-saudara lain yang bersama dengan mereka. Salam kepada Filologus, Yulia, Nereus dan saudara perempuannya, kepada Olimpas dan semua orang Kristen yang bersama-sama dengan mereka. Sapa satu sama lain dengan ciuman sebagai ungkapan penuh kasih yang menyatukan kalian sebagai milik Allah. Semua jemaat di sini mengirimkan salam mereka. Sekarang masih ada satu hal lagi yang hendak saya katakan sebelum mengakhiri surat ini. Jauhilah orang-orang yang menimbulkan perpecahan dan yang menggoyahkan iman serta yang pengajarannya tentang Kristus bertentangan dengan yang telah Saudara terima. Guru-guru seperti itu bukanlah bekerja untuk Tuhan Yesus, melainkan untuk keuntungan diri sendiri. Mereka pandai berkhotbah dan orang-orang yang berhati tulus mudah tertipu oleh kata-kata mereka. Tetapi setiap orang tahu, bahwa Saudara tetap setia dan berpihak pada kebenaran. Hal ini sungguh-sungguh menyenangkan hati saya. Saya ingin agar Saudara memegang teguh kebenaran dan menjauhkan diri dari kejahatan. Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kaki Saudara. Semoga karunia Tuhan kita, Yesus Kristus, menyertai Saudara. Timotius, teman sekerja saya, dan Lukius, Yason serta Sosipater, kerabat saya, mengirimkan salam mereka. Sebagai seorang saudara seiman, saya, Tertius, yang menulis surat ini untuk Paulus, juga menyampaikan salam. Gayus juga minta supaya salamnya disampaikan kepada Saudara. Saya bertamu di rumahnya, tempat jemaat berkumpul. Erastus, bendahara kota, mengirimkan salamnya: demikian juga Kwartus, seorang saudara dalam Kristus. Semoga kasih karunia Tuhan kita, Yesus Kristus, menyertai Saudara sekalian. Dari: Paulus, yang dipilih Allah menjadi utusan Yesus Kristus dan dari Sostenes, saudara kita. Kepada: Orang-orang Kristen di Korintus yang dipanggil Allah menjadi umat-Nya dan yang menjadi diperkenan oleh-Nya karena Yesus Kristus. Dan kepada: semua umat Kristen di mana saja, yaitu yang berseru kepada Yesus Kristus, Tuhan kita dan Tuhan mereka. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Saya tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya kepada Saudara setelah Saudara menjadi milik Kristus. Melalui Dia Saudara telah menjadi kaya dalam segala hal—kaya dalam kata-kata yang baik dan pengetahuan yang mendalam, seperti yang diberikan oleh Roh Kudus. Saya telah mengatakan apa yang dapat dilakukan oleh Kristus bagi Saudara dan sekarang sudah terjadi. Sekarang Saudara memiliki segala anugerah serta berkat; dan sementara kita menunggu Tuhan Yesus Kristus datang lagi, Saudara diberi segala karunia dan kuasa Roh untuk melakukan kehendak-Nya. Ia memberi jaminan sampai pada akhirnya, bahwa pada hari Ia datang lagi, Saudara akan dianggap bebas dari segala dosa dan kesalahan. Pasti Allah melakukan hal ini bagi Saudara, karena Ia selalu melakukan apa yang dikatakan-Nya, dan Dialah yang telah mengajak Saudara masuk ke dalam persekutuan yang indah dengan Anak-Nya, yaitu Kristus, Tuhan kita. Tetapi saya minta dalam nama Tuhan Yesus Kristus supaya Saudara menghentikan perbantahan di antara Saudara sendiri. Hendaknya ada persesuaian di antara Saudara, supaya tidak terjadi perpecahan di dalam sidang jemaat. Saya mohon dengan sangat supaya Saudara sehati dan seia sekata. Sebab beberapa orang dari keluarga Kloe telah memberitahukan kepada saya bahwa ada perbantahan dan pertengkaran di antara Saudara. Di antara Saudara ada yang berkata, “Saya pengikut Paulus”, yang lain mengatakan bahwa mereka memihak Apolos atau Petrus, dan yang lain lagi mengatakan bahwa mereka pengikut Kristus yang sejati. Dengan demikian, pada hakikatnya Saudara telah membagi-bagi Kristus menjadi banyak bagian. Tetapi apakah saya, Paulus, yang telah mati untuk dosa Saudara? Adakah di antara Saudara yang telah dibaptiskan dalam nama saya? Sekarang saya merasa bersyukur bahwa saya tidak membaptiskan seorang pun di antara Saudara, kecuali Krispus dan Gayus. Sebab dengan demikian tidak akan ada orang yang beranggapan bahwa saya mencoba memulai sesuatu yang baru dengan mendirikan “Gereja Paulus”. Oh ya, keluarga Stefanas juga saya baptiskan, tetapi seingat saya tidak ada yang lain. Sebab Kristus mengutus saya bukan untuk membaptiskan, melainkan untuk memberitakan Injil. Itu pun saya lakukan tidak dengan kata yang muluk-muluk atau pikiran yang hebat-hebat, sebab saya takut kalau-kalau saya mengurangi kebesaran kuasa yang ada pada berita sederhana mengenai salib Kristus. Saya tahu benar bahwa ketika orang-orang yang sedang menuju kepada kebinasaan mendengar bahwa Yesus mati untuk menyelamatkan mereka, mereka menganggap berita itu omong kosong. Tetapi kita, yang sudah diselamatkan, mengakui bahwa berita itu adalah kuasa Allah. Karena Allah berfirman, “Aku akan menghancurkan hikmat manusia, betapa pun bijaksananya, dan Aku akan menggagalkan pikiran manusia, betapa pun cerdiknya.” Jadi, bagaimana halnya dengan orang-orang bijaksana ini, para sarjana, dan para ahli debat tentang perkara-perkara besar dalam dunia ini? Allah telah membuat mereka kelihatan bodoh, dan Allah memperlihatkan bahwa kearifan mereka ternyata omong kosong yang sia-sia belaka. Karena dengan hikmat-Nya Allah menjaga supaya dunia tidak akan pernah dapat mengenal Dia melalui kecerdasan manusia. Maksud Allah ialah menyelamatkan semua orang yang percaya akan berita-Nya, yang oleh dunia dianggap bodoh dan tidak masuk akal. Orang Yahudi menganggap berita itu bodoh, sebab mereka menghendaki tanda dari surga sebagai bukti bahwa apa yang diajarkan itu benar. Orang bukan Yahudi menganggapnya bodoh, sebab mereka hanya percaya kepada hal-hal yang sejalan dengan filsafat mereka dan yang tampaknya masuk akal bagi mereka. Jadi, ketika kita memberitakan bahwa Kristus mati untuk menyelamatkan mereka, orang Yahudi merasa tersinggung dan orang bukan Yahudi menganggap berita itu omong kosong. Tetapi Allah telah membuka mata orang yang dipanggil kepada keselamatan, baik orang Yahudi maupun bukan, supaya mereka mengerti bahwa Kristus adalah kuat kuasa Allah untuk menyelamatkan mereka. Kristus sendiri adalah inti dari rencana Allah yang bijaksana untuk keselamatan mereka. Rencana Allah yang dianggap “bodoh” itu jauh lebih bijaksana daripada rencana manusia yang paling bijaksana; dan Allah dalam kelemahan-Nya, yaitu Kristus yang mati di atas kayu salib, jauh lebih kuat daripada manusia. Lihatlah di antara kalian, Saudara! Orang macam apa yang Allah pilih? Apakah di antara Saudara banyak yang dapat dianggap berpendidikan dan berpengaruh, atau yang berasal dari keluarga terhormat? Dengan sengaja Allah menggunakan apa yang oleh dunia dianggap bodoh serta tidak berarti untuk mempermalukan orang yang oleh dunia dianggap bijaksana dan agung. Ia telah memilih apa yang dicerca oleh dunia, yang dianggap sama sekali tidak berarti dan menggunakannya untuk merendahkan orang yang oleh dunia dianggap agung, sehingga di mana pun tidak ada orang yang dapat menyombongkan diri di hadirat Allah. Sebab hanya dari Allah sajalah Saudara memiliki hidup melalui Yesus Kristus. Melalui-Nya Dia telah memberi Saudara segalanya: Kristus adalah hikmat Allah bagi kita. Ia membuat kita benar di hadapan Allah, melalui Dia kita milik umat Allah yang kudus, dan melalui Dia kita terbebas dari dosa. Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah, “Jikalau ada yang ingin membanggakan diri, biarlah ia membanggakan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan.” Saudara sekalian yang saya kasihi, waktu saya pertama kali mengunjungi Saudara, saya tidak menggunakan kata yang muluk-muluk dan pikiran yang hebat-hebat untuk menyampaikan berita Allah kepada Saudara. Sebab saya telah mengambil keputusan untuk berbicara hanya mengenai Yesus Kristus dan kematian-Nya di kayu salib. Saya datang kepada Saudara dalam keadaan lemah, takut, dan gentar. Khotbah saya sangat sederhana, tidak dengan seni berpidato dan hikmat manusia. Tetapi kuasa Roh Kudus yang ada dalam ucapan-ucapan saya membuktikan kepada para pendengar bahwa berita itu berasal dari Allah. Ini saya lakukan, sebab saya ingin supaya iman Saudara beralaskan kuasa Allah dan bukan hikmat manusia. Apabila saya berada di antara orang-orang Kristen yang sudah dewasa kerohaniannya, saya memang berbicara dengan kata-kata berhikmat, tetapi bukan hikmat yang datang dari dunia ini dan bukan pula yang menarik hati orang-orang besar di dunia ini—orang-orang yang menghadapi kebinasaan. Kata-kata kami berhikmat, sebab kata-kata itu berasal dari Allah dan menceritakan rencana Allah yang bijaksana untuk membawa kita ke dalam kemuliaan surgawi. Pada masa yang lalu rencana itu tersembunyi, walaupun sudah dibuat untuk kepentingan kita sebelum dunia dijadikan. Tetapi orang-orang besar di dunia ini tidak memahami rencana itu. Seandainya mereka memahaminya, mereka tentu tidak akan menyalibkan Tuhan Yang Mulia. Inilah yang dimaksudkan oleh ayat Kitab Suci yang menyatakan bahwa tidak seorang pun pernah melihat, mendengar ataupun membayangkan hal-hal indah yang disediakan Allah bagi orang yang mengasihi-Nya. Tetapi kita mengetahui hal-hal ini, karena Allah telah mengutus Roh-Nya untuk memberi tahu kita. Roh-Nya menyelidiki dan menyatakan kepada kita segala rahasia Allah yang paling dalam sekalipun. Tidak seorang pun benar-benar mengetahui apa yang sedang dipikirkan orang lain, atau bagaimana pribadi orang itu sebenarnya, kecuali orang itu sendiri. Dan tidak seorang pun dapat mengetahui pikiran Allah, kecuali Roh Allah sendiri. Dan Allah benar-benar telah memberikan Roh-Nya (bukan roh dunia ini) kepada kita untuk menerangkan karunia-karunia yang diberikan dengan cuma-cuma berupa rahmat dan berkat yang dilimpahkan Allah kepada kita. Dalam memberitahukan karunia-karunia ini kepada Saudara, kami menggunakan kata-kata yang disampaikan kepada kami oleh Roh Kudus, bukan kata-kata pilihan manusia. Jadi, kami menggunakan kata-kata Roh Kudus untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan Roh Kudus. Tetapi orang yang bukan Kristen tidak dapat memahami dan menerima pikiran Allah, yang diajarkan oleh Roh Kudus kepada kita. Baginya pikiran itu kedengaran bodoh, sebab hanya orang yang memiliki Roh Kudus dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Roh Kudus. Orang lain tidak dapat memahaminya. Orang yang dipenuhi dengan Roh Allah dapat menilai segala sesuatu, tetapi ia tidak dapat dinilai oleh orang yang tidak menerima Roh Kudus. Sebab “siapa yang bisa mengetahui pikiran Tuhan? Dan siapa yang bisa memberinya nasihat?” Tetapi kita memahami hal-hal ini, karena kita memiliki pikiran Kristus. Saudara sekalian yang saya kasihi, saya telah berbicara seolah-olah dalam hidup kekristenan Saudara masih merupakan bayi yang tidak menurut kehendak Allah, melainkan menurut hawa nafsu sendiri. Saya tidak dapat berbicara kepada Saudara seperti kepada orang Kristen yang sudah dipenuhi oleh Roh. Kepada Saudara selama ini saya memberikan susu, bukannya makanan padat, karena Saudara belum sanggup mencernakannya. Bahkan sekarang pun Saudara masih tetap harus diberi minum susu. Sebab Saudara adalah orang Kristen yang masih bayi, yang dikuasai oleh kehendak sendiri dan bukan oleh kehendak Allah. Jika Saudara iri-mengiri dan berpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan, bukankah hal itu membuktikan bahwa Saudara masih bayi yang hanya menurutkan kata hati saja? Sesungguhnya, Saudara berkelakuan seperti orang yang sama sekali tidak mengenal Tuhan. Saudara bertengkar mengenai apakah saya lebih besar daripada Apolos, sehingga jemaat terpecah-pecah. Bukankah itu menyatakan bahwa pertumbuhan Saudara di dalam Tuhan belum seberapa? Siapakah saya dan siapakah Apolos, sehingga kami dijadikan bahan pertengkaran? Kami hanyalah hamba Allah dengan karunia kami masing-masing, dan dengan pertolongan kami Saudara menjadi percaya. Pekerjaan saya ialah menanam benih dalam hati Saudara dan pekerjaan Apolos ialah menyiraminya, tetapi Allah, dan bukan kami, yang menumbuhkannya. Orang yang menanam atau menyirami tidak begitu penting, tetapi Allah yang penting, sebab Dialah yang menumbuhkan. Apolos dan saya bekerja sama untuk satu tujuan, namun kami akan mendapat upah menurut jerih payah kami masing-masing. Kami adalah teman sekerja Allah. Saudara sekalian adalah kebun Allah, bukan kebun kami; Saudara adalah rumah Allah, bukan rumah kami. Karena kebaikan-Nya, Allah telah mengajar saya menjadi seorang ahli bangunan. Saya yang meletakkan dasar dan Apolos yang membangun di atasnya. Tetapi orang yang membangun di atas dasar itu haruslah berhati-hati. Sebab tidak seorang pun dapat meletakkan dasar yang lain selain dari yang sudah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Tetapi ada bermacam-macam bahan yang dapat digunakan untuk membangun di atas dasar itu. Beberapa orang menggunakan emas, perak, dan permata. Beberapa orang lagi membangun dengan kayu, rumput, malah dengan jerami! Pada Hari Penghakiman kelak, akan tiba masanya Kristus memeriksa bahan-bahan yang telah digunakan. Pekerjaan setiap orang akan diuji dengan api, sehingga semua orang akan melihat mutu pekerjaan itu dan apa sebenarnya yang telah dicapai. Kemudian setiap pekerja, yang telah membangun di atas dasar itu dengan menggunakan bahan-bahan yang benar, dan yang pekerjaannya tetap utuh, akan menerima upahnya. Tetapi, apabila rumah yang telah dibangunnya itu terbakar, ia akan menderita kerugian besar. Ia sendiri akan diselamatkan, tetapi keadaannya seperti orang yang lolos dari nyala api yang besar. Tidakkah Saudara menyadari bahwa Saudara sekalian adalah rumah Allah dan Roh Allah hidup di antara Saudara di dalam rumah-Nya? Apabila seseorang mengotori dan merusak rumah Allah, ia akan dibinasakan oleh Allah. Sebab rumah Allah suci dan bersih, dan Saudaralah rumah itu. Janganlah terus-menerus menipu diri sendiri. Kalau Saudara menganggap diri pandai menurut ukuran dunia, lebih baik Saudara membuang anggapan semacam itu dan menjadi orang bodoh, daripada Saudara tidak memperoleh hikmat sejati dari surga. Sebab hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Seperti tertulis dalam Kitab Ayub: Allah membiarkan manusia terjerat oleh kepandaiannya sendiri; manusia terantuk pada “hikmat”-nya sendiri, lalu jatuh. Lagipula, dalam Kitab Mazmur kita diberi tahu, bahwa Tuhan mengetahui jalan pikiran manusia, dan tahu benar akan kebodohan dan kesia-siaannya. Jadi, janganlah merasa bangga karena mengikuti orang berhikmat di dunia ini. Sebab Allah telah memberi Saudara segala yang Saudara butuhkan. Ia telah mengaruniakan Paulus dan Apolos dan Petrus kepada Saudara sebagai penolong. Ia telah memberi Saudara seluruh dunia ini; hidup dan bahkan mati pun adalah pelayan Saudara. Seluruh masa kini dan seluruh masa depan telah diberikan-Nya kepada Saudara. Semua itu milik Saudara. Saudara adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah. Jadi, Apolos dan saya hendaknya dipandang sebagai hamba Kristus yang membagi-bagikan berkat Allah dengan jalan mengungkapkan rahasia Allah. Yang paling penting mengenai seorang hamba ialah bahwa ia melakukan perintah tuannya. Bagaimana halnya dengan saya? Apakah saya seorang hamba yang baik? Pendapat Saudara mengenai hal ini, atau pendapat orang lain, bahkan pendapat saya sendiri pun, tidaklah menjadi soal bagi saya. Saya merasa hati saya bersih, tetapi itu pun bukan bukti yang mutlak. Tuhan sendirilah yang akan memeriksa saya dan menentukan apakah saya seorang hamba yang baik atau bukan. Karena itu, sebelum Tuhan datang kembali, janganlah cepat-cepat menarik kesimpulan mengenai apakah seseorang merupakan hamba yang baik atau bukan. Pada waktu Tuhan kembali, Ia akan membawa terang, sehingga semua orang dapat dengan jelas melihat keadaan masing-masing sampai jauh di lubuk hati kita. Maka semua orang akan tahu mengapa kita melayani pekerjaan Tuhan. Pada saat itulah Allah akan memberikan kepada setiap orang pujian yang patut diterimanya. Saya telah memakai Apolos dan diri saya sendiri sebagai contoh untuk apa arti prinsip ini, “Jangan melebihi batas yang ditentukan oleh Kitab Suci!” Janganlah sombong dan jangan membanggakan seorang hamba Allah lalu menghina yang lain. Apakah yang Saudara sombongkan? Adakah sesuatu yang Saudara miliki yang bukan pemberian Allah? Dan apabila segala yang Saudara miliki berasal dari Allah, mengapa Saudara membanggakan diri seolah-olah Saudara telah berhasil atas daya upaya sendiri? Tampaknya Saudara mengira bahwa Saudara sudah mempunyai segala makanan rohani yang Saudara butuhkan. Secara rohani Saudara sudah merasa kenyang dan puas seperti raja di atas singgasana. Seolah-olah Saudara sudah meninggalkan kami jauh di belakang! Betapa baiknya seandainya Saudara benar-benar sudah ada di atas singgasana; karena, apabila saat itu tiba, pasti kami juga akan ada di tempat itu, memerintah bersama dengan Saudara. Kadang-kadang saya merasa bahwa kami, para rasul, ditempatkan Allah pada kedudukan yang paling rendah, seperti tawanan yang menghadapi hukuman mati, dihinakan, dan ditempatkan pada bagian paling belakang dalam pawai kemenangan sebagai tontonan bagi manusia maupun malaikat. Saudara mengatakan bahwa agama telah menjadikan kami tolol. Tentu saja, sebab Saudara orang Kristen yang bijaksana dan berakal sehat. Kami lemah, tetapi Saudara kuat! Saudara dihormati orang, sedangkan kami ditertawakan. Sampai saat ini kami kelaparan dan kehausan. Pada kami tidak cukup pakaian untuk menghangatkan badan. Kami selalu diusir orang dan kami tidak berumah tempat berteduh. Kami mencari nafkah dengan membanting tulang. Kami meminta berkat bagi orang yang menyumpahi kami. Kami bersikap sabar terhadap orang yang menganiaya kami. Kami telah menerima fitnah tanpa membalas. Namun sampai sekarang kami adalah seperti kotoran di bawah kaki atau seperti sampah. Semua ini saya tuliskan bukan dengan maksud mempermalukan, melainkan untuk memperingatkan dan menasihati Saudara sebagai anak-anak yang tercinta. Sebab sekalipun ada seribu orang lain yang mengajar Saudara mengenai Kristus, ingatlah bahwa hanya saya sendirilah yang dapat Saudara anggap sebagai bapa, karena sayalah yang membawa Saudara kepada Kristus pada waktu saya memberitakan Injil kepada Saudara. Oleh karena itu, saya mohon supaya Saudara mengikuti teladan saya dan berbuat seperti saya. Itulah sebabnya mengapa saya mengutus Timotius untuk menolong Saudara dalam hal ini, sebab ia adalah salah seorang yang saya menangkan bagi Kristus. Ia adalah anak yang saya kasihi dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan mengingatkan Saudara apa yang saya ajarkan dalam setiap jemaat ke mana pun saya pergi. Saya tahu bahwa beberapa orang di antara Saudara menjadi sombong, karena mengira bahwa saya tidak akan datang lagi kepada Saudara. Tetapi saya akan datang dengan segera kalau diizinkan Tuhan, dan saya akan mengetahui apakah orang-orang yang sombong itu hanyalah pembual belaka atau apakah mereka benar-benar memiliki kuasa Allah. Kerajaan Allah bukan hanya kata-kata saja, melainkan hidup dengan kuasa Allah. Mana yang Saudara pilih: saya datang kepada Saudara dengan teguran dan hukuman ataukah saya datang dengan hati yang penuh kasih dan lemah lembut? Sebenarnya saya mendengar hal buruk tentang Saudara. Saya sudah diberi tahu tentang perbuatan tunasusila yang terjadi di lingkungan Saudara. Perbuatan itu begitu jahat, sehingga orang kafir sekalipun tidak melakukannya. Ada seorang laki-laki dalam jemaat Saudara yang hidup dalam dosa dengan istri ayahnya. Masih jugakah Saudara begitu sombong, begitu “rohani”? Mengapa Saudara tidak berdukacita karena sedih dan malu, dan menyingkirkan orang itu dari persekutuan Saudara? Singkirkanlah orang itu dari persekutuan dan serahkan dia kepada Iblis. Itu akan mengajarinya untuk tidak lagi mengikuti tabiat lama yang berdosa. Semoga dengan demikian ia akan diselamatkan pada waktu Tuhan Yesus Kristus datang lagi. Saudara sama sekali tidak punya alasan untuk menyombongkan diri! Tidakkah Saudara menyadari bahwa dosa itu seperti ragi yang menyebar ke seluruh adonan? Singkirkan “ragi” itu, yaitu orang yang jahat itu, dari tengah-tengah Saudara, supaya Saudara menjadi adonan segar yang tidak beragi lagi! Kristus, Anak Domba Allah, telah disembelih bagi kita. Karena itu, marilah kita berpesta dan menjadi kuat dalam hidup kekristenan kita. Kita tinggalkan jauh-jauh hidup lama yang penuh dengan ragi kebencian dan kejahatan. Marilah kita berpesta dengan roti yang tidak beragi, simbol kehormatan, ketulusan hati, dan kebenaran. Dalam surat saya yang lalu, saya minta supaya Saudara jangan bergaul dengan orang jahat. Yang saya maksudkan bukanlah orang tidak percaya yang hidup dalam percabulan, penipu yang tamak, pencuri atau penyembah berhala, sebab di dalam dunia ini mau tidak mau kita hidup dengan orang-orang semacam itu. Tetapi yang saya maksudkan ialah supaya Saudara jangan bergaul dengan orang yang menamakan dirinya saudara dalam Kristus, padahal ia bersenang-senang dalam percabulan atau tamak, atau penipu, atau penyembah berhala, atau pemabuk atau seorang yang bermulut kotor. Dengan orang semacam itu makan bersama pun jangan. Bukanlah tugas kita untuk menghakimi orang luar. Tetapi kita berkewajiban menghakimi dan bertindak tegas terhadap anggota gereja yang berbuat dosa. Allah sendiri yang menjadi Hakim bagi orang luar. Tetapi Saudaralah yang harus mengambil tindakan terhadap orang berdosa itu dan menyingkirkannya dari gereja. Apabila Saudara berselisih dengan sesama orang Kristen, mengapa Saudara mengajukan persoalan itu ke pengadilan dan minta diadili oleh orang yang tidak beriman untuk memutuskan perkara itu? Mengapa Saudara tidak membawa persoalan itu kepada orang-orang Kristen yang lain supaya diputuskan siapa yang benar dan siapa yang salah? Apakah Saudara tidak tahu bahwa pada suatu hari nanti, kita orang Kristen akan menghakimi dan memerintah dunia? Karena itu, masakan Saudara tidak dapat mengambil keputusan mengenai hal-hal kecil yang ada di antara Saudara? Apakah Saudara tidak tahu, bahwa kita orang Kristen akan menghakimi para malaikat? Jadi, seharusnya Saudara cakap menyelesaikan masalah yang dihadapi di dunia ini. Karena itu, mengapa Saudara pergi kepada hakim yang bukan orang Kristen? Saya ingin supaya Saudara merasa malu. Apakah di seluruh jemaat tidak ada seorang pun yang cukup bijaksana untuk menyelesaikan perselisihan semacam itu? Sebab nyatanya orang Kristen menuntut sesama orang Kristen di hadapan pengadilan dan menuduhnya di hadapan orang yang tidak beriman. Perkara pengadilan itu saja sudah merupakan kekalahan bagi Saudara sebagai orang Kristen. Terima saja perlakuan yang tidak baik itu dan habis perkara. Dalam hal ini kita lebih memuliakan Allah, kalau kita membiarkan diri dirugikan orang. Tetapi nyatanya Saudara sendirilah yang berbuat salah, bukan saja menipu orang lain, bahkan juga menipu saudara seiman. Dahulu beberapa di antara Saudara bersifat demikian, tetapi sekarang dosa Saudara sudah dihapuskan dan Saudara dipisahkan untuk Allah. Ia sudah menerima Saudara karena apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus dan Roh Allah untuk Saudara. Saudara berkata, “Saya boleh berbuat sekehendak hati”, tetapi bukan semuanya baik bagi kita. Sekalipun saya dibolehkan, aku tidak boleh menjadi budak apa pun. Saudara berkata, “Makanan untuk perut dan perut untuk makanan. Allah akan mengakhiri keduanya.” Itu benar. Namun tubuh kita bukan untuk percabulan. Sebaliknya tubuh kita juga diciptakan untuk melayani Tuhan. Karena itu Tuhan peduli dengan cara apa kita menanganinya Allah akan membangkitkan tubuh kita dari kematian dengan kuasa-Nya, sama seperti Ia membangkitkan Tuhan Yesus Kristus. Tidakkah Saudara sadar bahwa tubuh Saudara sebenarnya adalah bagian dan anggota Kristus? Patutkah saya mengambil anggota Kristus dan mempersatukan Dia dengan pelacur? Sekali-kali tidak! Apakah Saudara tidak tahu bahwa jika seseorang mempersatukan diri dengan pelacur, maka pelacur itu menjadi bagiannya dan ia menjadi bagian dari pelacur itu? Sebab Allah menyatakan dalam firman-Nya bahwa dalam pandangan-Nya keduanya bersatu dengan jiwa dan raga. Tetapi, apabila Saudara menyerahkan diri kepada Tuhan, Saudara dan Kristus disatukan dalam satu tubuh. Itulah sebabnya saya katakan supaya Saudara menjauhkan diri dari percabulan. Tidak ada dosa lain yang lebih merusak tubuh daripada dosa ini. Melakukan dosa ini berarti berdosa terhadap tubuh sendiri. Apakah Saudara belum juga insaf bahwa tubuh Saudara adalah rumah Roh Kudus yang dikaruniakan oleh Allah kepada Saudara, dan Ia hidup di dalam Saudara? Tubuh Saudara bukan milik Saudara sendiri, karena Allah telah membeli Saudara dengan harga yang mahal sekali. Jadi, pakailah setiap bagian tubuh Saudara untuk memuliakan Allah, karena Dialah yang memilikinya. Sekarang mengenai masalah yang Saudara tanyakan dalam surat Saudara. Saudara berkata, “Kalau orang laki-laki tidak berhubungan seks dengan perempuan itu baik.” Tetapi agar tidak ada yang jatuh ke dalam percabulan, sebaiknya setiap laki-laki mempunyai istri sendiri dan setiap wanita mempunyai suami sendiri. Hendaknya suami menghormati hak-hak istrinya, demikian juga istri hendaknya menghormati hak-hak suaminya. Seorang gadis yang menikah tidak lagi memiliki hak mutlak atas tubuhnya sendiri, sebab suaminya juga memiliki hak atas tubuhnya itu. Demikian juga suami tidak memiliki hak mutlak atas tubuhnya sendiri, sebab tubuhnya itu juga menjadi milik istrinya. Jadi, janganlah menolak untuk saling mengakui hak itu, kecuali kalau suami istri sama-sama setuju bahwa untuk sementara waktu masing-masing tidak akan menuntut haknya, supaya mereka dapat berdoa dengan penuh penyerahan. Setelah itu mereka harus hidup bersama-sama lagi, supaya jangan sampai terkena godaan Iblis karena tidak dapat menguasai diri. Saya katakan ini hanyalah sebuah nasihat, itu bukan perintah. Betapa baiknya seandainya semua orang dapat hidup tanpa menikah seperti saya. Tetapi kita semua tidak sama. Kepada sebagian dari kita Allah memberikan karunia menjadi suami atau istri, dan kepada yang lain diberikan-Nya karunia untuk hidup bahagia dalam keadaan tidak menikah. Kepada orang yang tidak menikah dan kepada janda-janda saya sarankan supaya kalau dapat, tetap saja dalam keadaan tidak menikah seperti saya. Tetapi, kalau Saudara tidak dapat menguasai diri, menikahlah; sebab lebih baik menikah daripada nafsu berahi meluap-luap. Bagi mereka yang telah menikah ada suatu perintah, bukan sekadar saran saja. Perintah ini bukan dari saya, sebab Tuhan sendiri telah berfirman: Seorang istri tidak boleh meninggalkan suaminya. Tetapi, kalau ia sudah berpisah dari suaminya, biarlah ia tinggal menyendiri atau rujuk dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya. Ada beberapa saran yang ingin saya tambahkan. Saran-saran ini bukan perintah yang langsung dari Tuhan, tetapi pada hemat saya saran-saran ini baik. Apabila seorang Kristen beristrikan orang yang bukan Kristen, tetapi bagaimanapun si istri ingin tetap hidup bersama dengan dia, janganlah ia meninggalkannya atau menceraikannya. Dan apabila seorang wanita Kristen bersuamikan seseorang yang bukan Kristen dan suaminya ingin supaya ia tetap mendampinginya, maka janganlah ia meninggalkan laki-laki itu. Sebab suami yang tidak percaya, melalui persekutuan dengan istrinya, berbagi dalam berkat yang diberikan Allah kepadanya, dan istri yang tidak percaya, melalui persekutuan dengan suaminya, berbagi dalam berkat yang diberikan Allah kepadanya. Kalau tidak begitu, anak-anak Saudara juga akan dikecualikan dari persekutuan dengan Allah, tetapi sebenarnya mereka berbagi dalam berkat-Nya. Tetapi, apabila suami atau istri yang bukan Kristen itu ingin berpisah, biarkanlah mereka pergi. Dalam hal seperti itu janganlah suami atau istri yang beriman itu memaksa teman hidupnya supaya tetap tinggal, sebab Allah ingin supaya Saudara-Saudara hidup rukun dan damai. Sebab sebenarnya tidak ada jaminan bagi si istri bahwa suaminya akan menjadi Kristen kalau ia tinggal; demikian pula bagi si suami mengenai istrinya. Tetapi dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal ini, usahakanlah supaya Saudara hidup sebagaimana telah ditentukan oleh Allah, menikah atau tidak menikah, sesuai dengan pimpinan dan pertolongan Allah dan menerima keadaan yang telah ditentukan Allah bagi Saudara. Inilah ketentuan yang saya berikan kepada semua jemaat. Misalnya, seseorang yang sudah dikhitan dalam upacara Yahudi sebelum ia menjadi orang Kristen, tidak usah merisaukan hal itu. Dan kalau ia belum dikhitan, tidak usah ia dikhitan. Sebab sama sekali tidak menjadi soal apakah orang Kristen dikhitan atau tidak. Yang penting ialah apakah ia menyenangkan Allah dan menaati hukum-hukum-Nya atau tidak. Orang hendaknya tetap memegang pekerjaan yang sedang dilakukannya pada waktu ia menerima panggilan Allah. Apakah Saudara seorang hamba? Jangan Saudara sedih akan hal itu; tetapi, kalau Saudara mendapat kesempatan untuk memerdekakan diri, pakailah kesempatan itu. Kalau pada waktu Saudara menjadi orang Kristen, Saudara adalah seorang hamba, ingatlah bahwa Kristus telah membebaskan Saudara dari kuasa dosa dan kalau Saudara menjadi orang Kristen dalam keadaan bebas, ingatlah bahwa Saudara sekarang menjadi hamba Kristus. Saudara sudah dibeli dan dibayar dengan tunai oleh Kristus; jadi, sekarang Saudara adalah milik-Nya. Bebaskanlah diri Saudara dari kesombongan dan kekhawatiran dunia ini. Oleh karena itu, Saudara-Saudara, dalam keadaan apa pun seseorang berada ketika ia menjadi orang Kristen, hendaklah ia tetap dalam keadaan itu, sebab sekarang Tuhan menyertainya untuk menolongnya. Sekarang saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang lain. Bagaimana halnya dengan gadis yang belum menikah? Apakah mereka dibolehkan menikah? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak ada perintah Tuhan yang khusus bagi mereka. Tetapi karena rahmat-Nya, Tuhan telah memberikan kepada saya kebijaksanaan yang dapat dipercaya, dan dengan senang hati saya sampaikan pendapat saya kepada Saudara. Persoalannya ialah: kita orang Kristen pada saat ini sedang menghadapi ancaman maut. Pada saat seperti sekarang ini saya merasa bahwa sebaiknya orang tidak menikah. Tentu saja kalau Saudara sudah menikah, janganlah bercerai karena hal ini. Tetapi, kalau Saudara belum menikah, janganlah tergesa-gesa menikah. Tetapi, kalau Saudara seorang pria dan ingin menikah sekarang juga, hal itu tidak salah, dan kalau seorang gadis ingin menikah sekarang, hal itu bukan dosa. Tetapi pernikahan akan mendatangkan masalah tambahan yang saya harapkan tidak usah Saudara hadapi pada saat ini. Hal terpenting yang harus kita ingat ialah bahwa waktu yang masih ada tinggal sedikit, (demikian juga kesempatan kita untuk melakukan pekerjaan Tuhan). Itulah sebabnya orang yang beristri hendaknya berusaha menyediakan waktu sebanyak-banyaknya bagi Tuhan. Kebahagiaan, kesedihan, ataupun kekayaan jangan hendaknya menjauhkan orang dari pelayanan bagi Allah. Orang yang sering mengalami hal-hal duniawi yang menggairahkan hendaknya mengambil kesempatan untuk melayani Tuhan dan jangan lagi menikmati kesenangan-kesenangan dunia itu, sebab dunia dalam bentuknya sekarang ini tidak lama lagi akan lenyap. Apa pun yang Saudara lakukan, saya ingin supaya Saudara bebas dari kekhawatiran. Orang yang tidak beristri mempergunakan waktunya untuk melakukan pekerjaan Tuhan dan berusaha menyenangkan Dia. Tetapi orang yang beristri tidak dapat melayani Tuhan sebaik itu. Ia harus memikirkan tanggung jawab di dunia ini dan bagaimana menyenangkan istrinya. Perhatiannya terbagi-bagi. Demikian juga halnya dengan wanita yang bersuami. Ia menghadapi persoalan yang sama. Gadis yang tidak menikah berhasrat menyenangkan Tuhan dengan seluruh pribadinya dan dengan segala yang dilakukannya. Tetapi wanita yang bersuami harus memikirkan hal-hal lain seperti mengurus rumah tangga dan bagaimana ia menyenangkan suaminya. Semua ini saya katakan untuk menolong Saudara, bukan untuk menghalang-halangi Saudara menikah. Saya ingin supaya Saudara melakukan hal-hal yang berguna untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya tanpa banyak gangguan yang dapat mengalihkan perhatian Saudara dari Tuhan. Tetapi, mungkin seorang laki-laki berpikir bahwa dia memperlakukan tunangannya dengan tidak tepat jika dia tidak menikahinya; ataupun ia tidak dapat menahan diri, biarlah ia menikah. Hal itu bukan dosa. Tetapi, apabila seorang laki-laki mempunyai kemauan untuk tetap membujang dan mengambil keputusan bahwa ia tidak usah dan tidak akan menikah, keputusannya itu bijaksana sekali. Jadi, orang yang menikah itu berbuat baik, dan orang yang tidak menikah berbuat lebih baik. Istri terikat pada suaminya selama dia hidup. Kalau suaminya meninggal, ia boleh menikah lagi, asal ia menikah dengan orang Kristen. Tetapi pada hemat saya mungkin ia akan merasa lebih bahagia kalau ia tidak menikah lagi; dan saya rasa nasihat yang saya berikan ini berasal dari Roh Allah. Pertanyaan yang berikut berkenaan dengan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Mengenai masalah ini setiap orang merasa bahwa jawabannyalah yang benar! Tetapi, walaupun “tahu segala-galanya” menyebabkan kita merasa menjadi orang penting, yang sebenarnya kita butuhkan untuk membangun jemaat ialah kasih. Apabila seseorang mengira ia mengetahui segala-galanya, ia hanya menyatakan kepicikannya. Tetapi orang yang mengasihi Allah dikenal oleh-Nya dan memiliki pengetahuan yang benar. Nah, jadi bagaimana? Bolehkah kita makan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala? Kita semua tahu bahwa berhala bukan Allah, dan Allah hanya ada satu, tidak ada yang lain. Beberapa orang beranggapan bahwa ada banyak dewa di surga maupun di bumi. Tetapi kita tahu bahwa hanya ada satu Allah, yaitu Allah Bapa, yang menciptakan segala sesuatu dan yang menjadikan kita milik-Nya; dan satu Tuhan Yesus Kristus, yang menjadikan segala sesuatu dan yang memberikan hidup kepada kita. Tetapi sebagian orang Kristen tidak menyadari hal ini. Mereka terbiasa menganggap berhala sebagai nyata. Jadi, bilamana mereka makan daging yang dipersembahkan kepada berhala, mereka berpikir bahwa mereka mengenali berhala yang disembelih binatang itu dan beranggapan bahwa mereka dinajiskan oleh makanan itu. Kita harus ingat bahwa Allah tidak peduli apakah kita memakannya atau tidak. Keadaan kita tidak menjadi lebih buruk kalau kita tidak memakannya dan tidak pula menjadi lebih baik kalau kita memakannya. Tetapi, apabila Saudara mempergunakan kebebasan Saudara untuk memakannya, berhati-hatilah jangan sampai menyebabkan seorang saudara seiman jatuh ke dalam dosa karena ia mempunyai hati nurani yang lebih lemah daripada Saudara. Sebab inilah yang mungkin terjadi: Seseorang yang menganggap bahwa makan makanan yang telah dipersembahkan itu salah, melihat Saudara makan di rumah berhala karena Saudara tahu bahwa hal itu tidak menjadi soal. Kemudian ia juga memberanikan diri melakukan hal yang sama, tetapi ia tetap merasa bahwa perbuatannya itu salah. Dengan demikian Saudara telah bersalah karena menyebabkan seseorang yang lemah hati nuraninya—padahal Kristus mati bagi dia juga—mengalami kegoncangan rohani, sebab ia merasa telah melakukan sesuatu yang dianggapnya salah. Apabila dengan cara begitu Saudara berdosa terhadap seorang saudara seiman, maka Saudara berdosa terhadap Kristus. Jadi, kalau hal makan daging yang dipersembahkan kepada berhala itu akan menyebabkan saudara saya berdosa, saya tidak akan memakannya lagi sepanjang umur saya, karena saya tidak mau menyebabkan dia berdosa. Saya seorang rasul, utusan Allah, dan saya tidak bertanggung jawab kepada seorang jua pun. Saya sudah memandang Yesus, Tuhan kita, dengan mata saya sendiri. Dan hidup Saudara yang sudah berubah adalah hasil jerih payah saya bagi Tuhan. Sekalipun orang lain tidak menganggap saya seorang rasul, bagi Saudara jelas saya seorang rasul. Saudara adalah pengesahan saya sebagai rasul, karena sayalah yang membimbing Saudara kepada Kristus. Inilah jawaban saya kepada semua orang yang meragukan hak-hak saya. Atau, apakah saya tidak mempunyai hak sama sekali? Tidak dapatkah saya menuntut hak yang sama seperti rasul-rasul lain untuk menjadi tamu dalam rumah Saudara? Tidakkah kami memiliki hak untuk membawa seorang istri percaya bersama kami seperti dilakukan oleh adik-adik Tuhan dan rasul-rasul lainnya seperti Petrus? Apakah hanya saya dan Barnabas yang harus mencari nafkah, sedangkan yang lain Saudara tunjang? Mana ada tentara yang harus membiayai dirinya sendiri? Dan pernahkah Saudara mendengar petani yang menuai hasil ladangnya, tetapi tidak mempunyai hak untuk memakan sebagian dari hasilnya itu? Gembala mana memelihara kawanan domba dan kambing, tetapi tidak dibolehkan minum susu ternaknya? Saya bukan sekadar mengemukakan pendapat manusia mengenai apa yang benar. Yang saya kemukakan ialah apa yang dikatakan hukum Allah. Sebab dalam hukum yang diberikan Allah kepada Musa dikatakan, bahwa kita tidak boleh mengenakan berangus pada mulut lembu yang sedang mengirik gandum sehingga lembu itu tidak dapat makan. Apakah menurut pendapat Saudara Allah hanya memikirkan lembu, ketika memberikan hukum ini? Tidakkah Allah memikirkan kita juga? Tentu saja! Dengan hukum ini Allah menyatakan kepada kita bahwa pelayan-pelayan Kristen hendaknya dibiayai oleh orang-orang yang ditolongnya. Orang yang membajak dan mengirik hendaknya mendapat bagian dari hasil panen. Kami telah menanamkan benih-benih rohani yang baik dalam jiwa Saudara. Apakah kami mengharapkan terlalu banyak, kalau sebagai imbalannya kami minta sekadar sandang dan pangan? Jika Saudara memberikan makanan dan pakaian kepada orang lain yang berkhotbah kepada Saudara, tidakkah kami lebih berhak menerima sumbangan itu? Namun kami tidak pernah mempergunakan hak itu. Kami menanggung segala macam kesulitan dan tidak pernah minta bayaran berupa apa pun, sebab kami tidak mau menjadi halangan untuk menyebarkan berita tentang Kristus. Tidakkah Saudara tahu bahwa untuk mencukupi kebutuhan orang yang melayani di dalam rumah Allah, Allah menyuruh mereka supaya mengambil sebagian dari makanan yang dipersembahkan kepada-Nya? Dan orang yang melayani mazbah Allah mendapat bagian dari makanan yang dipersembahkan orang kepada-Nya. Demikian juga Tuhan telah memerintahkan bahwa orang yang mengabarkan Injil hendaknya ditanggung oleh orang yang menerima Injil itu. Walaupun demikian, satu sen pun tidak pernah saya minta dari Saudara. Saya tuliskan ini bukan dengan maksud menyatakan bahwa mulai sekarang saya akan meminta bayaran. Sesungguhnya lebih baik saya mati kelaparan daripada kehilangan kepuasan yang saya peroleh dari mengajar Saudara tanpa bayaran. Sebab mengabarkan Injil sama sekali bukan jasa saya sendiri. Sekalipun saya menghendakinya, saya tidak dapat berhenti mengabarkan Injil. Celakalah saya, kalau saya tidak mengabarkan Injil. Seandainya saya melakukan pekerjaan ini atas kemauan sendiri, tentu Tuhan akan mengupahi saya. Tetapi bukan demikian halnya. Allah telah memilih saya dan memberikan kepada saya kepercayaan yang suci ini dan saya tidak dapat menolaknya. Dalam keadaan seperti itu, apakah upah yang saya terima? Tidak lain daripada kesukaan istimewa yang saya peroleh dari mengabarkan Injil tanpa minta bayaran dari siapa pun dan tanpa menuntut hak-hak saya. Jadi saya bebas dan tidak tergantung pada siapa pun. Tetapi untuk membimbing sebanyak mungkin orang kepada Kristus, saya telah menjadikan diri saya pelayan semua orang. Bilamana saya bersama dengan orang Yahudi saya berlaku seperti orang Yahudi untuk memenangkan mereka untuk Kristus. Terhadap mereka yang hidup menurut Hukum Taurat saya berlaku seolah-olah saya terikat pada hukum itu, meskipun saya sendiri tidak lagi terikat padanya. Saya melakukan hal itu untuk membimbing mereka kepada Kristus. Bilamana saya bersama dengan orang bukan Kristen saya usahakan supaya sebanyak mungkin saya setuju dengan mereka, tetapi tentu saja saya harus selalu melakukan apa yang benar sebagai orang Kristen. Demikianlah, dengan jalan menyetujui mereka, saya mendapat kepercayaan dan dapat menolong mereka juga. Bilamana saya bersama-sama dengan orang yang hati nuraninya mudah risau, saya tidak berlaku seakan-akan saya lebih tahu dan mengatakan bahwa mereka berlaku bodoh. Dengan demikian mereka mau membiarkan saya menolong mereka. Bagaimanapun sifat dan keadaan seseorang, saya berusaha mencari persesuaian paham dengan dia, supaya ia mau membiarkan saya bercerita kepadanya tentang Kristus dan membiarkan Kristus menyelamatkannya. Hal ini saya lakukan supaya dapat menyampaikan Injil kepada mereka dan juga karena berkat yang saya sendiri peroleh, ketika saya melihat mereka datang kepada Kristus. Dalam suatu perlombaan semua peserta ikut lari, tetapi yang mendapat hadiah pertama hanya seorang. Jadi, berlombalah untuk mencapai kemenangan. Supaya menang dalam pertandingan, kita harus menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat menghambat usaha kita. Seorang atlet bersusah payah seperti itu hanya untuk menggondol hadiah yang tidak akan tahan lama, sedangkan kita melakukannya untuk mendapat hadiah surgawi yang tidak akan hilang. Jadi, saya lari menuju sasaran dengan tujuan yang pasti. Saya berjuang untuk menang. Saya tidak berlaku seperti seorang petinju yang memukul-mukul angin atau berayal-ayal. Seperti seorang atlet saya menggembleng tubuh saya, melatihnya melakukan hal-hal yang harus dilakukan dan bukan hal-hal yang dikehendakinya. Sebab, kalau tidak, saya takut kalau-kalau setelah mempersiapkan orang-orang lain untuk perlombaan, saya sendiri dinyatakan tidak memenuhi syarat, lalu ditolak. Saudara sekalian yang saya kasihi, janganlah kita lupa akan apa yang terjadi terhadap bangsa kita di padang gurun dahulu kala. Allah membimbing mereka dengan awan yang bergerak mendahului mereka dan membawa mereka dengan selamat melintasi Laut Merah. Ini boleh dikatakan “baptisan” mereka sebagai pengikut Musa. Mereka dibaptiskan dalam laut maupun dalam awan dan baptisan itu merupakan penyerahan diri mereka kepada Musa sebagai pemimpin mereka. Mereka semua makan roti yang sama dari surga dan minum air yang sama dari batu. Batu karang ini memiliki makna khusus: Dia menyertai mereka, dan melalui dia Kristus sendiri ada bersama mereka. Namun Allah tidak senang dengan kebanyakan dari mereka, dan Ia membinasakan mereka di padang gurun. Pelajaran ini memperingatkan kita supaya jangan mengingini hal-hal yang jahat seperti yang dilakukan oleh mereka, dan jangan pula kita menyembah berhala seperti mereka. (Firman Allah mengatakan, “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian mereka bangun dan menari-nari” untuk menyembah anak lembu emas.) Pelajaran lain bagi kita ialah ketika beberapa di antara mereka melakukan percabulan, dan 23.000 orang mati dalam satu hari. Janganlah kita menguji kesabaran Tuhan. Orang Israel berbuat demikian dan mereka mati digigit ular. Janganlah menggerutu mengenai Allah dan perlakuan-Nya terhadap Saudara, seperti yang dilakukan oleh beberapa di antara mereka, sehingga Allah menyuruh Malaikat Kematian membinasakan mereka. Semua ini menimpa mereka sebagai contoh bagi kita, sebagai pelajaran dan peringatan, supaya kita jangan melakukan hal-hal yang demikian. Semua ini dituliskan supaya kita dapat membacanya dan menarik pelajaran daripadanya pada masa kini, menjelang akhir zaman. Jadi, berhati-hatilah. Kalau Saudara mengira, “Mustahil saya akan berbuat demikian”, hendaklah Saudara waspada karena Saudara juga mungkin jatuh ke dalam dosa. Tetapi, ingatlah bahwa keinginan jahat yang masuk ke dalam hidup Saudara bukanlah hal yang baru. Banyak orang yang hidup sebelum Saudara, menghadapi masalah yang sama. Tidak ada cobaan yang tidak dapat diatasi. Dan percayalah bahwa Allah tidak akan membiarkan cobaan menjadi demikian berat, sehingga Saudara tidak dapat menahannya. Ini adalah janji-Nya dan Ia akan melakukan apa yang dijanjikan-Nya. Ia akan mengajar Saudara bagaimana menghindar dari cengkeraman cobaan, supaya Saudara dapat menanggungnya dengan sabar. Sebab itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, jauhilah segala jenis penyembahan berhala. Saudara sekalian adalah orang pandai. Pertimbangkanlah sendiri apakah yang saya katakan ini benar atau tidak. Pada waktu kita mohon berkat Tuhan ketika minum air anggur pada Perjamuan Tuhan, bukankah ini berarti bahwa semua yang minum sama-sama memperoleh berkat dari darah Kristus? Dan dengan memakan roti yang telah kita pecah-pecahkan, kita sama-sama memperoleh berkat dari tubuh-Nya. Bagaimanapun banyaknya, kita semua makan dari satu roti dan ini menyatakan bahwa kita adalah bagian-bagian dari tubuh Kristus yang satu itu. Dan orang Yahudi, semua yang makan daging binatang yang dipersembahkan kepada Allah, dipersatukan oleh tindakan itu. Apa kiranya yang saya maksudkan? Apakah berhala yang disembah dengan segala jenis kurban itu benar-benar merupakan dewa yang nyata dan apakah persembahan itu punya arti? Sekali-kali tidak! Yang saya maksudkan ialah bahwa orang-orang yang mempersembahkan makanan kepada berhala, bersatu dalam mempersembahkannya kepada setan dan pasti bukan kepada Allah. Saya tidak ingin Saudara bersekutu dengan setan dan bersama-sama dengan orang kafir makan dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala itu. Saudara tidak dapat minum dari cawan pada meja Perjamuan Tuhan dan dari cawan pada meja perjamuan Iblis. Saudara tidak dapat makan roti pada Perjamuan Tuhan dan juga pada perjamuan Iblis. Apakah Saudara ingin membangkitkan murka Tuhan? Apakah Saudara lebih kuat daripada Dia? Saudara berkata, “Saya boleh berbuat sekehendak hati,” tetapi bukan yang paling baik dan berguna bagi gereja. Janganlah hanya memikirkan diri sendiri. Pikirkan juga orang lain dan apa yang baik baginya. Inilah yang harus Saudara lakukan. Belilah daging apa saja yang dijual di pasar. Tidak usah ditanyakan apakah daging itu telah dipersembahkan kepada berhala atau tidak, kalau-kalau jawaban yang diberikan akan mengganggu hati nurani Saudara. Sebab bumi dan segala yang baik di dalamnya adalah milik Tuhan untuk Saudara nikmati. Apabila seseorang yang bukan Kristen mengundang Saudara makan, terimalah undangan itu kalau Saudara mau. Makanlah apa pun yang dihidangkan di atas meja, tetapi tidak perlu meneliti dari mana asalnya daging itu supaya Saudara merasa bersalah. Tetapi, kalau ada orang yang berkata kepada Saudara bahwa daging itu telah dipersembahkan kepada berhala, maka janganlah Saudara makan daging itu, demi orang itu dan hati nuraninya. Dalam hal ini yang penting bukan perasaan hati Saudara sendiri, melainkan perasaan hatinya. Tetapi Saudara mungkin bertanya, mengapa saya harus diatur dan dibatasi oleh perasaan hati orang lain? Kalau saya dapat mengucap syukur kepada Allah atas makanan dan menikmatinya, mengapa saya harus membiarkan orang lain merusak semua itu, hanya karena ia mengira bahwa saya berbuat salah? Sebabnya ialah bahwa segala sesuatu, bahkan makan dan minum sekalipun, harus dilakukan bagi kemuliaan Allah. Jadi, janganlah menjadi batu antukan bagi siapa pun, baik bagi orang Yahudi, orang bukan Yahudi maupun bagi orang Kristen. Saya juga mengikuti pola ini. Saya berusaha menyenangkan semua orang dalam segala yang saya lakukan. Saya tidak melakukan yang saya kehendaki atau yang paling baik bagi saya, tetapi yang paling baik bagi mereka, supaya mereka dapat diselamatkan. Saudara hendaknya mengikuti teladan Kristus. Saya gembira sekali, Saudara sekalian yang saya kasihi, bahwa Saudara ingat dan melakukan segala yang saya ajarkan. Tetapi saya ingin memperingatkan Saudara akan satu hal, yaitu bahwa kepala atas setiap laki-laki adalah Kristus, kepala atas istri adalah suaminya dan kepala atas Kristus adalah Allah. Karena itu, kalau seorang laki-laki memakai tutup kepala pada waktu berdoa atau bernubuat, maka ia memalukan Kristus. Dan seorang wanita yang berdoa atau bernubuat di muka umum tanpa mengenakan tudung kepala, memalukan suaminya. Itu sama saja seolah-olah dia dicukur gundul. Kalau ia tidak mau menudungi kepalanya, hendaknya ia mencukur rambutnya. Dan kalau berkepala gundul menjadi aib baginya, hendaknya ia bertudung kepala. Tetapi seorang laki-laki tidak boleh menudungi kepalanya pada waktu berbakti, sebab laki-laki diciptakan serupa dengan Allah dan mencerminkan kemuliaan-Nya; wanita mencerminkan kemuliaan laki-laki. Laki-laki yang pertama tidak berasal dari wanita, tetapi wanita yang pertama berasal dari laki-laki. Dan Adam, laki-laki yang pertama itu, bukan diciptakan untuk kepentingan Hawa, tetapi Hawa diciptakan untuk Adam. Oleh karena itu wanita harus mengenakan tudung kepala sebagai tanda bahwa ia berada di bawah kekuasaan laki-laki. Dengan demikian dia mematuhi aturan Allah yang diawasi para malaikat. Tetapi ingatlah bahwa dalam rencana Allah, laki-laki dan wanita saling membutuhkan. Sebab, meskipun wanita pertama berasal dari laki-laki, sejak saat itu semua laki-laki dilahirkan oleh wanita dan baik laki-laki maupun wanita berasal dari Allah, Pencipta mereka. Bagaimana pendapat Saudara mengenai hal ini? Patutkah wanita berdoa di muka umum tanpa tudung kepala? Bukankah naluri pun mengajarkan kepada kita bahwa rambut panjang adalah aib bagi pria, sedangkan kaum wanita bangga akan rambut panjang? Rambut panjang diberikan kepadanya sebagai kerudung. Tetapi, apabila ada orang yang mau berdebat mengenai hal ini, saya hanya dapat mengatakan bahwa yang kami ajarkan ialah: seorang wanita hendaknya mengenakan tudung kepala pada waktu bernubuat atau berdoa dalam jemaat, dan semua jemaat berpendirian demikian juga. Satu hal lain yang ingin saya bicarakan dengan Saudara ialah sesuatu yang tidak dapat saya setujui. Pada waktu Saudara bersekutu bersama-sama untuk Perjamuan Tuhan, rupanya persekutuan itu mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Pertama-tama, orang memberitahukan kepada saya mengenai perpecahan yang terjadi waktu pertemuan-pertemuan Saudara. Sedikit banyak saya percaya akan kebenaran berita itu. Tetapi hal itu perlu supaya kelihatan siapa di antara Saudara yang memiliki persetujuan Allah! Pada waktu Saudara berkumpul untuk makan, bukan Perjamuan Tuhan yang Saudara adakan, melainkan perjamuan sendiri. Sebab saya dengar bahwa setiap orang dengan lahap cepat-cepat menghabiskan makanan yang dapat diambilnya tanpa memperhatikan orang lain, sehingga sebagian merasa lapar karena tidak mendapat cukup makanan, sedangkan sebagian lagi terlalu banyak minum dan menjadi mabuk. Wah! Benarkah demikian? Tidak dapatkah Saudara makan dan minum di rumah sendiri sehingga tidak mengaibkan jemaat dan mempermalukan orang miskin yang tidak dapat membawa makanan? Apa yang harus saya katakan mengenai hal ini? Apakah Saudara mengharapkan pujian dari saya? Sekali-kali saya tidak akan memuji Saudara. Sebab inilah yang telah difirmankan oleh Tuhan sendiri mengenai Perjamuan-Nya dan yang pernah saya sampaikan kepada Saudara, yaitu bahwa pada malam Tuhan Yesus dikhianati oleh Yudas, Ia mengambil roti, dan mengucap syukur kepada Allah, Lalu Ia memecah-mecahkan roti itu dan membagikannya kepada murid-murid-Nya sambil berkata, “Ambil dan makanlah roti ini. Inilah tubuh-Ku yang diserahkan untuk kalian. Lakukanlah sebagai peringatan akan Aku.” Sesudah makan, dengan cara yang sama Ia mengambil cawan anggur dan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru antara Allah dengan kalian yang dimeteraikan Allah dengan darah yang Kucurahkan untuk menebus jiwa kalian. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku setiap kali kalian meminumnya.” Sebab setiap kali Saudara makan roti ini dan minum dari cawan ini, Saudara memberitakan kembali kematian Tuhan: bahwa Ia telah mati bagi Saudara. Lakukanlah ini sampai Ia datang kembali. Jadi, apabila orang makan roti ini dan minum dari cawan Tuhan dengan cara yang tidak patut, maka ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Itulah sebabnya orang harus benar-benar memeriksa dirinya sebelum makan roti dan minum dari cawan itu. Sebab, kalau ia makan roti dan minum dari cawan itu dengan cara yang tidak patut tanpa memikirkan tubuh Kristus dan memahami artinya, ia mendatangkan hukuman Allah ke atas dirinya, sebab ia meremehkan kematian Kristus. Itulah sebabnya banyak di antara Saudara lemah dan sakit, bahkan ada beberapa orang yang mati. Tetapi, kalau Saudara dengan teliti memeriksa diri sebelum makan, Saudara tidak akan diadili dan dihukum. Sedangkan kalau Tuhan mengadili dan menghukum kita, hal itu dilakukan-Nya supaya kita tidak dihukum bersama-sama dengan dunia. Karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, apabila Saudara berkumpul untuk Perjamuan Tuhan, hendaknya seorang menantikan yang lain. Kalau seseorang benar-benar merasa lapar, hendaknya ia makan di rumah, supaya tidak mendatangkan hukuman ke atas dirinya pada waktu berkumpul bersama-sama. Hal-hal yang lain akan saya bicarakan dengan Saudara kelak pada waktu saya mengunjungi Saudara. Saudara sekalian yang saya kasihi, sekarang saya ingin membicarakan karunia-karunia khusus yang diberikan oleh Roh Kudus kepada Saudara masing-masing, supaya Saudara jangan salah paham mengenai hal itu. Saudara tentu ingat bahwa sebelum Saudara menjadi orang Kristen, Saudara pergi dari satu berhala kepada berhala yang lain, dan tidak satu pun dari berhala-berhala itu dapat berbicara. Tetapi sekarang Saudara bertemu dengan orang-orang yang mengaku dapat menyampaikan pesan dari Roh Allah. Bagaimana Saudara tahu apakah mereka benar-benar diilhami Allah atau apakah mereka itu pembohong belaka? Inilah patokannya: orang yang berbicara dengan kuasa Roh Allah tidak mungkin mengutuk Yesus. Tidak seorang pun dapat berkata dengan kesungguhan hati, “Yesus adalah Tuhan”, kalau Roh Kudus tidak menolongnya. Allah memberikan kepada kita bermacam-macam karunia, tetapi semua itu berasal dari sumber yang sama, yaitu Roh Kudus. Ada bermacam-macam cara untuk melayani Allah, tetapi kita melayani Tuhan yang sama. Ada banyak cara Allah melakukan pekerjaan-Nya dalam kehidupan kita, tetapi Allah yang sama bekerja di dalam dan melalui kita semua sebagai umat-Nya. Roh Kudus memperlihatkan kuasa Allah melalui kita masing-masing untuk menolong seluruh jemaat. Kepada seorang, Roh memberikan karunia menasihati dengan bijaksana. Kepada yang lain diberikan karunia melihat apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu dan karunia ini berasal dari Roh yang sama. Ia memberikan iman yang istimewa kepada seorang dan kepada yang lain lagi diberikan-Nya kuasa untuk menyembuhkan orang sakit. Kepada beberapa orang Ia memberikan kuasa untuk melakukan mukjizat dan yang lain diberi-Nya kuasa untuk bernubuat. Kepada seorang diberikan-Nya kemampuan untuk membedakan apa yang berasal dari Roh Allah dan yang bukan. Yang lain lagi dapat berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah; dan orang-orang lain yang diberi kuasa untuk menerangkan apa yang dikatakannya. Semua karunia dan kuasa ini diberikan oleh Roh yang sama, yang menentukan karunia atau kuasa yang mana harus diberikan kepada kita masing-masing. Tubuh kita terdiri dari banyak bagian, dan ketika dipersatukan, bagian-bagian itu hanya membentuk satu tubuh. Demikian juga halnya dengan “tubuh” Kristus. Kita masing-masing merupakan bagian dari tubuh Kristus. Sebagian dari kita adalah orang Yahudi, sebagian bukan Yahudi, sebagian budak, dan sebagian lagi orang bebas. Tetapi Roh Kudus telah mempersatukan kita semua menjadi satu tubuh. Kita dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus oleh satu Roh, dan kita semua dipenuhi dengan Roh yang sama. Demikianlah tubuh terdiri dari banyak bagian, bukan hanya satu bagian saja. Seandainya kaki berkata, “Karena aku bukan tangan, aku bukan bagian tubuh.” Hal itu tidak akan mengurangi kenyataan bahwa ia adalah bagian tubuh. Bagaimana seandainya Saudara mendengar telinga berkata, “Aku bukan bagian tubuh, sebab aku hanyalah telinga dan bukan mata?” Apakah hal itu akan mengurangi kenyataan bahwa telinga itu adalah bagian tubuh? Andaikata seluruh tubuh berupa mata, bagaimana kita dapat mendengar? Atau seandainya tubuh kita berupa satu telinga yang besar, bagaimana kita dapat mencium sesuatu? Bukan dengan cara demikian Allah menciptakan kita. Ia telah membuat banyak bagian untuk tubuh kita dan tiap-tiap bagian dipasang di tempat yang dikehendaki-Nya. Andaikata semuanya hanya terdiri dari satu bagian saja, di manakah tubuh? Jadi, Ia telah membuat banyak bagian; namun, tubuh hanya satu. Mata tidak dapat berkata kepada tangan, “Aku tidak membutuhkan engkau.” Kepala tidak dapat berkata kepada kaki, “Aku tidak membutuhkan engkau.” Lagipula, beberapa bagian yang tampaknya paling lemah dan paling tidak berarti, sebenarnya paling diperlukan. Bagian-bagian yang kita anggap kurang terhormat dan yang seharusnya tidak terlihat, justru adalah bagian-bagian yang kita disembunyikan dengan hati-hati, sedangkan bagian-bagian yang boleh dilihat orang tentunya tidak memerlukan perhatian yang khusus. Jadi, Allah telah menyusun tubuh kita demikian rupa, sehingga kehormatan dan perhatian istimewa diberikan kepada bagian-bagian tertentu supaya jangan kelihatan kurang penting. Hal ini membawa kebahagiaan di antara bagian-bagian itu, sehingga tiap-tiap bagian memperhatikan bagian yang lain sama seperti diri sendiri. Kalau satu bagian menderita, semua bagian menderita bersama-sama, dan kalau satu bagian dimuliakan, semua bagian bergembira. Yang ingin saya sampaikan ialah: Saudara sekalian bersama-sama merupakan tubuh Kristus dan masing-masing merupakan bagian yang khusus dan penting. Inilah daftar beberapa bagian yang telah ditaruh-Nya dalam sidang jemaat-Nya, yaitu tubuh-Nya: Rasul-rasul, Nabi-nabi, Guru-guru, Mereka yang melakukan mukjizat, Mereka yang mendapat karunia untuk menyembuhkan, Mereka yang dapat menolong orang lain, Mereka yang dapat memimpin orang lain supaya bekerja sama, Mereka yang dapat berbicara dalam bahasa yang belum pernah dipelajarinya. Apakah semua orang rasul? Tentu saja tidak. Apakah semua orang nabi? Apakah semua orang guru? Apakah setiap orang mempunyai kuasa melakukan mukjizat? Apakah semua orang dapat menyembuhkan orang sakit? Tentu saja tidak. Apakah kita semua diberi kuasa untuk berbicara dalam bahasa-bahasa yang diilhami oleh Allah? Apakah setiap orang dapat memahami dan menerjemahkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai karunia berbicara dalam bahasa-bahasa diilhami oleh Allah? Tidak, tetapi berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh karunia yang paling bermanfaat bagi gereja. Dan sekarang izinkan saya menunjukkan kepada Saudara jalan yang terbaik untuk melakukan hal itu. Kalau saya berbicara dalam bahasa-bahasa yang diilhami oleh Allah—dalam semua bahasa manusia, bahkan bahasa malaikat sekalipun—tetapi saya tidak mempunyai kasih, maka saya hanyalah bagaikan tong kosong yang nyaring bunyinya. Kalau saya mempunyai karunia untuk bernubuat dan mengetahui segala yang akan terjadi pada masa yang akan datang, serba tahu mengenai segala sesuatu, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, apakah gunanya karunia itu? Sekiranya saya dikaruniai iman yang demikian rupa, sehingga dapat menyuruh gunung berpindah, tetapi tanpa kasih, saya tidak berharga sama sekali. Jika saya berikan semua milik saya kepada orang miskin dan sekiranya saya dibakar hidup-hidup demi iman, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, maka semua itu tidak ada gunanya. Kasih itu sangat sabar dan baik hati, tidak pernah cemburu atau iri hati, tidak pernah sombong atau tinggi hati. Kasih tidak pernah kasar, tidak ingin menang sendiri, tidak mudah tersinggung, tidak menaruh dendam. Kasih tidak gemar akan ketidakadilan, tetapi bersukacita bilamana kebenaran menang. Kalau Saudara benar-benar mengasihi seseorang, Saudara akan tetap mengasihinya, apa pun yang terjadi. Saudara akan tetap memercayainya, selalu mengharapkan yang terbaik dari dia, dan Saudara akan selalu membelanya. Semua karunia dan kuasa khusus dari Allah pada suatu saat akan berakhir, tetapi kasih itu kekal. Pada suatu saat kelak nubuat, karunia untuk berbahasa asing, dan pengetahuan khusus akan lenyap. Sekarang ini pengetahuan kita sangat terbatas, walaupun kita memiliki karunia-karunia istimewa, dan khotbah orang yang paling berbakat pun sangat jauh dari sempurna. Tetapi pada waktu kita dijadikan sempurna, maka karunia-karunia istimewa yang tidak sempurna ini tidak akan diperlukan lagi dan akan lenyap. Jelasnya begini: ketika saya masih kanak-kanak, saya berkata-kata dan berpikir seperti kanak-kanak. Tetapi sesudah menjadi dewasa, pikiran saya berkembang melampaui masa kanak-kanak saya dan sekarang segala hal yang kekanak-kanakan sudah saya tinggalkan. Demikian juga, sekarang ini hanya sedikit yang kita lihat dan kita pahami tentang Allah, seolah-olah kita sedang melihat gambaran-Nya yang samar-samar pada cermin. Tetapi nanti kita akan berhadapan muka dengan Allah dalam kesempurnaan-Nya. Yang saya ketahui sekarang kelihatan kabur dan samar-samar, tetapi nanti saya akan dapat melihat segala hal dengan jelas, sama jelasnya seperti Allah pada saat ini melihat ke dalam hati saya. Ada tiga hal yang kekal, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, tetapi yang terbesar dari ketiganya ialah kasih. Jadikanlah kasih itu tujuan Saudara yang terutama. Walaupun demikian, mintalah kecakapan-kecakapan khusus yang diberikan oleh Roh Kudus, terutama karunia bernubuat serta kesanggupan untuk memberitakan firman Allah. Orang yang berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah, dia berbicara kepada Allah dan bukan kepada manusia, sebab orang tidak dapat memahami Saudara. Saudara berbicara oleh kuasa Roh, tetapi semua itu merupakan rahasia. Tetapi orang yang bernubuat serta memberitakan firman Allah, menolong orang lain untuk tumbuh dalam Tuhan, karena memberi dorongan dan penghiburan kepada mereka. Jadi, orang yang berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah menolong dirinya sendiri mendapat pertumbuhan rohani, sedangkan orang yang mempunyai karunia bernubuat menolong seluruh sidang jemaat. Saya senang sekali kalau Saudara semua berbahasa yang diilhami oleh Allah. Tetapi saya akan lebih senang lagi, andaikata Saudara semua dapat bernubuat, sebab karunia itu lebih bermanfaat daripada karunia berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah, kecuali kalau kemudian Saudara dapat menjelaskan apa yang telah diucapkan, sehingga semua orang dapat memperoleh manfaat daripadanya. Sahabat-Sahabat yang saya kasihi, seandainya saya sendiri datang kepada Saudara dan berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah, bagaimana hal itu dapat menolong Saudara? Tetapi, kalau dengan jelas saya katakan apa yang telah dinyatakan oleh Allah kepada saya atau mengatakan kepada Saudara hal-hal yang saya ketahui atau pesan-pesan dari Allah ataupun kebenaran-kebenaran firman Allah, maka itulah yang Saudara perlukan. Itulah yang bermanfaat bagi Saudara. Alat musik, seruling, atau kecapi misalnya, merupakan contoh untuk menyatakan perlunya berbicara dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, bukan dalam bahasa yang tidak dikenal. Tidak seorang pun akan dapat mengenal lagu yang sedang dimainkan pada seruling, kecuali kalau setiap nada dibunyikan dengan jelas. Dan kalau peniup trompet tidak memainkan nada-nada yang benar, bagaimana prajurit-prajurit dapat mengetahui bahwa mereka harus bersiap-siap untuk bertempur? Demikian juga kalau Saudara berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal, bagaimana orang-orang di sekitar Saudara tahu apa yang Saudara maksudkan? Akan sama halnya seperti berbicara kepada bangku-bangku kosong. Saya rasa ada beratus-ratus bahasa yang berlain-lainan di dunia ini dan semuanya baik bagi orang yang memahaminya. Tetapi bagi saya, bahasa-bahasa itu tidak ada artinya. Orang yang berkata-kata kepada saya dalam salah satu dari bahasa-bahasa itu, asing bagi saya dan saya asing baginya. Karena Saudara ingin sekali mendapat karunia-karunia istimewa dari Roh Kudus, mintalah karunia yang paling baik, yang benar-benar akan berguna bagi seluruh sidang jemaat. Apabila seseorang diberi karunia berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah, hendaknya ia berdoa supaya diberi juga karunia mengetahui apa yang diucapkannya, supaya kemudian ia dapat menerangkannya kepada orang lain dengan jelas. Sebab, kalau saya berdoa dalam bahasa yang tidak dikenal, maka roh sayalah yang sedang berdoa, tetapi pikiran saya tidak bekerja. Jadi, apa yang harus saya lakukan? Kedua-duanya akan saya lakukan. Saya akan berdoa dengan roh saya, tetapi saya juga akan berdoa dengan pikiran saya. Saya akan bernyanyi dengan roh saya, tetapi saya juga akan bernyanyi dengan pikiran saya. Sebab, kalau Saudara memuji dan mengucap syukur dengan roh saja dan berbicara dalam bahasa yang lain, bagaimana orang yang tidak mengerti dapat turut memuji Allah bersama-sama dengan Saudara? Bagaimana mereka dapat turut mengucap syukur, kalau mereka tidak mengerti apa yang Saudara ucapkan? Memang Saudara akan mengucap syukur dengan cara yang baik sekali, tetapi hadirin yang lain tidak akan mendapat pertolongan apa-apa. Saya bersyukur kepada Allah bahwa saya lebih sering berbicara dalam bahasa yang diilhami oleh Allah seorang diri daripada Saudara sekalian. Tetapi dalam kebaktian umum, saya lebih suka mengucapkan lima patah kata yang dapat dipahami orang dan yang dapat menolong mereka daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang diilhami oleh Allah. Saudara sekalian yang saya kasihi, janganlah bersikap kekanak-kanakan dalam memahami hal-hal ini. Jadilah seperti bayi yang tidak mengenal kejahatan, tetapi jadilah orang dewasa yang bijaksana dalam memahami hal-hal semacam ini. Dalam Kitab Suci Allah berkata, “Aku akan berbicara kepada orang-orang ini dengan bahasa yang tidak mereka kenal, tetapi sungguhpun demikian, mereka tidak mau mendengarkan.” Jelaslah bahwa kecakapan berbahasa yang diilhami oleh Allah adalah tanda untuk orang yang belum diselamatkan, bukan untuk orang percaya. Namun, nubuat adalah untuk kepentingan orang percaya, bukan untuk orang yang belum diselamatkan. Sekalipun demikian, kalau seseorang yang belum percaya atau seseorang yang tidak memiliki karunia ini datang ke gereja dan mendengar Saudara semua berbicara dalam bahasa-bahasa lain, maka mungkin sekali ia akan mengira bahwa Saudara sudah gila. Tetapi, kalau Saudara bernubuat, lalu masuklah orang yang belum percaya atau tidak mengerti hal-hal ini, maka dia akan menyadari dosanya dan hati nuraninya akan tersentuh oleh segala apa yang didengarnya. Sementara ia mendengarkan, segala rahasia hatinya akan menjadi nyata dan ia akan berlutut serta menyembah Allah, dan menyatakan bahwa Allah benar-benar berada di tengah-tengah Saudara. Saudara sekalian yang saya kasihi, marilah kita menyimpulkan apa yang telah saya bicarakan. Pada waktu Saudara berhimpun, beberapa orang akan bernyanyi dan yang lain akan mengajar atau menyampaikan pesan tertentu yang telah diberikan Allah kepadanya, atau berbicara dalam suatu bahasa asing, atau menerjemahkan apa yang sedang diucapkan oleh seseorang dalam bahasa yang diilhami oleh Allah. Tetapi apa pun yang dilakukan hendaknya bermanfaat bagi semua orang dan meneguhkan mereka di dalam Tuhan. Yang berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal janganlah lebih daripada dua atau tiga orang. Mereka hendaknya berbicara secara bergiliran, dan hendaknya ada yang bersedia menjelaskan apa yang mereka ucapkan. Tetapi, kalau di antara hadirin tidak ada yang dapat menjelaskan, hendaknya mereka berdiam diri. Kalau mereka berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, sebaiknya hanya kepada dirinya sendiri dan kepada Allah saja, tetapi jangan kepada umum. Dengan demikian semua orang yang berkarunia nubuat dapat berbicara secara bergiliran dan setiap orang akan mendapat pelajaran, dorongan serta pertolongan. Ingatlah, orang yang menerima pesan dari Allah mempunyai kuasa untuk menahan diri dan menunggu giliran. Allah tidak suka akan hal-hal yang tidak teratur dan kacau. Ia menghendaki ketertiban dan ini didapatkan-Nya pada jemaat-jemaat yang lain. Kaum wanita hendaknya berdiam diri dalam pertemuan jemaat. Mereka tidak boleh turut dalam pembicaraan, sebab sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci, mereka harus tunduk kepada kaum pria. Kalau mereka ingin menanyakan sesuatu, baiklah mereka bertanya kepada suami mereka di rumah, sebab tidak baik bagi wanita untuk mengutarakan pendapat di hadapan sidang. Apakah Saudara tidak setuju dengan saya dalam hal ini? Dan apakah Saudara mengira bahwa pengetahuan mengenai kehendak Allah hanya dimiliki oleh orang Korintus? Saudara salah sama sekali. Saudara yang menyatakan mempunyai karunia bernubuat atau karunia yang lain dari Roh Kudus, sepatutnyalah menyadari bahwa apa yang saya katakan adalah perintah Allah. Tetapi, kalau ada yang tetap tidak setuju—apa boleh buat, kita biarkan saja dia dalam kepicikannya. Karena itu, Saudara-Saudara yang seiman, berusahalah untuk memperoleh karunia bernubuat supaya dapat memberitakan firman Allah dengan jelas, dan janganlah mengira bahwa berbahasa yang diilhami oleh Allah itu salah. Usahakanlah supaya segala sesuatu dilakukan dengan patut, baik, dan tertib. Sekarang saya ingin mengingatkan Saudara sekalian kepada Berita Kesukaan yang dahulu saya beritakan kepada Saudara. Dahulu Saudara menyambut Injil dan sekarang pun demikian juga, iman Saudara dengan teguh didasarkan atas berita itu. Berita Kesukaan inilah yang menyelamatkan Saudara, kalau Saudara tetap memercayainya, kecuali kalau sudah sejak semula Saudara tidak sungguh-sungguh memercayainya. Sejak semula sudah saya sampaikan kepada Saudara apa yang telah diberitahukan kepada saya, yaitu bahwa Kristus mati karena dosa kita, sebagaimana dinubuatkan dalam Kitab Suci. Kemudian Ia dikuburkan, dan pada hari yang ketiga Ia bangkit dari kubur seperti yang sudah dinubuatkan oleh para nabi. Ia nampak kepada Petrus dan kemudian kepada “kedua belas murid”. Sesudah itu Ia nampak kepada lebih daripada lima ratus saudara seiman pada saat yang sama, kebanyakan dari mereka masih hidup, tetapi beberapa di antaranya sudah meninggal dunia. Kemudian Yakobus melihat Dia dan setelah itu semua rasul yang lain juga melihat Dia. Akhirnya lama sesudah itu, saya juga melihat Dia, seolah-olah saya dilahirkan hampir terlambat untuk peristiwa itu. Sebab saya adalah yang paling tidak layak di antara semua rasul. Sebenarnya saya tidak patut disebut rasul, karena saya dahulu menganiaya jemaat Allah. Keadaan saya seperti sekarang ini adalah semata-mata berkat kebaikan dan rahmat Allah kepada saya dan karunia-Nya itu tidak sia-sia, sebab saya telah bekerja jauh lebih keras daripada rasul-rasul lain. Walaupun demikian, sesungguhnya bukanlah saya yang bekerja, melainkan Allah telah melakukan semua ini dalam kasih karunia-Nya melalui saya. Tidak menjadi soal siapa yang bekerja paling keras: saya atau mereka. Yang utama ialah bahwa kami memberitakan Injil kepada Saudara dan Saudara memercayainya. Tetapi saya minta penjelasan. Saudara percaya kepada yang kami beritakan, yaitu bahwa Kristus bangkit dari antara orang mati, tetapi mengapa ada di antara Saudara yang mengatakan bahwa orang mati tidak akan dihidupkan kembali? Seandainya tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus tentu masih mati. Dan seandainya Ia masih mati, maka segala pemberitaan kami sia-sia dan iman Saudara kepada Allah kosong, tidak berharga, dan tidak berpengharapan; sedangkan kami, para rasul, adalah pendusta, sebab kami sudah mengatakan bahwa Allah membangkitkan Kristus dari kubur dan seandainya orang mati tidak dihidupkan kembali, tentu saja hal itu tidak benar. Seandainya orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus masih mati. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, maka iman Saudara adalah penipuan diri sendiri dan Saudara masih tetap menghadapi hukuman atas dosa Saudara. Seandainya demikian, binasalah semua orang Kristen yang sudah mati! Dan seandainya kekristenan hanya berguna bagi kita dalam hidup sekarang ini, maka kita adalah insan-insan yang paling celaka. Tetapi kenyataannya ialah bahwa Kristus benar-benar sudah bangkit dari antara orang mati dan telah menjadi yang pertama dari berjuta-juta orang yang akan dibangkitkan pada suatu saat kelak. Maut datang ke dalam dunia karena perbuatan seorang manusia (Adam), dan karena perbuatan seorang manusia yang lain (Kristus), maka sekarang berlakulah kebangkitan orang mati. Setiap orang mengalami kematian, karena kita semua ada hubungan dengan Adam. Tetapi semua orang yang bersekutu dengan Kristus akan dibangkitkan. Namun masing-masing menurut gilirannya: Kristus bangkit lebih dahulu; kemudian, apabila Kristus kembali, segenap umat-Nya akan hidup kembali. Setelah itu akan datang akhir zaman dan sesudah semua musuh-Nya dikalahkan, Ia akan menyerahkan kerajaan kepada Allah Bapa. Sebab Kristus akan menjadi Raja sampai semua musuh-Nya ditaklukkan. Termasuk musuh yang terakhir, yaitu maut. Ini pun harus dikalahkan dan dibinasakan. Sebab pemerintahan dan kekuasaan atas segala sesuatu telah diberikan kepada Kristus oleh Bapa-Nya. Tetapi dengan sendirinya Kristus tidak berkuasa atas Allah Bapa, yang telah memberikan kepada-Nya kuasa untuk memerintah. Apabila Kristus pada akhirnya menaklukkan semua musuh-Nya, maka Dia, Anak Allah, juga akan menyerahkan diri-Nya ke bawah perintah Bapa-Nya, sehingga Allah yang telah memberikan kemenangan kepada-Nya atas segala hal akan berdaulat secara mutlak. Kalau orang mati tidak akan dihidupkan lagi, apa manfaatnya orang dibaptiskan untuk yang sudah mati? Mengapa dibaptiskan, kalau mereka tidak percaya bahwa pada suatu saat orang mati akan dibangkitkan? Mengapa pula kami terus-menerus hidup dalam bahaya, yaitu setiap saat menghadapi ancaman maut? Sesungguhnya setiap hari saya menghadapi ancaman maut. Hal ini sama benarnya seperti kebanggaan saya melihat pertumbuhan iman Saudara sekalian di dalam Tuhan. Apakah faedahnya saya melawan orang-orang di Efesus yang seperti binatang buas itu, jika tidak ada kebangkitan? Jika orang mati tidak akan dibangkitan, maka mereka benar yang berkata, “Marilah kita makan, minum, dan berpesta pora, sebab besok kita mati.” Janganlah terkecoh oleh orang-orang yang mengatakan hal-hal semacam itu, sebab seperti kata pepatah, “Pergaulan yang buruk merusakkan akhlak yang baik.” Sadarlah dan jangan terus berbuat dosa. Saudara sepatutnya merasa malu, karena beberapa orang di antara Saudara sama sekali belum mengenal Allah. Tetapi mungkin ada yang bertanya, “Bagaimana orang mati dihidupkan kembali? Tubuh macam apakah yang akan mereka miliki?” Alangkah bodohnya pertanyaan semacam itu! Jawabannya dapat Saudara lihat di kebun sendiri. Apabila kita memasukkan benih ke dalam tanah, benih itu tidak akan tumbuh menjadi tanaman kalau tidak “mati” lebih dahulu. Dan tunas hijau yang muncul dari benih, jauh berlainan dari benih yang kita tanam. Yang kita masukkan ke dalam tanah ialah benih jagung—atau apa saja—kecil dan kering. Kemudian Allah memberikan tubuh baru yang indah kepada benih itu sesuai dengan kehendak-Nya. Dari bermacam-macam benih tumbuh bermacam-macam tanaman. Sebagaimana ada bermacam-macam benih dan tanaman, demikian juga ada bermacam-macam makhluk. Manusia, binatang darat, ikan, dan burung, semuanya berlain-lainan. Malaikat di surga memiliki tubuh yang jauh berbeda dengan tubuh kita. Keindahan dan kemuliaan tubuh mereka berbeda dengan keindahan dan kemuliaan tubuh kita. Matahari memiliki satu macam kemuliaan, sedangkan kemuliaan bulan dan bintang-bintang lain lagi. Dan masing-masing bintang berlainan keindahan dan kecemerlangannya. Demikian jugalah tubuh jasmani kita yang akan mati dan membusuk ini berbeda dengan tubuh yang akan kita miliki apabila kita dihidupkan kembali, sebab tubuh itu tidak akan mati. Dikubur sengsara, dibangunkan mulia. Dikubur lemah, dibangunkan kuat. Pada saat kematian, tubuh kita hanyalah berupa tubuh jasmani, tetapi pada waktu hidup kembali, tubuh itu akan berubah menjadi tubuh surgawi. Sebab sebagaimana ada tubuh yang jasmani, demikian juga ada tubuh yang rohani. Dalam Kitab Suci tertulis, “Manusia pertama—yaitu Adam—menjadi makhluk yang hidup,” tetapi Adam yang terakhir—yaitu, Kristus—adalah Roh yang menghidupkan. Mula-mula kita memiliki tubuh jasmani dan kemudian Allah memberikan kepada kita tubuh rohani yang surgawi. Adam diciptakan dari debu tanah, tetapi Kristus datang dari surga. Setiap orang memiliki tubuh yang sama dengan tubuh Adam, yaitu berasal dari debu, tetapi semua orang yang menjadi milik Kristus akan memiliki tubuh yang sama dengan tubuh-Nya, yaitu tubuh surgawi. Sebagaimana kita masing-masing sekarang memiliki tubuh seperti tubuh Adam, maka kelak kita akan memiliki tubuh seperti tubuh Kristus. Saudara sekalian yang saya kasihi, inilah yang ingin saya katakan kepada Saudara, yaitu bahwa tubuh dari daging dan darah tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tubuh kita yang fana bukan macam tubuh yang layak hidup selama-lamanya. Tetapi suatu rahasia indah dan mengherankan yang ingin saya sampaikan kepada Saudara ialah: kita tidak semuanya akan mati, tetapi kita semua akan diberi tubuh yang baru. Semua ini akan terjadi dalam sekejap mata, pada saat nafiri ditiup untuk yang terakhir kali. Sebab akan ada bunyi nafiri dari langit dan dengan tiba-tiba semua orang Kristen yang telah mati akan hidup lagi dengan tubuh baru yang tidak akan binasa, dan kita yang masih hidup juga akan memiliki tubuh baru dengan tiba-tiba. Sebab tubuh jasmani kita, tubuh fana yang kita miliki sekarang, harus diubah menjadi tubuh surgawi yang tidak akan binasa, dan akan hidup untuk selama-lamanya. Pada saat hal ini terjadi, akan genaplah firman Allah yang berbunyi, “Hidup telah mengalahkan kematian! Hai maut, di mana kemenanganmu? Hai maut, di mana sengatmu?” Karena dosa seperti sengat yang mengakibatkan maut, dan Hukum Taurat, yang menyatakan dosa kita. Betapa besar rasa syukur kita kepada Allah! Dialah yang telah memberikan kemenangan kepada kita melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, karena kemenangan pasti datang, maka berdirilah dengan teguh dan tetap serta lakukanlah selalu pekerjaan Tuhan, karena Saudara tahu bahwa apa pun yang Saudara lakukan bagi Tuhan tidak akan sia-sia. Inilah petunjuk mengenai uang yang Saudara kumpulkan untuk umat Kristen di Yerusalem (petunjuk ini sama dengan yang saya berikan kepada jemaat-jemaat di Galatia). Setiap hari Minggu, sebagian dari uang yang Saudara peroleh selama seminggu hendaknya Saudara sisihkan untuk persembahan. Besarnya persembahan Saudara bergantung pada jumlah penghasilan yang telah dikaruniakan Allah kepada Saudara. Janganlah menunggu sampai saya datang, lalu baru berusaha mengumpulkannya sekaligus. Sesudah saya datang, saya akan mengirimkan pemberian kasih Saudara itu ke Yerusalem disertai sepucuk surat dengan perantaraan orang-orang jujur yang akan dipilih oleh Saudara sendiri. Dan kalau saya perlu ikut, kami dapat pergi bersama-sama. Sebelum saya datang mengunjungi Saudara, saya akan ke Makedonia dahulu, tetapi saya tidak akan lama di sana. Mungkin sekali saya akan tinggal dengan Saudara lebih lama, barangkali sepanjang musim dingin dan setelah itu Saudara dapat menolong saya melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang berikutnya. Kali ini saya tidak mau datang berkunjung dengan sepintas lalu saja dan kemudian harus bergegas-gegas lagi pergi ke tempat lain. Kalau diperkenankan Tuhan, saya ingin tinggal agak lama dengan Saudara. Saya akan tinggal di sini, di Efesus, sampai hari raya Pentakosta, sebab di sini terbuka banyak sekali kesempatan untuk memberitakan Injil dan mengajar. Banyak pekerjaan Tuhan sedang dilakukan di sini, tetapi musuh-musuh pun banyak. Kalau Timotius datang, terimalah dia dengan baik, sebab seperti saya, ia juga melakukan pekerjaan Tuhan. Janganlah membiarkan seorang pun merendahkan atau meremehkan dia, tetapi biarlah ia merasa bahagia berada di tengah-tengah Saudara sekalian, dan suruhlah ia kembali kepada saya, karena saya sangat mengharapkan kedatangannya dan juga kedatangan saudara-saudara yang lain. Saya mencoba minta supaya Apolos pergi mengunjungi Saudara bersama dengan saudara yang lain, tetapi ia merasa bahwa Allah belum menghendakinya pergi ke situ. Ia akan datang nanti kalau ada kesempatan. Waspadalah! Berdirilah teguh di dalam iman! Kuatkan diri dan bersikaplah berani! Apa pun yang Saudara lakukan, lakukanlah dengan kasih! Ingatkah Saudara akan Stefanas dan keluarganya? Mereka adalah orang-orang pertama di Yunani yang menjadi orang Kristen dan mereka sekarang mengabdikan diri untuk membantu dan melayani orang Kristen di mana-mana. Ikutilah petunjuk-petunjuk mereka dan sedapat-dapatnya tolonglah mereka serta orang lain seperti mereka, yang sungguh-sungguh mengabdikan diri dan bahu-membahu berjuang bersama-sama dengan Saudara. Saya sangat bergembira atas kunjungan Stefanas, Fortunatus, dan Akhaikus ke sini. Saudara sendiri memang tidak dapat menolong saya di sini, tetapi sungguh besar bantuan mereka kepada saya selama mereka berada di sini. Mereka memberi saya penghiburan dan dorongan. Saya yakin mereka berbuat demikian juga terhadap Saudara. Saya harap pekerjaan orang-orang yang baik itu mendapat penghargaan yang sepatutnya. Jemaat-jemaat di Asia menyampaikan salam kasih mereka. Akwila dan Priskila serta semua orang yang mengadakan kebaktian di rumah mereka juga menyampaikan salam mereka. Sahabat-sahabat kita di sini semuanya minta supaya saya menyampaikan salam mereka kepada Saudara. Sapa satu sama lain dengan ciuman sebagai ungkapan penuh kasih yang menyatukan kalian sebagai milik Allah. Kata-kata terakhir dalam surat ini saya tulis sendiri. Kalau seseorang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Tuhan Yesus, datanglah! Kiranya kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai Saudara sekalian. Terimalah kasih saya kepada Saudara sekalian, sebab kita sekalian milik Yesus Kristus. Saudara sekalian yang saya kasihi, Surat ini dari saya, Paulus, yang dipilih Allah menjadi utusan Yesus Kristus; dan dari Saudara Timotius yang kita kasihi. Surat ini kami kirimkan kepada sekalian umat Kristen di Korintus dan di seluruh provinsi Akhaya. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Saudara hendaknya yakin, bahwa makin banyak kita merasakan penderitaan bagi Kristus, makin banyak pula Kristus memberikan penghiburan dan dorongan kepada kita. Kalau kami mengalami banyak kesulitan, itu terjadi supaya Saudara mendapatkan keberanian demi keselamatan Saudara sekalian. Dan kalau kami dihibur, itu terjadi supaya Saudara mendapatkan kekuatan untuk bertahan penderitaan yang sama seperti kami. Saudara sekalian yang saya kasihi, saya kira ada baiknya kalau Saudara tahu mengenai kesulitan yang harus kami alami di Asia. Kami sungguh-sungguh tertindas, bingung, dan putus asa, serta mengira kami akan mati dalam kesulitan-kesulitan itu. Kami merasa, bahwa ajal kami hampir sampai. Kami sadar, bahwa kami tidak berdaya menolong diri sendiri. Tetapi hal itu baik, sebab dengan demikian kami menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Allah. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kami, karena orang mati sekalipun dapat dibangkitkan-Nya. Sesungguhnyalah Ia menolong kami dan menyelamatkan kami dari kematian yang mengerikan. Kami yakin, bahwa Allah akan selalu menyelamatkan kami. Tetapi Saudara harus membantu kami dengan mendoakan kami. Dengan demikian, pada waktu Allah menyelamatkan kami dari bahaya sebagai jawaban doa Saudara, maka Saudara akan mengucap syukur dan menaikkan puji-pujian ke hadirat-Nya. Kami senang sekali dapat mengatakan bahwa kami tulus dan jujur dalam segala perbuatan kami. Kami menyandarkan diri kepada Tuhan dan bukan kepada kecakapan kami sendiri, lebih-lebih dalam tindak-tanduk kami terhadap Saudara sekalian. Saudara mungkin bertanya, kalau demikian, mengapa saya mengubah rencana saya? Apakah pada waktu itu saya belum mengambil keputusan yang pasti? Atau apakah saya seperti orang duniawi yang mengatakan “ya”, padahal sebenarnya yang dimaksudkan ialah “tidak”? Sekali-kali bukan demikian! Sama pastinya seperti Allah itu benar, saya pasti bukan orang semacam itu. Kalau saya mengatakan “ya”, maka saya maksudkan “ya”. Saya dan Timotius serta Silwanus telah memberitakan Yesus Kristus, Anak Allah, kepada Saudara sekalian. Ia tidak mengatakan “ya” kalau maksud-Nya “tidak”. Tindakan-Nya tidak pernah bertentangan dengan ucapan-Nya. Ia melaksanakan serta menggenapi semua janji Allah, betapa pun banyaknya janji-janji itu; dan demi kemuliaan nama-Nya sudah kami beritakan kepada semua orang betapa besar kesetiaan-Nya. Allah ini jugalah yang telah menjadikan Saudara dan saya orang Kristen yang setia dan telah mengutus kami, para rasul, untuk mengabarkan Berita Kesukaan. Kita sudah dicap-Nya dengan tanda milik-Nya, dan Ia telah mengaruniakan Roh Kudus dalam hati kita sebagai jaminan bahwa kita adalah milik-Nya, sebagai permulaan dari segala sesuatu yang akan dikaruniakan-Nya kepada kita. Allah menjadi saksi saya. Biarlah Ia menghukum saya jika apa yang saya kemukakan tidak benar. Alasan mengapa saya belum datang berkunjung kepada Saudara ialah karena saya tidak mau menyedihkan Saudara dengan suatu teguran yang keras. Kami tidak ingin memerintah atas Saudara dan apa yang harus Saudara percayai, sebab iman Saudara teguh. Misi kami adalah bekerja sama dengan Saudara untuk membahagiakan Saudara, bukan mendukakan. Kepada diri sendiri saya berkata, “Tidak. Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak mau menjadikan mereka berhati murung karena kunjunganku.” Sebab, kalau saya mendukakan Saudara, siapa yang akan membahagiakan saya? Saudaralah yang dapat membahagiakan saya, dan bagaimana mungkin Saudara dapat melakukannya, kalau saya mendukakan Saudara? Itulah sebabnya saya menyampaikan kepada Saudara hal-hal yang tercantum dalam surat saya yang lalu, supaya Saudara membereskan persoalan-persoalan sebelum saya datang. Dengan demikian, pada waktu saya datang, saya tidak akan didukakan oleh mereka yang justru seharusnya memberi saya kesukaan yang paling besar. Saya merasa yakin, bahwa sukacita Saudara erat berpaut dengan sukacita saya, sehingga Saudara tidak akan merasa senang, kecuali kalau saya datang dengan sukacita. Alangkah segannya saya menulis surat itu! Hancur rasanya hati saya! Terus terang saja, saya mencucurkan air mata karenanya. Saya tidak ingin menyakiti hati Saudara, tetapi saya harus menunjukkan betapa besar kasih saya kepada Saudara dan bahwa saya memperhatikan keadaan Saudara. Sekarang sudah waktunya Saudara mengampuni dan menghibur dia, sebab kalau tidak, ia mungkin menjadi sedemikian sedih dan putus asa sehingga ia tidak dapat pulih kembali. Sekarang tunjukkanlah kepadanya bahwa Saudara tetap sangat mengasihinya. Saya mengirimkan surat itu kepada Saudara, supaya saya tahu sampai di mana ketaatan Saudara kepada saya. Apabila Saudara mengampuni seseorang, saya juga mengampuninya. Dan apa pun yang saya ampuni (sejauh hal itu menyangkut diri saya), saya mengampuninya atas kuasa Kristus, dan demi kebaikan Saudara. Alasan lain mengapa kita harus mengampuni ialah supaya kita jangan diakali oleh Iblis, sebab kita tahu apa yang direncanakannya. Ketika saya sampai di Kota Troas, Tuhan memberikan kesempatan yang banyak sekali kepada saya untuk memberitakan Injil. Tetapi Titus, saudara yang sangat saya kasihi, tidak saya temui di sana. Saya merasa risau dan bertanya-tanya dalam hati di mana gerangan Titus berada dan apa yang telah menimpa dia. Jadi, saya minta diri dan langsung meneruskan perjalanan ke Makedonia untuk mencarinya. Tetapi syukur kepada Allah! Sebab melalui apa yang telah dilakukan oleh Kristus, Ia telah memperoleh kemenangan atas kami, sehingga ke mana pun kami pergi, Ia memakai kami untuk bercerita kepada semua orang mengenai Tuhan dan menyebarkan Injil bagaikan wangi-wangian yang harum semerbak. Bagi Allah, kami merupakan bau harum yang menyegarkan, yaitu keharuman Kristus yang ada di dalam kami, dan yang tercium oleh orang-orang di sekitar kami, baik yang sudah diselamatkan maupun yang belum. Bagi yang belum diselamatkan, kami seolah-olah bau kematian dan kebinasaan yang menakutkan. Sedangkan bagi yang sudah mengenal Kristus, kami menjadi wangi-wangian yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang mampu menunaikan tugas seperti itu? Yang mampu hanyalah orang-orang yang memegang kebenaran seperti kami, yang disuruh oleh Allah, yang berbicara dengan kuasa Kristus, dan yang selalu berada di bawah lindungan Allah. Kami tidak seperti orang-orang yang memberitakan Injil dengan maksud mencari keuntungan, dan orang-orang seperti itu jumlahnya tidak sedikit. Apakah kami mulai menjadi seperti guru-guru palsu yang tentunya bercerita kepada Saudara sekalian mengenai diri mereka sendiri dan membawa surat pujian yang panjang-panjang? Saya rasa kami tidak perlu memperlihatkan kepada Saudara surat pujian dari siapa pun. Dan dari Saudara pun kami tidak memerlukan surat pujian. Surat pujian yang saya perlukan ialah Saudara sendiri. Setiap orang yang melihat perubahan yang baik dalam hati Saudara akan mengetahui bahwa kami telah melakukan pekerjaan yang baik di antara Saudara. Mereka dapat melihat bahwa Saudara adalah surat dari Kristus, dan kamilah yang menulisnya. Surat itu bukan ditulis dengan pena dan tinta, melainkan oleh Roh Allah yang hidup; bukan diukir pada batu, melainkan dalam hati manusia. Kami berani mengatakan hal-hal yang baik ini mengenai diri kami, semata-mata karena kami benar-benar yakin bahwa Allah, melalui Kristus, akan menolong kami melakukan apa yang kami katakan; bukan karena kami menganggap bahwa kami sendiri dapat mengerjakan sesuatu yang berarti. Kuasa dan hasil pekerjaan kami hanya berasal dari Allah. Dialah yang telah menolong kami menyatakan kepada orang lain perjanjian-Nya yang baru untuk keselamatan mereka. Kami tidak menekan mereka dengan mengatakan bahwa mereka harus menaati semua hukum Allah, dan kalau tidak, mereka mati; melainkan kami mengajarkan kepada mereka, bahwa ada kehidupan dari Roh Kudus bagi mereka. Cara yang lama, yaitu mencari keselamatan dengan menjalankan hukum Musa, berakhir dengan kematian. Di dalam cara yang baru, Roh Kudus memberi mereka kehidupan. Tetapi hukum lama yang berakhir dengan kematian itu, mulai dengan kemuliaan yang sedemikian besarnya, sehingga orang tidak tahan menatap wajah Musa. Sebab, ketika ia memberikan hukum Allah kepada mereka supaya dipatuhi, kemuliaan Allah memancar dari wajahnya—walaupun pada saat itu kecemerlangannya sudah mulai pudar. Bukankah sekarang ini, pada waktu Roh Kudus memberi kehidupan, kita mengharapkan kemuliaan yang jauh lebih besar? Apabila rencana yang menuju kepada kebinasaan penuh dengan kemuliaan, apalagi rencana yang membenarkan manusia di hadapan Allah! Kemuliaan yang pertama, yang bersinar dari wajah Musa, sebenarnya sama sekali tidak berarti kalau dibandingkan dengan kemuliaan perjanjian baru yang sangat menakjubkan. Apabila cara lama yang akhirnya tidak berlaku itu penuh dengan kemuliaan surgawi, maka kemuliaan rencana Allah yang baru bagi keselamatan kita tentu saja jauh lebih besar, sebab kemuliaan itu kekal. Karena kami memiliki harapan ini, maka kami dapat berbicara dengan penuh keberanian, tidak seperti Musa, yang menyelubungi wajahnya supaya orang-orang Israel tidak dapat melihat pudarnya kemuliaan itu. Bukan wajah Musa saja yang diselubungi, tetapi pikiran dan pengertian umat-Nya juga diselubungi dan dibutakan. Bahkan sekarang pun, pada saat Kitab Suci dibacakan, hati dan pikiran orang-orang Yahudi seolah-olah ditutupi oleh selubung yang tebal, karena mereka tidak dapat memahami makna dan hakikat Kitab Suci. Selubung salah pengertian itu hanya dapat dihilangkan dengan beriman kepada Kristus. Ya, bahkan sampai sekarang pun, pada waktu mereka membaca tulisan Musa, hati mereka buta dan mereka tidak mengerti. Pada saat seseorang meninggalkan dosa-dosanya dan datang kepada Tuhan, maka terangkatlah selubung itu. Tuhan adalah Roh yang memberi kehidupan, dan di mana Ia berada, di situ ada kebebasan. Tetapi wajah kita, orang-orang Kristen, tidak berselubung. Kita dapat menjadi cermin yang memantulkan kemuliaan Tuhan dengan cemerlang. Dan sementara Roh Tuhan bekerja di dalam kita, kita makin menjadi seperti Dia. Allah sendirilah yang dalam kemurahan-Nya telah memberikan kepada kami pekerjaan mengabarkan Berita Kesukaan. Karena itu, kami tidak pernah berputus asa. Kami tidak berusaha mengakali orang supaya mereka percaya. Kami tidak mengelabui orang. Kami tidak pernah mengajarkan sesuatu sebagai ajaran Alkitab, padahal bukan. Kami tidak memakai cara yang memalukan seperti itu. Sementara berbicara, kami berdiri di hadirat Allah. Dengan demikian, kami menyatakan kebenaran, sebagaimana dimaklumi oleh semua orang yang mengenal kami. Apabila Berita Kesukaan yang kami kabarkan tersembunyi, maka berita itu tersembunyi, hanya bagi orang yang sedang menuju kematian yang kekal. Iblis yang menjadi ilah bagi dunia yang jahat ini, telah membutakan orang itu, sehingga ia tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Injil yang menyinari dia, atau mengerti berita mengherankan yang kami sampaikan mengenai kemuliaan Kristus, yaitu Allah. Kami pergi ke sana sini bukan memberitakan diri kami sendiri, melainkan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Yang kami katakan mengenai diri kami hanyalah ini: kami adalah hamba Saudara sekalian oleh sebab apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi kami. Sebab Allah yang berfirman, “Biarlah ada terang di dalam gelap,” telah memberi kami pengertian bahwa yang terlihat pada wajah Yesus Kristus ialah cahaya kemuliaan-Nya. Tetapi harta yang berharga ini seolah-olah tersimpan di dalam wadah yang rapuh, yaitu tubuh kami yang lemah. Semua orang dapat melihat, bahwa kuasa yang penuh kemuliaan di dalam kami pasti berasal dari Allah dan bukan milik kami sendiri. Kami ditekan dari semua sisi, tetapi kami tidak hancur luluh. Kami sering tidak tahu harus berbuat apalagi, tetapi kami tidak putus asa. Kami dikejar-kejar, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan kami. Kami dihempaskan, tetapi kami bangun lagi dan terus maju. Tubuh kami ini senantiasa menghadapi ancaman maut, sama halnya dengan Yesus. Itu terjadi agar kehidupan Yesus yang dibangkitkan juga akan terlihat pada kami. Ya, kami terus-menerus menghadapi bahaya maut, sebab kami melayani Tuhan. Itu terjadi supaya dengan demikian kehidupan Yesus Kristus juga terlihat pada tubuh yang fana ini. Karena memberitakan Injil, kami menghadapi maut; tetapi pemberitaan kami telah mendatangkan hidup kekal bagi Saudara sekalian. Kami memiliki Roh Allah, Roh yang sama yang mengisi Pemazmur ketika dia berkata, “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata!” Kami percaya kepada Yesus Kristus dan sebab itu kami berbicara tentang dia. Kami tahu, bahwa Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus dari kematian, juga akan membangkitkan kami bersama-sama dengan Yesus, dan menyerahkan kami serta Saudara sekalian kepada-Nya. Kami menanggung penderitaan demi kebaikan Saudara. Makin banyak dari Saudara sekalian yang mengenal Kristus, makin banyak pula orang yang mengucap syukur kepada-Nya untuk kebaikan-Nya yang berlimpah-limpah itu, dan Tuhan makin dimuliakan. Itulah sebabnya kami tidak pernah menyerah. Walaupun keadaan tubuh kami makin merosot, kekuatan rohani kami di dalam Tuhan makin bertambah setiap hari. Lagipula, kesulitan dan penderitaan kami tidaklah seberapa dan tidak akan berlangsung lama. Masa sulit yang pendek ini akan menghasilkan bagi kita kemuliaan yang jauh melebihi kesusahan itu dan akan bertahan selamanya! Jadi, kami tidak memperhatikan apa yang kami lihat sekarang, tetapi kami mengharapkan kesukaan di surga yang belum kami lihat. Yang kelihatan akan segera berlalu, tetapi yang tidak kelihatan kekal selama-lamanya. Sebab kami tahu bahwa apabila kemah yang kita diami ini sudah dibongkar, yaitu apabila kita mati dan meninggalkan tubuh ini, maka di surga akan ada tubuh baru yang indah sebagai rumah yang akan menjadi milik kita untuk selama-lamanya, yang dibuat bukan oleh tangan manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Betapa kita jemu akan tubuh yang sekarang ini! Itulah sebabnya kita sangat merindukan saat kita memperoleh tubuh surgawi, yang akan kita kenakan seperti pakaian baru. Sebab kita tidak akan menjadi sekadar roh yang tidak berjasad. Tubuh fana yang kita miliki, menyebabkan kita berkeluh kesah, tetapi kita tidak mau bahwa kalau kita mati kita tidak akan mempunyai tubuh sama sekali. Kita ingin mengenakan tubuh yang baru, sehingga tubuh yang fana ini seolah-olah akan ditelan oleh hidup yang kekal. Itulah yang sudah disediakan Allah bagi kita dan sebagai jaminan dikaruniakan-Nya Roh-Nya yang kudus kepada kita. Karena itu kami penuh kepercayaan, meskipun kami tahu bahwa selama kami masih di dalam tubuh ini, kami jauh dari tempat Tuhan Yesus berada. Kami tahu bahwa hal-hal ini benar, bukan karena melihat, melainkan karena percaya. Kami tidak takut, bahkan kami rela mati, sebab kami akan berada bersama-sama dengan Tuhan. Jadi, kami selalu bertujuan menyenangkan Dia, apa pun yang kami lakukan, baik di dalam tubuh yang fana di dunia ini, maupun di dalam tubuh surgawi bersama-sama dengan Dia di surga. Sebab kita semua harus menghadap Kristus untuk diadili dan kehidupan kita akan tersingkap di hadapan-Nya. Kita masing-masing akan mendapat apa yang patut kita terima untuk perbuatan-perbuatan yang kita lakukan di dalam tubuh fana ini, baik ataupun buruk. Karena rasa takut yang khidmat terhadap Tuhan inilah, yang selalu memenuhi pikiran kami, maka kami bekerja keras untuk membawa orang lain kepada Kristus. Allah mengetahui bahwa hati kami tulus dalam hal ini, dan saya harap bahwa jauh di dalam lubuk hati Saudara juga ada keyakinan demikian. Apakah kami memuji-muji diri sendiri lagi? Tidak, tetapi saya memberikan senjata kepada Saudara untuk digunakan melawan pengkhotbah-pengkhotbah yang menyombongkan ketampanan rupa dan kepandaian berkhotbah, tetapi tidak mempunyai hati yang benar dan jujur. Saudara dapat membanggakan kami, karena kami setidak-tidaknya jujur dan bermaksud baik. Ia mati bagi semua orang, supaya yang hidup, yaitu yang telah menerima hidup kekal dari Yesus Kristus, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, dan mencari kesenangan sendiri, tetapi hidup untuk menyenangkan Kristus, yang mati dan bangkit kembali untuk mereka. Jadi, janganlah mengukur nilai orang Kristen menurut pandangan dunia atau menurut rupa mereka secara lahir. Kesalahan saya dahulu ialah memandang Kristus hanya sebagai manusia seperti saya. Alangkah bedanya pandangan saya sekarang! Pada saat seseorang menjadi orang Kristen, ia menjadi orang yang hatinya sama sekali baru. Ia tidak lagi seperti dahulu. Ia mulai menempuh hidup yang baru! Semua hal yang baru ini berasal dari Allah yang telah membawa kita kembali ke hadirat-Nya melalui apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Allah telah memberikan kehormatan kepada kami untuk mengajak semua orang supaya menerima anugerah-Nya dan diperdamaikan dengan Dia. Sebab Allah ada di dalam Kristus, dan Ia mengembalikan dunia kepada hadirat-Nya dan tidak lagi memperhitungkan dosa-dosa manusia, melainkan menghapuskannya. Inilah berita indah yang diberikan-Nya kepada kami supaya disampaikan kepada semua orang. Kami adalah duta-duta Kristus. Allah memakai kami untuk berbicara kepada Saudara. Kami mohon, seolah-olah Kristus sendiri yang memohon kepada Saudara, supaya Saudara menerima kasih yang ditawarkan Kristus kepada Saudara—berdamailah dengan Allah. Sebab Allah mengambil Kristus yang tidak berdosa dan membebani dosa kita kepada-Nya dan menghukum-Nya sehingga kita dapat dibenarkan di hadapan Allah. Sebagai teman sekerja Allah, kami mohon supaya Saudara jangan menyia-nyiakan berita menakjubkan mengenai kebaikan Allah yang besar ini. Sebab Allah berfirman, “Ketika tiba saatnya Aku menunjukkan belas kasihan-Ku, Aku mendengarkanmu; ketika hari keselamatan datang, Aku membantumu.” Sekarang adalah saat rahmat! Sekarang adalah hari keselamatan! Kami berusaha hidup demikian rupa, sehingga tidak menghalangi seorang untuk menerima Berita Kesukaan. Pelayanan kami tidak boleh didiskreditkan. Sebenarnya, apa pun yang kami lakukan, kami berusaha membuktikan bahwa kami benar-benar pelayan Allah. Kami menanggung segala macam penderitaan, kesulitan, dan kesusahan dengan sabar. Kami pernah dipukuli dan dipenjarakan, pernah menghadapi orang banyak yang meluap-luap amarahnya, bekerja membanting tulang, berjaga-jaga selama beberapa malam, dan menderita kelaparan. Dengan kehidupan kami yang patut, dengan pengertian kami akan Injil, dan dengan kesabaran kami, kami telah membuktikan bahwa kami benar-benar pelayan Allah sesuai dengan pengakuan kami. Kami murah hati dan menaruh kasih serta dipenuhi Roh Kudus. Kami berpegang pada kebenaran, dan kuasa Allah menolong kami dalam segala yang kami lakukan. Segala persenjataan orang beriman—baik untuk mempertahankan diri maupun untuk menyerang—ada pada kami. Apakah kami dihormati atau dicerca, apakah kami dicela atau dipuji, kami tetap setia kepada Tuhan. Kami jujur, tetapi orang menamakan kami pembohong. Dunia tidak menghiraukan kami, tetapi kami dikenal oleh Allah. Kami senantiasa berada dalam ancaman maut, tetapi lihatlah, kami tetap hidup. Kami telah terluka, tetapi terhindar dari maut. Kami berdukacita, tetapi pada saat yang sama kami bersukacita di dalam Tuhan. Kami miskin, tetapi kami dapat memberikan kekayaan rohani kepada orang lain. Kami tidak memiliki apa-apa, tetapi kami menikmati segala-galanya. Wahai Sahabat-sahabat di Korintus yang saya kasihi! Segala yang saya rasakan telah saya kemukakan kepada Saudara. Saya mengasihi Saudara dengan segenap hati. Kesuaman yang masih ada di antara kita bukan karena saya tidak mengasihi Saudara, melainkan karena kasih Saudara demikian kecil, sehingga tidak dapat mencapai saya. Sekarang saya berbicara kepada Saudara seperti kepada anak sendiri. Bukakanlah hati Saudara bagi kami! Balaslah kasih kami! Janganlah terikat kepada orang yang tidak mengasihi Tuhan, sebab apakah persamaan umat Allah dengan orang yang hidup dalam dosa? Bagaimana terang dan gelap dapat hidup bersama? Apakah mungkin ada keserasian antara Kristus dengan Iblis? Bagaimana mungkin orang Kristen dapat bersekutu dengan orang yang tidak percaya? Lagipula, apakah mungkin ada hubungan antara rumah Allah dan berhala? Sebab Saudara adalah rumah Allah, tempat tinggal Allah yang hidup. Mengenai kita Allah telah berfirman, “Aku akan hidup di dalam mereka dan berjalan bersama-sama dengan mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” Itulah sebabnya Tuhan telah berfirman, “Tinggalkanlah mereka; lepaskanlah dirimu dari mereka; jangan menyentuh barang-barang mereka yang najis; maka Aku akan menyambut kamu. Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan. Itulah perkataan-Ku, Tuhan Yang Mahakuasa.” Sahabat-sahabat yang saya kasihi, karena kita telah diberi janji-janji yang besar itu, marilah kita menjauhkan diri dari segala kesalahan, baik jasmani maupun rohani, dan menyucikan diri kita, hidup dengan rasa takut akan Tuhan serta menyerahkan diri hanya kepada-Nya saja. Sekali lagi bukakanlah hati Saudara bagi kami, sebab kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorang pun di antara Saudara sekalian. Tidak ada seorang pun yang kami sesatkan. Kami tidak pernah menipu orang atau mengambil keuntungan dari siapa pun. Ini saya katakan bukan dengan maksud memarahi atau menyalahkan Saudara, sebab seperti telah saya katakan, saya selalu mengasihi Saudara dan sehidup semati dengan Saudara. Saya menaruh kepercayaan yang besar kepada Saudara dan Saudara sangat saya banggakan. Saudara telah memberi saya banyak dorongan. Saya harus menanggung banyak penderitaan, tetapi Saudara memberi saya sukacita yang sangat besar. Ketika kami tiba di Makedonia, tidak ada ketenangan bagi kami. Dari luar, segala macam kesukaran menimpa kami dan dalam diri kami, hati penuh dengan kecemasan dan ketakutan. Kemuliaan Allah, yang memberi penghiburan kepada yang berputus asa, memberi kekuatan baru kepada kami dengan kedatangan Titus. Saya sangat bersukacita bukan saja atas kehadirannya, melainkan juga atas berita bahwa kunjungannya ke tempat Saudara sangat menyenangkan. Katanya Saudara merindukan kedatangan saya dan sangat menyesal atas apa yang telah terjadi. Ia juga memberi tahu saya mengenai kesetiaan dan kehangatan kasih Saudara kepada saya. Mendengar semua itu, sukacita saya benar-benar melimpah-limpah! Saya tidak lagi menyesal telah mengirimkan surat itu kepada Saudara, walaupun pada waktu saya menyadari bahwa surat itu sangat menyedihkan Saudara, saya menyesal beberapa waktu lamanya. Tetapi surat itu menyedihkan Saudara hanya seketika saja. Sekarang saya merasa senang telah mengirimkan surat itu, bukan karena surat itu menyedihkan Saudara, tetapi karena kesedihan Saudara itu telah mengembalikan Saudara kepada Allah. Kesedihan yang Saudara rasakan adalah kesedihan yang baik, yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya, sehingga saya tidak usah datang dengan kekerasan. Sebab adakalanya Allah menggunakan kesedihan dalam hidup kita untuk menolong kita berpaling dari dosa dan mencari hidup yang kekal. Janganlah kita menyesal kalau Allah mendatangkan kesedihan kepada kita. Tetapi kesedihan duniawi, yang tidak memiliki pertobatan, tidak dapat mencegah kebinasaan yang kekal. Coba saja lihat betapa banyak kebaikan yang Saudara peroleh dari kesedihan yang didatangkan oleh Tuhan itu. Betapa kemauan baik yang Saudara tunjukkan sekarang! Betapa Saudara berusaha untuk membuktikan bahwa Saudara tidak bersalah! Saudara marah tentang apa yang terjadi, menjadi takut akan konsekuensinya dan sangat ingin bertemu saya lagi dan menghukum orang yang bersalah. Semua ini menunjukkan bahwa Saudara tidak bersalah dalam hal ini. Saya menulis seperti itu supaya Tuhan dapat menunjukkan bahwa Saudara mengindahkan kami. Itulah maksud saya yang terutama, dan bukan semata-mata untuk menolong orang yang telah berdosa itu atau ayahnya yang telah dijahatinya. Selain dorongan yang diberikan oleh kasih Saudara, kami pun sangat bergembira atas sukacita Titus ketika Saudara menyambutnya dengan hangat dan memberinya ketenteraman hati. Sebelumnya sudah saya katakan kepadanya apa yang akan terjadi—saya membanggakan Saudara di hadapannya—dan Saudara tidak mengecewakan saya. Saya selalu mengatakan yang benar kepada Saudara dan sekarang ternyata, bahwa yang saya katakan kepada Titus juga benar. Kasihnya kepada Saudara bertambah besar, apabila ia ingat bahwa Saudara bersedia mendengarkan dia dan menerimanya dengan penuh perhatian. Alangkah besarnya sukacita saya, karena sekali lagi saya dapat menaruh kepercayaan yang penuh kepada Saudara. Sekarang saya ingin menceritakan kepada Saudara mengenai bagaimana Allah telah membimbing jemaat-jemaat di Makedonia. Walaupun mereka telah mengalami banyak kesusahan dan kesulitan, keadaan mereka yang sangat miskin telah bercampur dengan sukacita yang mengagumkan, dan hasilnya ialah melimpahnya pemberian mereka kepada orang lain. Mereka memberikan bukan hanya apa yang dapat mereka berikan, melainkan lebih daripada itu. Saya dapat memberi kesaksian bahwa mereka melakukannya dengan rela hati, atas kehendak sendiri. Mereka mohon supaya kami membawa uang pemberian mereka, sehingga mereka dapat turut bergirang hati karena telah menolong umat Kristen di Yerusalem. Yang paling indah ialah: mereka berbuat lebih daripada yang kami harapkan, sebab tindakan mereka yang pertama-tama ialah menyerahkan diri kepada Tuhan dan kepada kami, untuk menerima setiap petunjuk yang diberikan Allah kepada mereka dengan perantaraan kami. Mereka sangat bergairah mengenai pelayanan kasih itu, sehingga kami mendesak Titus, yang pertama-tama mendorong Saudara sekalian untuk memberi, agar datang berkunjung serta menolong Saudara menyempurnakan pelayanan itu. Saudara-saudara di Korintus unggul dalam banyak hal—iman Saudara sungguh kuat, Saudara memiliki banyak pengkhotbah yang baik, Saudara memiliki pengetahuan yang luas dan kegairahan yang meluap-luap, dan kasih Saudara kepada kami sangat besar. Dan sekarang saya ingin supaya Saudara juga unggul dalam semangat memberi dengan sukacita ini. Saya tidak memberi perintah kepada Saudara; saya tidak mengatakan bahwa Saudara harus melakukannya, tetapi orang-orang lain sangat berhasrat melakukannya. Inilah suatu cara untuk membuktikan bahwa kasih Saudara sungguh-sungguh, bahwa kasih itu tidak hanya di bibir belaka. Saudara tahu betapa Tuhan kita, Yesus Kristus, penuh dengan kasih dan kebaikan. Walaupun Ia sangat kaya, namun supaya dapat menolong Saudara Ia menjadi sangat miskin, sehingga dengan menjadi miskin itu, Ia dapat menjadikan Saudara kaya raya. Saya sarankan supaya Saudara menyelesaikan apa yang Saudara rintis setahun yang lalu, sebab Saudara bukan saja yang pertama-tama mengusulkan gagasan itu, tetapi juga yang pertama-tama melakukannya. Karena Saudara sudah memulai usaha itu dengan begitu bergairah, hendaknya Saudara menyelesaikannya dengan kegembiraan yang sama, dengan memberikan apa yang dapat Saudara berikan, dari apa pun yang Saudara miliki. Biarlah kiranya kegairahan Saudara pada permulaan itu diimbangi oleh tindakan nyata pada saat ini. Jikalau Saudara benar-benar berhasrat untuk memberi, maka tidak menjadi soal berapa banyak yang dapat Saudara berikan. Allah menghendaki supaya Saudara memberikan apa yang Saudara miliki, bukan apa yang tidak Saudara miliki. Tentu saja bukan maksud saya supaya orang yang menerima pemberian Saudara itu akan hidup senang atas jerih payah Saudara. Tetapi Saudara dalam keadaan serba cukup dan dapat menolong mereka. Pada suatu waktu kelak mereka akan menolong Saudara, apabila Saudara dalam keadaan kekurangan. Dengan demikian, masing-masing akan mempunyai sebanyak yang diperlukannya. Ingatkah Saudara apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai hal ini? “Orang yang mengumpulkan banyak, tiada mempunyai sisa, sedangkan orang yang mengumpulkan sedikit, berkecukupan.” Maka Saudara pun hendaknya memberikan sebagian milik Saudara kepada yang berkekurangan. Saya bersyukur kepada Allah, bahwa Ia telah menggerakkan Titus untuk memperhatikan Saudara sama seperti saya memperhatikan Saudara. Dengan gembira ia menerima usul saya untuk berkunjung lagi kepada Saudara—tetapi tanpa usul saya pun ia akan datang juga, sebab ia sangat ingin bertemu dengan Saudara! Bersama dengan dia, saya mengutus seorang saudara lain yang cukup dikenal. Ia sangat terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya untuk Berita Kesukaan. Orang ini sesungguhnya telah dipilih oleh jemaat-jemaat untuk pergi bersama dengan saya membawa pemberian itu ke Yerusalem. Ini akan memuliakan Tuhan dan menunjukkan hasrat kami untuk saling menolong. Dengan pergi bersama-sama, kami akan dapat menjaga diri terhadap segala syak wasangka, sebab kami ingin supaya jangan ada seorang pun yang akan mencela cara kami dalam mengurus pemberian yang besar ini. Allah tahu bahwa kami jujur, tetapi kami ingin supaya semua orang juga mengetahuinya. Itulah sebabnya kami telah mengaturnya demikian. Saya juga mengutus seorang saudara lagi, yang setahu kami adalah seorang Kristen yang sungguh-sungguh. Ia sangat berminat dan ia menantikan perjalanan ini dengan penuh harap, sebab sudah saya beritahukan kepadanya, bahwa Saudara pun sangat ingin menolong. Jikalau ada yang bertanya mengenai Titus, katakan bahwa ia adalah sekutu dan pembantu saya dalam menolong Saudara, sedangkan yang dua orang lagi diutus oleh jemaat-jemaat. Mereka adalah contoh-contoh yang baik sekali dari orang-orang yang menjadi milik Tuhan. Nyatakanlah kepada ketiga orang ini kasih Saudara kepada saya dan lakukanlah bagi mereka segala sesuatu, yang sudah saya bangga-banggakan di hadapan umum, bahwa Saudara akan melakukannya. Saya sadar bahwa sebenarnya saya tidak perlu menyebutkan hal ini kepada Saudara, yaitu mengenai menolong umat Allah. Saya tahu betapa besar hasrat Saudara untuk melakukannya. Kepada sahabat-sahabat di Makedonia telah saya banggakan bahwa Saudara di Akhaya sudah siap mengirimkan persembahan setahun yang lalu. Sesungguhnya, kegairahan Saudaralah yang membangkitkan semangat kebanyakan dari mereka untuk membantu. Tetapi saya mengutus orang-orang ini sekadar untuk memastikan bahwa Saudara sudah mengumpulkan uang persembahan itu sebagaimana telah saya katakan kepada mereka. Saya tidak ingin bahwa kali ini saya salah dalam hal membanggakan Saudara. Apabila beberapa dari orang Makedonia ini datang bersama dengan saya dan melihat bahwa Saudara belum siap, padahal saya sudah membangga-banggakan Saudara kepada mereka, saya akan merasa malu sekali. Demikian juga Saudara. Jadi, saya telah meminta supaya mereka mendahului saya untuk melihat apakah pemberian yang Saudara janjikan sudah tersedia. Saya ingin agar pemberian itu diberikan dengan tulus ikhlas dan jangan seakan-akan diberikan karena paksaan. Tetapi ingatlah, jikalau Saudara memberi sedikit, Saudara akan memperoleh sedikit pula. Seorang petani yang hanya menanam benih sedikit saja, akan memperoleh panen yang sedikit; tetapi, jikalau ia menanam banyak, ia pun akan menuai banyak pula. Setiap orang harus mengambil keputusan sendiri mengenai jumlah yang akan diberikannya. Jangan dengan bersungut-sungut atau karena terpaksa, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Allah akan dapat mengimbangi pemberian Saudara itu dengan memberikan kepada Saudara segala yang Saudara perlukan dan bahkan lebih daripada itu. Dengan demikian, bukan saja kebutuhan Saudara sendiri tercukupi, malah Saudara akan berkelebihan, sehingga Saudara dapat memberikannya kepada orang lain dengan sukacita. Sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci, “Orang yang saleh tahu memberi kepada fakir miskin dan perbuatannya yang baik akan mendatangkan hormat baginya selama-lamanya.” Sebab Allah, yang memberikan benih kepada petani untuk ditanam, dan kemudian mengaruniakan panen yang baik untuk dituai dan dimakan, akan memberikan kepada Saudara lebih banyak benih untuk ditanam dan akan menumbuhkannya, sehingga Saudara akan dapat memberikan lebih banyak dari hasil panen Saudara. Ya, Allah akan memberi banyak kepada Saudara, sehingga Saudara pun dapat memberi banyak pula. Dan apabila kami membawa pemberian itu kepada Saudara yang membutuhkannya, mereka akan mengucapkan syukur dan memuji Allah atas pertolongan Saudara. Dengan demikian, pemberian Saudara akan mempunyai dua kebaikan, yaitu yang berkekurangan akan mendapat pertolongan dan mereka akan dipenuhi dengan rasa syukur kepada Allah. Orang yang Saudara tolong akan senang atas pemberian yang berkelimpahan kepada mereka dan kepada orang lain, dan mereka akan memuji Allah atas bukti, bahwa perbuatan Saudara benar-benar sesuai dengan ucapan Saudara. Dan mereka akan mendoakan Saudara dengan setia dan sungguh-sungguh oleh karena rahmat Allah yang sangat mengagumkan yang dinyatakan dengan perantaraan Saudara. Bersyukurlah kepada Allah oleh sebab Anak-Nya, pemberian-Nya yang menakjubkan itu, yang tidak dapat diutarakan dengan kata-kata. Saya mohon kepada Saudara—ya, saya, Paulus—mohon dengan lemah lembut, sebagaimana Kristus sendiri akan melakukannya. Tetapi beberapa di antara Saudara berkata, “Surat-surat Paulus dari jauh memang berani sekali; tetapi, apabila ia sudah ada di sini, ia akan takut membuka mulut!” Saya harap bahwa pada waktu saya datang, saya tidak perlu memperlihatkan kepada Saudara bahwa saya dapat bertindak keras dan kasar. Saya tidak mau melaksanakan apa yang sekarang saya rencanakan terhadap beberapa di antara Saudara yang tampaknya berpendapat, bahwa tindakan dan ucapan saya hanyalah tindakan dan ucapan orang biasa saja. Memang saya seorang manusia biasa yang penuh dengan kelemahan, tetapi saya tidak mempergunakan rencana dan cara manusia untuk memperoleh kemenangan dalam pertempuran. Bukan senjata buatan manusia yang saya gunakan untuk merobohkan benteng Iblis, yaitu pemikiran manusia, melainkan senjata Allah yang ampuh. Senjata ini dapat mengalahkan setiap perbantahan yang sombong, dan merobohkan setiap pikiran yang melawan Allah. Kami menangkap semua pemikiran manusia dan mengubah mereka menjadi taat kepada Kristus. Dalam hal itu kami juga akan menghukum semua orang yang tidak taat, tetapi pertama-tama gereja Saudara yang harus siap untuk taat. Persoalannya dengan Saudara ialah bahwa Saudara memandang saya dan tampaknya saya lemah dan tidak berkuasa, tetapi Saudara tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Jikalau ada yang dapat mengaku memiliki kuasa dan wewenang dari Kristus, maka saya dapat berbuat demikian. Mungkin kedengarannya saya terlalu bermegah-megah atas wewenang saya terhadap Saudara—wewenang untuk menolong, dan bukan untuk mencelakakan—tetapi saya dapat membuktikannya. Ini saya katakan supaya Saudara jangan mengira, bahwa saya mencoba menakut-nakuti Saudara dengan surat-surat saya. “Jangan pedulikan surat-suratnya,” kata beberapa orang, “kedengarannya ia hebat, tetapi semua itu hanyalah omong kosong belaka. Apabila ia sampai kemari, kita akan melihat bahwa tidak ada sesuatu pun yang hebat mengenai dia, dan tidak ada pengkhotbah yang lebih tidak becus daripada dia!” Siapa yang berpikir seperti ini, saya katakan kepadanya: sama seperti saya berbicara dalam surat-surat saya, saya akan bertindak ketika saya bersama Saudara. Saudara tidak usah khawatir. Saya tidak akan berani mengatakan bahwa saya mengagumkan seperti halnya orang-orang yang suka memuji diri di hadapan Saudara. Mereka hanya membandingkan diri mereka satu dengan yang lain, dan mengukur diri mereka dengan pikiran mereka yang picik. Alangkah bodohnya! Tetapi kami tidak akan bermegah-megah atas wewenang yang tidak ada pada kami. Tujuan kami ialah melaksanakan rencana Allah bagi kami, dan rencana ini mencakup pekerjaan kami bersama dengan Saudara sekalian di Korintus. Sudah sewajarnyalah, apabila kami menuntut wewenang atas Saudara sekalian. Kamilah yang pertama-tama datang kepada Saudara dengan Berita Kesukaan mengenai Kristus. Sekali-kali kami tidak mencoba mencari nama dari pekerjaan yang telah dilakukan oleh orang lain di antara Saudara. Tetapi kami mengharap bahwa iman Saudara akan tumbuh, dan dalam batas-batas yang telah ditetapkan Allah, pekerjaan kami di antara Saudara akan ditingkatkan. Setelah itu kami akan dapat mengabarkan Berita Kesukaan ke kota-kota lain yang jauh dari Saudara dan yang belum pernah digarap orang lain. Dengan demikian, tidak akan ada masalah mengenai mencampuri daerah kerja orang lain. Sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci, “Kalau ada orang yang akan membanggakan sesuatu, biarlah ia membanggakan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan dan bukan membanggakan dirinya sendiri.” Bilamana seseorang membanggakan diri mengenai betapa baik pekerjaannya, hal itu tidaklah banyak artinya. Tetapi, apabila Tuhan yang memujinya, itu lain soal! Saya harap Saudara bersabar terhadap saya, sementara saya terus berbicara seperti orang tolol. Bersabarlah dan izinkan saya mengutarakan isi hati saya. Saya menaruh perhatian yang sangat besar terhadap Saudara, sama besarnya seperti perhatian Allah sendiri, dan saya ingin supaya kasih Saudara hanya bagi Kristus saja, sama halnya dengan seorang perawan yang murni memberikan kasihnya hanya kepada seorang saja, yaitu kepada orang yang akan menjadi suaminya. Tetapi saya takut kalau-kalau dengan cara apa pun juga Saudara akan disesatkan dari pengabdian Saudara yang murni dan tulus kepada Kristus, seperti halnya Hawa ditipu oleh Iblis di Taman Eden. Saudara tampaknya sangat mudah terpengaruh. Saudara memercayai apa saja yang dikatakan orang, sekalipun orang itu berkhotbah mengenai Yesus yang lain daripada Yesus yang kami beritakan atau mengenai roh yang lain daripada Roh Kudus, yang telah Saudara terima, atau menunjukkan jalan yang lain untuk memperoleh keselamatan. Semua itu Saudara telan begitu saja. Tetapi saya merasa bahwa yang menamakan dirinya “utusan-utusan Allah” itu tidak lebih becus daripada saya. Kalaupun saya seorang pembicara yang tidak cakap, setidak-tidaknya saya tahu apa yang saya bicarakan. Saya kira Saudara telah menyadarinya, sebab sudah berkali-kali kami membuktikannya. Apakah saya berbuat salah serta memurahkan diri, dan menjadikan Saudara memandang rendah terhadap saya, karena saya mengabarkan Berita Kesukaan kepada Saudara tanpa meminta bayaran apa pun? Bahkan saya seolah-olah merampok jemaat-jemaat yang lain, karena uang sokongan yang mereka kirimkan kepada saya, saya habiskan sementara bersama-sama dengan Saudara, supaya saya dapat melayani Saudara tanpa bayaran. Dan apabila kiriman mereka sudah habis, dan saya mulai kelaparan, saya tetap tidak meminta apa-apa dari Saudara, sebab umat Kristen di Makedonia mengirim lagi pemberian untuk saya. Sampai sekarang satu sen pun belum pernah saya minta dari Saudara, dan saya tidak akan meminta apa-apa dari Saudara. Saya berjanji dalam Kristus yang adalah kebenaran dan yang hidup di dalam saya: tidak seorang pun di seluruh Akhaya akan mengambil alasan kebanggaan ini dari saya! Apakah sebabnya? Sebab saya tidak mengasihi Saudara? Allah tahu bahwa saya mengasihi Saudara. Tetapi hal itu akan saya lakukan untuk membungkam para pembual yang mengatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan Allah dengan cara yang sama seperti cara kami. Allah sama sekali tidak pernah mengutus orang-orang itu. Mereka adalah “penipu-penipu” yang telah membohongi Saudara dengan mengaku diri sebagai rasul Kristus. Tetapi saya tidak heran! Iblis dapat mengubah dirinya menjadi malaikat terang; jadi, tidaklah mengherankan kalau pelayan-pelayannya juga dapat berbuat demikian, dan nampak seperti pelayan-pelayan yang saleh. Pada akhirnya kelak mereka akan menerima setiap hukuman yang patut diterima untuk perbuatan mereka yang jahat itu. Sekali lagi saya mohon, janganlah Saudara mengira bahwa saya telah kehilangan akal, karena berbicara seperti ini. Tetapi, kalaupun Saudara berpendapat demikian, dengarkan jugalah saya—orang yang tidak berakal, orang tolol—sementara saya berlaku sombong sedikit seperti orang-orang itu. Berlaku sombong seperti ini bukanlah sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan supaya saya lakukan, sebab saya sedang berlaku seperti orang tolol yang tidak berotak. Tetapi orang-orang itu terus-menerus mengatakan kepada Saudara betapa hebatnya mereka itu; jadi, biarlah saya juga berbuat demikian: Saya malu mengatakan bahwa saya tidak sekuat dan seberani itu! Tetapi apa pun yang dapat mereka sombongkan—nah, saya berbicara seperti orang tolol lagi—saya juga dapat menyombongkannya.) Mereka menyombongkan diri bahwa mereka orang Ibrani, bukan? Nah, saya juga orang Ibrani. Mereka mengatakan bahwa mereka orang Israel, yaitu umat pilihan Allah? Saya juga orang Israel. Dan mereka keturunan Abraham? Saya juga keturunan Abraham. Mereka mengatakan mereka melayani Kristus, tetapi saya telah melayani-Nya jauh lebih banyak lagi! (Sudah gilakah saya menyombongkan diri seperti ini?) Saya telah bekerja lebih keras, telah lebih sering masuk penjara, telah dicambuki banyak kali, dan menghadapi maut berkali-kali. Lima kali orang Yahudi menghukum saya dengan tiga puluh sembilan pukulan cemeti. Tiga kali saya dipukuli dengan tongkat, sekali saya dirajam. Tiga kali kapal yang saya tumpangi karam. Sekali saya terapung-apung di laut sepanjang malam dan sepanjang hari esoknya. Saya sudah bepergian jauh dan sering berada dalam bahaya dari sungai-sungai yang banjir, dan dari perampok-perampok dan dari bangsa saya sendiri, bangsa Yahudi, seperti juga dalam cengkeraman bangsa-bangsa bukan Yahudi. Saya telah menghadapi bahaya besar dari orang banyak di kota-kota dan bahaya maut di gurun pasir dan di lautan yang bergelombang tinggi dan dari orang-orang yang mengaku sebagai saudara di dalam Kristus, tetapi yang sebenarnya bukan. Saya telah mengalami kepayahan dan kelelahan dan kekurangan tidur. Saya sering kelaparan dan kehausan. Sering-sering saya menggigil kedinginan karena kurangnya pakaian untuk menghangatkan badan. Di samping semua ini, saya selalu cemas akan keadaan semua jemaat. Siapa gerangan yang lemah dan saya tidak merasakan kelemahannya? Siapa yang dituntun ke dalam dosa, dan saya tidak diderita oleh rasa terbakar di dalam hati? Tetapi, kalau saya harus membual, saya lebih suka membual tentang hal-hal yang menyatakan kelemahan saya. Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang harus dipuji untuk selama-lamanya, tahu bahwa saya berkata benar. Ketika saya berada di Damsyik, gubernur di bawah Raja Aretas, menempatkan penjaga-penjaga di pintu-pintu gerbang kota untuk menangkap saya, tetapi dengan tali dan keranjang saya diturunkan dari lubang pada tembok kota, dan dengan demikian saya dapat meloloskan diri. Menyombongkan diri seperti ini bodoh sekali, tetapi biarlah saya meneruskannya. Saya ingin menceritakan penglihatan dan penyataan yang saya peroleh dari Tuhan. dan mendengar hal-hal yang begitu menakjubkan, sehingga manusia tidak dapat menggambarkannya atau melukiskannya dengan kata-kata. Tentang orang itulah yang ingin saya banggakan, bukan tentang diri saya. Untuk diri saya, saya hanya membanggakan kelemahan saya. Banyak hal dapat saya banggakan dan saya tidak melebih-lebihkan kalau saya berbuat demikian. Tetapi saya tidak mau membuat orang menganggap saya lebih tinggi daripada seharusnya, yaitu dari apa yang sebenarnya terlihat dari kehidupan saya dan berita yang saya sampaikan. Tetapi ini ingin saya katakan: akulah orang itu, dan agar jangan sampai saya menjadi sombong karena pengalaman-pengalaman hebat itu saya diberikan suatu “duri di dalam daging”, utusan Iblis untuk menyiksa saya. Sudah tiga kali saya memohon supaya Allah menyembuhkan saya. Setiap kali Ia berkata: “Tidak. Tetapi kasih-Ku adalah semua yang kauperlukan. Kuasa-Ku dapat diperlihatkan dengan jelas di dalam orang yang lemah.” Sekarang saya bergembira dapat menjadi pernyataan yang hidup dari kuasa Kristus, dan bukannya memamerkan kuasa dan kecakapan saya sendiri. Karena saya tahu bahwa semua itu bagi kepentingan Kristus, maka saya tidak berkecil hati mengenai kelemahan, penghinaan, kesukaran serta penganiayaan dan ketakutan. Sebab saya tahu: kalau saya lemah, saya kuat. Saudara telah membuat saya berlaku seperti orang tolol—bermegah-megah seperti ini—sebab Saudaralah yang seharusnya menulis mengenai saya dan bukan menyebabkan saya menulis mengenai diri sendiri. Tidak ada sesuatu pun yang dimiliki oleh orang-orang yang mengagumkan itu yang tidak saya miliki, walaupun sebenarnya saya sama sekali tidak berharga. Ketika saya berada bersama-sama dengan Saudara, saya memberikan cukup bukti bahwa saya benar-benar seorang rasul, yang diutus kepada Saudara oleh Allah sendiri: sebab dengan sabar saya melakukan banyak keajaiban dan mukjizat di tengah-tengah Saudara sekalian. Satu-satunya hal yang tidak saya lakukan bagi Saudara, tetapi yang saya lakukan bagi jemaat yang lain di mana juga, ialah menjadi beban bagi Saudara—saya tidak minta supaya Saudara memberi saya makanan dan tempat tinggal. Maafkanlah kelalaian saya ini! Sekarang saya akan berkunjung lagi kepada Saudara untuk ketiga kalinya. Kunjungan saya ini tetap tidak akan minta biaya apa-apa dari Saudara, sebab saya tidak menginginkan uang Saudara. Saudaralah yang saya inginkan! Dan bagaimanapun juga, Saudara adalah anak saya, dan anak-anak tidak menanggung biaya makan orang tua mereka. Sebaliknya, orang tualah yang memelihara anak-anak mereka. Saya senang memberikan diri saya sendiri dan segala yang saya miliki demi pertumbuhan rohani Saudara, walaupun tampaknya bahwa makin besar kasih saya kepada Saudara, makin kecil kasih Saudara kepada saya. Beberapa dari Saudara berkata, “Memang kita tidak usah mengeluarkan biaya apa-apa untuk kunjungannya itu, tetapi si Paulus itu orang yang licik sekali. Pasti ia menarik keuntungan dari kita, entah bagaimana caranya.” Bagaimana mungkin saya dapat menarik keuntungan dari Saudara? Adakah orang-orang yang saya utus menarik keuntungan dari Saudara? Ketika saya mengutus Titus dan seorang saudara yang lain untuk berkunjung kepada Saudara, apakah mereka memperoleh keuntungan? Tentu saja tidak! Sebab Karena kami berdua memiliki keyakinan yang sama dan berperilaku dengan cara yang sama. Mungkin Saudara mengira bahwa semua ini saya katakan untuk membela diri supaya saya diterima kembali dengan baik. Sekali-kali bukan itu maksud saya. Dengan disaksikan oleh Allah saya katakan kepada Saudara bahwa semua ini saya katakan untuk menolong Saudara—untuk membangun iman Saudara—dan bukan untuk menolong diri saya sendiri. Sebab saya khawatir, kalau-kalau pada waktu saya datang, saya tidak akan menyukai apa yang saya temukan dan Saudara tidak akan menyukai tindakan yang terpaksa harus saya ambil. Saya khawatir, bahwa saya akan mendapatkan Saudara bertengkar satu dengan yang lain, saling mengiri, bermusuh-musuhan, berlaku tinggi hati, mempercakapkan keburukan orang, serta diliputi oleh kesombongan, dan perpecahan. Ya, saya khawatir, bahwa pada waktu saya datang, Allah akan merendahkan saya di hadapan Saudara dan saya akan merasa sedih sekali karena beberapa di antara Saudara telah berdosa dan menolak untuk berpaling dari perbuatan-perbuatan Saudara yang cabul, kotor, dan tidak pantas. Ini adalah ketiga kalinya saya akan datang berkunjung kepada Saudara. Kitab Suci menyatakan, bahwa apabila suatu kesalahan telah disaksikan oleh dua atau tiga orang, maka kesalahan itu harus dihukum. (Nah, ini adalah peringatan ketiga, sebelum saya datang kepada Saudara.) Ketika saya berada di tengah-tengah Saudara dahulu, saya sudah memberi peringatan kepada orang-orang yang berdosa. Sekarang sekali lagi saya memberi peringatan kepada mereka dan kepada semuanya, seperti yang saya lakukan dahulu, bahwa kali ini saya akan datang untuk memberi hukuman yang keras dan saya tidak akan menyayangkan mereka. Saya akan memberikan segala bukti yang Saudara ingini, yaitu bahwa Kristus berkata-kata melalui saya. Kristus tidak bersikap lemah terhadap Saudara, tetapi merupakan kuasa yang besar di dalam Saudara. Tubuh jasmani-Nya yang lemah sudah mati di atas kayu salib, tetapi sekarang Ia hidup dengan kuasa Allah. Sama seperti Dia, kami juga lemah di dalam tubuh jasmani kami, tetapi sekarang kami hidup dan kuat seperti Dia, dan memiliki segala kuasa Allah untuk kami gunakan. Ujilah diri Saudara. Apakah Saudara benar-benar orang Kristen? Apakah Saudara lulus dalam ujian itu? Apakah Saudara makin lama makin merasakan kehadiran dan kuasa Kristus di dalam Saudara? Atau apakah Saudara hanya berpura-pura saja menjadi orang Kristen, padahal sebenarnya Allah sudah menolak Saudara? Saya harap Saudara setuju bahwa kami telah lulus dalam ujian itu dan benar-benar telah menjadi milik Tuhan. Saya berdoa kiranya Saudara tidak akan berbuat salah, bukan karena hal itu akan membuktikan bahwa kami berhasil di dalam pelayanan kami, melainkan karena kami ingin Saudara melakukan yang benar, meskipun kami tampaknya gagal. Karena saya tidak bisa melakukan apa pun melawan kebenaran, melainkan hanya bisa bertindak untuknya. Kami bergembira berada dalam keadaan lemah serta dibenci, asalkan Saudara benar-benar kuat. Harapan dan doa kami ialah kiranya Saudara akan menjadi orang Kristen yang dewasa. Ini saya tuliskan kepada Saudara dengan harapan bahwa pada waktu saya datang, saya tidak usah memarahi dan menghukum Saudara; sebab wewenang yang telah diberikan Allah kepada saya ingin saya pergunakan untuk menguatkan Saudara dan bukan untuk menghukum. Saya akhiri surat ini dengan kata-kata: Berbahagialah. Tumbuhlah di dalam Kristus. Camkanlah apa yang telah saya katakan. Hiduplah dengan rukun dan damai. Kiranya Allah, sumber kasih dan sejahtera, menyertai Saudara. Sapa satu sama lain dengan ciuman sebagai ungkapan penuh kasih yang menyatukan kalian sebagai milik Allah. Semua umat Kristen di sini menyampaikan salam mereka kepada Saudara. Kiranya rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus; kasih Allah; dan persekutuan Roh Kudus menyertai Saudara. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Seperti direncanakan oleh Allah Bapa, Ia mati untuk dosa kita dan menyelamatkan kita dari dunia yang jahat ini. Segala kemuliaan bagi Allah sepanjang segala zaman. Amin. Saya sangat heran mengapa Saudara begitu cepat berpaling dari Allah yang dengan kasih dan kemurahan-Nya telah mengundang Saudara untuk menikmati hidup yang dikaruniakan-Nya dengan perantaraan Kristus. Saudara sudah mengikuti “Berita Kesukaan” lainnya, “jalan ke surga” yang lain, yang sebenarnya sama sekali tidak menuju surga. Karena sesungguhnya tidak ada jalan lain, selain jalan yang telah kami tunjukkan kepada Saudara. Saudara tertipu oleh mereka yang memutarbalikkan kebenaran mengenai Kristus. Biarlah kutuk Allah menimpa siapa saja, termasuk saya sendiri, jika memberitakan jalan keselamatan lain daripada satu-satunya jalan yang telah kami beritahukan kepada Saudara. Ya, seorang malaikat yang turun dari surga sekalipun, jika ia menyampaikan berita yang lain, biarlah ia terkutuk selama-lamanya. Saya ulangi sekali lagi: bila ada orang yang memberitakan Injil yang lain daripada yang telah Saudara terima, biarlah kutuk Allah menimpanya. Apakah saya, ketika saya mengatakan demikian, berusaha diakui oleh manusia ataupun menyenangkan Allah? Seandainya saya masih berusaha menyenangkan manusia, saya tidak dapat menjadi hamba Kristus. Saudara-saudara saya tegaskan bahwa Berita Kesukaan yang saya beritakan itu bukan berdasarkan khayalan manusia, sebab pesan yang saya sampaikan berasal dari Yesus Kristus sendiri. Dialah yang mengajarkan apa yang harus saya katakan. Tidak ada orang lain yang mengajar saya. Saudara tahu bagaimana keadaan saya pada waktu saya menganut agama Yahudi—bagaimana saya tanpa mengenal kasihan mengejar orang Kristen, memburu mereka dan dengan sekuat tenaga berusaha memusnahkan mereka. Di antara orang Yahudi di seluruh negeri yang sezaman dengan saya, saya termasuk yang paling taat kepada agama Yahudi dan sedapat-dapatnya saya berusaha mengikuti segala adat istiadat agama saya. Tetapi, kemudian terjadilah sesuatu! Alangkah besar kebaikan dan karunia Allah! Karena, bahkan sebelum saya dilahirkan, Ia telah memilih saya menjadi milik-Nya dan telah memanggil saya. Ia menyatakan Anak-Nya dalam diri saya, agar saya dapat pergi kepada orang-orang bukan Yahudi dan memberitakan Injil tentang Yesus kepada mereka. Ketika semua ini terjadi atas diri saya, saya tidak membicarakannya dengan orang lain. Saya tidak pergi ke Yerusalem untuk meminta pertimbangan para rasul yang telah menjadi rasul sebelum saya. Tetapi saya pergi ke padang gurun di Tanah Arab, kemudian kembali ke Kota Damsyik. Tiga tahun kemudian, barulah saya pergi ke Yerusalem mengunjungi Petrus, dan tinggal bersama-sama dengan dia selama lima belas hari. Satu-satunya rasul lain yang saya jumpai pada waktu itu hanyalah Yakobus, saudara Tuhan kita. (Dengarkanlah apa yang saya katakan, sebab ini saya beritahukan kepada Saudara di hadapan hadirat Allah sendiri. Inilah kejadian yang sebenarnya—saya tidak berdusta.) Kemudian, sesudah kunjungan ini, saya pergi ke Siria dan Kilikia. Sedangkan umat Kristen di Yudea sama sekali masih belum mengenal rupa saya. Yang mereka ketahui hanyalah apa yang sedang dibicarakan orang, yaitu bahwa “orang yang dahulu memusuhi kita, sekarang memberitakan kepercayaan kita yang dahulu justru hendak dibinasakannya”. Dan mereka memuliakan Allah karena saya. Empat belas tahun kemudian saya kembali ke Yerusalem, kali ini dengan Barnabas. Titus juga ikut serta. Saya pergi ke sana atas perintah Allah untuk berbicara dengan saudara-saudara seiman di sana tentang berita yang saya sampaikan kepada orang-orang bukan Yahudi. Saya berbicara secara pribadi dengan pemimpin-pemimpin jemaat, supaya mereka semua mengerti apa yang telah saya ajarkan, dan saya harap mereka setuju bahwa ajaran itu benar. Dan ternyata mereka memang setuju, bahkan mereka tidak menuntut supaya teman saya Titus dikhitan, walaupun ia bukan orang Yahudi. Persoalan itu tidak akan timbul, seandainya di sana tidak ada beberapa orang yang menamakan diri orang Kristen—sebenarnya mereka itu orang Kristen palsu—yang datang untuk memata-matai kami, untuk mengetahui kebebasan apa yang kami miliki dalam Kristus Yesus, dan untuk melihat apakah kami menaati hukum-hukum Yahudi atau tidak. Mereka berusaha mengikat kami dengan peraturan mereka, seperti budak-budak yang dirantai. Tetapi kami tidak menyerah sejenak pun, sebab Berita Kesukaan itu harus dijaga agar tetap murni untuk Saudara. Dan tokoh-tokoh pemimpin jemaat di sana tidak dapat menambahkan sesuatu pun kepada apa yang saya khotbahkan. Lagipula, kebesaran mereka sebagai pemimpin tidak berarti apa-apa bagi saya, karena bagi Allah semua orang sama. Satu-satunya hal yang mereka sarankan ialah agar kami selalu ingat untuk menolong orang-orang miskin, dan saya pun memang berhasrat demikian. Tetapi pada waktu Petrus tiba di Antiokhia, terpaksa saya dengan terang-terangan menentang dan menegurnya dengan keras, karena ia melakukan suatu kesalahan besar. Ketika ia baru tiba, ia makan bersama dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi. Tetapi sesudah itu, ketika beberapa orang Yahudi kawan Yakobus datang, ia tidak mau lagi makan bersama dengan orang bukan Yahudi, karena ia takut akan apa yang mungkin dikatakan oleh kawan-kawan Yakobus itu, sebab mereka bersikeras bahwa khitan perlu bagi keselamatan. Kemudian semua orang Kristen Yahudi yang lain, bahkan Barnabas juga, bersikap munafik dan mengikuti teladan Petrus, padahal mereka seharusnya lebih mengerti. Ketika saya melihat apa yang sedang terjadi, dan bahwa sikap mereka tidak sesuai dengan kepercayaan mereka, dan mereka tidak mengikuti kebenaran Injil, saya berkata kepada Petrus di hadapan yang lain, “Walaupun Saudara dilahirkan sebagai orang Yahudi, sudah lama Saudara melepaskan hukum-hukum Yahudi. Jadi, mengapa dengan tiba-tiba saja Saudara mengharapkan orang-orang bukan Yahudi ini mematuhi hukum-hukum itu? Saudara dan saya orang Yahudi menurut kelahiran, bukan orang berdosa seperti orang-orang dari bangsa lain. Walaupun begitu, sekarang kita tahu bahwa kita tidak dapat dibenarkan di hadapan Allah dengan menaati hukum-hukum Yahudi, melainkan karena iman kepada Yesus Kristus. Jadi, kita juga percaya kepada Yesus Kristus karena diyakinkan bahwa kita hanya diterima oleh Allah dengan iman dan bukan karena kita memenuhi persyaratan Hukum Taurat. Sebab tidak seorang pun diselamatkan dengan menaati hukum itu.” Jadi, karena kami berusaha untuk dibenarkan dengan percaya kepada Kristus, kami juga menjadi seperti bangsa-bangsa lain yang tidak mematuhi hukum. Apakah ini berarti, bahwa Kristus telah menyebabkan kita untuk menjadi orang berdosa? Tentu saja tidak! Sebaliknya, kita menjadikan diri kita pelanggar hukum, jika kita membatalkan hukum dan kemudian memberlakukannya lagi. Secara hukum, saya dijatuhi hukuman mati. Jadi saya mati untuk hukum sehingga saya bisa hidup untuk Allah. Kehidupan lama saya mati bersama Kristus di kayu salib. Yang hidup bukan lagi saya, melainkan Kristus yang hidup di dalam saya. Sedangkan hidup yang sekarang saya miliki dalam tubuh saya ini adalah hasil iman saya kepada Anak Allah, yang mengasihi saya dan memberikan diri-Nya sendiri bagi saya. Saya bukan orang yang menganggap bahwa kematian Kristus tidak ada artinya. Seandainya keselamatan dapat diperoleh dengan menaati Hukum Taurat, maka Kristus mati dengan sia-sia. Hai orang-orang Galatia yang bodoh! Tukang sihir manakah yang telah mempesona dan memperdaya Saudara? Bukankah saya dengan jelas menunjukkan kepada Saudara makna kematian Yesus Kristus di kayu salib? Izinkan saya mengajukan pertanyaan ini: Apakah Saudara menerima Roh Kudus karena berusaha memegang Hukum Taurat? Tentu saja tidak! Saudara menerima Roh Kudus karena Saudara percaya pada pesan yang Saudara dengar tentang Kristus. Mengapa kalian begitu bodoh! Apakah Saudara sekarang ingin menyelesaikan dengan kekuatan Saudara sendiri apa yang telah dimulai oleh Roh Allah dalam diri Saudara? Saudara telah menderita banyak demi Injil. Apakah sekarang Saudara akan membuang semua itu dengan begitu saja? Saya rasa mustahil! Saya bertanya lagi kepada Saudara: apakah Allah memberi Saudara kuasa Roh Kudus dan mengadakan mukjizat-mukjizat di tengah-tengah Saudara karena Saudara berusaha menaati Hukum Taurat? Tentu saja tidak! Ini terjadi hanya apabila Saudara percaya kepada Kristus dan benar-benar bersandar kepada-Nya. Abraham mengalami hal yang sama. “Abraham memercayai Allah, dan Allah menerima dia sebagai orang benar karena imannya.” Dengan demikian jelaslah bahwa anak-anak Abraham yang sesungguhnya ialah semua orang beriman yang benar-benar percaya kepada Allah. Dan orang yang menggantungkan keselamatannya kepada Hukum Taurat, berada di bawah kutuk Allah, sebab Kitab Suci dengan jelas mengatakan, “Terkutuklah setiap orang yang melanggar salah satu hukum yang tertulis dalam Kitab hukum Allah.” Karena itu, jelaslah bahwa tidak seorang pun dapat diperkenan di hadapan Allah dengan berusaha menaati Hukum Taurat, sebab Allah telah mengatakan bahwa satu-satunya jalan supaya kita dibenarkan dalam pandangan-Nya ialah melalui iman. Sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci, “Orang yang beriman kepada Allah mendapatkan persetujuan-Nya dan kehidupan.” Jalan menurut hukum mengatakan bahwa “orang diselamatkan dengan menaati setiap hukum Allah, tanpa tergelincir sedikit pun;” ini sangat berbeda dengan jalan menurut iman. Tetapi Kristus telah menebus kita dari kebinasaan yang disebabkan oleh peraturan yang mustahil dilaksanakan itu, dengan menanggungkan kutuk bagi dosa kita ke atas diri-Nya sendiri. Sebab dalam Kitab Suci tertulis, “Barang siapa digantung pada pohon, ia terkutuk.” Sekarang Allah juga dapat memberkati orang-orang bukan Yahudi, dengan berkat yang sama seperti yang dijanjikan-Nya kepada Abraham; dan dengan iman, kita semua sebagai orang Kristen dapat memiliki Roh Kudus yang telah dijanjikan. Saudara sekalian yang saya kasihi, dalam kehidupan sehari-hari sekalipun, apabila seseorang telah menandatangani suatu perjanjian tertulis, maka ia tidak dapat mengubah atau mengingkari perjanjian itu. Allah memberikan janji-janji kepada Abraham dan keturunannya. Perhatikanlah bahwa yang disebutkan bukan semua keturunannya, seperti halnya bila yang dimaksudkan ialah semua orang Yahudi, tetapi kepada si keturunannya—satu orang saja, dan itu tentu saja berarti Kristus. Inilah yang ingin saya katakan: janji Allah untuk menyelamatkan berdasarkan iman—dan Allah menuliskan dan menandatangani janji ini—tidak dapat dibatalkan atau diubah oleh Hukum Taurat yang diberikan oleh Allah empat ratus tiga puluh tahun kemudian. Kalau dengan menaati hukum-hukum itu kita dapat diselamatkan, maka jelaslah bahwa ini merupakan cara mendapat kasih karunia Allah yang berbeda dengan cara Abraham, sebab ia hanya sekadar menerima janji Allah. Lalu, mengapa hukum-hukum itu diberikan? Hukum-hukum itu ditambahkan sesudah janji itu diberikan, untuk memperlihatkan betapa manusia telah berdosa melanggar hukum-hukum Allah. Tetapi hukum itu hanya berlaku sampai kedatangan Kristus, Anak yang menerima janji Allah itu. (Selanjutnya masih ada perbedaan ini: Allah memberikan hukum-hukum-Nya kepada malaikat-malaikat untuk diberikan kepada Musa, yang kemudian meneruskannya kepada bangsanya. Tetapi, ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, hal itu dilakukan-Nya sendiri, tanpa perantaraan malaikat atau Musa.) Lalu, apakah hukum-hukum Allah dan janji-janji Allah itu saling bertentangan? Tentu saja tidak! Seandainya hukum telah diberikan, yang dapat memberikan kita kehidupan baru, kita dapat dibenarkan di hadapan Allah dengan menaatinya. Namun Kitab Suci menyatakan bahwa kita semua adalah tahanan dosa. Apa yang janjikan Allah, Dia memberi kita melalui iman kepada Yesus Kristus. Hanya merekalah yang percaya kepada-Nya akan melihat janji Allah digenapi/dipenuhi. Sebelum Kristus datang, kita dijaga oleh hukum itu, seolah-olah di bawah perlindungan yang ketat, sampai kita dapat beriman kepada Juru Selamat yang akan datang. Dengan kata lain, Hukum Taurat merupakan guru dan penuntun kita sampai saat Kristus datang untuk membenarkan kita di hadapan Allah karena iman kita. Sekarang jalan iman terbuka; oleh karena itu kita tidak lagi berada di bawah pengawasan Hukum. Sebab sekarang kita semua adalah anak-anak Allah karena iman kepada Yesus Kristus. Dan kita yang telah dibaptiskan ke dalam persekutuan dengan Kristus, dibungkus oleh Dia. Kita bukan lagi orang Yahudi atau orang Yunani, hamba atau orang merdeka, bahkan bukan lagi pria atau wanita, tetapi semuanya sama—kita adalah orang Kristen, kita satu di dalam Kristus Yesus. Karena sekarang kita sudah menjadi milik Kristus, kita benar-benar keturunan Abraham, dan segala janji Allah kepadanya menjadi milik kita. Tetapi ingatlah bahwa selama ahli waris yang sah masih di bawah umur, tidak ada perbedaan antara dia dan seorang budak, walaupun sesungguhnya ia memiliki segala kekayaan ayahnya. Ia harus menurut apa yang dikatakan oleh para wali dan para pengurusnya, sampai ia mencapai usia yang telah ditetapkan oleh ayahnya. Dan demikianlah keadaan kita sebelum Kristus datang. Kita dahulu sebagai anak di bawah umur, pernah berada di bawah aturan dan pikiran yang menguasai dunia ini. Tetapi, ketika waktunya tiba, waktu yang sudah ditentukan Allah, Ia mengutus Anak-Nya, dilahirkan dari seorang wanita sebagai orang di bawah kekuasaan Hukum Taurat, untuk membeli kebebasan bagi kita, yang menjadi hamba Hukum Taurat, supaya Ia dapat mengangkat kita menjadi anak-Nya sendiri. Karena kita adalah anak-Nya, Allah mengutus Roh Anak-Nya itu ke dalam hati kita, supaya sekarang kita bisa datang kepada Allah dan memanggil-Nya “Bapa!” Sekarang kita bukan lagi hamba, melainkan anak Allah sendiri. Karena kita adalah anak-Nya, segala milik-Nya adalah milik kita. Sebelum mengenal Allah, Saudara yang bukan orang Yahudi menghambakan diri kepada ilah-ilah yang sebenarnya bukan ilah. Dan sekarang sesudah Saudara mengenal Allah (atau lebih tepat lagi, sekarang setelah Allah mengenal Saudara), masa Saudara ingin kembali dan menghambakan diri lagi kepada agama yang lemah, miskin, dan tidak berguna, yang mengajarkan supaya Saudara berusaha masuk ke surga dengan jalan menaati hukum-hukum Allah? Saudara ingin menyukakan hati Allah dengan apa yang Saudara lakukan atau tidak lakukan pada hari, bulan, musim atau tahun tertentu. Saya sangat khawatir mengenai keadaan Saudara. Saya takut kalau-kalau jerih payah saya bagi Saudara itu sia-sia belaka. Saudara sekalian yang saya kasihi, bersikaplah seperti saya terhadap hal-hal ini, sebab saya bebas dari belenggu ini, seperti juga halnya Saudara dahulu. Saudara tidak membenci saya, ketika untuk pertama kali saya mengabarkan Berita Kesukaan mengenai Kristus kepada Saudara, walaupun ketika itu saya sedang sakit. Meskipun penyakit yang saya derita adalah ujian nyata bagi Saudara, Saudara tidak menolak atau mengusir saya. Saudara membawa saya masuk dan merawat saya seakan-akan saya seorang malaikat Allah, atau Yesus Kristus sendiri. Di manakah suasana bahagia yang kita rasakan bersama-sama ketika itu? Saya yakin, pada waktu itu Saudara bahkan akan mengambil mata Saudara sendiri dan memberikannya kepada saya. Apakah sekarang saya telah menjadi musuh Saudara, karena saya telah memberitahukan kebenaran kepada Saudara? Pengajar-pengajar palsu yang ingin sekali menyenangkan hati Saudara tidak melakukannya untuk kebaikan Saudara. Apa yang mereka usahakan ialah menjauhkan Saudara dari saya, sehingga perhatian Saudara lebih ditujukan kepada mereka. Memang baik sekali kalau orang melakukan hal-hal yang baik. Namun jangan hanya melakukannya saat saya bersamamu; lakukanlah hal-hal itu selalu! Betapa Saudara sekalian menyakiti saya. Sekali lagi saya menanggung sakit seperti seorang ibu yang menantikan kelahiran anaknya. Dengan rindu saya menantikan saat Saudara akan dipenuhi oleh Kristus. Betapa senangnya hati saya seandainya saya dapat berada bersama dengan Saudara pada saat ini, sehingga tidak usah berbicara seperti ini, sebab dari tempat jauh seperti sekarang ini, terus terang saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Dengarkanlah, hai Sahabat-sahabat yang mengira bahwa Saudara harus menaati Hukum Taurat supaya selamat. Mengapa Saudara tidak berusaha mengetahui arti hukum itu sebenarnya? Sebab ada tertulis bahwa Abraham mempunyai dua orang putra, yang seorang dari Hagar, seorang hamba, dan yang seorang lagi dari Sara, seorang merdeka. Tidak ada hal-hal yang istimewa mengenai kelahiran bayi Hagar. Tetapi kelahiran bayi Sara terjadi sesudah Allah secara istimewa berjanji bahwa bayi itu akan lahir. Tetapi wanita lain, Sara, melambangkan Yerusalem surgawi. Dia tidak diperhamba oleh hukum Yahudi itu. Inilah ibu kita! Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, “Bergembiralah, hai perempuan mandul; bersorak-sorai kegirangan, walaupun sampai sekarang engkau belum pernah melahirkan anak seorang pun. Sebab kamu, yang sendirian, akan memiliki lebih banyak anak daripada wanita yang memiliki suami.” Saudara sekalian yang saya kasihi, Saudara dan saya adalah anak yang dijanjikan Allah, seperti halnya dengan Ishak. Demikianlah, kita yang dilahirkan dari Roh Kudus, sekarang dianiaya oleh orang yang menghendaki kita menaati hukum bangsa Yahudi itu, sama seperti Ishak, anak perjanjian, dianiaya oleh Ismael, anak hamba perempuan itu. Tetapi apa yang dikatakan Kitab Suci tentang itu? “Usirlah hamba perempuan itu beserta dengan anaknya, karena anak itu tidak dapat menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu.” Saudara sekalian yang saya kasihi, kita bukan anak hamba perempuan, yang harus tunduk pada hukum-hukum Yahudi, melainkan anak perempuan merdeka itu, yang dapat diterima Allah karena iman kita. Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berusahalah untuk tetap merdeka dan jangan membiarkan diri terikat lagi oleh belenggu perhambaan hukum dan upacara bangsa Yahudi. Dengarkanlah saya, sebab saya bersungguh-sungguh mengenai hal ini: kalau Saudara berharap akan dibenarkan Allah dengan menggantungkan diri pada upacara khitan dan hukum Yahudi, maka Kristus tidak dapat menyelamatkan Saudara. Saya ulangi lagi. Siapa pun yang berusaha menyukakan hati Allah dengan berkhitan, harus selamanya tunduk pada setiap hukum Yahudi yang lain atau kalau tidak, ia pasti binasa. Kalau Saudara mengharapkan dapat melunasi utang kepada Allah dengan memegang teguh hukum-hukum itu, maka Kristus tidak berguna bagi Saudara. Saudara tidak akan mendapat bagian anugerah Allah. Tetapi kami percaya bahwa kami dibenarkan di hadapan Allah melalui iman kepada Yesus Kristus. Allah melalui Roh-Nya telah memberikan kita harapan ini. Bagi kita yang bersatu dengan Yesus Kristus, tidak usah menghiraukan apakah kita sudah dikhitan atau belum. Yang penting adalah iman yang bekerja melalui kasih. Dahulu Saudara berada di jalan yang baik! Siapakah yang telah membujuk Saudara, sehingga Saudara tidak lagi ingin mengikuti kebenaran lagi? Tentunya bukan Allah, sebab Dialah yang memanggil Saudara kepada kemerdekaan di dalam Kristus. Tetapi, ajaran sesat ini seperti ragi yang menyebar ke seluruh adonan! Saya percaya, bahwa Tuhan akan menyadarkan Saudara, sehingga mengenai hal-hal ini, Saudara akan sependirian lagi dengan saya. Allah akan mengambil tindakan terhadap siapa pun yang telah mengacaukan dan membingungkan Saudara. Beberapa orang malah mengatakan bahwa sayalah yang mengajarkan bahwa upacara khitan dan hukum-hukum Yahudi itu perlu bagi rencana keselamatan. Seandainya itu yang saya ajarkan, maka saya tidak akan dianiaya lagi, sebab pemberitaan tanpa apa yang terjadi di kayu salib tidak menyinggung hati siapa pun. Jika sunat begitu penting bagi para tukang bikin onar ini, biarlah mereka memotong semua dan mengebiri dirinya sendiri! Saudara sekalian yang saya kasihi, Saudara telah diberi kemerdekaan: bukan kemerdekaan untuk berbuat salah, melainkan kemerdekaan untuk saling mengasihi dan saling melayani. Sebab seluruh Hukum Taurat dapat disimpulkan dalam satu perintah: “Cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Tetapi, kalau Saudara menimpa satu sama lain seperti binatang buas, maka pastikan Saudara tidak saling menelan! Saya menasihatkan supaya Saudara hanya mengikuti petunjuk-petunjuk Roh Kudus. Ia akan menyatakan ke mana Saudara harus pergi dan apa yang harus Saudara lakukan. Dengan demikian Saudara tidak akan terus-menerus mengikuti sifat jahat yang selalu mendesak Saudara untuk berbuat salah. Sebab kita dengan sendirinya senang melakukan hal-hal jahat, yang berlawanan dengan yang dikehendaki Roh Kudus. Perbuatan baik yang ingin kita lakukan menurut kehendak Roh berlawanan dengan keinginan tubuh kita. Kedua kekuatan di dalam diri kita ini selalu berperang untuk dapat menguasai diri kita dan keinginan kita tidak pernah bebas dari pengaruh tekanan kedua kekuatan ini. Apabila Saudara dipimpin oleh Roh Kudus, Saudara tidak berada lagi di bawah kekuasaan Hukum Taurat. Tetapi, apabila Saudara menuruti kecenderungan yang salah itu, hidup Saudara akan menghasilkan kejahatan-kejahatan ini: percabulan, pikiran kotor, hawa nafsu, penyembahan berhala, kepercayaan kepada roh-roh jahat, kebencian dan perkelahian, iri hati dan amarah, usaha untuk memperoleh yang paling baik untuk diri sendiri, keluhan dan celaan, perasaan bahwa semua orang bersalah kecuali kelompoknya sendiri—dan akan timbul ajaran yang salah, kedengkian, mabuk-mabukan, pesta liar, dan sebagainya. Sekali lagi saya katakan, bahwa siapa juga yang hidup seperti itu, tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Tetapi, apabila Roh Kudus menguasai hidup kita, Ia akan menghasilkan buah-buah ini di dalam diri kita: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, keramahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri, dan semua ini tidak bertentangan dengan hukum-hukum Yahudi. Mereka yang telah menjadi milik Kristus, telah menyalibkan keinginan mereka yang jahat pada salib-Nya. Kalau sekarang kita hidup oleh kuasa Roh Kudus, marilah kita mengikuti pimpinan Roh Kudus dalam setiap segi kehidupan kita. Jadi janganlah kita mencari pujian dan kemasyhuran, yang hanya akan menimbulkan perasaan iri dan dengki. Saudara sekalian yang saya kasihi, kalau seorang Kristen kedapatan berbuat dosa, Saudara yang rohani hendaklah secara lembut dan rendah hati menolongnya kembali ke jalan yang benar, mengingat bahwa lain kali mungkin seorang di antara Saudaralah yang berbuat salah. Saling membantu untuk membawa beban Saudara. Dengan demikian Saudara memenuhi hukum yang diberikan Kristus kepada kita. Kalau ada yang merasa terlalu tinggi untuk berbuat demikian, ia menipu dirinya sendiri. Sesungguhnya ia bukanlah apa-apa. Biarlah tiap-tiap orang berusaha sedapat-dapatnya, sebab dengan demikian ia akan mendapat kepuasan karena telah melakukan suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya, dan tidak usah membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Karena setiap orang akan memiliki cukup untuk bertanggung jawab atas tindakannya sendiri di hadapan Tuhan. Yang diajar tentang firman Allah seharusnya menunjang gurunya dengan barang-barang keperluan hidupnya. Jangan membodohi diri sendiri! Allah tidak bisa dipermainkan: orang akan menuai apa yang telah ditaburnya! Apabila ia menabur untuk memuaskan keinginan-keinginannya sendiri yang jahat, ia menanam benih-benih jahat dan pasti ia akan menuai kebusukan dan kematian rohani; tetapi, apabila ia menanam hal-hal yang baik dari Roh, ia akan menuai kehidupan kekal yang diberikan Roh Kudus kepadanya. Janganlah kita bosan melakukan hal yang benar, sebab kemudian kita akan menuai hasil yang penuh berkat, apabila kita tidak patah semangat dan tidak putus asa. Itulah sebabnya sedapat mungkin kita hendaknya selalu berbuat baik kepada semua orang, terutama kepada saudara-saudara seiman. Perhatikan baik-baik kata-kata penutup ini. Saya tulis sendiri dengan huruf-huruf besar. Pengajar-pengajar yang berusaha meyakinkan Saudara supaya dikhitan, berbuat demikian hanya karena satu alasan saja, yaitu supaya mereka disukai orang dan terhindar dari aniaya yang pasti menimpa mereka, seandainya mereka mengakui bahwa hanya salib Kristus sajalah yang dapat menyelamatkan. Lagipula, pengajar-pengajar yang mengkhitankan dirinya itu, tidak menaati hukum-hukum Yahudi yang lain; tetapi mereka menghendaki Saudara dikhitan supaya mereka dapat menyombongkan diri dengan berkata bahwa Saudara adalah murid mereka. Kiranya Allah menolong saya untuk tidak menyombongkan diri tentang apa pun, kecuali salib Tuhan kita, Yesus Kristus. Karena salib itu, minat saya akan segala hal yang menarik dalam dunia ini sudah sejak dahulu saya matikan, dan perhatian dunia kepada saya juga sudah lama mati. Sekarang tidak menjadi soal apakah kita berkhitan atau tidak, yang penting hanyalah apakah kita betul-betul telah diubah menjadi manusia baru. Semoga kemurahan dan damai sejahtera Allah melimpahi Saudara sekalian yang hidup menurut asas ini dan melimpahi mereka yang menjadi milik Allah, di mana pun juga. Mulai sekarang, janganlah berbantah dengan saya tentang hal-hal ini. Dalam pelayanan Yesus, saya sudah cukup menderita, seperti yang ditunjukkan oleh bekas luka di tubuh saya. Saudara yang saya kasihi, semoga karunia Tuhan kita, Yesus Kristus, menyertai Saudara sekalian. Sahabat-sahabat di Efesus, yang saya kasihi dan yang selalu setia kepada Kristus: Inilah surat dari saya, Paulus, yang dipilih Allah untuk menjadi utusan Yesus Kristus. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah memberkati kita dengan segala berkat surgawi melalui Kristus. Lama sebelum Allah menciptakan dunia, Allah memilih kita untuk menjadi milik-Nya sendiri karena apa yang akan dilakukan Kristus bagi kita. Ia memutuskan untuk menjadikan kita kudus dalam pandangan-Nya, tanpa satu kesalahan pun—kita yang berdiri di hadapan-Nya di dalam kasih-Nya. Sejak semula Allah telah memutuskan untuk mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus. Dan hal ini dilakukan-Nya atas kemauan-Nya sendiri! Segala puji bagi Allah atas kebaikan dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya kepada kita, karena kita adalah milik Anak yang dikasihi-Nya. Demikian berlimpah kebaikan-Nya kepada kita, sehingga Ia menebus kita dengan darah Anak-Nya, dan mengampunkan segala dosa kita. Kepada kita dicurahkan-Nya kekayaan rahmat-Nya: Ia telah mengisi kita dengan kebijaksanaan dan memberi tahu kita kehendak-Nya. Diungkapkan-Nya kepada kita rahasia mengapa Ia mengutus Kristus, suatu rencana yang sejak dahulu sudah ditetapkan-Nya karena kemurahan-Nya. Tujuan Allah ialah supaya apabila waktunya tiba, segala sesuatu di surga dan di bumi akan dipersatukan di bawah pemerintahan Kristus. Tambahan pula, melalui Kristus Allah telah memilih kita sesuai dengan keinginannya sejak awal. Dan apa yang diputuskan Allah, itulah yang dilakukan-Nya. Tujuan Allah dalam hal ini ialah supaya kita hendaknya memuji Allah dan mendatangkan kemuliaan kepada-Nya karena segala perbuatan-Nya yang penuh kuasa bagi kita, yang direncanakan menjadi yang pertama-tama beriman di dalam Kristus. Karena apa yang dilakukan Kristus, Saudara sekalian yang mendengar Berita Kesukaan tentang bagaimana diselamatkan, serta yang beriman kepada Kristus, juga dimeteraikan sebagai milik Kristus oleh Roh Kudus, yang telah lama dijanjikan kepada semua orang Kristen. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita merupakan jaminan bahwa Allah benar-benar akan memberikan kepada kita segala yang dijanjikan-Nya; dan meterai Roh pada kita itu berarti bahwa Allah telah membeli kita dan menjamin akan membawa kita kepada-Nya. Inilah satu alasan lagi bagi kita untuk memuji Allah kita yang mulia. Oleh karena itulah, sejak saya mendengar tentang iman Saudara yang teguh kepada Tuhan Yesus dan tentang kasih Saudara kepada umat Allah di mana-mana, Saya berdoa supaya Dia membuka mata Saudara untuk melihat untuk apa Saudara dipanggil, apa yang dapat Saudara harapkan. Saya ingin supaya Saudara menyadari betapa kaya warisan yang menanti semua orang yang menjadi milik Allah! Saya berdoa supaya Saudara mengerti betapa besar kuasa-Nya yang bekerja dalam diri kita yang percaya kepada-Nya. Kuasa yang besar itulah yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di tempat kehormatan di surga, di sebelah kanan Allah, jauh di atas segala penguasa lain. Ya, kehormatan-Nya jauh lebih mulia daripada kehormatan siapa pun juga di dunia ini atau di dunia yang akan datang. Allah sudah menempatkan segalanya di bawah kaki-Nya dan menjadikan Dia Kepala tertinggi dari jemaat, yang merupakan tubuh-Nya, dipenuhi oleh diri-Nya sendiri, Pencipta dan Pemberi segala sesuatu di segala tempat. Seperti apa kehidupan Saudara dahulu? Dahulu Saudara mati secara rohani karena pelanggaranmu dan dosa-dosamu. Saudara ikut dengan orang banyak dan seperti juga orang yang lain, Saudara penuh dengan dosa, taat kepada Iblis, penguasa kerajaan angkasa, yang sampai sekarang pun masih bekerja dalam hati orang-orang yang tidak taat kepada Allah. Dahulu kita semua sama saja dengan mereka. Hidup kita menunjukkan kejahatan yang bersarang dalam diri kita. Kita melakukan setiap perbuatan jahat yang kita kehendaki atau yang kita pikirkan. Kita dilahirkan dengan naluri jahat dalam diri kita, dan berada di bawah murka Allah seperti orang lain. Tetapi Allah kaya dengan rahmat. Ia sangat mengasihi kita, sehingga walaupun kita mati karena pelanggaran dan dosa kita, Ia menghidupkan kita kembali bersama-sama dengan Kristus. Kita diselamatkan, hanya karena kasih karunia-Nya yang tidak patut kita terima. Ia membangkitkan kita dari kematian dengan Yesus Kristus, dan melalui hubungan dengan Kristus kita telah menerima tempat kemuliaan di surga. Ia ingin menunjukkan untuk selama-lamanya betapa besar rahmat-Nya, kebaikan-Nya, yang telah ditunjukkan-Nya kepada kita melalui Yesus Kristus. Karena kemurahan-Nya, Saudara diselamatkan karena iman kepada Kristus. Keselamatan tidak berasal dari Saudara sendiri, melainkan juga merupakan suatu karunia dari Allah. Keselamatan bukanlah upah perbuatan baik yang kita lakukan, sehingga tidak seorang pun di antara kita dapat menyombongkannya. Kita adalah hasil karya Allah sendiri. Dia telah menciptakan kita lagi melalui Yesus Kristus untuk berbuat baik. Dengan begitu kita memenuhi yang sudah direncanakan-Nya sejak lama. Janganlah lupa bahwa dahulu Saudara orang bukan Yahudi dan disebut “orang yang tidak bersunat” oleh orang Yahudi yang bangga dengan penyunatan mereka, meskipun itu hanya memengaruhi tubuh mereka dan bukan hati mereka. Ingatlah bahwa waktu itu Saudara terpisah dari Kristus. Saudara adalah orang asing yang tidak termasuk Israel. Itulah sebabnya janji-janji yang Allah buat kepada umat-Nya ketika Dia membuat perjanjian-perjanjian-Nya dengan mereka tidak berlaku bagi Saudara. Saudara hidup dalam dunia ini tanpa harapan dan tanpa Allah. Tetapi, sekarang Saudara milik Kristus Yesus, dan sekalipun dahulu jauh dari Allah, sekarang didekatkan kepada-Nya oleh apa yang dilakukan Yesus Kristus dengan darah-Nya bagi Saudara. Sebab Kristus sendirilah jalan kita kepada perdamaian. Ia telah mendamaikan kami, orang Yahudi, dengan Saudara sekalian, yang bukan orang Yahudi, dengan jalan mempersatukan kita dalam satu keluarga, dan dengan demikian merobohkan tembok kebencian yang dahulu memisahkan kita. Dengan kematian-Nya Ia telah membatalkan hukum Yahudi dengan semua perintah dan peraturannya. Melalui Kristus, kita tidak lagi hidup terpisah, tiada orang Yahudi dan orang bukan Yahudi lagi. Sebagai orang Kristen, kita adalah satu. Begitulah cara dia menciptakan kedamaian di antara kita. Karena keduanya diperdamaikan di hadapan Allah dan telah menjadi anggota dari satu tubuh, maka hilanglah kebencian yang satu terhadap yang lain. Demikianlah, permusuhan itu akhirnya disudahi di kayu salib. Dan Ia telah membawa Berita Kesukaan tentang perdamaian ini kepada orang bukan Yahudi, yang dahulu jauh sekali daripada-Nya, dan bangsa Yahudi, yang dekat kepada-Nya. Sekarang kita sekalian, orang Yahudi atau bukan, boleh datang kepada Allah Bapa dengan pertolongan Roh Kudus karena apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita. Sekarang Saudara bukan lagi orang asing di hadapan Allah atau warga asing bagi surga, melainkan anggota keluarga Allah serta warga kerajaan Allah bersama-sama dengan orang Kristen yang lain. Betapa kuat dasar tempat Saudara berpijak, yaitu para rasul dan para nabi; sedangkan yang menjadi batu penjuru bangunan ialah Yesus Kristus sendiri! Melalui Dia semua bagian terhubung dengan kuat dan tumbuh menjadi rumah Tuhan. Karena Saudara milik Kristus, Saudara juga adalah bagian dari rumah tempat Allah hidup melalui Roh-Nya. Saya, Paulus, hamba Kristus, dipenjarakan di sini karena Saudara sekalian—karena memberitakan bahwa orang bukan Yahudi juga merupakan bagian dari rumah Allah. Ini saya katakan untuk menjelaskan kepada Saudara bagaimana saya mengetahui hal-hal ini. Pada zaman dahulu Allah tidak memberitahukan rencana ini kepada umat-Nya, tetapi sekarang Ia telah mengungkapkannya kepada para rasul dan para nabi dengan perantaraan Roh Kudus. Inilah rahasianya: bahwa orang bukan Yahudi bersama dengan orang Yahudi akan mendapat bagiannya yang penuh dari segala harta yang diwariskan kepada anak-anak Allah. Keduanya diajak untuk menjadi anggota jemaat-Nya. Segala janji Allah berupa berkat-berkat yang penuh kuasa melalui Kristus berlaku bagi keduanya, apabila mereka menerima Berita Kesukaan tentang Kristus dan apa yang telah dilakukan-Nya bagi mereka. Allah telah memberi kepada saya hak istimewa untuk memberitakan rencana-Nya kepada setiap orang, dan kuasa Kristus yang bekerja di dalam diri saya memampukannya. Coba bayangkan! Walaupun saya paling hina di antara orang Kristen, dan walaupun tidak pernah melakukan sesuatu yang dapat menjadikan saya layak menerima hak itu, namun sayalah yang dipilih untuk mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang bukan Yahudi. Berita itu mengenai kekayaan yang tidak berkesudahan yang juga tersedia bagi orang bukan Yahudi yang hidup di dalam Kristus. Saya juga dipilih untuk menerangkan kepada setiap orang bahwa Allah adalah juga Juru Selamat orang bukan Yahudi, seperti yang dari dahulu sudah direncanakan secara rahasia oleh Dia yang menciptakan segala sesuatu. Maksud Allah ialah menunjukkan kepada segala penguasa di surga kebijaksanaan-Nya dalam segala macam bentuknya melalui jemaat-Nya, sebagaimana sejak dahulu sudah direncanakan untuk dilakukan-Nya dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan kita. Sekarang karena Kristus dan iman kita kepada-Nya kita dapat datang dengan berani dan percaya diri ke hadirat Allah dalam doa. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali menjadi tawar hati karena perlakuan mereka terhadap saya di sini. Untuk Saudaralah saya menderita dan seharusnya Saudara berbesar hati dan merasa mendapat kehormatan. supaya dari kekayaan-Nya yang penuh kemuliaan dan tidak terbatas itu, Ia akan menguatkan Saudara dengan kuasa Roh Kudus. Saya berdoa kiranya Kristus makin lama makin senang berdiam dalam hati Saudara karena iman Saudara kepada-Nya. Semoga Saudara berakar kuat dalam kasih Allah yang ajaib itu; Segala kemuliaan bagi Allah. Dengan kuasa Kristus yang bekerja di dalam kita, Ia dapat melakukan jauh lebih banyak hal daripada yang berani kita bayangkan—sama sekali melebihi segala doa, keinginan, pikiran, dan pengharapan kita. Kemuliaan bagi Allah di dalam jemaat melalui Yesus Kristus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin. Saya, yang dipenjarakan karena melayani Tuhan, mohon supaya Saudara sekalian hidup dan berkelakuan sebagaimana patutnya bagi orang yang telah dipilih untuk mendapat berkat-berkat yang indah seperti ini. Hendaklah Saudara rendah hati dan lemah lembut. Bersabarlah seorang terhadap yang lain serta tenggang-menenggang dengan kasih. Usahakanlah untuk memelihara kesatuan yang diberikan Roh Allah kepada Saudara. Damai sejahtera-Nya adalah ikatan yang menyatukan Saudara. Kita semua adalah anggota dari satu tubuh, kita mempunyai satu Roh, dan kita semua dipanggil untuk satu masa depan yang penuh dengan kemuliaan. Bagi kita hanya ada satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan kita semua mempunyai satu Allah dan satu Bapa, yang berada di atas kita dan di dalam kita, dan yang hidup melalui tiap anggota tubuh itu. Meskipun begitu, Kristus telah memberikan kepada kita masing-masing kecakapan yang khusus—apa saja yang diinginkan-Nya bagi kita dari perbendaharaan karunia-Nya yang melimpah-limpah. Pemazmur menyinggung hal ini karena ia berkata bahwa “pada waktu Kristus kembali ke surga dengan sorak-sorai sesudah kebangkitan dan kemenangan-Nya terhadap Iblis, Ia membawa banyak tawanan dan Ia membagi-bagikan karunia-Nya kepada manusia.” Perhatikanlah, bahwa Ia dikatakan kembali ke surga. Ini berarti bahwa sebelumnya Ia telah turun dari surga yang tinggi, jauh ke bagian dunia yang paling bawah. Yang turun itu sama dengan yang naik kembali, supaya dengan diri-Nya Ia dapat mengisi segala sesuatu di mana saja, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Beberapa di antara kita diberi kecakapan khusus sebagai rasul, beberapa yang lain diberi-Nya karunia menyampaikan pesan-Nya, beberapa orang mempunyai kecakapan membawa orang kepada Kristus dan menolong mereka memercayai Dia sebagai Juru Selamat, yang lain lagi mempunyai kepandaian untuk memelihara umat Allah seperti seorang gembala memelihara domba-dombanya, menuntun, dan mengajar mereka berjalan pada jalan Allah. Mengapa kita diberi kecakapan-kecakapan khusus untuk melakukan hal-hal tertentu dengan sebaik-baiknya? Supaya umat Allah diperlengkapi untuk dapat bekerja lebih baik bagi-Nya, membangun jemaat-Nya, tubuh Kristus itu, sampai menjadi kuat dan dewasa, sehingga akhirnya kita bersatu di dalam kepercayaan dan pengertian tentang keselamatan kita dan tentang Juru Selamat kita, Anak Allah, dan semuanya menjadi dewasa di dalam Tuhan. Ya, sampai benar-benar mencapai kesempurnaan Kristus. Maka kita tidak lagi seperti anak-anak, yang kepercayaannya selalu berubah karena ada orang yang mengemukakan suatu pendapat lain, atau membohongi kita demikian rupa, sehingga kebohongan itu seakan-akan suatu kebenaran. Mereka tidak lagi menghiraukan mana yang benar dan mana yang salah, dan mereka telah menyerahkan diri kepada jalan yang cemar. Mereka merajalela karena didorong oleh hawa nafsu dan pikiran yang jahat. Tetapi bukan itu yang diajarkan Kristus kepada Saudara! Jika Saudara sungguh-sungguh telah mendengar suara-Nya dan telah belajar dari Dia mengenai kebenaran-kebenaran tentang diri-Nya, maka buanglah sifat lama yang jahat itu. Janganlah ikuti hasrat Saudara yang jahat. Hawa nafsu itu akan menyesatkan Saudara dan membawa ke dalam kebinasaan. Biarlah sikap dan pikiran Saudara diperbarui. Ya, Saudara harus menjadi manusia baru, yang baik dan kudus. Kenakanlah sifat yang baru itu. Hentikanlah kebiasaan saling membohongi. Katakanlah yang benar, karena masing-masing merupakan anggota dari tubuh yang sama, yaitu gereja. Jikalau Saudara marah, janganlah berdosa dengan membiarkan amarah itu menjadi dendam. Jangan membiarkan diri terus dalam keadaan marah sampai matahari terbenam. Atasilah kemarahan itu dengan segera. Sebab, jikalau Saudara marah, Saudara memberi kesempatan kepada Iblis. Jikalau seseorang suka mencuri, ia harus menghentikan perbuatannya itu dan mulai menggunakan tangannya untuk melakukan pekerjaan yang halal, sehingga ia dapat memberi kepada orang yang berkekurangan. Jangan bermulut kotor. Berbicaralah dengan kata-kata yang baik, yang berguna bagi orang yang diajak bicara, dan yang akan mendatangkan berkat bagi mereka. Janganlah mendukakan Roh Kudus dengan cara hidup Saudara. Ingat, Dialah yang telah memeteraikan Saudara sebagai milik-Nya dan menjamin bahwa Saudara akan diselamatkan pada hari penebusan. Hilangkanlah semua rasa sakit hati, amarah, dan segala macam penghinaan. Jangan berteriak satu sama lain, dan fitnah dan kebencian janganlah diberi tempat dalam hidup Saudara. Sebaliknya, hendaklah Saudara bersifat ramah-tamah, berhati lembut, dan saling memaafkan, sama seperti Allah telah mengampuni Saudara, karena Saudara milik Kristus. Dalam segala perbuatan hendaklah Saudara mengikuti teladan Allah sebagaimana seorang anak yang sangat dikasihi mengikuti teladan ayahnya. Kasihilah orang lain dengan mengikuti teladan Kristus yang mengasihi Saudara, dan yang memberikan diri-Nya kepada Allah sebagai suatu kurban yang menghilangkan dosa Saudara. Dan Allah bersenang hati, sebab kasih Kristus kepada Saudara bagaikan wangi-wangian yang harum bagi-Nya. Jangan biarkan dosa percabulan, kecemaran, atau keserakahan berada di antara Saudara sekalian. Janganlah hendaknya ada seorang pun yang dapat menuduh Saudara telah melakukan hal-hal itu. Cerita cabul, perkataan kotor, dan lelucon kasar tidak patut bagi Saudara. Sebaliknya, hendaklah Saudara saling mengingatkan tentang kebaikan Allah dan bersyukur. Saudara dapat yakin akan hal ini: bahwa tidak ada tempat di Kerajaan Kristus dan Allah bagi orang yang tidak bermoral, atau cemar ataupun serakah. Orang yang serakah sebenarnya adalah penyembah berhala, sebab ia mencintai barang-barang dalam hidup ini lebih daripada Tuhan. Jangan mau disesatkan oleh orang yang mencoba mencari dalih untuk dosa-dosa seperti itu, sebab murka Allah yang amat sangat ditimpakan kepada mereka yang melakukannya. Dengan orang-orang semacam itu bergaul pun jangan! Sebab, walaupun dahulu hati Saudara penuh dengan kegelapan, sekarang telah dipenuhi terang dari Tuhan, dan hal ini harus dinyatakan dalam kelakuan Saudara. Karena terang yang berada di dalam Saudara, maka haruslah Saudara melakukan hanya hal-hal yang baik dan yang benar saja. Belajarlah dari pengalaman tentang apa yang menyenangkan Allah. Janganlah turut serta dalam kesenangan yang tak berfaedah dari dunia yang jahat dan gelap, melainkan tegurlah dan ungkapkan kejahatan itu. Sebenarnya, menyebutkan kesenangan gelap yang diperbuat oleh orang-orang yang tidak bertuhan itu sudah memalukan. Tetapi ketika diungkapkan oleh cahaya yang terpancar darinya, semua menjadi terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan menerangi kamu.” Janganlah bertindak sembrono, melainkan carilah dan lakukan apa yang dikehendaki Tuhan dari Saudara. Janganlah bermabuk-mabuk, sebab kebiasaan itu mendatangkan banyak kejahatan. Sebaliknya, hendaklah Saudara dipenuhi Roh Kudus dan dipimpin oleh-Nya. Hendaklah Saudara banyak membicarakan Tuhan, mengutip mazmur serta puji-pujian, dan nyanyian-nyanyian rohani dengan tulus hati. Hendaklah Saudara selalu mengucap syukur kepada Allah dan Bapa kita dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Hormatilah Kristus dengan saling melayani. Para istri, hendaklah Saudara menyerahkan diri kepada pimpinan suami, sebagaimana Saudara menyerahkan diri kepada Tuhan. Sebab seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, sebagaimana Kristus bertanggung jawab atas tubuh-Nya, yaitu jemaat. (Ia mengurbankan hidup-Nya sendiri untuk memelihara jemaat dan menjadi Juru Selamatnya!) Jadi, para istri harus mematuhi suami dengan rela hati dalam segala hal, sebagaimana jemaat mematuhi Kristus. Dan para suami, tunjukkanlah kasih yang sama kepada istri Saudara seperti yang diperlihatkan Kristus kepada jemaat ketika Ia mati baginya, untuk menjadikannya kudus dan bersih, dicuci dengan pembersihan firman Allah; sehingga Ia dapat mempersembahkan jemaat kepada diri-Nya sendiri sebagai jemaat yang mulia tanpa noda, cacat, atau cela, sebab Ia kudus dan tanpa satu kesalahan pun. Begitulah seharusnya seorang suami memperlakukan istrinya, mengasihinya seperti dirinya sendiri. Karena keduanya sekarang menjadi satu, maka seorang laki-laki yang mengasihi istrinya, berbuat baik terhadap dirinya sendiri dan mengasihi dirinya sendiri. (Bahwa suami dan istri itu satu tubuh dibuktikan oleh Kitab Suci yang mengatakan, “Itulah sebabnya seorang laki-laki meninggalkan ibu bapanya dan berhubungan begitu dekat dengan istrinya sehingga keduanya bersatu dengan jiwa dan raga.”) Di balik kata-kata ini tersembunyi rahasia yang dalam. Saya merujuk pernyataan itu kepada Kristus dan jemaat-Nya. Jadi, sekali lagi saya katakan, seorang laki-laki harus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri; dan istri harus menghormati suaminya. Anak-anak, taatilah orang tuamu, karena Allah telah memberi mereka wewenang atas kamu. Hormatilah ibu bapamu. Dari Sepuluh Hukum Allah, inilah yang pertama yang diakhiri dengan janji. Dan inilah janji itu: bahwa jika kamu menghormati ibu bapamu, kamu akan panjang umur, dan hidupmu penuh dengan berkat. Dan sekarang sedikit nasihat kepada para orang tua. Jangan terus-menerus menggusari dan mencari-cari kesalahan anak-anak Saudara, sehingga membuat mereka marah dan jengkel. Tetapi didiklah mereka dengan tata tertib yang penuh kasih dan yang menyukakan hati Allah, dengan saran-saran dan nasihat-nasihat berdasarkan firman Allah. Hamba-hamba, taatilah tuanmu; hendaklah Saudara bekerja sebaik-baiknya bagi mereka. Layanilah mereka seperti halnya Saudara melayani Kristus. Ingatlah, Allah akan mengupahi setiap pekerjaan yang baik, apakah Saudara hamba atau bukan. Sedangkan Saudara yang memiliki hamba-hamba harus memperlakukan mereka dengan adil dan benar, seperti saya menyuruh mereka berlaku benar. Jangan selalu mengancam mereka. Ingatlah, Saudara sendiri hamba Kristus; Saudara dan mereka mempunyai satu Tuan, yang tidak pilih kasih. Akhirnya ingin saya peringatkan bahwa kekuatan Saudara hendaknya datang dari kuasa Tuhan di dalam diri Saudara. Pakailah segala perlengkapan senjata Allah, sehingga Saudara tangguh menghadapi segala tipu muslihat Iblis. Sebab kita tidak berperang melawan manusia, melainkan pribadi-pribadi yang tidak berjasad, penguasa-penguasa dunia yang tidak kelihatan, setan-setan yang berkuasa, dan penghulu-penghulu kegelapan yang memerintah dunia ini; dan melawan roh-roh jahat yang sangat besar jumlahnya. Jadi, pakailah setiap senjata Allah untuk melawan musuh kapan saja ia menyerang, sehingga pada waktu serangan itu berakhir, Saudara tetap tidak terkalahkan. Tetapi, untuk ini Saudara harus mempunyai ikat pinggang kebenaran yang kuat dan baju zirah keadilan Allah. Kenakanlah sepatu yang dapat mempercepat langkah Saudara dalam mengabarkan Berita Kesukaan tentang perdamaian dengan Allah. Dalam setiap pertempuran Saudara memerlukan iman sebagai perisai untuk menahan anak panah yang dengan dahsyatnya ditujukan oleh Iblis kepada Saudara. Di samping itu Saudara memerlukan topi keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah. Berdoalah senantiasa. Mintalah kepada Allah segala sesuatu yang sejalan dengan kehendak Roh Kudus. Mohonlah kepada-Nya, ingatkan Dia akan kebutuhan Saudara, dan berdoalah dengan sungguh-sungguh bagi orang-orang Kristen di mana pun juga. Berdoalah bagi saya dan mintalah agar Allah memberi saya kata-kata yang tepat, supaya saya dengan berani dapat memberitakan pesan penyelamatan yang telah dinyatakan Allah kepada kita. Bahkan sekarang dalam penjara saya adalah duta Allah. Berdoalah agar saya memberitakan firman-Nya dengan berani, sebagaimana yang patut saya lakukan. Tikhikus, seorang saudara yang saya kasihi dan seorang pekerja Tuhan yang setia, akan memberitahukan keadaan saya kepada Saudara sekalian. Saya mengutusnya secara khusus dengan maksud supaya ia menjenguk, memberi semangat, serta menghibur Saudara. Saudara sekalian yang saya kasihi dalam Kristus, semoga Allah mengaruniakan damai dan kasih kepada Saudara, dengan iman dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga karunia Allah tetap abadi di atas semua yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Dari: Paulus dan Timotius, hamba-hamba Yesus Kristus. Kepada: Semua orang Kristen di Kota Filipi serta para pemimpin jemaat dan diakon jemaat. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Setiap kali saya teringat kepada Saudara, saya bersyukur kepada Allah! Pada waktu saya berdoa untuk Saudara, hati saya penuh dengan sukacita, karena segala bantuan yang Saudara berikan dalam mengabarkan Berita Kesukaan tentang Kristus, sejak pertama kali Saudara mendengarnya sampai saat ini. Saya yakin bahwa Allah, yang telah memulai pekerjaan yang baik di dalam Saudara, akan terus menolong Saudara tumbuh di dalam kasih karunia-Nya, sampai pekerjaan-Nya itu selesai pada hari Yesus Kristus datang lagi. Sudah sewajarnyalah saya mempunyai perasaan seperti ini terhadap Saudara, karena Saudara mempunyai tempat yang istimewa di dalam hati saya. Kita bersama-sama telah menikmati berkat-berkat Allah, baik pada waktu saya di penjara maupun pada waktu saya bebas, dengan mempertahankan kebenaran dan bersaksi kepada orang-orang lain tentang Kristus. Hanya Allahlah yang mengetahui betapa saya merindukan Saudara dengan kasih Yesus Kristus. Doa saya untuk Saudara ialah semoga kasih Saudara makin bertambah dan semoga Saudara tumbuh terus dalam pengetahuan dan pengertian rohani. Dengan demikian, Saudara akan tahu cara membuat keputusan yang betul dan pada hari Kristus akan menghakimi Saudara, Saudara akan berhati suci dan tidak seorang pun dapat mencela Saudara. Saudara akan kaya dalam perbuatan baik, yang dilakukan oleh Yesus Kristus melalui diri Saudara. Hal ini mendatangkan banyak pujian dan kemuliaan bagi Allah. Saya ingin supaya Saudara sekalian mengetahui hal ini: segala sesuatu yang saya alami di sini menjadi dorongan besar bagi penyebaran Berita Kesukaan tentang Kristus, sebab setiap orang di sini, termasuk para serdadu di asrama, mengetahui bahwa saya dibelenggu semata-mata karena saya orang Kristen. Lagipula, karena saya dipenjarakan, banyak orang Kristen di sini rupanya tidak lagi takut dibelenggu! Bagaimanapun juga, kesabaran saya telah membangkitkan semangat mereka; dan mereka menjadi makin berani dalam memberitakan Kristus kepada orang lain. Tentu saja ada beberapa di antara mereka yang berkhotbah tentang Berita Kesukaan itu sebab dengki kepada saya. Mereka ingin dikenal sebagai pengkhotbah yang berani. Tetapi yang lain mempunyai maksud-maksud baik. Tetapi apa pun alasan mereka, kenyataannya ialah Berita Kesukaan tentang Kristus tetap dikabarkan dan saya merasa senang. Karena saya tahu, bahwa berkat doa Saudara untuk saya dan Yesus Kristus yang mendampingi saya melalui Roh-Nya semua ini akhirnya akan menghasilkan pembebasan saya. Karena hasrat dan harapan hidup saya ialah agar saya tidak melakukan sesuatu yang akan mendatangkan aib, tetapi agar sementara saya mengalami berbagai cobaan di penjara ini, saya selalu siap sedia mempertahankan Kristus dengan berani seperti yang saya lakukan dahulu; dan agar saya selalu mendatangkan kemuliaan bagi Kristus, entah saya hidup entah saya mati. Sebab bagi saya, hidup berarti kesempatan melayani Kristus, dan mati—ya, berarti lebih baik lagi. Tetapi, apabila hidup akan memberi lebih banyak kesempatan untuk membimbing orang kepada Kristus, maka sesungguhnya saya tidak tahu lagi manakah yang lebih baik, hidup atau mati. Kadang-kadang saya ingin hidup dan kadang-kadang pula saya ingin mati, sebab saya rindu untuk pergi dan berada bersama dengan Kristus. Betapa lebih bahagia saya di sana daripada di sini! Tetapi nyatanya dengan tinggal di sini saya dapat lebih banyak menolong Saudara. Ya, saya masih dibutuhkan di sini dan karena itu saya yakin, bahwa saya masih akan tinggal di dunia ini untuk menolong Saudara agar tumbuh serta bersukacita di dalam iman. Kalau saya dipanjangkan umur dan dapat mengunjungi Saudara lagi, Saudara akan bersukacita dan memuliakan Kristus Yesus, karena Ia menjaga keselamatan saya. Apa pun yang terjadi dengan saya, hendaknya Saudara selalu hidup sebagaimana layaknya orang Kristen, sehingga apakah saya berjumpa lagi dengan Saudara atau tidak, saya senantiasa akan mendapat laporan yang baik, bahwa Saudara sekalian bersatu dengan satu tujuan yang kuat, yaitu mengabarkan Berita Kesukaan tanpa mengenal takut, apa pun yang akan dilakukan musuh Saudara. Mereka akan melihat bahwa inilah tanda kegagalan mereka, tetapi bagi Saudara akan merupakan tanda yang nyata dari Allah, bahwa Ia menyertai Saudara dan telah memberi hidup kekal kepada Saudara. Karena Saudara telah diberi kesempatan, bukan saja untuk beriman kepada-Nya, melainkan juga untuk menderita bagi-Nya. Kita bersama-sama dalam perjuangan ini. Saudara telah melihat saya menderita bagi Dia pada waktu-waktu yang lalu; dan Saudara tahu, bahwa sekarang pun saya masih dalam pergumulan yang berat. Apakah benar bahwa orang Kristen saling menghibur? Apakah Saudara saling menghibur dengan cinta-Nya? Apakah persaudaraan kita di dalam Tuhan dan Roh yang sama kita miliki, mempunyai arti bagi Saudara? Apakah Saudara berhati lembut dan menaruh belas kasihan? Jika demikian halnya, senangkanlah hati saya dengan saling mengasihi dan hidup rukun serta bekerja sama dengan satu hati, satu pikiran, dan satu tujuan. Jangan mementingkan diri sendiri; jangan hidup sekadar untuk memberi kesan baik kepada orang lain. Hendaklah rendah hati dengan menganggap orang lain lebih baik daripada Saudara sendiri. Jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi perhatikanlah juga kepentingan orang lain. Hendaklah Saudara bersikap seperti Yesus Kristus, yang tidak menuntut dan tidak tetap berpegang kepada hak-hak-Nya sebagai Allah, meskipun sebenarnya Dia Allah. Ia mengesampingkan kuasa serta kemuliaan-Nya dan mengambil kedudukan rendah seorang budak dan dilahirkan sebagai manusia. Ia lebih merendahkan diri-Nya lagi, bahkan sampai mati di kayu salib seperti seorang penjahat. Tetapi, karena inilah Allah meninggikan Dia sampai ke surga dan memberikan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dengan mendengar nama Yesus Kristus segala lutut akan bertelut, baik yang ada di langit, yang ada di atas bumi, maupun yang ada di bawah bumi, dan segala lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa. Saudara sekalian yang saya kasihi, ketika saya berada bersama dengan Saudara, Saudara selalu berusaha menaati petunjuk-petunjuk saya. Sekarang pada waktu saya jauh, Saudara harus lebih banyak berusaha untuk mengerjakan hal-hal yang baik sebagai buah-buah keselamatan, menaati Allah dengan penuh hormat serta takut akan Dia. Sebab Allah bekerja di dalam Saudara dan menolong Saudara agar berkeinginan untuk menaati Dia serta melaksanakan kehendak-Nya. Apa pun yang Saudara lakukan, janganlah mengeluh dan berbantah-bantah. Dengan demikian, tidak seorang pun dapat menyalahkan Saudara. Jika Saudara memberikan teladan hidup sebagai anak-anak Allah di dalam dunia jahat dan gelap ini, Saudara akan bersinar seperti bintang di langit malam di antara sesama manusia. Berpegang teguh pada firman kehidupan, supaya pada waktu Kristus kembali, saya akan bangga bahwa pekerjaan saya di antara Saudara tidak sia-sia. Dan bahkan seandainya saya harus mati dan darah saya akan dicurahkan ke atas iman Saudara, sebagai kurban persembahan kepada Allah, saya akan senang dan akan bersukacita bersama dengan Saudara. Demikian juga Saudara harus bersukacita bersama dengan saya atas kehormatan yang saya peroleh untuk mati bagi Saudara sekalian. Jika Tuhan menghendaki, saya mempunyai rencana untuk segera mengutus Timotius, sehingga bila ia kembali, ia dapat menyenangkan saya dengan berita tentang keadaan Saudara sekalian. Tidak ada orang lain yang menaruh perhatian begitu besar kepada Saudara seperti halnya Timotius. Orang-orang lain tampaknya sibuk dengan rencananya sendiri, bukan dengan rencana-rencana Yesus Kristus. Tetapi Saudara mengenal Timotius. Dalam hal membantu saya memberitakan Injil, ia seperti anak bagi saya. Segera setelah saya mengetahui apa jadinya dengan saya di sini, saya harap dapat mengutus dia kepada Saudara. Saya percaya, bahwa dengan kehendak Tuhan, tidak lama lagi saya sendiri akan datang menemui Saudara. Sementara itu, saya kira saya harus menyuruh Epafroditus kembali kepada Saudara. Dia telah Saudara utus kepada saya pada saat-saat saya membutuhkan pertolongan dan kami telah bekerja serta berjuang bersama-sama seolah-olah dua bersaudara. Sekarang saya menyuruh dia pulang, sebab ia rindu kepada Saudara dan merasa risau, sebab Saudara mendengar berita bahwa ia sakit. Dia memang sakit, sehingga hampir saja ia menemui ajalnya. Tetapi Allah mengasihani dia dan saya, serta tidak membiarkan kedukaan seperti itu menambah segala penderitaan saya. Oleh karena itu, saya ingin sekali menyuruh dia kembali kepada Saudara, sebab saya tahu Saudara akan sangat bersyukur dapat melihat dia lagi. Hal itu akan menyukakan hati saya dan meringankan segala beban pikiran saya. Sambutlah dia di dalam Tuhan dengan sukacita, dan hargailah dia. Sebab ia mempertaruhkan hidupnya bagi pekerjaan Kristus dan nyaris mati ketika berusaha mengerjakan untuk saya hal-hal yang tidak dapat Saudara kerjakan karena jauh dari saya. Apa pun yang terjadi, Sahabat-sahabat yang saya kasihi, bersukacitalah di dalam Tuhan. Saya tidak jemu-jemu memberitahukan hal ini kepada Saudara dan ada baiknya kalau Saudara mendengarnya berkali-kali. Waspadalah terhadap anjing-anjing jahat, para guru palsu ini yang mengatakan bahwa untuk diselamatkan Saudara harus dikhitan. Kitalah yang memiliki khitan sejati: kita yang dibimbing oleh Roh Allah. Dia memungkinkan kita untuk melayani Allah dengan cara yang benar. Kita orang Kristen bangga menjadi milik Yesus Kristus dan tidak mengandalkan apa yang dapat kita lakukan sendiri. Meskipun begitu, seandainya ada orang yang mempunyai alasan untuk membanggakan hal-hal ini, sayalah orangnya. Memang, jika orang lain memiliki alasan untuk percaya diri dalam upaya mereka sendiri, pastilah saya memiliki lebih banyak lagi! Sebab saya dikhitan pada waktu saya berumur delapan hari, berdarah Yahudi, dari suku Benyamin. Jadi, saya boleh dikatakan orang Yahudi tulen! Lebih-lebih lagi, saya orang Farisi yang sangat taat kepada setiap hukum dan adat istiadat Yahudi. Dan tentang ketulusan? Ya, saya demikian tulusnya, sehingga saya menganiaya sidang jemaat. Saya berusaha menaati setiap peraturan dan adat istiadat Yahudi sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya. Tetapi semua yang dahulu saya junjung tinggi, sekarang sudah saya buang supaya dapat memercayakan diri dan berharap hanya kepada Kristus saja. Ya, segala sesuatu yang lain tidak berharga, bila dibandingkan dengan besarnya keuntungan yang saya peroleh dari pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan saya. Saya telah mengesampingkan segala sesuatu yang lain dan menganggapnya sampah, supaya saya dapat memiliki Kristus serta menjadi satu dengan Dia. Saya tidak lagi menggantungkan keselamatan saya pada perbuatan baik atau ketaatan kepada hukum Allah, melainkan kepada kepercayaan bahwa Kristus menyelamatkan saya, sebab Allah membenarkan kita di hadapan hadirat-Nya atas dasar iman kita, yaitu berharap hanya kepada Kristus saja. Sekarang saya telah melepaskan semua hal lain. Saya ingin mengenal Kristus semakin baik: saya ingin mengalami kuasa yang menghidupkan-Nya kembali, tetapi saya mau membagikan penderitaan-Nya juga dan menyerahkan hidup saya sepenuhnya untuk Allah, sama seperti yang Yesus lakukan. Dengan begitu saya berharap bahwa saya akan mengalami hidup baru yang dinikmati oleh mereka yang dibangkitkan dari antara orang mati. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa saya telah mencapai tujuan ini atau bahwa saya sudah sempurna. Tetapi saya terus berusaha untuk memiliki kesempurnaan itu karena saya dimiliki Kristus Yesus. Saudara-saudara, saya belum lagi menjadi seperti yang diharapkan, tetapi saya mencurahkan segenap tenaga saya untuk satu perkara ini, yaitu dengan melupakan yang telah lalu dan mengharapkan yang akan datang, saya berusaha mencapai akhir perlombaan untuk menerima pahala yang telah disediakan Allah bagi kita di surga, karena apa yang dilakukan Kristus bagi kita. Saya harap semua orang Kristen dewasa sependapat dengan saya dalam hal-hal ini, dan apabila ada beberapa hal yang tidak Saudara setujui, saya percaya bahwa Allah akan menjelaskannya kepada Saudara, jikalau Saudara berpegang teguh pada kebenaran yang telah Saudara miliki. Saudara sekalian yang saya kasihi, tirulah pola hidup saya dan perhatikanlah siapa-siapa lagi yang hidup menurut teladan saya. Sebab telah sering saya katakan sebelumnya, dan sekarang dengan bercucuran air mata saya ulangi, bahwa ada banyak orang yang menamakan diri Kristen, tetapi melalui kehidupan mereka diperlihatkan bahwa mereka sebenarnya memusuhi salib Kristus. Hari depan mereka ialah kebinasaan kekal, sebab mereka bertuhankan hawa nafsu, dan mereka membanggakan hal-hal yang sebenarnya mengaibkan mereka. Yang mereka pikirkan hanyalah kehidupan di dunia ini. Padahal tanah air kita ialah surga, yaitu bersama dengan Juru Selamat kita, Tuhan Yesus Kristus; dan kita menantikan Dia kembali dari sana. Bila Ia datang lagi, Ia akan mengubah tubuh jasmani kita yang fana ini menjadi tubuh yang mulia seperti tubuh-Nya sendiri, dengan memakai kuasa yang sama, yang akan dipergunakan-Nya untuk menaklukkan segala sesuatu di mana pun juga. Saudara-saudara seiman yang saya kasihi, saya rindu kepada Saudara sekalian, sebab Saudaralah kegembiraan saya dan pahala pekerjaan saya. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, tetaplah setia kepada Tuhan. Dan sekarang kepada Euodia dan Sintikhe saya mohon supaya, sebagai orang-orang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, sehati sepikiran. Berbaiklah kembali! Saya minta kepada Saudara, teman sekerjaku yang sejati, untuk menolong wanita-wanita ini, sebab mereka bekerja sama dengan saya bahu-membahu dalam mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang lain; dan mereka juga bekerja dengan rekan-rekan saya yang namanya tercantum dalam Kitab Kehidupan. Bersukacitalah selalu di dalam Tuhan. Sekali lagi saya katakan: Bersukacitalah! Biarlah semua orang melihat bahwa apa pun yang Saudara lakukan, Saudara tidak mementingkan diri sendiri. Ingatlah, Tuhan akan segera datang. Janganlah khawatir akan suatu apa pun, melainkan bawalah segala sesuatu dalam doa. Sampaikan kebutuhan Saudara kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Bila Saudara melakukan hal-hal ini, Saudara akan mengalami damai Allah yang jauh melebihi pengertian akal manusia. Damai-Nya akan menjadikan pikiran dan hati Saudara tenang dan tenteram, sementara Saudara memercayakan diri kepada Kristus Yesus. Saudara sekalian yang saya kasihi, pada akhir surat ini saya ingin mengatakan satu hal lagi. Arahkanlah pikiran Saudara kepada hal-hal yang benar, yang terhormat dan yang adil. Renungkanlah semua yang murni dan indah, serta apa yang dianggap kebaikan dan yang layak dipuji. Amalkanlah apa yang telah Saudara dengar dan terima dari saya. Ikuti yang telah saya ajarkan dan hiduplah sesuai dengan teladan saya. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai Saudara. Betapa besar rasa syukur dan pujian saya kepada Tuhan karena Saudara menolong saya lagi. Saya tahu sejak dulu Saudara ingin sekali mengirimkan sesuatu untuk saya, tetapi Saudara tidak mendapat kesempatan. Saya mengatakan ini bukan karena saya dalam kekurangan, sebab saya telah belajar tetap bersukacita, baik saya memiliki banyak maupun sedikit. Saya dapat hidup seadanya. Saya telah mempelajari rahasia untuk merasa puas dalam segala keadaan, baik kenyang atau lapar, baik berkelebihan atau berkekurangan; sebab saya dapat melakukan segala kehendak Allah dengan pertolongan Kristus, yang memberi saya kekuatan dan kuasa. Namun, Saudara telah melakukan hal yang baik dengan menolong saya dalam kesukaran saya sekarang ini. Seperti Saudara maklum, ketika pertama kali saya memberitakan Injil kepada Saudara, lalu meninggalkan Makedonia serta meneruskan perjalanan saya, hanya Saudara di Filipi yang menjadi sekutu saya dalam hal memberi dan hal menerima. Tidak ada jemaat lain yang berbuat demikian. Bahkan ketika saya berada di Tesalonika, Saudara mengirimkan bantuan dua kali. Tetapi, meskipun saya menghargai pemberian itu, yang paling menyukakan hati saya ialah pahala yang akan Saudara terima atas kebaikan itu. Pada waktu ini saya mempunyai semua yang saya butuhkan, bahkan lebih! Secara berkelimpahan, saya menerima pemberian Saudara melalui Epafroditus. Pemberian itu merupakan suatu persembahan harum yang sangat menyenangkan hati Allah. Tuhan Yang Mahakaya dan Mahamulia akan memenuhi segala kebutuhan Saudara, karena yang telah dilakukan Kristus Yesus bagi kita. Segala kemuliaan bagi Allah dan Bapa kita untuk selama-lamanya. Amin. Salam saya kepada semua orang Kristen di sana; saudara-saudara seiman yang berada bersama dengan saya juga mengirimkan salam. Terima jugalah salam dari semua orang Kristen di sini, terutama mereka yang bekerja di istana Kaisar. Semoga karunia Tuhan, Yesus Kristus, menyertai Saudara. Dari: Paulus, yang dipilih oleh Allah menjadi utusan Yesus Kristus dan dari saudara kita, Timotius. Kepada: Saudara-saudara Kristen yang setia, umat Allah di Kota Kolose. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita. Bilamana kami berdoa bagi Saudara, kami selalu mulai dengan mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, sebab kami telah mendengar tentang iman Saudara yang teguh kepada Yesus Kristus dan tentang kasih Saudara kepada umat Allah yang lain. Saudara berharap akan kebahagiaan surgawi sejak Injil pertama kali diberitakan kepada Saudara. Berita Kesukaan yang telah Saudara dengar itu sedang menyebar ke seluruh dunia. Di mana-mana berita itu mengubah kehidupan orang, seperti yang terjadi pada Saudara ketika Saudara mendengar berita itu untuk pertama kali serta benar-benar mendapat pengertian betapa besar kebaikan Allah kepada orang-orang berdosa. Yang membawa Berita Kesukaan ini kepada Saudara ialah Epafras, rekan sekerja yang sangat kami kasihi. Ia adalah hamba Yesus Kristus. Ia berada di sini mewakili Saudara sekalian untuk menolong kami dalam pelayanan. Dan dia jugalah yang menceritakan kepada kami betapa besar kasih Saudara kepada orang lain, yaitu kasih pemberian Roh Kudus. Sejak pertama kali kami mendengar tentang Saudara, kami terus-menerus berdoa dan mohon kepada Allah supaya menolong Saudara mengerti kehendak-Nya dan supaya menjadikan Saudara bijaksana dalam hal-hal rohani. Dengan demikian cara hidup Saudara selalu menyukakan hati Tuhan serta memuliakan Dia. Hidup Saudara akan menghasilkan buah bagi Allah dengan berbuat baik dalam banyak hal dan Saudara terus belajar mengenal Allah lebih baik lagi. Kami juga berdoa supaya Saudara dipenuhi dengan kuasa-Nya yang mulia, sehingga dapat terus maju apa pun yang terjadi, selalu dipenuhi sukacita dari Tuhan, dan selalu mengucap syukur kepada Bapa, yang telah menjadikan kita layak mendapat bagian dari segala hal indah yang dimiliki oleh mereka yang hidup dalam kerajaan terang. Ia telah membebaskan kita dari kegelapan kerajaan Iblis serta membawa kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang dikasihi-Nya, yang telah menebus kita dengan darah-Nya dan mengampunkan segala dosa kita. Kristus adalah gambar yang terlihat dari Allah yang tidak kelihatan. Ia sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan dan yang tertinggi atas semua ciptaan. Kristus sendiri adalah Pencipta, yang menjadikan segala sesuatu di langit dan di bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan; dunia roh dengan raja-raja dan kerajaannya, dengan penguasa-penguasa dan pemerintah-pemerintahnya. Semuanya dijadikan oleh Kristus bagi diri-Nya dan bagi kemuliaan-Nya. Ia sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan dan kuasa-Nya mengatur segala sesuatu. Ia adalah Kepala umat-Nya yang adalah tubuh-Nya. Ia adalah sumber dari semua kehidupan dan yang pertama bangkit dari kematian ke kehidupan abadi. Jadi, dalam segala hal Dialah yang pertama, karena Allah ingin agar seluruh diri-Nya ada di dalam Anak-Nya. Karena melalui apa yang dilakukan Anak-Nya, Allah telah menyediakan jalan agar segala sesuatu dapat datang kepada-Nya, segala sesuatu yang di surga dan yang di bumi, karena darah Kristus yang mati di atas salib telah mendamaikan segala sesuatu dengan Allah. Saudara juga termasuk, sebab dahulu Saudara jauh dari Allah. Dahulu Saudara musuh-Nya, membenci Dia serta terpisah dari Dia oleh pikiran dan perbuatan jahat, tetapi sekarang Ia telah memulihkan Saudara sebagai sahabat-Nya. Semua ini dikerjakan-Nya melalui kematian jasmani Kristus sendiri di atas salib dengan tujuan membawa Saudara ke hadirat Allah, dan memungkinkan Saudara berdiri di hadapan-Nya tanpa cela, tanpa sesuatu yang dapat menyebabkan Saudara ditegur Allah. Satu-satunya syarat ialah bahwa Saudara harus memercayai Kebenaran serta memegangnya dengan teguh, kuat di dalam Tuhan, yakin akan Berita Kesukaan bahwa Yesus mati untuk Saudara, dan tidak pernah ragu-ragu bahwa Ia menyelamatkan Saudara. Inilah Berita Kesukaan yang datang kepada Saudara masing-masing dan yang sekarang tersebar luas ke seluruh dunia. Saya, Paulus, diambil Allah dalam pelayanan-Nya untuk menyatakan Berita itu. Apa pun yang harus saya derita demi Saudara sekalian, saya senang tentang itu. Ukuran penderitaan yang harus saya hadapi untuk Kristus belum penuh. Dan saya menderita untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Allah telah mengutus saya untuk membantu jemaat-Nya dan untuk menyampaikan rencana-Nya kepada Saudara-saudara yang bukan bangsa Yahudi. Ke mana pun kami pergi, kami memberitakan Yesus Kristus kepada siapa saja, menasihati serta mengajar mereka dengan semua kebijaksanaan yang diberikan kepada kami. Kami ingin membawa tiap-tiap orang kepada Allah sebagai orang yang matang secara rohani dalam hubungan mereka masing-masing dengan Kristus. Inilah tugas saya dan saya dapat melakukannya, semata-mata karena kuasa Kristus yang bekerja di dalam diri saya. Saya ingin Saudara mengetahui betapa saya bergumul dalam doa untuk Saudara sekalian dan untuk jemaat di Laodikia, dan untuk banyak sahabat lain yang belum pernah mengenal saya secara pribadi. Inilah yang telah saya minta kepada Allah untuk Saudara: supaya Saudara diteguhkan dan dijalin bersama oleh tali kasih yang kuat, dan mendapat pengalaman yang indah dalam pengenalan akan Kristus dengan keyakinan serta pengertian yang sungguh. Karena rencana Allah yang dirahasiakan, yang baru sekarang dimaklumkan itu, adalah Kristus sendiri. Di dalam Dia tersimpan segala kebijaksanaan dan pengetahuan yang belum tergali. Ini saya katakan karena takut kalau-kalau Saudara ditipu orang dengan kata-kata manis. Karena, walaupun Saudara jauh di mata, tetapi dekat di hati. Saya senang melihat betapa disiplinnya Saudara dan atas iman Saudara yang kuat di dalam Kristus. Saudara telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan Saudara; sekarang terus hiduplah dalam persekutuan dengan Dia. Hendaklah Saudara berakar di dalam Dia dan memperoleh kekuatan dari Dia. Berusahalah agar terus-menerus tumbuh di dalam Tuhan, dan menjadi kuat serta bersemangat dalam kebenaran yang telah diajarkan kepada Saudara. Semoga hidup Saudara berlimpah-limpah dengan sukacita dan rasa syukur atas segala yang telah dilakukan-Nya. Jangan biarkan orang lain merusak iman dan sukacita Saudara dengan filsafat dan ajaran salah dan dangkal yang berdasarkan pikiran dan gagasan manusia, yang bukan berdasarkan pengajaran Kristus. Karena di dalam Kristus Allah hidup dalam segala kepenuhan-Nya di dalam tubuh manusia. Jadi, Saudara memiliki segala-galanya apabila Saudara memiliki Kristus. Saudara dipenuhi Allah melalui persatuan dengan Kristus. Dialah Penguasa Tertinggi yang mengatasi segala penguasa lain. Ketika Saudara datang kepada Kristus, Saudara “dikhitan,” tetapi tidak dengan prosedur badani. Kristus telah melakukan khitan rohani—memotong keinginan-keinginan dosa Saudara. Maksud saya dalam baptisan, sifat lama Saudara yang jahat itu mati dan dikubur bersama dengan Dia. Kemudian Saudara bangkit dari kematian ke dalam hidup baru, karena Saudara percaya akan kuasa firman Allah yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Dahulu Saudara mati secara rohani karena pelanggaranmu dan tidak bersunat secara lahiriah. Kemudian Saudara dihidupkan kembali bersama-sama dengan Kristus, sebab Allah mengampunkan segala dosa Saudara. Ia mencoret semua bukti pelanggaran Saudara, yaitu daftar perintah-perintah-Nya yang tidak Saudara taati. Ia mengambil daftar dosa itu dan memusnahkannya dengan memakukannya pada salib Kristus. Dengan demikian para penguasa gelap dilucuti. Mereka dipermalukan dalam ketidakberdayaan mereka di depan seluruh dunia ketika Kristus menang atas mereka di kayu salib. Oleh karena itu, jangan hiraukan orang yang mencela Saudara untuk apa yang Saudara makan atau minum, atau apa yang Saudara lakukan pada hari-hari raya tertentu, hari Bulan Baru atau pada hari Sabat. Semua itu bersifat sementara serta akan dihapus pada waktu Kristus datang, dan hanyalah merupakan bayangan dari yang sesungguhnya, yaitu Kristus sendiri. Jangan biarkan diri dinyatakan sesat oleh siapa pun yang bersikeras pura-pura menyangkal diri dan yang menyembah malaikat, dan menunjuk pada penglihatan tentang hal-hal ini yang telah mereka dapat. Pikiran mereka yang berdosa telah membuat mereka bangga tanpa alasan. Tetapi mereka tidak dihubungkan dengan Kristus, yaitu Kepala bagi kita yang menjadi tubuh-Nya. Kita disatukan oleh otot-otot-Nya yang kuat dan kita dapat tumbuh, hanya apabila mendapat makanan serta kekuatan dari Allah. Saudara sudah mati bersama Kristus dan telah dibebaskan dari penguasa rohani dunia ini. Jadi, mengapa Saudara terus mengikuti peraturan dunia, seperti misalnya tidak boleh memakan, mencicipi ataupun menyentuh makanan tertentu? Peraturan seperti itu hanyalah ajaran manusia, sebab makanan dimaksudkan untuk dimakan dan dihabiskan. Peraturan semacam itu mungkin kelihatannya baik, karena memerlukan keteguhan, penyangkalan diri, serta disiplin tubuh, tetapi sama sekali tidak dapat menaklukkan pikiran dan keinginan jahat dalam diri seseorang. Karena Saudara dibangkitkan bersama Kristus dari antara orang mati, maka sekarang arahkanlah pandangan Saudara kepada harta kekayaan dan sukacita di surga, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah, di tempat kemuliaan dan kekuasaan. Saudara, arahkanlah pikiran pada surga; jangan pada hal-hal di dunia. Keinginan Saudara akan hal-hal dunia seharusnya sudah padam seperti halnya orang yang sudah mati. Hidup Saudara yang sebenarnya ialah di surga bersama-sama dengan Kristus dan Allah. Dan bilamana Kristus, yaitu hidup kita yang sesungguhnya, datang lagi, maka Saudara akan bersinar bersama dengan Dia serta mengambil bagian dalam segala kemuliaan-Nya. Karena itu, buanglah segala hal yang duniawi dan penuh dosa. Matikanlah segala keinginan jahat yang tersembunyi di dalam diri Saudara. Janganlah melakukan dosa percabulan, kecemaran, hawa nafsu, dan keinginan-keinginan yang memalukan. Janganlah memuja barang-barang yang mewah dalam hidup ini, karena itu berarti penyembahan berhala. Murka Allah menimpa mereka yang melakukan hal-hal seperti itu. Dahulu Saudara melakukan hal-hal tersebut pada waktu hidup Saudara masih merupakan bagian dunia ini. Tetapi sekarang sudah waktunya Saudara menanggalkan dan membuang jauh-jauh segala kemarahan, kebencian, sumpah serapah, dan kata-kata kotor. Janganlah saling mendustai. Hidup Saudara yang lama dengan segala kejahatannya melakukan hal-hal semacam itu, tetapi sekarang hidup yang lama itu sudah mati dan lenyap. Saudara menjalani hidup yang sama sekali baru; Saudara makin banyak belajar tentang kebenaran, serta terus berusaha supaya makin seperti Kristus, yang menciptakan hidup baru ini dalam diri Saudara. Dalam hidup baru ini tidak penting apakah orang Yunani atau orang Yahudi, orang dikhitan atau tidak, apakah seseorang tak berpendidikan atau bahkan biadab, budak, atau bebas. Hal-hal semacam itu tidak berarti apa-apa; yang penting ialah apakah orang itu memiliki Kristus, yang hidup dalam semua. Karena Saudara telah dipilih Allah, yang memberi hidup baru itu, dan karena kasih dan perhatian-Nya yang mendalam pada Saudara, maka Saudara harus bersikap ramah, kasih, dan lemah lembut kepada orang lain. Bersedialah menanggung penderitaan dengan tenang dan sabar. Hendaklah Saudara lemah lembut dan bersedia memaafkan; janganlah menaruh dendam. Ingatlah, Tuhan telah mengampuni Saudara, maka hendaklah Saudara mengampuni orang lain. Terutama sekali, jadikanlah kasih sebagai penuntun hidup Saudara, sebab dengan demikian seluruh jemaat akan bersatu dalam keselarasan yang sempurna. Usahakanlah agar kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati Saudara, karena inilah tanggung jawab dan hak Saudara sebagai anggota tubuh-Nya. Dan bersyukurlah senantiasa. Ingatlah akan apa yang diajarkan oleh Kristus dan biarlah kekayaan perkataan-Nya memenuhi hidup Saudara. Ajarkanlah hal-hal itu kepada orang lain dan nyanyikanlah dalam mazmur, puji-pujian, dan nyanyian-nyanyian rohani; nyanyikanlah bagi Tuhan dengan hati yang penuh syukur. Hendaklah segala ucapan dan perbuatan Saudara dilakukan di dalam nama Tuhan Yesus, dan selalu mengucap syukur kepada Allah Bapa melalui-Nya. Para istri, hendaklah Saudara menaklukkan diri kepada suami masing-masing, karena itulah yang telah direncanakan Allah bagi Saudara. Dan para suami, hendaklah Saudara mengasihi istri dan bersikap baik kepadanya serta janganlah berlaku kasar terhadap dia. Anak-Anak, taatilah orang tuamu, karena hal itu menyukakan hati Tuhan. Para bapak, janganlah menegur anak-anak Saudara terlampau keras, sehingga mereka menjadi tawar hati dan patah semangat. Para hamba, hendaklah Saudara selalu patuh kepada tuan Saudara. Jangan hanya berusaha menyenangkan mereka bila mereka sedang mengawasi, melainkan setiap saat. Patuhilah mereka dengan senang hati karena kasih Saudara kepada Tuhan dan karena Saudara ingin menyenangkan hati-Nya. Kerjakanlah segala tugas Saudara dengan sungguh-sungguh dan dengan senang hati, seakan-akan Saudara sedang bekerja untuk Tuhan dan bukan hanya untuk tuan Saudara. Ingat bahwa yang akan mengupahi Saudara ialah Tuhan Yesus Kristus, yang akan memberi bagian Saudara sepenuhnya dari segala yang dimiliki-Nya. Bagi Dialah sesungguhnya Saudara bekerja. Tetapi jika Saudara berbuat salah, Saudara akan menanggung akibat dari kesalahan yang telah Saudara lakukan, tanpa terkecuali. Allah adalah hakim yang tidak memihak. Saudara-saudara yang mempunyai hamba, hendaklah berlaku jujur dan adil terhadap mereka. Ingatlah selalu bahwa Saudara juga mempunyai seorang Tuan surgawi, yang mengawasi Saudara dengan cermat. Jangan bosan berdoa dan jangan lupa mengucap syukur kepada Allah. Juga jangan lupa mendoakan kami, supaya Allah memberi kami banyak kesempatan mengabarkan pesan keselamatan yang dinyatakan dalam Berita Kesukaan mengenai Kristus. Karena mengabarkan Berita itulah saya dipenjarakan di sini. Doakan supaya saya berani mengabarkan berita itu secara terbuka dan lengkap, dan menerangkannya sebagaimana mestinya. Pergunakanlah sebaik-baiknya setiap kesempatan mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang lain. Berlakulah bijaksana dalam hubungan Saudara dengan mereka. Hendaklah percakapan Saudara sopan dan dibumbui dengan kebijaksanaan. Dengan demikian Saudara akan dapat memberikan jawaban yang tepat kepada setiap orang. Tikhikus, saudara yang kita kasihi, akan memberitahukan keadaan saya kepada Saudara. Ia seorang pekerja yang tekun dan melayani Tuhan bersama dengan saya. Saya mengutusnya secara khusus dengan maksud supaya ia menjenguk, memberi semangat serta menghibur Saudara. Saya juga mengutus Onesimus, seorang saudara kita yang setia dan yang sangat dikasihi, seorang bangsa Saudara sendiri. Dia dan Tikhikus akan memberitahukan hal ihwal kami kepada Saudara. Aristarkhus, teman saya sepenjara, mengirimkan salam, begitu pula Markus, kemenakan Barnabas. Seperti sudah saya katakan sebelumnya, sambutlah dia dengan hangat bila ia datang. Yesus Yustus juga mengirimkan salam. Mereka sajalah orang-orang Kristen Yahudi yang bekerja sama dengan saya di sini, dan betapa terhiburnya hati saya karena mereka! Epafras, seorang warga kota Saudara, seorang hamba Kristus Yesus, juga mengirimkan salam. Dengan sungguh-sungguh ia selalu berdoa agar Allah menjadikan Saudara kuat serta sempurna dan menolong Saudara mengetahui kehendak-Nya dalam segala sesuatu yang Saudara lakukan. Dapat saya pastikan bahwa ia telah banyak berdoa bagi Saudara dan juga bagi orang Kristen di Laodikia dan Hierapolis. Dokter Lukas yang kita kasihi mengirimkan salam, begitu pula Demas. Sampaikanlah salam saya kepada saudara-saudara seiman di Laodikia dan kepada Nimfa, juga kepada mereka yang berkumpul di rumahnya. Sesudah Saudara membaca surat ini, tolong teruskan kepada jemaat di Laodikia. Dan bacalah surat yang saya tulis kepada mereka. Katakanlah kepada Arkhipus, “Bersungguh-sungguhlah melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan kepada Saudara.” Inilah salam saya yang saya tulis dengan tangan sendiri: Ingatlah saya di penjara ini. Semoga berkat Allah menyertai Saudara sekalian. Dari: Paulus, Silwanus, dan Timotius. Kepada: Jemaat di Tesalonika—kepada Saudara-saudara yang menjadi milik Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus: Semoga berkat dan damai dalam hati merupakan karunia yang limpah dari Allah Bapa kita, dan dari Yesus Kristus, Tuhan kita. Kami selalu bersyukur kepada Allah karena Saudara dan senantiasa mendoakan Saudara. Kami tidak pernah melupakan perbuatan-perbuatan kasih Saudara pada waktu kami berbicara kepada Allah Bapa kita tentang Saudara, dan tentang iman Saudara yang kuat serta pengharapan Saudara yang tetap akan Tuhan kita, Yesus Kristus. Saudara sekalian yang saya kasihi, kami tahu bahwa Saudara telah dipilih oleh Allah, yang sangat mengasihi Saudara. Karena, ketika kami menyampaikan Berita Kesukaan, Saudara tidak menganggapnya omong kosong, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian. Apa yang kami katakan menghasilkan pengaruh yang kuat terhadap Saudara, karena Roh Kudus memberi jaminan penuh bahwa apa yang kami katakan itu benar. Dan Saudara tahu bagaimana hidup kami sendiri juga membuktikan kebenaran berita yang kami sampaikan. Saudara menjadi pengikut kami dan pengikut Tuhan, karena Saudara menerima berita kami dengan sukacita dari Roh Kudus, walaupun hal itu menyebabkan Saudara menderita banyak cobaan dan kesusahan. Kemudian Saudara sendiri menjadi teladan bagi semua orang Kristen di Makedonia dan Akhaya. Dan sekarang Firman Tuhan telah menyebar dari Saudara kepada orang lain di mana-mana, jauh melintasi perbatasan Makedonia dan Akhaya, karena ke mana pun kami pergi, kami menjumpai orang yang bercerita kepada kami tentang iman Saudara yang mengagumkan itu. Kami tidak perlu menceritakannya kepada mereka, karena merekalah yang selalu bercerita kepada kami tentang bagaimana Saudara menyambut kedatangan kami dengan hangat, dan tentang bagaimana Saudara berpaling dari berhala kepada Allah, sehingga sekarang Saudara hanya mengabdi kepada Allah yang hidup dan benar itu. Dan mereka bercerita tentang bagaimana Saudara dengan penuh pengharapan menantikan kembalinya Anak Allah dari surga—Yesus, yang dihidupkan lagi oleh Allah. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kita dari kedahsyatan murka Allah terhadap dosa. Saudara sekalian yang saya kasihi, Saudara sendiri tahu betapa besar manfaat kunjungan kami itu. Saudara tahu bagaimana buruknya perlakuan orang terhadap kami di Filipi sebelum kami datang kepada Saudara, dan bagaimana penderitaan kami di sana. Namun Allah memberikan keberanian kepada kami untuk mengulangi berita yang sama kepada Saudara, walaupun kami menemui perlawanan sengit. Jadi, Saudara dapat melihat bahwa kami menyampaikan berita itu bukan dengan maksud yang salah atau tujuan-tujuan yang jahat; kami sungguh-sungguh berterus terang dan tulus. Karena kami berbicara sebagai utusan-utusan Allah, yang telah diberi-Nya kepercayaan untuk memberitakan kebenaran; sedikit pun berita itu tidak kami ubah. Tujuan kami bukanlah menyenangkan mereka yang mendengarnya, karena kami hanya melayani Allah, yang menguji pikiran hati kami yang paling dalam. Saudara tahu bahwa kami belum pernah mencoba memenangkan Saudara dengan bermanis-manis. Allah pun mengetahui bahwa kami tidak pura-pura bersahabat dengan tujuan memperoleh uang dari Saudara. Kami tidak pernah mencari pujian dari Saudara atau dari siapa pun, meskipun sebagai rasul Kristus sesungguhnya kami berhak mendapat penghormatan dari Saudara. Tetapi kami berlaku lemah lembut kepada Saudara seperti seorang ibu memberi makan dan memelihara anak-anak kandungnya. Kasih kami kepada Saudara demikian besarnya, sehingga kami tidak saja memberikan firman Allah, tetapi juga hidup kami sendiri. Saudara sekalian yang saya kasihi, tidakkah Saudara ingat bagaimana kerasnya kami bekerja di antara Saudara? Siang malam kami membanting tulang dan memeras keringat untuk mencukupkan nafkah kami, supaya biaya hidup kami tidak menjadi beban bagi siapa pun, selagi kami mengabarkan Berita Kesukaan dari Allah di antara Saudara. Saudara sendiri menjadi saksi kami, demikian pula Allah, bahwa kami bersikap bersih, jujur, dan tidak bercela kepada siapa pun di antara Saudara. Saudara ingat, bukan, bahwa kami berbicara kepada Saudara sebagai seorang bapa kepada anak-anaknya sendiri, menasihati dan menguatkan Saudara, malahan menuntut, supaya hidup Saudara mendatangkan hormat kepada Allah, yang telah mengundang Saudara memasuki kerajaan-Nya untuk mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya. Dan kami akan selalu bersyukur kepada Allah atas hal-hal ini: bahwa ketika kami menyampaikan Berita Kesukaan kepada Saudara, Saudara tidak menganggap kata-kata kami itu berasal dari kami sendiri, melainkan menerimanya sebagai Firman Allah. Sesungguhnyalah demikian; Firman itu sedang bekerja dalam diri Saudara yang memercayainya. Saudara sekalian yang saya kasihi, kemudian Saudara menderita sebab dianiaya bangsa sendiri seperti halnya jemaat di Yudea, yang juga dianiaya oleh bangsanya sendiri, yaitu orang-orang Yahudi. Setelah membunuh nabi-nabi mereka, bangsa Yahudi bahkan menyalibkan Tuhan Yesus; dan sekarang dengan kejam mereka menganiaya serta mengusir kami. Mereka melawan baik Allah maupun manusia, dengan berusaha mencegah kami mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang-orang bukan Yahudi, karena takut orang-orang itu akan diselamatkan. Dengan demikian, mereka akhirnya memenuhi ukuran dosa mereka. Sekarang, murka Allah akan menimpa mereka. Saudara sekalian yang saya kasihi, sesudah kami meninggalkan Saudara dan berada jauh dari Saudara untuk sementara waktu (tetapi hati kami tidak pernah jauh dari Saudara), kami sungguh-sungguh berusaha mengunjungi Saudara lagi. Kami sangat ingin datang dan saya, Paulus, telah berusaha berkali-kali, tetapi Iblis menghalangi kami. Sebab untuk apakah kami hidup, dan siapakah yang mendatangkan pengharapan dan sukacita kepada kami serta menjadi pahala dan mahkota yang kami banggakan? Tidak lain daripada Saudara! Ya, Saudara akan mendatangkan banyak kesukaan kepada kami, pada saat kita bersama-sama berdiri di hadapan Tuhan kita, Yesus Kristus, bilamana Ia datang lagi kelak. Karena Saudaralah kebanggaan serta sukacita kami. Akhirnya, setelah saya tidak tahan lagi, saya memutuskan untuk tinggal seorang diri di Atena Waktu kami masih bersama dengan Saudara dahulu, sudah kami ingatkan bahwa penderitaan akan segera datang, dan memang demikianlah halnya. Seperti sudah saya katakan, ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya mengutus Timotius untuk meneliti apakah iman Saudara masih tetap teguh. Saya takut kalau-kalau Saudara dikalahkan oleh Iblis, sehingga sia-sialah segala pekerjaan kami. Timotius baru saja kembali dan membawa berita yang sangat menggembirakan, yaitu bahwa iman dan kasih Saudara masih tetap teguh seperti dahulu, dan bahwa Saudara mengenang kunjungan kami dengan sukacita dan rindu bertemu dengan kami seperti kami rindu bertemu dengan Saudara. Dengan demikian, Saudara sekalian yang saya kasihi, setelah kami mengetahui bahwa Saudara tetap benar di hadapan Tuhan, sekarang kami merasa sangat terhibur dalam menghadapi segala kesukaran dan penderitaan yang menindas kami di sini. Kami dapat menanggung apa pun juga, selama kami tahu bahwa Saudara tetap kuat di dalam Dia. Dalam mendoakan Saudara, bagaimana kami dapat cukup bersyukur kepada Allah atas Saudara sekalian dan atas segala sukacita dan kegembiraan yang Saudara berikan kepada kami? Karena siang malam kami senantiasa mendoakan Saudara, meminta kepada Allah agar memperkenankan kami bertemu lagi dengan Saudara, supaya dapat mengisi kekurangan-kekurangan yang mungkin masih ada pada iman Saudara. Semoga Allah Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, mempertemukan kita lagi. Dan semoga Tuhan menumbuhkan kasih Saudara, hingga melimpah satu kepada yang lain dan kepada semua orang, seperti halnya kasih kami melimpah kepada Saudara. Dengan demikian, Allah Bapa kita akan menjadikan hati Saudara kuat, tidak berdosa serta suci, sehingga Saudara dapat berdiri di hadapan-Nya tanpa kesalahan, pada waktu Tuhan Yesus Kristus datang lagi dengan semua orang yang menjadi milik-Nya. Sebab Allah ingin supaya Saudara menjadi suci dan murni, dan menjauhi dosa percabulan. Saudara masing-masing harus belajar mengendalikan tubuh Saudara seperti yang dikehendaki Allah dan layak di mata orang-orang. Jangan biarkan keinginan dan hawa nafsu menguasai Saudara seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Allah juga berkehendak supaya dalam hal ini Saudara jangan berlaku serong dengan mengambil istri orang lain, sebab Allah akan menghukum Saudara dengan hebat, seperti dahulu dengan tegas telah kami katakan. Karena Allah tidak memanggil kita untuk menjalani kehidupan yang dikotori dosa, tetapi untuk kehidupan yang suci dan bersih. Barang siapa menolak untuk hidup menurut aturan-aturan ini, ia bukan melawan peraturan manusia, melainkan melawan peraturan Allah yang mengaruniakan Roh Kudus kepada Saudara. Mengenai kasih persaudaraan yang murni yang wajib ada di antara umat Allah, saya yakin bahwa saya tidak perlu berkata banyak, karena Allah sendiri mengajar Saudara untuk saling mengasihi. Sesungguhnya, kasih Saudara kepada sesama orang Kristen di seluruh bangsa Saudara sudah kuat. Meskipun demikian, Sahabat-sahabat yang saya kasihi, kami mohon supaya Saudara makin mengasihi mereka. Yang harus menjadi cita-cita Saudara ialah hidup tenang, mengurus persoalan-persoalan sendiri, dan mengerjakan pekerjaan sendiri, seperti dahulu sudah kami katakan kepada Saudara. Akibatnya, orang-orang bukan Kristen akan memercayai dan menghormati Saudara, dan Saudara tidak usah menggantungkan nafkah Saudara kepada orang lain. Dan sekarang, Saudara sekalian yang saya kasihi, saya ingin supaya Saudara mengetahui apa yang terjadi dengan orang Kristen bila ia mati, supaya bilamana hal itu terjadi, Saudara tidak akan berdukacita seperti orang-orang yang tidak berpengharapan. Karena kita percaya bahwa Yesus mati dan kemudian hidup lagi, kita juga dapat percaya bahwa pada waktu Yesus datang lagi, Allah akan membawa serta-Nya semua orang Kristen yang sudah mati. Saya dapat mengatakan hal ini kepada Saudara, langsung dari Tuhan, bahwa pada waktu Tuhan datang lagi, kita yang masih hidup tidak akan naik menemui Dia mendahului mereka yang sudah di dalam kubur. Sebab Tuhan sendiri akan turun dari surga, perintah yang keras akan berbunyi, dan juga suara penghulu malaikat dan suara sangkakala Allah akan terdengar. Pertama-tama orang-orang percaya kepada Kristus yang mati akan dibangkitkan. Kemudian, kita yang masih hidup dan masih tinggal di dunia, akan diangkat bersama dengan mereka di dalam awan untuk menemui Tuhan di angkasa dan tinggal bersama dengan Dia untuk selama-lamanya. Maka hendaklah Saudara saling menghiburkan dan membesarkan hati dengan berita ini. Bilamanakah semua ini akan terjadi? Sesungguhnya, Saudara sekalian yang saya kasihi, saya tidak perlu mengatakan sesuatu tentang hal itu, karena Saudara tahu benar bahwa tidak seorang pun mengetahuinya. Hari Tuhan itu akan datang dengan sekonyong-konyong seperti seorang pencuri pada malam hari. Apabila orang berkata: “Segala sesuatu dalam keadaan beres dan aman,” maka malapetaka secara tiba-tiba akan menimpa mereka sama seperti datangnya kesakitan wanita yang melahirkan anak. Dan orang tidak akan dapat pergi ke mana-mana—tidak akan ada tempat bersembunyi. Tetapi, Saudara sekalian yang saya kasihi, Saudara tidak buta tentang hal ini, dan tidak akan dikagetkan seperti oleh seorang pencuri, apabila hari Tuhan tiba. Karena Saudara semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang, bukan milik kegelapan dan malam. Berjaga-jagalah! Jangan tertidur seperti yang lain. Waspadalah akan kedatangan-Nya dan tetaplah sadar! Malam hari adalah waktu tidur dan waktu orang bermabuk-mabuk. Tetapi marilah kita, yang hidup di dalam terang, tetap sadar dengan memakai iman dan kasih sebagai baju zirah, dan pengharapan akan keselamatan sebagai topi pelindung. Sebab Allah tidak berniat mencurahkan murka-Nya ke atas kita, melainkan menyelamatkan kita melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Ia mati untuk kita, sehingga kita dapat hidup bersama dengan Dia untuk selama-lamanya, entah kita masih hidup atau sudah mati pada saat Ia datang lagi. Jadi, hendaklah Saudara saling memberi semangat dan saling membangun, seperti yang sedang Saudara lakukan. Saudara sekalian yang saya kasihi, hormatilah pejabat-pejabat gereja yang bekerja keras di antara Saudara dan yang memperingatkan Saudara akan segala yang salah. Hormatilah serta kasihilah mereka dengan setulus hati, karena mereka berusaha menolong Saudara. Dan ingatlah: jangan ada pertengkaran di antara Saudara. Saudara sekalian yang saya kasihi, peringatkanlah mereka yang malas, hiburkanlah mereka yang ketakutan, peliharakanlah mereka yang lemah, dan bersabarlah terhadap setiap orang. Jagalah agar tidak ada yang membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan berusahalah selalu untuk saling berbuat baik satu kepada yang lain dan juga kepada setiap orang. Hendaklah Saudara selalu bersukacita. Hendaklah Saudara selalu berdoa. Apa pun yang terjadi hendaklah Saudara bersyukur, karena itulah kehendak Allah bagi Saudara sebagai milik Kristus Yesus. Janganlah memadamkan Roh Kudus. Janganlah mengejek mereka yang bernubuat, tetapi ujilah segala sesuatu yang dikatakan orang untuk mengetahui kebenarannya, dan apabila ternyata benar, terimalah. Jauhilah segala jenis kejahatan. Semoga Allah damai sejahtera itu sendiri menjadikan Saudara benar-benar bersih serta berserah kepada-Nya dan semoga roh, jiwa, dan tubuh Saudara tetap kuat dan tidak bercela sampai hari Tuhan kita Yesus Kristus datang lagi. Allah yang memanggil Saudara untuk menjadi anak-anak-Nya akan mengerjakan semua ini, seperti yang dijanjikan-Nya. Saudara sekalian yang saya kasihi, doakanlah kami. Sapa semua saudara di situ dengan ciuman sebagai ungkapan penuh kasih yang menyatukan kalian sebagai milik Allah. Dalam nama Tuhan, saya mohon dengan sangat supaya Saudara membacakan surat ini kepada semua orang Kristen. Semoga karunia Tuhan kita, Yesus Kristus, menyertai Saudara sekalian. Dari: Paulus, Silwanus, dan Timotius. Kepada: Jemaat di Tesalonika, yang selamat dalam lindungan Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Saudara sekalian diberkati dan diberi damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Saudara sekalian yang saya kasihi, kami patut mengucap syukur kepada Allah karena Saudara—bahkan kami wajib berbuat demikian, karena iman Saudara tumbuh dengan sangat mengherankan, dan kasih Saudara seorang kepada yang lain makin besar. Kami bergembira dapat menceritakan kepada jemaat-jemaat yang lain tentang kesabaran dan iman Saudara di dalam Allah, walaupun Saudara harus mengalami banyak sekali kesulitan dan penindasan. Ini hanyalah satu contoh mengenai cara Allah mengerjakan sesuatu dengan patut dan benar, sebab Ia memakai penderitaan Saudara untuk menyiapkan Saudara bagi kerajaan-Nya. Bersamaan dengan itu Ia menyiapkan penghakiman dan penghukuman bagi mereka yang menindas Saudara. Oleh karena itu, ingin saya beritakan kepada Saudara yang sedang menderita, bahwa Allah akan memberi peristirahatan kepada Saudara bersama dengan kami, pada waktu Tuhan Yesus dengan malaikat-malaikat-Nya tiba-tiba menampakkan diri dari surga dalam api yang bernyala-nyala. Allah akan menghakimi orang-orang yang tidak mau mengenal Dia, dan yang tidak mau menerima rencana-Nya untuk menyelamatkan mereka melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka akan dihukum di dalam neraka yang kekal, dipisahkan dari hadirat Tuhan untuk selama-lamanya, dan tidak pernah dapat melihat kemuliaan kuasa-Nya, pada waktu Ia datang untuk menerima puji-pujian dan penghormatan untuk segala hal yang telah dilakukan-Nya bagi umat-Nya, bagi orang-orang kudus-Nya. Dan Saudara akan termasuk orang yang memuji Dia, karena Saudara memercayai berita yang kami sampaikan tentang Dia. Karena itu, kami tetap berdoa untuk Saudara supaya Allah kita menjadikan Saudara anak-anak sebagaimana yang dikehendaki-Nya, akan menjadikan Saudara sebaik-baiknya dan menyempurnakan iman Saudara dengan kuasa-Nya. Kemudian setiap orang akan memuji nama Tuhan Yesus Kristus karena hasil-hasil yang mereka lihat dalam diri Saudara, dan kemuliaan terbesar bagi Saudara ialah karena Saudara menjadi milik-Nya. Ini semua dimungkinkan oleh kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus. Dan sekarang, Saudara sekalian yang saya kasihi, bagaimanakah dengan kembalinya Tuhan kita Yesus Kristus, dan dengan dihimpunkannya kita bersama untuk menemui Dia? Janganlah cepat-cepat bingung atau gelisah jika seseorang mengatakan bahwa hari itu sudah tiba. Janganlah percaya, biarpun mereka mengaku menyampaikan pesan istimewa yang disalahsangkakan berasal dari Roh Kudus, atau pernyataan lisan atau surat yang dikatakan berasal dari saya. Bagaimanapun juga, jangan mau ditipu oleh apa pun yang dikatakan oleh mereka. Sebab hari itu tidak akan tiba sebelum terjadi dua hal: mula-mula akan terjadi pemberontakan besar melawan Allah, dan kemudian akan datang manusia yang menyatukan semua kejahatan dalam dirinya sendiri dan yang ditakdirkan untuk kebinasaan di neraka. Ia akan menantang segala allah yang ada dan menghancurkan setiap benda yang disembah dan dipuja. Ia akan masuk dan duduk sebagai Allah di dalam Bait Allah, sambil mengaku bahwa dialah Allah. Tidakkah Saudara ingat bahwa inilah yang saya katakan, pada waktu saya bersama dengan Saudara sekalian? Dan Saudara tahu apa yang menahan dia sampai sekarang; sebab ia hanya dapat datang, bila waktunya siap. Sedangkan pekerjaan yang akan dilakukan manusia pemberontak atau anak neraka ini apabila ia datang, sekarang pun sudah berlangsung, tetapi ia sendiri tidak akan datang sebelum Dia yang menahannya, menyingkirkan diri. Kemudian si Jahat ini akan muncul. Ia akan dibakar habis oleh Tuhan Yesus dengan napas mulut-Nya dan akan dihancurkan oleh kehadiran-Nya pada waktu Ia datang lagi. Si Jahat ini akan datang sebagai alat Iblis yang penuh dengan kuasa setan dan akan menipu setiap orang dengan pernyataan yang aneh-aneh, dan mukjizat-mukjizat besar yang palsu. Orang-orang yang sedang dalam perjalanan ke neraka akan benar-benar tertipu, karena mereka telah menolak Kebenaran. Mereka tidak mau memercayai dan mengasihi Kebenaran itu, dan tidak mau membiarkan Kebenaran itu menyelamatkan mereka. Maka Allah akan menyerahkan orang-orang itu pada kebohongan dan mereka akan percaya padanya. Mereka semua akan dihakimi dengan adil, karena memercayai kepalsuan, menolak Kebenaran, dan menikmati dosa mereka. Tetapi kami harus senantiasa mengucap syukur kepada Allah karena Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan. Sudah sejak semula Allah memilih Saudara untuk diselamatkan serta disucikan oleh pekerjaan Roh Kudus serta oleh iman Saudara di dalam Kebenaran. Dengan perantaraan kami Ia memberitahukan Berita Kesukaan kepada Saudara. Dengan perantaraan kami Ia memanggil Saudara untuk mengambil bagian dalam kemuliaan Tuhan kita, Yesus Kristus. Dengan mengingat segala hal ini, Saudara sekalian yang saya kasihi, berdirilah dengan teguh dan peganglah kuat-kuat kebenaran yang telah kami ajarkan dalam surat-surat kami dan ketika kami bersama-sama dengan Saudara sekalian. Semoga Tuhan kita, Yesus Kristus, dan Allah Bapa kita, yang mengasihi kita dan memberi penghiburan kekal serta pengharapan yang tidak layak kita peroleh, menghibur hati Saudara dengan segala penghiburan, dan menolong Saudara dalam segala ucapan dan perbuatan yang baik. Akhirnya, Saudara sekalian yang saya kasihi, menjelang akhir surat ini, saya mohon supaya Saudara berdoa untuk kami. Pertama-tama berdoalah supaya firman Tuhan menyebar dengan cepat dan mendapat kemenangan di mana-mana, menyelamatkan orang di segala tempat, seperti halnya Saudara diselamatkan pada waktu Firman itu datang kepada Saudara. Berdoalah juga supaya kami diluputkan dari serangan orang-orang jahat dan bejat, karena tidak semua orang ingin percaya kepada Tuhan. Tetapi Tuhan setia; Ia akan menjadikan Saudara kuat dan menjaga Saudara terhadap segala macam serangan Iblis. Dan kami yakin dalam Tuhan, bahwa Saudara melaksanakan apa yang kami ajarkan dan akan terus berbuat demikian. Semoga Tuhan membawa Saudara kepada pengertian yang makin dalam tentang kasih Allah dan tentang kesabaran yang datang dari Kristus. Saudara sekalian yang saya kasihi, inilah sebuah perintah yang diberikan dalam nama Tuhan kita, Yesus Kristus, dengan wewenang-Nya: Jauhilah setiap orang Kristen yang menghabiskan waktunya dengan bermalas-malas dan tidak mengikuti teladan yang kami berikan kepada Saudara. Sebab Saudara tahu benar bahwa Saudara patut mencontoh kami: Saudara tidak pernah melihat kami bermalas-malas. Dari siapa pun tidak pernah kami menerima makanan tanpa membayar. Kami bekerja keras siang malam mencari nafkah, supaya tidak menjadi beban bagi siapa pun di antara Saudara. Bukan karena kami tidak berhak memintanya dari Saudara, melainkan karena kami sendiri ingin menunjukkan kepada Saudara bagaimana seharusnya bekerja mencari nafkah. Bahkan ketika kami masih berada bersama dengan Saudara sekalian, kami memberikan kepada Saudara peraturan ini: “Yang tidak bekerja, tidak makan”. Meskipun begitu, kami dengar bahwa ada di antara Saudara yang hidup bermalas-malas, tidak mau bekerja, dan menghabiskan waktu dengan mempercakapkan orang lain. Kepada orang-orang seperti itu kami mohon, bahkan kami perintahkan, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka berhenti bersikap demikian dan mulai bekerja mencari nafkah sendiri. Dan kepada yang lain saya katakan, Saudara sekalian yang saya kasihi, jangan jemu melakukan yang benar. Jikalau ada orang yang tidak mau menaati apa yang kami katakan dalam surat ini, perhatikan siapa dia dan jauhilah dia, supaya ia malu akan dirinya sendiri. Jangan menganggapnya sebagai musuh, tetapi berbicaralah kepadanya seperti kepada seorang saudara yang harus dinasihati. Semoga Tuhan damai sejahtera memberi Saudara damai sejahtera-Nya, apa pun yang terjadi. Semoga Tuhan menyertai Saudara sekalian. Terimalah salam yang saya tulis sendiri, seperti yang biasa saya lakukan pada akhir surat-surat saya sebagai bukti bahwa surat-surat itu betul-betul dari saya. Inilah tulisan tangan saya. Semoga karunia Tuhan kita, Yesus Kristus, menyertai Saudara sekalian. Dari: Paulus, rasul Yesus Kristus, yang secara langsung diutus oleh Allah, Juru Selamat kita, dan oleh Yesus Kristus Tuhan kita, yaitu satu-satunya harapan kita. Kepada: Timotius. Timotius, dalam perkara-perkara Tuhan engkau bagaikan anak bagiku. Semoga Allah Bapa kita dan Yesus Kristus Tuhan kita menyatakan kebaikan hati dan pengasihan-Nya kepadamu serta mengaruniakan damai sejahtera dalam hati dan pikiranmu. Timotius, apa yang kukatakan ketika aku berangkat ke Makedonia masih berlaku! Pada waktu itu, aku memintamu untuk tetap tinggal di Efesus dan menghentikan orang-orang yang menyebarkan ajaran palsu di sana. Mereka harus berhenti menghabiskan waktu dengan diskusi tentang dongeng-dongeng dan silsilah-silsilah yang tidak ada akhirnya. Hal-hal ini tidak melayani rencana keselamatan Allah bagi manusia yang berdasarkan iman, melainkan hanya menimbulkan persoalan dan perdebatan yang tidak berguna. Tujuan nasihatku itu adalah agar semua orang percaya akan dipenuhi dengan kasih yang datang dari hati yang murni, hati nurani yang baik, dan iman yang bebas dari kemunafikan. Tetapi pengajar-pengajar ini kehilangan tujuan yang sebenarnya dan hanya menghabiskan waktu mereka dengan perdebatan dan omong kosong belaka. Mereka ingin menjadi pengajar-pengajar Hukum Musa, tetapi mereka tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, meskipun mereka nyatakan dengan penuh percaya diri. Hukum itu baik, bila dipergunakan sesuai dengan maksud Allah. Hukum itu bukanlah bagi orang yang melakukan apa yang benar, melainkan bagi para pemberontak dan penjahat, bagi orang berdosa dan yang membenci Allah, bagi mereka yang tidak menghormati Tuhan dan apa yang suci, dan mereka yang tidak segan-segan membunuh orang tua mereka ataupun orang lain. Jadi, hukum itu dibuat untuk menyatakan bahwa orang yang keji dan tidak bermoral adalah orang berdosa, yaitu orang homoseks, penculik, pendusta, dan semua orang yang melakukan hal lain yang bertentangan dengan ajaran yang benar. Itulah yang diajarkan oleh Berita Kesukaan dari Allah yang mulia, yang mengutus aku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah memilih aku sebagai salah seorang utusan-Nya serta memberikan kekuatan kepadaku untuk setia kepada-Nya, meskipun dahulu aku mengejek nama Kristus. Aku mengejar umat-Nya, menganiaya mereka dengan bermacam-macam cara. Tetapi Allah mengasihani aku, sebab pada waktu itu aku belum mengenal Kristus dan tidak tahu apa yang sedang kulakukan. Oh, betapa baiknya Tuhan kita, karena Ia menunjukkan bagaimana seharusnya aku beriman kepada-Nya supaya dipenuhi dengan kasih Kristus Yesus. Hal itu adalah benar dan layak untuk kepercayaan penuh: Kristus Yesus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang berdosa; dan di antara semuanya akulah orang yang paling berdosa. Tetapi Allah telah mengasihani aku, sehingga Kristus Yesus memakai aku sebagai contoh untuk memperlihatkan kepada setiap orang betapa sabarnya Ia terhadap orang yang paling berdosa sekalipun, supaya orang lain akan sadar, bahwa mereka juga dapat memperoleh hidup kekal. Hormat serta kemuliaan bagi Allah untuk selama-lamanya. Dialah Raja segala zaman, yang tidak kelihatan dan tidak mengenal maut; hanya Dialah Allah yang esa, yang penuh hikmat. Amin. Timotius, anakku, ini adalah tugas yang kupercayakan kepadamu. Perintah itu sesuai dengan apa yang dikatakan para nabi dari jemaat tentangmu. Semoga kata-kata mereka membantumu bertarung dengan baik dalam pertarungan yang harus kau bertarung. Pertahankanlah dengan teguh imanmu kepada Kristus dan jagalah supaya hati nuranimu selalu bersih dengan melakukan hal-hal yang benar. Karena ada orang yang tidak menaati hati nurani mereka dan dengan sengaja melakukan hal-hal yang salah. Tidak mengherankan kalau sesudah menentang Allah secara demikian, mereka kehilangan iman mereka kepada Kristus. Misalnya, Himeneus dan Aleksander. Aku terpaksa menyerahkan mereka kepada Iblis supaya dihukum sampai mereka jera dan tidak lagi memalukan nama Kristus. Hal pertama dan terpenting yang aku minta dari jemaat adalah doa. Menyampaikanlah permohonan dan syafaat kepada Allah dan mengucapkanlah syukur untuk semua orang. Berdoalah untuk raja-raja dan semua orang yang mempunyai wewenang atas kita, atau mereka yang mempunyai tanggung jawab yang besar, supaya kita dapat hidup tenteram dan damai; kehidupan yang bermartabat yang didedikasikan untuk Tuhan. Hidup seperti itu baik dan menyukakan hati Allah, Juru Selamat kita. Karena Ia rindu supaya semua orang diselamatkan dan supaya mereka mengerti kebenaran ini: Bahwa hanya ada satu Allah dan hanya satu penengah antara Allah dan manusia—manusia Yesus Kristus. Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan untuk membebaskan kita semua dari kuasa kejahatan. Inilah berita yang sekarang harus diberitakan, karena waktu yang ditentukan Allah telah datang. Dan aku telah dipilih—inilah kebenaran yang mutlak—sebagai pelayan dan rasul Allah untuk mengajarkan kebenaran ini kepada orang bukan Yahudi, dan untuk menyatakan kepada mereka rencana Allah tentang keselamatan melalui iman. Jadi, aku ingin supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa kepada Allah dengan menaikkan tangan yang suci, bebas dari kemarahan dan kejengkelan. Kaum wanita hendaknya mendengarkan dan menerima ajaran dengan tenang dan rendah hati. Aku tidak pernah mengizinkan wanita mengajar laki-laki atau memerintah mereka. Dalam pertemuan jemaat hendaklah mereka berdiam diri. Mengapa? Karena Allah lebih dahulu menciptakan Adam, sesudah itu barulah Hawa. Dan bukan Adam yang ditipu oleh Iblis, melainkan Hawa yang melampaui perintah Allah. Tetapi dia juga akan diselamatkan, ketika dia memenuhi tugasnya sebagai istri dan ibu—asalkan dia berpegang pada iman dan kasih, dan menjalani kehidupan yang menyenangkan hati Allah dengan kerendahan hati. “ Apabila seseorang ingin memimpin sebuah jemaat, ia menginginkan tugas besar dan terhormat”, kata orang, dan itu benar. Seorang pemimpin jemaat haruslah orang yang hidupnya tidak bercela. Ia harus setia kepada istrinya, harus mampu menguasai dirinya dan bijaksana, dihormati oleh orang lain. Ia harus senang menerima tamu di rumahnya, dan ia haruslah seorang guru yang cakap. Ia tidak boleh peminum atau suka bertengkar, tetapi ia harus lemah lembut dan baik hati dan bukan orang yang serakah akan uang. Keluarganya harus berkelakuan baik, dan anak-anaknya harus menghormati dan menaatinya, sebab bila seseorang tidak cakap membimbing keluarganya sendiri untuk berkelakuan baik, bagaimana ia dapat menolong sidang jemaat? Pemimpin jemaat tidak boleh orang Kristen yang baru, sebab mungkin ia menjadi sombong karena terpilih secepat itu, dan biasanya kesombongan mendahului keruntuhan. (Keruntuhan Iblis merupakan sebuah contoh.) Lagipula, ia harus mempunyai nama baik di luar jemaat, di antara orang-orang yang bukan Kristen, supaya ia tidak dapat dijerat oleh Iblis dengan bermacam-macam tuduhan, sehingga ia tidak dapat menggembalakan sidangnya dengan bebas. Para pembantu jemaat hendaklah juga layak dihormati dan tulus. Mereka tidak boleh pemabuk atau serakah akan uang. Mereka berpegang pada pesan iman yang telah dinyatakan Allah dan menjaga hati nurani yang bersih. Sebelum mereka diminta menjadi diakon, mereka harus diberi tugas lain dalam gereja sebagai suatu ujian terhadap watak dan kesanggupan mereka. Setelah mereka melaksanakan tugas itu dengan baik, barulah mereka boleh dipilih menjadi diakon. Para pembantu perempuan jemaat juga haruslah layak dihormati, bukan tukang ngobrol, melainkan harus mampu menguasai dirinya dan setia dalam segala pekerjaan mereka. Pembantu jemaat harus setia kepada istrinya dan keluarga mereka harus merupakan keluarga yang patuh dan bahagia. Mereka yang memenuhi kewajiban sebagai diakon dengan baik, akan mendapat balasan yang baik, yaitu disegani orang, dan juga dapat menambah kepercayaan dan keteguhan iman mereka kepada Tuhan. Hal-hal ini kutuliskan kepadamu sekarang, walaupun aku harap akan segera dapat mengunjungi engkau. Tetapi jika kedatanganku tertunda, surat ini memberitahumu bagaimana orang-orang harus berperilaku dalam rumah Allah. Rumah ini adalah jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. Tidak ada yang bisa menyangkal betapa hebatnya rahasia agama kita yang Allah nyatakan kepada kita: La yang datang ke dunia sebagai manusia, yang terbukti sebagai Anak Allah oleh Roh Allah, yang dilihat dalam kekuatan-Nya oleh malaikat-malaikat, yang dikhotbahkan di antara bangsa-bangsa, yang diterima oleh manusia di mana pun juga dan yang diangkat kembali kepada kemuliaan-Nya di surga. Tetapi Roh Kudus dengan jelas menyatakan kepada kita bahwa pada zaman akhir beberapa anggota jemaat akan berpaling dari Kristus, lalu mengikuti ajaran-ajaran roh jahat, yang disampaikan orang-orang pembohong munafik yang nuraninya menjadi tumpul seperti dibakar dengan besi merah panas. Mereka akan melarang menikah dan makan makanan tertentu. Namun Allah menciptakan segalanya supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya dan mengetahui kebenaran, dengan bersyukur menerima hal-hal ini dari-Nya. Sebab segala sesuatu yang diciptakan Allah itu baik. Kita boleh memakan sesuatu dengan senang, apabila kita bersyukur atas makanan itu dan meminta Allah memberkatinya, karena semua itu disucikan oleh firman Allah dan doa. Bilamana hal-hal ini kaujelaskan kepada orang-orang lain, maka engkau menjalankan tugasmu sebagai gembala jemaat yang baik, yang penuh dengan iman dan ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini. Jangan membuang-buang waktu memperdebatkan hal-hal yang bodoh, takhayul, dan dongeng-dongeng yang tidak ada artinya. Pergunakanlah waktu dan tenagamu untuk melatih diri supaya engkau tetap sehat secara rohani. Latihan-latihan jasmani itu baik, tetapi latihan rohani jauh lebih penting dan merupakan daya pendorong dalam segala yang kaulakukan. Jadi, latihlah diri secara rohani dan jadilah orang Kristen yang lebih baik, karena hal itu tidak saja bermanfaat dalam hidupmu sekarang ini, tetapi juga dalam hidupmu yang akan datang. Ajarkanlah hal-hal ini dan usahakanlah supaya setiap orang benar-benar memahaminya. Jangan sampai orang lain meremehkan engkau sebab engkau masih muda. Jadilah teladan mereka: biarlah mereka mengikuti caramu mengajar dan caramu hidup. Jadilah pedoman bagi mereka dalam hal kasihmu, imanmu, dan pikiranmu yang bersih. Sementara aku belum datang, bacakan dan terangkanlah Kitab Suci kepada sidang jemaat; beritakanlah firman Allah. Pergunakanlah dengan sungguh-sungguh kecakapan-kecakapan yang diberikan Allah kepadamu melalui nabi-nabi-Nya ketika para penatua jemaat menumpangkan tangan di atas kepalamu. Manfaatkanlah kecakapan-kecakapan itu; lakukanlah tugas-tugasmu dengan sepenuh hati, supaya setiap orang melihat perkembangan dan kemajuanmu. Awasilah dirimu dan apa yang kauajarkan! Berdirilah teguh dalam hal-hal itu dan engkau akan menyelamatkan diri sendiri dan orang-orang yang mendengarkanmu. Janganlah engkau bersikap keras terhadap orang yang lebih tua, tetapi berbicaralah dengan hormat kepadanya seakan-akan dia ayahmu sendiri. Kepada yang lebih muda berbicaralah seperti kepada saudara sendiri yang kaukasihi. Perlakukanlah wanita yang lebih tua sebagai ibumu sendiri, dan yang muda sebagai adikmu, dengan hanya mempunyai pikiran yang murni dan suci mengenai mereka. Hendaklah jemaat memelihara janda-janda, jika mereka tidak memiliki kerabat yang bisa membantu mereka. Tetapi, jika mereka mempunyai anak atau cucu, maka anak atau cucu merekalah yang harus bertanggung jawab dan belajar pertama-tama membalas budi ibu atau nenek mereka. Inilah sesuatu yang menyukakan hati Allah. Jemaat harus hanya memelihara janda-janda yang hidup sebatang kara di dunia ini dan tidak berhenti berdoa kepada Allah siang malam meminta bantuan-Nya. Tetapi janda-janda yang hidup hanya untuk kesenangan, sudah mati secara rohani walaupun dia masih hidup. Sampaikanlah peraturan ini kepada jemaat, supaya tidak ada hal buruk yang bisa dikatakan tentang umat Kristen. Tetapi siapa pun yang tidak mau memelihara sanak saudaranya sendiri yang membutuhkan bantuan, lebih-lebih mereka yang tinggal serumah, tidak layak menyebut dirinya orang Kristen. Orang seperti itu lebih buruk daripada orang yang tidak beriman. Seorang janda hanya bisa didaftarkan untuk mendapatkan bantuan oleh gereja, jika dia berumur paling sedikit enam puluh tahun dan telah setia kepada suaminya. Selain itu, dia harus mempunyai nama baik karena perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukannya. Misalnya: apakah ia telah membesarkan anak-anaknya dengan baik? Apakah dia telah membantu mereka yang dalam kesulitan? Singkatnya, apakah ia sudah melakukan segala macam perbuatan yang baik? Janda-janda yang lebih muda jangan dimasukkan ke dalam daftar itu, sebab kalau nafsu berahi mereka menjadi sangat kuat, mereka ingin kawin lagi, sehingga mereka tidak menepati janji untuk melayani Kristus saja. Dengan demikian mereka bersalah karena mengingkari janji itu. Di samping itu, mereka bersifat malas dan menghabiskan waktu dengan keluar masuk rumah orang-orang. Dan tidak hanya itu: mereka bergunjing, mencampuri urusan orang lain, dan membicarakan yang bukan urusannya. Karena itu, sebaiknya janda-janda muda ini kawin lagi serta mempunyai anak, dan mengurus rumah tangganya sendiri, sehingga tidak akan ada orang yang dapat memburuk-burukkan mereka. Karena beberapa di antara mereka telah meninggalkan jemaat dan disesatkan oleh Iblis. Sekali lagi kuperingatkan kepadamu, bahwa sanak saudara seorang janda harus memelihara janda itu. Apabila seorang perempuan Kristen memiliki janda di keluarganya hendaklah ia membantunya, jangan membiarkan dia menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat menunjang para janda yang hidup sebatang kara. Para penatua jemaat yang melakukan pekerjaannya dengan baik, tidak hanya patut dihormati, tetapi harus juga mendapat gaji yang pantas, terutama mereka yang bekerja keras dalam hal berkhotbah dan mengajar. Karena Kitab Suci berkata, “Janganlah engkau memberangus mulut lembu agar tidak makan waktu dia mengirik.” Dan lagi, “Seorang pekerja patut mendapat upahnya!” Jangan menerima tuduhan terhadap penatua jemaat, kecuali kalau ada dua atau tiga orang saksi yang memperkuatnya. Jika ia benar-benar berdosa, maka ia harus mendapat teguran di muka segenap jemaat; ini akan menjadi peringatan bagi orang lain. Dengan sungguh-sungguh kuperintahkan kepadamu, di hadapan Allah dan Yesus Kristus serta malaikat-malaikat yang kudus, supaya melakukan semua hal ini tanpa prasangka dan tanpa memihak siapa pun. Jangan tergesa-gesa meletakkan tangan atas seseorang untuk mengangkatnya sebagai pelayan di gereja. Kalau tidak, engkau akan bersama-sama bertanggung jawab jika dia berdosa. Jagalah supaya dirimu sendiri jauh dari segala dosa. Ngomong-ngomong, jangan hanya minum air. Sekali-sekali engkau harus minum sedikit anggur sebagai obat untuk lambungmu, karena engkau sering sakit. Ingatlah bahwa dosa-dosa beberapa orang sudah jelas, kelihatan bahkan sebelum Hari Penghakiman. Tetapi ada orang lain yang dosanya tidak akan dinyatakan sampai nanti. Demikian jugalah dengan perbuatan-perbuatan baik: beberapa sudah jelas, dan yang tidak kelihatan sekarang tidak bisa tetap tersembunyi selamanya. Orang Kristen yang hidup sebagai hamba, harus bekerja keras bagi majikannya dan menghormatinya; jangan sampai orang mengatakan bahwa orang Kristen pekerja yang tidak baik. Janganlah biarkan nama Allah atau ajaran-Nya diejek orang karenanya. Jika majikannya orang Kristen, ini bukanlah alasan untuk memperlambat pekerjaan, melainkan ia harus bekerja lebih keras lagi, karena jerih payahnya itu menolong seorang saudara seiman. Ajarkanlah kebenaran-kebenaran ini, Timotius, dan berilah dorongan kepada mereka sekalian untuk mematuhinya. Mungkin beberapa orang mengingkarinya, tetapi inilah ajaran yang sehat dan lengkap dari Tuhan Yesus Kristus dan merupakan dasar kehidupan yang saleh. Barang siapa mengatakan sesuatu yang berlainan, ia sombong dan tidak tahu apa-apa! Ia memutarbalikkan makna ajaran Kristus dan menimbulkan perdebatan yang berakhir dengan iri hati serta kemarahan, dan ini menimbulkan caci maki, kecurigaan, serta fitnah. Orang-orang yang berdebat itu, yang pikirannya diliputi dosa, tidak tahu berkata benar: bagi mereka Berita Kesukaan hanya sekadar alat untuk mendapat uang. Jauhkanlah dirimu dari mereka. Sesungguhnya hidup sebagai seorang Kristen membawa manfaat besar. Namun hanya apabila orang puas dengan apa yang dia miliki. Bagaimanapun juga, kita tidak membawa uang sedikit pun pada waktu kita datang ke dunia, dan bila kita mati, tidak satu sen pun dapat kita bawa. Karena itu, bilamana kita mempunyai cukup makanan dan pakaian, kita harus merasa puas. Tetapi orang yang ingin menjadi kaya akan segera melakukan hal-hal yang salah untuk mendapat uang, hal-hal yang merugikan mereka, yang menjadikan mereka berpikiran jahat, dan akhirnya membawa mereka ke neraka. Karena cinta akan uang adalah akar segala kejahatan. Bahkan beberapa orang berpaling dari Allah karena cinta akan uang. Akibatnya, mereka mencelakakan diri sendiri. Timotius, engkau seorang hamba Allah. Jauhkan dirimu dari segala hal yang jahat ini dan bekerjalah untuk segala yang benar dan baik. Belajarlah memercayai Allah serta mengasihi orang lain, dan bersikap sabar serta lemah lembut. Berjuanglah dalam pertarungan yang baik yang termasuk kehidupan setiap orang Kristen. Menangkan hidup yang kekal. Untuk itulah engkau dipanggil Allah dan itulah yang dengan tegas kauakui di hadapan banyak saksi. Aku memerintahkan engkau di hadapan Allah yang memberi hidup, dan di hadapan Kristus Yesus yang memberi kesaksian dengan tidak mengenal takut di hadapan Pontius Pilatus, supaya engkau melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya kepadamu, sehingga tidak seorang pun dapat menyalahkan engkau mulai sekarang sampai Tuhan Yesus Kristus datang lagi. Karena pada saatnya Kristus akan dinyatakan dari surga oleh satu-satunya Allah Yang Mahakuasa, Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala yang dipertuan. Dialah satu-satunya yang tidak pernah bisa mati, yang hidup di dalam cahaya yang begitu cemerlang, sehingga tiada seorang pun dapat menghampiri-Nya. Tidak ada mata manusia yang pernah dan tidak akan dapat melihat Dia. Bagi-Nya segala hormat, kuasa, dan pemerintahan untuk selama-lamanya. Amin. Katakanlah kepada yang kaya supaya mereka jangan sombong dan jangan menggantungkan diri kepada uang yang akan segera lenyap, melainkan kebanggaan dan kepercayaan mereka hendaknya di dalam Allah yang hidup, yang dengan limpahnya selalu memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Beritahukan supaya mereka mempergunakan uang mereka demi tujuan baik. Mereka wajib menjadi kaya dalam perbuatan-perbuatan baik dan dengan senang hati memberi kepada orang yang berkekurangan, selalu bersedia membagikan kepada orang lain apa yang diberikan Allah kepada mereka. Dengan berbuat demikian, mereka akan menimbun untuk mereka sendiri kekayaan yang sejati di surga—itulah satu-satunya penanaman modal yang aman untuk selama-lamanya! Timotius, jangan sampai melalaikan hal-hal yang telah dipercayakan Allah kepadamu. Hindarilah perdebatan yang bodoh dengan orang-orang yang membanggakan “pengetahuan”-nya, tetapi yang justru memperlihatkan kepicikannya. Beberapa di antara orang-orang ini telah kehilangan yang terpenting dalam hidup mereka—mereka tidak mengenal Allah. Semoga rahmat Allah tercurah ke atas semua Saudara yang kepadanya surat ini akan dibacakan. Dari: Paulus, rasul Yesus Kristus, yang diutus Allah untuk memberitakan kepada semua orang di mana pun juga tentang hidup kekal yang dijanjikan-Nya kepada mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Kepada: Timotius, anakku yang kukasihi. Semoga Allah Bapa dan Tuhan kita, Yesus Kristus, mencurahkan kepadamu kebaikan, pengasihan, dan damai sejahtera-Nya. Setiap kali aku berdoa untuk engkau, aku bersyukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang jelas, seperti nenek moyangku telah melakukan dahulu. Siang dan malam aku memikirkan engkau dalam doa-doaku. Aku sangat rindu kepadamu. Betapa bahagia aku, kalau bertemu lagi dengan engkau; karena aku masih ingat air matamu pada waktu kita berpisah. Aku tahu betapa besar imanmu kepada Tuhan, seperti halnya iman ibumu Eunike dan nenekmu Lois; dan aku yakin bahwa imanmu di dalam Dia tetap sebesar semula. Itulah sebabnya aku mengingatkanmu tentang karunia yang diberikan Allah kepadamu pada waktu aku meletakkan tangan di atas kepalamu dan memberkatimu. Manfaatkanlah karunia itu sepenuhnya! Karena Roh Kudus yang diberikan Allah kepada kita bukan roh ketakutan, tetapi roh kekuatan, cinta, dan penguasaan diri. Jadi jangan malu memberitakan kepada orang lain tentang Tuhan kita, atau memberitahukan kepada mereka bahwa aku adalah temanmu, sekalipun aku dipenjarakan di sini demi Kristus. Bersiaplah menderita bagi Berita Kesukaan bersama denganku. Allah akan memberi kekuatan kepadamu. Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaan-Nya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena itulah yang telah direncanakan-Nya lama sebelum dunia ini diciptakan—untuk menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya kepada kita melalui Kristus. Sekarang semua ini telah dijelaskan-Nya kepada kita melalui kedatangan Juru Selamat kita, Yesus Kristus, yang mematahkan kuasa maut dan menunjukkan kepada kita jalan menuju hidup kekal dengan cara beriman kepada-Nya. Allah telah memilih aku menjadi rasul-Nya, untuk mengabarkan Berita Kesukaan kepada orang-orang bukan Yahudi dan untuk mengajar mereka. Itulah sebabnya aku menderita di penjara ini. Aku sama sekali tidak malu akan hal itu, karena aku mengenal Dia yang kupercayai. Aku yakin bahwa Ia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku sampai hari kedatangan-Nya. Peganglah kuat-kuat pola kebenaran yang telah kuajarkan kepadamu, terutama mengenai iman dan kasih yang diberikan Kristus Yesus kepadamu. Peliharakanlah baik-baik kecakapan yang diberikan Allah kepadamu sebagai suatu pemberian melalui Roh Kudus yang hidup di dalammu. Seperti kauketahui, semua orang Kristen yang datang ke sini dari Asia telah meninggalkan aku seorang diri; bahkan Figelus dan Hormogenes juga. Semoga Allah memberkati Onesiforus serta keluarganya, karena ia sering mengunjungi aku dan memberi penghiburan kepadaku. Kunjungan-kunjungannya menyegarkan aku kembali seperti udara yang nyaman, dan ia tidak pernah merasa malu bahwa aku dipenjarakan. Sesungguhnya, pada waktu ia tiba di Roma, ia menemui aku setelah mencari-cari aku dengan susah payah. Semoga Tuhan memberi dia berkat istimewa pada hari kedatangan Kristus yang kedua kali. Dan engkau sendiri lebih mengetahui bagaimana ia telah menolong aku di Efesus. Timotius, anak yang kukasihi, ambillah kekuatan dari kasih karunia yang diberikan Allah kepadamu dalam Kristus Yesus. Karena engkau harus mengajarkan kepada orang lain hal-hal yang telah kuajarkan kepadamu dan kepada banyak orang. Ajarkanlah kebenaran-kebenaran ini kepada orang-orang yang dapat dipercaya, yang kemudian akan meneruskannya kepada orang lain lagi. Sama seperti aku, bersedialah untuk turut menderita sebagai seorang prajurit Yesus Kristus yang baik. Sebagai prajurit Kristus, janganlah kaubiarkan dirimu terikat oleh hal-hal duniawi, karena jika demikian, engkau tidak akan dapat memuaskan hati Dia yang mencantumkan namamu di dalam pasukan-Nya. Dalam melakukan pekerjaan Tuhan, turutlah peraturan-peraturan-Nya; seperti halnya seorang olahragawan harus mengikuti peraturan, sebab kalau tidak, ia dinyatakan tidak boleh ikut serta dalam perlombaan, sehingga tidak mendapat piala kemenangan. Dan siapa yang pertama makan dari panen? Bukankah petani yang bekerja keras di ladang? Renungkanlah ketiga lukisan ini, dan semoga Allah menolong engkau untuk memahaminya. Jangan pernah lupa bahwa Yesus Kristus keturunan Raja Daud dan dibangkitkan dari antara orang mati oleh Allah. Ini adalah inti Kabar Kesukaan yang aku khotbahkan. Karena mengajarkan kebenaran-kebenaran inilah aku berada di sini, dalam kesukaran dan dipenjarakan seperti seorang penjahat. Aku terbelenggu, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Aku rela menderita demi keselamatan dan kemuliaan kekal di dalam Kristus Yesus bagi mereka yang telah dipilih Allah. Hal ini adalah benar dan layak untuk kepercayaan penuh: apabila kita sudah mati bersama Kristus, kita akan hidup bersama-Nya juga. Bila kita menderita bersama-Nya, kita akan memerintah bersama-Nya juga. Bila kita menyangkal-Nya, Ia juga akan menyangkal kita. Namun bila kita tidak setia, Ia tetap setia, karena Ia tidak menyangkal diri-Nya sendiri. Ingatkanlah orang-orangmu akan kenyataan-kenyataan ini, dan perintahkanlah mereka dalam nama Tuhan supaya tidak berdebat tentang hal-hal yang tidak penting. Perdebatan semacam itu membingungkan dan tidak berfaedah, malah merugikan. Bekerjalah dengan keras untuk layak dipuji Allah, seperti seorang pekerja yang tidak perlu merasa malu dengan pekerjaannya, seperti seorang yang memberitakan firman kebenaran dengan tepat. Jauhkanlah dirimu dari pembicaraan-pembicaraan kosong orang-orang tertentu. Mereka akan bergerak semakin jauh dari Allah dan ajaran palsu mereka akan menyebar seperti kanker. Himeneus dan Filetus termasuk orang-orang semacam itu. Mereka telah meninggalkan jalan kebenaran dengan mengajarkan kebohongan bahwa kebangkitan itu sudah terjadi; mereka telah melemahkan iman beberapa orang yang percaya kepada mereka. Tetapi kebenaran Allah tetap tegak bagai batu karang dan tidak sesuatu pun dapat menggoyahkannya. Dan kata-kata inilah yang tertulis di atasnya: “Tuhan mengenal siapa yang benar-benar milik-Nya,” dan “Setiap orang yang menamakan dirinya orang Kristen, tidak patut melakukan perbuatan-perbuatan yang salah.” Di dalam rumah orang kaya, bukan hanya terdapat piring mangkuk dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah. Piring mangkuk yang mahal dipakai pada perayaan, dan yang murah dipakai di dapur atau untuk penggunaan sehari-hari lainnya. Jika engkau menjauhi dosa, engkau akan menjadi seperti piring mangkuk dari emas murni, yang terbaik di dalam rumah, sehingga Kristus sendiri dapat memakai engkau untuk tujuan-Nya yang termulia. Jangan biarkan dirimu terbawa oleh nafsu yang membahayakan orang-orang muda! Berusahalah untuk hidup yang sesuai dengan kehendak Allah dan yang diatur oleh iman, cinta, dan kedamaian, bersama semua orang yang benar-benar menyembah Tuhan. Sekali lagi kukatakan, janganlah melibatkan dirimu dalam perdebatan yang bodoh, yang hanya akan menyinggung perasaan dan menimbulkan kemarahan. Siapa yang mau melayani Allah hendaknya jangan suka bertengkar; orang itu harus dengan lemah lembut dan sabar mengajar orang-orang yang salah. Hendaklah dia dengan rendah hati menunjukkan jalan yang benar kepada mereka yang menentang Kabar Kesukaan. Mungkin Allah akan memberi mereka kesempatan untuk bertobat, sehingga mereka akan mengetahui kebenaran dan akan sadar. Lalu mereka akan bisa melarikan diri dari perangkap Iblis di mana mereka telah ditawan olehnya untuk melakukan apa pun yang dia inginkan. Timotius, engkau harus tahu bahwa pada hari-hari sebelum akhir dunia akan ada banyak kesukaran. Orang hanya akan mencintai uang serta dirinya sendiri; mereka akan angkuh dan membanggakan diri, mengejek Allah dan memberontak orang tua; tidak tahu berterima kasih kepada siapa pun dan tidak menghormati hal-hal suci. Mereka akan tanpa cinta dan tak kenal ampun; mereka memfitnah orang lain, dan kebejatan bagi mereka menjadi soal biasa. Mereka akan bersifat kasar dan kejam dan membenci apa yang baik. Mereka akan mengkhianati teman-teman mereka; mereka pemarah, besar kepala, dan lebih suka berfoya-foya daripada berbakti kepada Allah. Memang, mereka akan mempertahankan penampilan luar dari iman, tetapi akan menolak kekuatan batiniahnya. Jauhilah orang-orang semacam itu. Mereka adalah orang-orang yang dengan cerdiknya menyelinap ke dalam rumah orang lain, bergaul dengan perempuan-perempuan bodoh yang penuh dosa, serta mengajarkan doktrin-doktrin baru kepada mereka. Perempuan-perempuan semacam itu selalu mengikuti guru-guru baru, tetapi mereka tidak pernah mengerti kebenaran. Dan guru-guru sesat ini menentang kebenaran, sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa. Mereka berpikiran kotor dan terputar-balik, serta sudah murtad dari iman Kristen. Tetapi mereka tidak selamanya dapat berbuat demikian. Suatu waktu tipu muslihat mereka akan diketahui oleh setiap orang, sama seperti dosa Yanes dan Yambres. Tetapi engkau sendiri mengetahui bahwa aku bukan orang semacam itu. Engkau mengetahui cara hidupku, apa yang kupercayai, serta apa yang kuingini. Engkau mengetahui imanku kepada Kristus dan betapa aku telah menderita. Engkau mengetahui kasihku kepadamu dan kesabaranku. Engkau mengetahui betapa banyak kesukaran yang kualami karena mengabarkan Berita Kesukaan. Engkau mengetahui segala perlakuan mereka terhadapku pada waktu aku mengunjungi Antiokhia, Ikonium, dan Listra, tetapi Tuhan melepaskan aku dari segala penderitaan. Ya, semua orang yang bertekad untuk hidup bagi Yesus Kristus, akan mengalami penderitaan dari orang-orang yang membenci Dia. Sesungguhnya, orang jahat dan guru palsu akan makin jahat dan menipu banyak orang, karena mereka sendiri telah tertipu oleh Iblis. Tetapi engkau harus tetap percaya akan hal-hal yang telah diajarkan kepadamu. Engkau mengetahui bahwa hal-hal itu benar, karena engkau tahu bahwa engkau dapat memercayai kami yang telah mengajarkannya. Engkau tahu bagaimana Kitab Suci diajarkan kepadamu pada waktu engkau masih kanak-kanak, dan inilah yang menjadikan engkau bijaksana sehingga menerima penyelamatan Allah dengan beriman kepada Kristus Yesus. Seluruh Kitab Suci diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajar kita apa yang benar serta menyadarkan kita akan apa yang salah dalam hidup kita. Kitab Suci meluruskan kita ketika kita salah dan menolong kita melakukan apa yang benar. Itulah cara Allah menjadikan kita siap dalam segala segi, diperlengkapi dengan sempurna untuk berbuat baik kepada semua orang. Oleh karena itu, di hadapan Allah dan di hadapan Kristus Yesus, yang kelak akan mengadili yang hidup dan yang mati pada waktu Ia datang meneguhkan kerajaan-Nya, aku minta dengan sangat supaya engkau mengabarkan firman Allah pada setiap kesempatan dalam segala keadaan. Nasihati dan tegurlah sidang jemaatmu bilamana perlu, anjurkanlah supaya mereka melakukan yang benar, dan dengan sabar berilah mereka santapan dari firman Allah. Sebab akan tiba waktunya orang tidak mau mendengarkan kebenaran dan mencari guru-guru yang pengajarannya sesuai dengan selera mereka. Mereka tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Kitab Suci, dan dengan riang gembira mengikuti paham mereka sendiri yang sesat. Hendaklah engkau senantiasa sadar dan berjaga-jaga terhadap segala bahaya tersebut. Jangan takut menderita bagi Tuhan. Bimbinglah orang-orang lain kepada Kristus. Laksanakanlah segala tugas kewajibanmu. Hal ini kukatakan, karena waktuku untuk menolongmu tinggal sedikit. Ajalku hampir sampai. Tidak lama lagi aku akan menempuh perjalanan ke surga. Aku sudah berjuang dalam pertarungan yang bagus dan telah tiba di akhir perlombaan. Aku tetap setia kepada Allah. Di surga telah tersedia mahkota, yang akan diberikan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang benar, pada hari Ia datang lagi. Dan bukan hanya kepadaku saja, melainkan juga kepada semua orang yang hidupnya menunjukkan, bahwa mereka dengan rindu menanti-nantikan kedatangan-Nya. Datanglah secepat mungkin, sebab Demas telah meninggalkan aku. Ia mencintai hal-hal dunia dan pergi ke Tesalonika. Kreskes telah berangkat ke Galatia, Titus ke Dalmatia. Hanya Lukas masih bersama dengan aku. Ajaklah Markus bersamamu kemari, sebab aku memerlukan dia. (Tikhikus juga pergi, sebab dia telah kuutus ke Efesus.) Apabila engkau kemari, jangan lupa membawa jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus, dan juga buku-bukuku, terutama sekali perkamen-perkamen itu. Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat jahat terhadapku. Tuhan akan menghukumnya, tetapi berhati-hatilah terhadap dia, karena ia menentang segala apa yang kita ajarkan. Ketika pertama kali aku dibawa ke pengadilan, tidak ada seorang pun di sini untuk menolong aku. Semua telah melarikan diri. Aku harap mereka tidak akan disalahkan karenanya. Tetapi Tuhan mendampingi aku dan memberi kesempatan kepadaku untuk dengan berani mengabarkan Injil kepada semua orang. Dan Dia meluputkan aku dari terkaman singa-singa. Ya, Tuhan akan selalu membebaskan aku dari segala yang jahat dan akan membimbing aku ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi Allahlah kemuliaan untuk selama-lamanya. Amin. Sampaikan salamku kepada Priskila dan Akwila dan kepada mereka yang tinggal di rumah Onesiforus. Erastus tinggal di Korintus dan Trofimus kutinggalkan di Miletus karena sakit. Usahakanlah supaya engkau ada di sini sebelum musim dingin. Salam dari Ebulus, Pudes, Linus, dan Klaudia dan dari saudara-saudara lain. Semoga Tuhan Yesus Kristus menyertaimu. Semoga rahmat Allah tercurah ke atas semua Saudara yang kepadanya surat ini akan dibacakan. Dari: Paulus, hamba Allah dan utusan Yesus Kristus. Aku telah diutus untuk membawa iman kepada orang-orang yang telah dipilih Allah serta mengajar mereka mengenal kebenaran Allah, kebenaran yang mengubah kehidupan, supaya mereka mendapat hidup kekal yang telah dijanjikan Allah sebelum dunia ini dimulai, dan Ia tidak mungkin berdusta. Sekarang pada saat yang dikehendaki-Nya, Ia telah menyatakan pesan-Nya. Atas perintah Allah, Juru Selamat kita, aku ditugaskan untuk memberitakan pesan itu. Kepada: Titus, yang benar-benar menjadi anakku dalam pekerjaan Tuhan. Semoga Allah Bapa dan Yesus Kristus, Juru Selamat kita, memberi kepadamu berkat dan damai sejahtera. Engkau kutinggalkan di Pulau Kreta supaya dapat menyelesaikan pekerjaan kami dan mengangkat penatua-penatua di setiap kota, seperti yang kuperintahkan kepadamu! Seorang penatua haruslah orang yang hidupnya tidak bercela. Ia harus setia kepada istrinya dan anak-anaknya harus percaya kepada Tuhan. Mereka harus tidak terkenal sebagai anak yang tidak bisa diatur atau tidak patuh kepada orang tuanya. Pemimpin jemaat ini haruslah orang yang hidupnya tidak bercela, sebab dia adalah pelayan Allah. Ia tidak boleh angkuh atau pemarah, tidak boleh peminum atau suka berkelahi, atau tamak akan uang. Ia harus senang menerima tamu dan menyukai segala yang baik, harus bijaksana, adil, berhati bersih, serta dapat menguasai diri. Kepercayaannya akan kebenaran yang telah diajarkan kepadanya harus kuat dan tetap, supaya ia dapat mengajarkannya kepada orang lain dan dapat pula menunjukkan kekeliruan orang-orang yang menentangnya. Karena banyak orang tidak mau patuh, terutama di antara orang-orang yang mengatakan bahwa semua orang Kristen harus tunduk kepada hukum-hukum Yahudi. Tetapi anggapan itu salah dan membutakan orang terhadap kebenaran. Dan hal ini harus dicegah. Sudah banyak keluarga dijauhkan dari rahmat Allah karenanya. Mereka yang berkata begitu hanya menginginkan uangmu. Salah seorang dari bangsa mereka sendiri, seorang nabi dari Pulau Kreta, berkata tentang mereka, “Orang-orang Kreta ini semuanya pembohong! Mereka seperti binatang yang malas dan hidup hanya untuk mengenyangkan perut semata-mata.” Memang demikianlah halnya. Oleh karena itu, berbicaralah kepada orang-orang Kristen di situ setegas mungkin, supaya mereka teguh dalam iman, dan tidak lagi mendengarkan dongeng bangsa Yahudi dan tuntutan orang-orang yang telah menyimpang dari kebenaran. Bagi mereka yang murni, semuanya murni. Namun tidak ada yang murni bagi mereka yang di dalam pikiran mereka maupun di hati nurani mereka dikotori oleh dosa dan yang tidak ingin percaya. Orang-orang semacam itu mengaku bahwa mereka mengenal Allah, tetapi dari tindak tanduknya kita tahu bahwa mereka sebenarnya tidak mengenal Allah. Mereka busuk dan tidak taat, serta sama sekali tidak dapat diharapkan berbuat baik. Tetapi engkau hendaknya berbicara mengenai hidup yang benar, yang sejalan dengan kekristenan sejati. Ajarlah kaum pria yang tua supaya mereka menguasai diri dan layak dihormati. Mereka harus bijaksana dan dewasa dalam iman, cinta, dan kesabaran. Demikian pula, ajarlah kaum wanita yang tua supaya menjalani kehidupan yang menghormati Allah. Janganlah mereka menjadi tukang ngobrol atau peminum, melainkan memberi nasihat yang baik. Mereka hendaknya mendidik wanita-wanita yang lebih muda supaya mengasihi suami serta anak-anak mereka, berlaku bijaksana dan berhati bersih, mengurus rumah tangga dengan baik, bersikap baik dan patuh kepada suami mereka, sehingga iman Kristen tidak mendapat nama buruk. Demikian juga anjurkanlah kepada para pemuda supaya berkelakuan baik dan hidup dengan penuh kesungguhan. Dan engkau sendiri harus menjadi teladan bagi mereka dalam segala perbuatan yang baik. Saat engkau mengajar, lakukanlah dengan tulus dan bermartabat. Segala sesuatu yang kaukatakan harus sesuai dengan ajaran yang sehat dan tidak ada yang dapat dicela, sehingga siapa saja yang menentang kita akan merasa malu sendiri karena mereka tidak bisa mengatakan hal buruk tentang kita. Anjurkanlah kepada hamba-hamba supaya patuh dan berusaha memuaskan hati tuannya. Janganlah mereka membantah, atau mencuri, melainkan menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya dapat dipercaya. Dengan demikian, mereka akan menghormati ajaran Allah, Juru Selamat kita, dalam segala hal. Sebab sekarang keselamatan kekal ditawarkan sebagai hadiah cuma-cuma kepada setiap orang. Bersamaan dengan hadiah itu, datanglah kesadaran bahwa Allah ingin agar kita berpaling dari kehidupan tanpa Allah serta kesenangan-kesenangan dosa kepada kehidupan sehari-hari yang baik dan takut kepada Allah, sambil mengharapkan saat yang kita nanti-nantikan, yaitu waktu kemuliaan-Nya tampak, kemuliaan Allah dan Juru Selamat kita yang agung, Yesus Kristus. Ia mati untuk menanggung hukuman Allah atas dosa kita. Dengan demikian Ia dapat menyelamatkan kita dari kejatuhan ke dalam dosa yang terus-menerus, dan menjadikan kita umat-Nya sendiri dengan hati yang disucikan dan kegairahan untuk berbuat baik. Engkau harus mengajarkan hal-hal ini dan menganjurkan orang melakukannya. Kalau perlu, tegurlah mereka karena engkau berhak berbuat demikian. Jangan biarkan seorang pun mengira bahwa apa yang kaukatakan itu tidak penting. Peringatkanlah orang-orangmu supaya menaati pemerintah serta pejabat-pejabatnya, dan supaya selalu patuh serta bersedia melakukan apa yang baik. Janganlah mereka menceritakan keburukan orang lain atau bertengkar, melainkan hendaklah mereka bersikap lemah lembut dan sopan santun terhadap semua orang. Dahulu kita sendiri berlaku bodoh dan tidak patuh. Kita disesatkan oleh orang lain dan menjadi hamba kesenangan dan keinginan yang jahat. Kehidupan kita dahulu penuh dengan kebencian dan iri hati. Kita membenci orang lain dan mereka membenci kita. Tetapi, ketika kebaikan Allah dan Juru Selamat kita dinyatakan, Ia menyelamatkan kita. Bukan karena kita ini cukup baik untuk diselamatkan, melainkan semata-mata karena kemurahan dan pengasihan-Nya. Ia membasuh kita menjadi bersih, memberi kita kelahiran baru dan kehidupan baru melalui Roh Kudus, yang dilimpahkan-Nya ke atas kita. Semuanya ini karena apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus, Juru Selamat kita, sehingga kita dinyatakan benar pada pemandangan Allah, semata-mata karena kebaikan-Nya. Sekarang kita, sebagai anak-anak dan ahli waris-Nya, memiliki harapan pada kehidupan kekal. Segala sesuatu yang kukatakan kepadamu ini semuanya benar. Ajarkanlah supaya kebenaran-kebenaran ini dipegang teguh, sehingga orang-orang Kristen akan selalu berusaha berbuat baik; sebab bukan saja hal ini benar, tetapi juga membawa hasil. Janganlah melibatkan diri ke dalam perselisihan bodoh mengenai silsilah-silsilah dan perbantahan atau pertengkaran tentang Hukum Yahudi. Hal-hal ini tidak berguna, hanya menghabiskan waktu. Jika seseorang menyebabkan perpecahan di antara kalian, ia harus diberi peringatan sampai dua kali. Bila dia tetap berada di jalan yang salah, dia melakukannya secara sadar dan menghukum dirinya sendiri. Aku bermaksud menyuruh Artemas atau Tikhikus berkunjung kepadamu. Segera sesudah salah seorang dari mereka tiba, usahakan menjumpai aku di Nikopolis secepat mungkin, sebab aku akan tinggal di sana selama musim dingin ini. Sedapat-dapatnya tolonglah Zenas, ahli hukum itu, dan Apolos dalam perjalanan mereka. Usahakan supaya kebutuhan mereka terpenuhi, karena orang-orang kita harus belajar menolong semua orang yang membutuhkan pertolongan, sehingga kehidupan mereka akan berbuah. Salam dari tiap orang di sini. Sampaikan salamku kepada semua saudara Kristen di situ. Semoga rahmat Allah tercurah ke atas semua saudara yang kepadanya surat ini akan dibacakan. Semoga Saudara sekalian diberi berkat serta damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Yesus Kristus, Tuhan kita. Aku senantiasa bersyukur kepada Allah bila aku berdoa untukmu, Filemon yang kukasihi. Karena aku terus mendengar tentang imanmu kepada Tuhan Yesus dan kasihmu kepada umat-Nya. Aku berdoa semoga iman yang kita miliki bersama itu akan terus bertumbuh dalam dirimu dan engkau akan semakin menyadari betapa kayanya Yesus Kristus telah mengaruniakan kita. Aku sendiri sudah memperoleh banyak sukacita dan penghiburan dari kasihmu, Saudaraku, karena kebaikanmu telah sering menyegarkan hati umat Allah. Permintaanku ialah agar engkau memperlihatkan kebaikanmu kepada seseorang yang kuanggap anakku karena dia telah kumenangkan bagi Tuhan sementara aku terbelenggu di penjara ini; orang itu Onesimus. Onesimus (yang namanya berarti “Berguna”) dahulu tidak begitu berguna bagimu, tetapi sekarang ia sangat berguna bagi kita berdua. Aku menyuruh dia kembali kepadamu, dan hatiku menyertai dia. Sebenarnya aku ingin menahan dia di sini selama aku dipenjarakan karena mengabarkan Berita Kesukaan, dan itu berarti bahwa dengan perantaraan dia engkau menolong aku. Tetapi aku tidak mau berbuat begitu tanpa izinmu. Aku ingin supaya engkau berbuat baik bukan karena paksaan, melainkan karena keinginanmu sendiri. Anggaplah bahwa ia melarikan diri dari engkau untuk sementara, supaya kemudian ia menjadi milikmu untuk selamanya, bukan hanya sebagai hamba semata-mata, melainkan lebih daripada itu, yaitu sebagai seorang saudara yang dikasihi, teristimewa bagiku. Bagimu juga sekarang ia lebih berguna, karena ia bukan saja hambamu, melainkan juga saudaramu dalam Kristus. Jikalau aku benar-benar temanmu, sambutlah dia sebagaimana engkau menyambut aku. Jikalau ia telah merugikan engkau atau mencuri suatu milikmu, tanggungkanlah semua itu ke atasku. Aku, Paulus, menulis di sini dengan tangan sendiri: Aku akan mengembalikannya kepadamu. Namun aku akan bisa mengingatkan bahwa engkau berutang kepadaku untuk jiwamu sendiri, sebab melaluiku engkau menemukan iman kepada Kristus. Ya, Saudaraku yang kukasihi, gembirakanlah hatiku dengan perbuatan kasih ini dan jiwaku yang letih akan memuji Tuhan. Surat ini kutulis dengan keyakinan bahwa engkau akan meluluskan permintaanku dan bahkan lebih daripada itu! Sediakanlah tempat bagiku di rumahmu, karena aku berharap Allah akan menjawab segala doamu dan memperkenankan aku segera datang kepadamu. Epafras, yang juga dipenjarakan di sini karena memberitakan Yesus Kristus, mengirimkan salam kepadamu. Demikian pula Markus, Aristarkhus, Demas, dan Lukas, teman-teman sekerjaku. Semoga rahmat Tuhan Yesus Kristus tercurah ke atas Saudara. Pada zaman dahulu Allah berbicara berulang kali dan dengan berbagai cara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi. Tetapi pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. Kepada-Nya Ia telah memberikan segala sesuatu, dan dengan perantaraan Dia, Allah menciptakan alam semesta serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Anak Allah itu menyinarkan kemuliaan Allah, dan segala sifat serta perbuatan-Nya menunjukkan bahwa Ia adalah Allah. Ia mengatur alam semesta dengan kuasa firman-Nya. Dialah yang telah mati untuk menyucikan kita serta menghapuskan segala dosa kita, lalu duduk dalam kemuliaan tertinggi di sebelah kanan Allah Yang Mahabesar di surga. Dengan demikian, Ia menjadi jauh lebih besar daripada para malaikat, sebagaimana terbukti dari nama-Nya, yaitu “Anak Allah”, yang diberikan kepada-Nya oleh Bapa-Nya, nama yang jauh lebih besar daripada nama dan gelar segala malaikat. Mengenai malaikat-malaikat-Nya, Allah mengutus mereka seperti angin dan hamba-hamba-Nya seperti nyala api. Tetapi mengenai Anak-Nya Ia berkata, “Kerajaan-Mu, ya Allah, akan berlangsung untuk selama-lamanya dan pemerintahan-Mu selalu adil dan benar. Engkau mengasihi yang benar dan membenci yang salah; sebab itu Allah, yaitu Allah-Mu, telah memilih-Mu dan mencurahkan kegembiraan kepada-Mu lebih daripada siapa pun juga.” Allah juga menyebut-Nya “Tuhan” ketika Ia mengatakan, “Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah menjadikan bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semua itu akan lenyap, tetapi Engkau tetap ada untuk selama-lamanya. Semua itu akan menjadi usang seperti pakaian tua, dan pada suatu hari kelak akan Kaugulung dan Kauganti dengan yang baru. Tetapi Engkau sendiri tidak akan berubah, dan tahun-tahun-Mu tidak akan berkesudahan.” Pernahkah Allah mengatakan kepada seorang malaikat, seperti dikatakan-Nya kepada Anak-Nya, “Duduklah di tempat kehormatan di sebelah kanan-Ku, sampai Aku akan menaklukkan musuh-musuh-Mu dan membuat mereka bertekuk lutut di bawah kaki-Mu?” Tidak pernah, sebab malaikat hanyalah roh yang diutus untuk menolong dan memelihara orang yang akan menerima keselamatan. Jadi, kita harus memperhatikan dengan saksama kebenaran yang telah kita dengar itu, sebab kalau tidak, mungkin kita akan menjauhinya. Karena, kalau berita yang disampaikan oleh para malaikat itu selalu terbukti kebenarannya dan manusia selalu mendapat hukuman sebab tidak mematuhinya, maka bagaimana kita dapat luput dari hukuman, jika kita bersikap acuh tak acuh terhadap keselamatan semulia itu, yang sudah diberitakan oleh Tuhan Yesus sendiri, dan diteruskan kepada kita oleh orang-orang yang telah mendengar pemberitaan-Nya? Allah selalu menguatkan kebenaran berita itu dengan tanda-tanda ajaib serta berbagai-bagai mukjizat dan dengan memberikan bermacam-macam kemampuan istimewa dari Roh Kudus kepada orang yang percaya. Sungguh, Allah telah menetapkan karunia-karunia semacam itu bagi kita masing-masing. Dan bukan para malaikat yang akan berkuasa atas dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Bukan, sebab Kitab Suci di satu tempat berkata, “Apakah manusia itu, sehingga Engkau sedemikian memperhatikannya, dan siapakah anak manusia, yang Engkau muliakan setinggi itu? Sebab, walaupun untuk sementara Engkau telah menjadikan Dia lebih rendah daripada malaikat, sekarang Engkau telah memahkotai-Nya dengan kemuliaan dan kehormatan. Dan Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala sesuatu, tanpa kecuali.” Kita belum melihat terlaksananya semua ini, tetapi kita sungguh-sungguh dapat melihat Yesus—yang untuk seketika lamanya dijadikan sedikit lebih rendah daripada malaikat—sekarang dimahkotai oleh Allah dengan kemuliaan serta kehormatan, sebab Ia telah menderita kematian untuk kita. Ya, karena besarnya kebaikan Allah, Yesus mati untuk segenap umat manusia. Allah ingin agar banyak orang, setelah mereka menjadi anak-anak-Nya, diterima ke dalam Kerajaan-Nya yang mulia. Untuk itu perlu bahwa orang yang akan memimpin mereka menuju keselamatan sendiri dijadikan sempurna melalui penderitaan. Itu adalah cara yang tepat untuk Allah, asal dan tujuan dari segalanya. Kita yang sudah dikuduskan oleh Yesus, sekarang menjadi sebapa dengan Dia. Karena itu, Yesus tidak malu menyebut kita saudara-Nya. Sebenarnya Ia berkata, “Aku menceritakan nama-Mu kepada saudara-saudaraku; di tengah pertemuan jemaat, aku memuji-muji Engkau.” Pada kesempatan lain Ia berkata, “Aku akan menaruh kepercayaan kepada Allah.” Dan, “Lihat, inilah Aku beserta dengan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.” Sebab kita, anak-anak Allah, adalah manusia yang terdiri dari darah dan daging, maka Ia juga telah menjadi darah dan daging dengan jalan dilahirkan sebagai manusia; sebab hanya sebagai manusialah Ia dapat mati, dan dengan kematian-Nya Ia mematahkan kuasa Iblis yang berkuasa atas maut. Hanya dengan jalan demikian Ia dapat membebaskan orang yang karena takut mati, terus-menerus hidup dalam ketakutan. Kita semua tahu bahwa Ia datang bukan sebagai malaikat, melainkan sebagai manusia, ya, sebagai orang Yahudi. Dan Yesus perlu menjadi sama seperti kita, saudara-saudara-Nya, supaya dalam hal menanggulangi dosa manusia, Ia dapat menjadi Imam Besar yang setia dan menaruh belas kasihan kepada kita di hadapan Allah. Ia sendiri telah mengalami penderitaan dan cobaan. Karena itu, Ia dapat merasakan penderitaan dan cobaan yang menimpa kita dan Ia benar-benar sanggup menolong kita. Karena itu, Saudara sekalian yang sudah dipisahkan oleh Allah bagi diri-Nya sendiri dan sudah dipilih bagi surga, saya ingin supaya Saudara sekarang merenungkan Yesus, Utusan Allah dan Imam Besar kita. Sebab Yesus setia kepada Allah, yang telah mengangkat-Nya sebagai Imam Besar, sama seperti Musa setia melayani dalam rumah Allah. Tetapi Yesus jauh lebih mulia daripada Musa, sama seperti orang yang membangun sebuah rumah bagus mendapat lebih banyak pujian daripada rumah yang dibangunnya. Banyak orang dapat membangun rumah, tetapi hanya Allah yang menjadikan segala sesuatu. Memang pelayanan Musa dalam rumah Allah baik sekali, tetapi ia hanya seorang pelayan; dan pekerjaannya ialah terutama untuk memberi gambaran tentang hal-hal yang akan terjadi kemudian. Tetapi Kristus, Anak Allah yang setia, berkuasa penuh atas rumah Allah. Dan kita umat Kristen adalah rumah Allah—Ia hidup di dalam kita—jika kita tidak berputus harapan, melainkan tetap bersandar kepada Tuhan sampai akhir. Di sana mereka mencobai Aku, menguji kesabaran-Ku, padahal mereka telah melihat begitu banyak mukjizat yang Kulakukan selama empat puluh tahun lamanya. Aku telah marah kepada mereka, sebab mereka adalah bangsa yang hatinya sesat dan jauh daripada-Ku. Mereka tidak mau menerima hukum-hukum-Ku. Kemudian dalam murka-Ku Aku bersumpah bahwa mereka tidak akan memasuki tempat perhentian-Ku.” Oleh karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, jagalah supaya hati Saudara jangan menjadi jahat dan tidak percaya, sehingga menjauhkan Saudara dari Allah yang hidup. Berbicaralah tentang hal ini seorang kepada yang lain tiap-tiap hari sementara masih “hari ini,” sehingga tidak ada seorang pun di antara Saudara sekalian yang mengeraskan hati terhadap Allah karena dibutakan oleh semarak dosa. Sebab, jika kita setia sampai akhir, dan percaya kepada Allah seperti pada waktu kita mula-mula menjadi orang Kristen, maka kita akan turut memiliki segala sesuatu yang dimiliki Kristus. Tetapi sekaranglah saatnya. Jangan sekali-kali melupakan peringatan ini, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara Allah, janganlah mengeraskan hatimu seperti nenek moyangmu di padang gurun, ketika mereka memberontak terhadap Allah.” Siapakah orang-orang yang saya bicarakan ini, yang mendengar suara Allah, tetapi kemudian memberontak terhadap Dia? Mereka adalah bangsa yang keluar dari Tanah Mesir di bawah pimpinan Musa. Dan siapakah yang membangkitkan murka Allah selama empat puluh tahun itu? Mereka adalah orang-orang itu juga, yang berbuat dosa dan sebagai akibatnya mereka mati di padang gurun. Kepada siapakah Allah berbicara, ketika Ia bersumpah bahwa mereka tidak akan memasuki tempat perhentian yang telah dijanjikan-Nya kepada umat-Nya? Ia berbicara kepada semua orang yang tidak taat kepada-Nya. Mengapa mereka tidak dapat masuk? Sebab mereka tidak beriman kepada-Nya. Sekalipun janji Allah—yaitu bahwa setiap orang boleh masuk ke dalam tempat perhentian-Nya—masih tetap berlaku, kita patut gemetar ketakutan, sebab beberapa di antara Saudara hampir-hampir tidak dapat sampai ke sana. Karena berita yang baik ini—bahwa Allah telah menyiapkan tempat perhentian ini—telah disampaikan kepada kita sama seperti kepada orang-orang yang hidup pada zaman Musa. Tetapi berita itu tidak ada faedahnya bagi mereka, sebab mereka tidak percaya. Mereka tidak menerima berita itu dengan iman. Sebab hanya kita yang percaya kepada Allah dapat memasuki tempat perhentian-Nya. Ia telah berkata, “Dalam murka-Ku Aku bersumpah bahwa mereka tidak akan memasuki tempat perhentian-Ku,” walaupun pekerjaan-Nya telah selesai sejak dunia dijadikan. Kita tahu bahwa Ia siap sedia dan sedang menunggu, sebab ada tertulis bahwa Allah beristirahat pada hari ketujuh setelah selesai menciptakan segala sesuatu yang telah direncanakan-Nya. Walaupun demikian, mereka tidak masuk, karena pada akhirnya Allah berkata, “Mereka tidak akan memasuki tempat perhentian-Ku.” Namun, janji itu tetap berlaku dan ada yang masuk ke dalam tempat perhentian-Nya, tetapi bukan mereka yang mendapat kesempatan pertama, sebab mereka tidak patuh kepada Allah dan gagal untuk masuk. Tetapi Ia telah menentukan waktu lain untuk masuk, dan waktu itu ialah “hari ini.” Hal ini dimaklumkan-Nya melalui Raja Daud, lama sesudah manusia pertama kali gagal untuk masuk, dengan kata-kata seperti yang telah dikutip di atas, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara Allah, janganlah mengeraskan hatimu.” Tempat perhentian baru yang dikatakan Allah ini, bukanlah Tanah Israel yang dituju oleh Yosua bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Seandainya itu yang dimaksudkan oleh Allah, lama sesudahnya Ia tidak akan berkata bahwa “hari ini” adalah waktunya untuk masuk. Jadi, ada suatu perhentian yang sempurna, yang masih tetap tersedia bagi umat Allah. Semua yang telah masuk ke dalam tempat perhentian Allah beristirahat dari pekerjaan mereka, seperti yang dilakukan Allah sesudah penciptaan. Marilah kita sungguh-sungguh berusaha memasuki tempat perhentian itu, dan berhati-hati jangan sampai kita melawan Allah seperti yang dilakukan bangsa Israel, sehingga mereka tidak dapat masuk. Sebab apa pun yang dikatakan Allah kepada kita selalu penuh dengan kuasa yang hidup: Firman Allah lebih tajam daripada pedang bermata dua yang paling tajam, yang dapat dengan cepat menembusi pikiran dan keinginan kita yang paling dalam, sehingga memperlihatkan diri kita yang sebenarnya. Ia mengetahui seluk-beluk setiap orang di mana pun juga. Segala sesuatu mengenai kita terbuka dan nyata di hadapan Allah yang hidup, yang dapat melihat segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun tersembunyi bagi Dia dan kepada-Nya kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita. Jadi, karena kita memiliki Imam Besar yang agung, yang telah memasuki surga, Yesus, Anak Allah, mari kita berpegang teguh pada pengakuan kepercayaan kita. Imam Besar kita ini memahami kelemahan kita, sebab Ia juga pernah mengalami cobaan seperti kita, meskipun Ia tidak pernah kalah sehingga berdosa. Jadi, marilah kita dengan berani datang ke takhta Allah dan tinggal di sana untuk menerima pengasihan-Nya dan mendapat kasih karunia yang menolong kita pada saat kita membutuhkan pertolongan. Suatu hal lain yang harus diingat ialah bahwa tiada seorang pun dapat menjadi imam besar karena keinginannya sendiri. Ia harus ditetapkan oleh Allah untuk pekerjaan ini, sama seperti Allah memilih Harun. Itulah sebabnya Kristus tidak mengangkat diri-Nya sendiri kepada kemuliaan sebagai Imam Besar, tetapi Ia dipilih oleh Allah. Allah berfirman kepada-Nya, “Engkau adalah Anak-Ku, dan pada hari ini Aku mengaruniakan kepada-Mu kemuliaan yang menyertai martabat itu.” Pada saat lain Allah berfirman kepada-Nya, “Engkaulah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Tetapi pada waktu Kristus berada di dunia ini, Ia berdoa dengan air mata dan kesedihan jiwa-Nya, menyampaikan permohonan kepada Allah, yang dapat meluputkan Dia dari kematian. Allah mendengar doa-doa-Nya, sebab keinginan-Nya yang kuat untuk menaati Allah setiap saat. Walaupun Yesus Anak Allah, Ia harus belajar dari pengalaman, apakah makna ketaatan apabila ketaatan itu berarti penderitaan. Sesudah membuktikan bahwa Ia sempurna dalam pengalaman ini, Yesus menjadi sumber keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, karena Allah telah mengangkat Dia menjadi Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. Masih banyak yang ingin saya kemukakan mengenai hal ini, tetapi bagaimana Saudara dapat memahaminya kalau Saudara bersikap masa bodoh? Saudara tidak akan dapat mengunyah makanan rohani dan memahami hal-hal yang lebih dalam mengenai firman Allah, kalau Saudara belum menjadi orang Kristen yang lebih baik dan belajar membedakan yang benar dari yang salah dengan melakukan hal-hal yang benar. Janganlah kita terus-menerus mengulang ajaran dasar tentang Kristus. Sebaliknya, marilah kita berbicara tentang apa yang perlu diketahui orang Kristen yang telah dewasa dalam iman mereka. Tentu tidak perlu lagi kita membicarakan betapa pentingnya meninggalkan kehidupan lama, yang pada akhirnya mengarah pada kematian atau membicarakan keharusan beriman kepada Allah. Kami juga tidak ingin mengajari Saudara tentang arti baptisan yang berbeda dengan wudu Yahudi, tentang meletakkan tangan atas orang, kebangkitan orang mati, dan penghakiman terakhir Allah. Jika Tuhan mengizinkan, sekarang kita akan membicarakan hal-hal yang lebih lanjut. Tidak ada gunanya mencoba membawa Saudara kembali kepada Tuhan, bila Saudara sudah pernah memahami Berita Kesukaan dan merasakan sendiri karunia surgawi serta persekutuan Roh Kudus, dan mengetahui betapa baiknya firman Allah, serta merasakan kekuasaan dunia yang akan datang, tetapi kemudian berbalik melawan Allah. Saudara tidak dapat bertobat lagi, jika Saudara menyalibkan Anak Allah lagi dengan cara menolak Dia dan mengejek-Nya di muka umum. Bilamana ladang seorang petani mendapat banyak hujan dan menghasilkan panen yang baik, maka ladang itu mengalami berkat Allah. Tetapi, kalau ladang itu tetap menghasilkan onak dan duri, ladang itu dianggap tidak berguna dan patut dimusnahkan dan dibakar habis. Saudara-saudara yang saya kasihi, biarpun saya berkata-kata seperti ini, saya tidak yakin bahwa apa yang saya katakan ini berlaku bagi Saudara. Saya percaya bahwa Saudara menghasilkan buah yang baik sebagai akibat keselamatan Saudara. Sebab Allah bukan tidak adil. Tidak mungkin Ia melupakan kerja keras yang telah Saudara lakukan bagi-Nya, atau kasih Saudara kepada-Nya, baik dahulu maupun sekarang, yang Saudara nyatakan dengan memberikan pertolongan kepada anak-anak-Nya. Dan kami ingin supaya Saudara tetap mengasihi orang lain seumur hidup, agar Saudara memperoleh pahala sepenuhnya. Karena Saudara mengetahui apa yang tersedia kelak, Saudara tidak akan jemu menjadi orang Kristen, dan juga tidak akan kehilangan semangat atau bersikap masa bodoh, tetapi Saudara akan berhasrat mengikuti teladan orang-orang yang karena iman dan kesabaran mereka, telah menerima segala sesuatu yang dijanjikan Allah kepada mereka. Misalnya, janji Allah kepada Abraham: Allah bersumpah demi nama-Nya sendiri, karena tiada seorang pun yang lebih tinggi daripada-Nya, bahwa Ia akan memberkati Abraham dengan berlimpah-limpah dan memberinya seorang putra, dan menjadikannya bapa suatu bangsa yang besar. Kemudian dengan sabar Abraham menunggu sampai Allah akhirnya memberi dia seorang putra, Ishak, sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya. Apabila seseorang bersumpah, ia mengambil seseorang yang lebih tinggi sebagai saksi, yang dapat memaksanya menepati janji atau menghukumnya apabila janji itu tidak ditepati. Sumpah itu menghentikan segala perbantahan. Allah juga mengikat diri-Nya dengan sumpah, sehingga apabila Ia menjanjikan pertolongan kepada seseorang, orang itu akan benar-benar yakin dan tidak usah takut bahwa Allah akan mengubah rencana-Nya. Kepada kita diberikan-Nya keduanya, baik janji maupun sumpah-Nya, dua hal yang dapat kita pegang, karena Allah mustahil berdusta. Semua orang yang datang kepada-Nya untuk diselamatkan dapat berbesar hati karena kepastian yang demikian dari Allah. Sekarang mereka dapat merasa yakin, bahwa Ia akan memberikan kepada mereka keselamatan yang telah dijanjikan-Nya. Pengharapan yang pasti untuk diselamatkan ini merupakan sebuah jangkar yang kuat dan dapat dipercaya bagi jiwa kita, yang menghubungkan kita dengan Allah sendiri di Tempat Mahakudus belakang tirai kudus di surga, tempat Kristus telah masuk mendahului kita untuk bersyafaat bagi kita sebagai Imam Besar selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Melkisedek ini raja Kota Salem dan juga imam Allah Yang Mahatinggi. Ia menemui Abraham, ketika Abraham sedang dalam perjalanan pulang sesudah menang dalam pertempuran melawan banyak raja, lalu Melkisedek memberkati dia. Kemudian Abraham mengambil sepersepuluh hasil kemenangannya dan memberikannya kepada Melkisedek. Nama Melkisedek berarti “Raja Keadilan” dan ia juga Raja Salem, yang berarti “Raja Damai”. Baik ayah maupun ibunya tidak diketahui, juga leluhurnya. Juga tidak ada keterangan tentang kapan dia dilahirkan atau kapan dia mati. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa hidupnya tanpa awal dan tanpa akhir. Dalam hal ini ia menyerupai Anak Allah dan adalah imam untuk selama-lamanya. Lihatlah betapa besar Melkisedek ini: (a) Meskipun Abraham orang yang pertama dan paling dihormati di antara segenap umat pilihan Allah, ia memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh hasil rampasan dari raja-raja yang diperanginya. Seandainya Melkisedek seorang imam Yahudi, kita dapat mengerti mengapa Abraham melakukan hal ini, sebab kemudian umat Allah diharuskan menurut hukum untuk memberi persembahan kepada imam-imam mereka, sebab imam-imam itu adalah kerabat mereka. Tetapi, walaupun Melkisedek bukan kerabat, Abraham memberikan persepuluhan kepadanya. (b) Melkisedek memberkati Abraham yang berderajat tinggi, dan kita tahu bahwa seseorang yang berkuasa memberkati selalu lebih besar daripada orang yang diberkatinya. (c) Imam-imam Yahudi yang menerima persepuluhan dari umatnya, semua mati; Melkisedek, di sisi lain, hidup terus karena tidak ada yang dilaporkan tentang akhir hidupnya. (d) Dapatlah dikatakan bahwa Lewi sendiri (nenek moyang semua imam Yahudi, yang menerima persepuluhan), membayar persepuluhan kepada Melkisedek dengan perantaraan Abraham. Sebab, walaupun Lewi belum dilahirkan, benih asalnya terdapat dalam tubuh Abraham, ketika Abraham membayar persepuluhan kepada Melkisedek. (e) Seandainya imam Yahudi dan hukum-hukum mereka dapat menyelamatkan kita, mengapa Allah harus mengutus Kristus sebagai Imam menurut peraturan Melkisedek, dan bukan seseorang berdasarkan keimaman Harun seperti imam-imam yang lain? Jadi, dengan mudah dapat kita lihat bahwa cara yang dipakai Allah berubah; sebab Kristus, Imam Besar baru berdasarkan keimaman Melkisedek, tidak menjadi imam menurut persyaratan lama, yaitu harus keturunan suku Lewi, melainkan berdasarkan kuasa yang bersumber pada hidup yang kekal. Dan Pemazmur menyatakan hal ini ketika berkata tentang Kristus, “Engkaulah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Ya, sistem keimaman yang lama, yang didasarkan atas garis keturunan, dibatalkan karena tidak membawa hasil. Sistem itu lemah dan tidak berguna untuk menyelamatkan manusia. Sistem itu tidak pernah menjadikan seorang pun sungguh-sungguh benar di hadapan Allah. Tetapi sekarang kita mempunyai pengharapan yang jauh lebih baik. Kristus telah menjadikan kita layak di hadapan Allah, sehingga kita dapat hidup dekat dengan Dia. Allah bersumpah, bahwa Kristus menjadi imam untuk selama-lamanya, sedangkan mengenai imam-imam lain Ia tidak pernah berkata demikian. Hanya kepada Kristus Ia berfirman, “Tuhan telah bersumpah dan pendirian-Nya tidak akan berubah. Engkaulah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Karena sumpah Allah, Kristus dapat memberi jaminan bahwa peraturan baru yang lebih baik ini akan selalu berhasil. Peraturan lama memerlukan banyak imam, supaya apabila yang tua-tua meninggal, jabatan itu dapat dilanjutkan oleh imam-imam yang menggantikannya. Tetapi Yesus hidup untuk selama-lamanya dan Ia tetap menjadi imam, sehingga tidak dibutuhkan imam yang lain. Ia dapat menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia. Karena Ia hidup untuk selama-lamanya, Ia senantiasa hadir di sana untuk mengingatkan Allah bahwa Ia telah menghapuskan dosa mereka dengan darah-Nya. Oleh karena itu, memang Dialah Imam Besar yang kita perlukan; karena Ia kudus, tanpa salah, tidak ternoda oleh dosa, tidak dicemarkan oleh orang-orang berdosa. Kepada-Nya telah diberikan tempat yang mulia di surga. Ia tidak pernah memerlukan darah binatang yang dipersembahkan setiap hari, seperti yang dilakukan imam-imam lain untuk menutupi dosa mereka sendiri dan kemudian dosa umat Israel; sebab Ia mengakhiri segala pengurbanan, sekali untuk selamanya, ketika Ia mengurbankan diri-Nya sendiri di kayu salib. Menurut peraturan lama, bahkan para imam besar pun merupakan orang lemah dan berdosa, yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi kemudian, dengan sumpah Allah mengangkat Anak-Nya sebagai Imam Besar yang sempurna sampai selama-lamanya. Apa yang saya maksudkan ialah ini: Kristus, yang keimaman-Nya baru saja kita bicarakan, adalah Imam Besar kita. Ia berada di surga di tempat yang paling mulia di sebelah kanan Allah sendiri. Ia melayani dalam kemah di surga, tempat ibadah yang sesungguhnya, yang dibangun oleh Tuhan, bukan oleh manusia. Dan karena setiap imam besar diangkat untuk mempersembahkan pemberian dan kurban, demikian jugalah Kristus. Kurban yang dipersembahkan-Nya jauh lebih baik daripada yang dipersembahkan oleh imam-imam dunia. Namun seandainya Ia ada di dunia ini, Ia tidak akan dibolehkan menjadi imam, karena di sini para imam masih mempersembahkan kurban menurut peraturan Yahudi. Pekerjaan mereka berkenaan dengan kemah di dunia, yaitu tiruan kemah yang asli di surga; karena ketika Musa sedang bersiap-siap akan mendirikan kemah itu, Allah memperingatkan dia agar dengan cermat mengikuti pola kemah di surga yang diperlihatkan kepadanya di atas Gunung Sinai. Tetapi Kristus, yang melayani di surga, mendapat pekerjaan yang jauh lebih penting daripada pekerjaan orang yang melayani menurut hukum-hukum lama; sebab perjanjian baru dari Allah, yang disampaikan-Nya kepada kita, berisi janji-janji yang jauh lebih indah. Perjanjian yang lama sama sekali tidak membawa hasil. Seandainya membawa hasil, tentu tidak perlu diganti dengan yang baru. Allah sendiri maklum akan kelemahan perjanjian yang lama itu, sebab Ia berkata, “Pada suatu hari kelak, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan umat Israel dan umat Yehuda. Perjanjian yang baru ini tidak akan sama dengan perjanjian yang Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku menuntun mereka keluar dari Tanah Mesir. Mereka itu tidak setia kepada perjanjian itu; jadi, Aku harus membatalkannya. Tetapi inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan umat Israel,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menuliskan hukum-hukum-Ku dalam akal budi mereka, sehingga mereka akan tahu apa yang Kuharapkan dari mereka. Hukum-hukum itu akan tercantum dalam hati mereka, sehingga mereka ingin mematuhinya. Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Tidak seorang pun perlu berkata kepada teman atau tetangga atau saudaranya, ‘Hendaknya engkau juga mengenal Tuhan,’ sebab setiap orang, besar kecil, akan mengenal Aku. Dan Aku akan menaruh belas kasihan terhadap mereka yang berkesalahan dan Aku tidak lagi mengingat dosa mereka.” Allah menyatakan bahwa perjanjian yang baru menggantikan perjanjian yang lama, sebab sekarang yang lama sudah usang dan sudah disisihkan untuk selama-lamanya. Kemudian terdapat sebuah tirai dan di belakang tirai itu ada ruangan yang dinamakan Tempat Mahakudus. Dalam ruangan ini terdapat mazbah pembakaran kemenyan dari emas, dan sebuah peti emas yang disebut tabut perjanjian, yang seluruhnya dilapisi emas murni. Di dalam tabut itu ada lempengan-lempengan batu yang bertuliskan Sepuluh Hukum, buli-buli emas berisi manna, dan tongkat Harun yang bertunas. Di atas peti emas itu terdapat patung-patung malaikat yang dinamakan kerub—penjaga-penjaga kemuliaan Allah—dengan sayap terentang di atas tutup tabut itu, yang dinamakan tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak usah kita bicarakan secara terperinci. Apabila segala sesuatu telah selesai diatur, para imam setiap hari boleh keluar masuk ruangan yang pertama untuk melakukan tugas mereka. Tetapi hanya imam besar yang boleh masuk ke dalam ruangan yang kedua. Itu pun hanya setahun sekali, dan selalu dengan darah yang dipercikkan di atas tutup pendamaian sebagai persembahan kepada Allah untuk menutupi pelanggaran serta dosanya sendiri dan pelanggaran serta dosa umat-Nya. Roh Kudus memakai semua ini untuk menunjukkan kepada kita, bahwa selama ruangan yang pertama masih ada dan sistem yang lama masih berlaku, orang biasa tidak dapat masuk ke dalam Tempat Mahakudus. Hal ini mengandung pelajaran yang penting bagi kita sekarang. Sebab di bawah sistem lama itu dipersembahkan pemberian-pemberian dan kurban-kurban, tetapi semua itu tidak dapat membersihkan hati orang yang mempersembahkannya. Sebab sistem lama itu hanya mengenai upacara-upacara tertentu saja, tentang makanan dan minuman yang halal, peraturan membersihkan badan, dan berbagai peraturan yang lain. Orang harus menjalankan peraturan ini sampai Kristus datang dengan peraturan Allah yang baru dan lebih baik. Sekarang kita memiliki sistem yang lebih baik. Kristus datang sebagai Imam Besar menurut sistem ini. Ia masuk ke dalam kemah yang sempurna dan lebih besar di dalam surga, yang bukan buatan manusia dan juga bukan bagian dari dunia ini. Sekali untuk selama-lamanya Ia membawa darah ke dalam ruangan kedua, Tempat Mahakudus, dan memercikkannya ke atas tutup pendamaian. Darah itu bukan darah kambing atau darah anak lembu, melainkan darah-Nya sendiri. Dengan darah-Nya itu Ia sendiri menjamin keselamatan kita yang kekal. Jika di bawah sistem lama, darah lembu jantan dan darah kambing serta abu lembu muda dapat menyucikan tubuh manusia dari dosa, darah Kristus memiliki efek yang jauh lebih besar. Karena ketika Kristus, dipimpin oleh Roh Allah yang kekal, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah, itu adalah pengorbanan yang tidak ada cacatnya. Itulah sebabnya darahnya membebaskan hati nurani kita dari beban dosa yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Sekarang kita bebas untuk melayani Allah yang hidup. Kristus datang dengan perjanjian yang baru ini, supaya semua orang yang diundang dapat datang dan untuk selamanya memperoleh segala sesuatu yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sebab Kristus mati untuk membebaskan mereka dari hukuman atas dosa yang mereka lakukan ketika mereka masih berada di bawah sistem lama. Kalau seseorang mati dan meninggalkan surat wasiat—yang berisi daftar harta benda yang harus diberikan kepada orang-orang tertentu setelah ia mati—pembagian warisan itu tidak akan dilaksanakan sebelum terbukti bahwa orang yang menulisnya telah mati. Surat wasiat itu baru berlaku setelah orang yang menulisnya mati. Selama ia masih hidup, tidak seorang pun dapat mempergunakan surat wasiat itu untuk memperoleh apa yang telah dijanjikan. Itulah sebabnya perjanjian yang pertama pun tidak dapat berlaku sebelum darah dipercikkan. Sebab sesudah Musa memberikan semua hukum Allah itu kepada bangsanya, ia mengambil darah anak lembu dan kambing serta air, dan memercikkan darah itu ke atas kitab hukum-hukum Allah dan ke atas semua orang dengan ranting-ranting hisop dan benang wol merah. Kemudian katanya, “Inilah darah yang mengesahkan perjanjian antara kalian dan Allah. Aku disuruh oleh Allah untuk membuat perjanjian itu dengan kalian.” Dan dengan cara yang sama ia memercikkan darah ke atas kemah kudus dan segala alat ibadat. Sebenarnya dapat dikatakan, bahwa menurut perjanjian lama hampir segala sesuatu disucikan dengan percikan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa. Itulah sebabnya kemah kudus di dunia ini, dan segala sesuatu di dalamnya—yang semuanya melambangkan hal-hal yang di surga—harus disucikan oleh Musa dengan percikan darah binatang. Tetapi benda-benda surgawi yang dilambangkan dengan benda-benda dunia ini, disucikan dengan persembahan yang jauh lebih berharga. Karena Kristus tidak memasuki Tempat Kudus buatan manusia, yang hanya merupakan gambaran dari yang sesungguhnya. Dia memasuki surga sendiri dan sekarang menghadap Allah untuk kepentingan kita. Lagipula, Ia tidak mempersembahkan diri-Nya sendiri berkali-kali, seperti halnya imam besar di dunia ini yang setiap tahun mempersembahkan darah binatang dalam Tempat Mahakudus. Andaikata demikian halnya, maka Ia harus mati berkali-kali sejak dunia ini dijadikan. Tetapi bukan demikian! Ia datang untuk mengurbankan diri-Nya satu kali saja pada zaman akhir, untuk menghapuskan kuasa dosa atas kita dengan kematian-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja, dan sesudah itu datang penghakiman, demikian juga Kristus mati hanya satu kali sebagai persembahan bagi dosa manusia. Kelak Ia akan kembali, tetapi bukan untuk menanggung dosa kita lagi. Kali ini Ia akan datang membawa keselamatan bagi semua orang yang dengan sabar dan rindu menanti-nantikan Dia. Sistem lama hukum bangsa Yahudi hanyalah memberi bayangan samar-samar tentang kebaikan-kebaikan yang akan dilakukan Kristus untuk kita. Kurban di bawah sistem itu dipersembahkan berkali-kali, dari tahun ke tahun, tetapi tidak dapat sepenuhnya membebaskan orang dari dosa. Seandainya dapat, maka satu persembahan sudahlah cukup. Mereka yang melakukan ibadat disucikan satu kali untuk selama-lamanya dan perasaan berdosa mereka akan lenyap. Sebaliknya, kurban tahunan itu malah mengingatkan mereka akan ketidaktaatan serta kesalahan mereka, bukan melegakan pikiran mereka. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan dan kambing dapat menghapuskan dosa. Itulah sebabnya, waktu Kristus datang ke dunia ini, Ia berkata, “Ya Allah, darah lembu jantan dan kambing tidak dapat memuaskan hati-Mu; jadi, Engkau menyiapkan tubuh-Ku ini supaya Kupersembahkan sebagai kurban di atas mazbah-Mu. Engkau tidak puas dengan kurban binatang, yang disembelih dan dibakar di hadapan-Mu sebagai kurban untuk menghapuskan dosa. Lalu Aku berkata, ‘Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah, seperti yang tertulis tentang Aku dalam Kitab Suci.’ ” Sesudah Kristus mengungkapkan ketidakpuasan Allah terhadap segala jenis kurban dan persembahan yang dituntut menurut sistem lama, Ia kemudian berkata, “Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Ia menghapuskan sistem pertama dan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik. Menurut rencana yang baru ini, kita telah diampuni dan disucikan oleh kematian Kristus satu kali untuk selama-lamanya. Menurut perjanjian yang lama para imam setiap hari mempersembahkan kurban yang tidak pernah dapat menghapuskan dosa kita. Tetapi Kristus sekali saja memberikan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai kurban karena dosa kita dan pengurbanan ini berlaku untuk selama-lamanya. Kemudian Ia duduk di tempat kemuliaan tertinggi di sebelah kanan Allah, sambil menunggu sampai musuh-musuh-Nya ditaklukkan dan mereka dibuat bertekuk lutut di bawah kaki-Nya. Karena dengan kurban itu semua orang yang disucikan-Nya, dijadikan-Nya sempurna di hadapan Allah untuk selama-lamanya. Dan Roh Kudus meyakinkan kita bahwa hal ini benar, karena Ia telah berkata, “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan umat Israel: Aku akan menuliskan hukum-hukum-Ku dalam akal budi mereka, sehingga mereka selalu mengetahui kehendak-Ku. Hukum-hukum-Ku akan tercantum dalam hati mereka, sehingga mereka rindu untuk mematuhinya.” Kemudian Ia menambahkan, “Aku tidak lagi mengingat segala dosa dan pelanggaran mereka.” Apabila dosa sudah diampunkan serta dilupakan untuk selama-lamanya, tidak perlu lagi dipersembahkan kurban untuk menghapuskan dosa itu. Jadi, Saudara-saudara yang saya kasihi, karena darah Yesus, sekarang kita boleh memasuki Tempat Mahakudus, tempat Allah berada. Inilah jalan baru yang menghidupkan, yang telah dibukakan oleh Kristus bagi kita dengan merobek tirai itu, yaitu tubuh insani-Nya, supaya kita dapat menghadap hadirat Allah yang kudus. Karena Imam Besar kita yang agung ini mengepalai rumah Allah, marilah kita segera masuk ke dalamnya, kepada Allah sendiri, dengan hati yang tulus dan percaya sepenuhnya bahwa Ia akan menerima kita, karena kita sudah diperciki dengan darah Kristus untuk menyucikan kita, dan karena tubuh kita sudah dibasuh dengan air bersih. Sekarang tanpa ragu-ragu kita dapat mengharapkan keselamatan yang dijanjikan Allah kepada kita. Kepada orang lain kita dapat mengatakan bahwa kita memiliki keselamatan itu, sebab Ia pasti memenuhi janji-Nya. Karena itu, marilah kita saling menolong, bersikap ramah satu sama lain, dan melakukan hal-hal yang baik. Janganlah kita lalai menghadiri kebaktian di gereja seperti yang dilakukan beberapa orang, tetapi marilah kita saling memberi dorongan dan saling mengingatkan, teristimewa sekarang ini, sebab hari kedatangan-Nya yang kedua kali sudah dekat. Jika sesudah mengenal kebenaran mengenai pengampunan, seseorang dengan sengaja berbuat dosa dengan menolak Juru Selamat, maka dosa ini tidak terhapuskan oleh kematian Kristus; tidak ada jalan untuk melepaskan diri dari dosa ini. Tidak ada yang dapat diharapkan lagi selain dari murka Allah dan hukuman-Nya yang dahsyat, yang akan membinasakan segala musuh-Nya. Seseorang yang tidak mau menaati hukum yang diberikan oleh Musa, dihukum mati tanpa ampun atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Bayangkanlah betapa hebatnya hukuman bagi mereka yang telah menginjak-injak Anak Allah, yang memperlakukan darah-Nya yang menyucikan sebagai hal biasa yang tidak suci, dan yang menghina serta memurkakan Roh Kudus, yang membawa pengasihan Allah kepada umat-Nya. Sebab kita mengenal Dia yang berkata, “Keadilan adalah hak-Ku. Aku akan menuntut balas.” Ia juga berkata, “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.” Jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup sungguh mengerikan. Janganlah lupa akan hari-hari pertama Saudara mengenal Kristus. Ingatlah bagaimana Saudara tetap setia kepada Tuhan, meskipun itu berarti penderitaan yang hebat. Kadang-kadang Saudara ditertawakan dan dipukuli, dan kadang-kadang Saudara menyaksikan serta ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang diperlakukan demikian. Saudara turut menderita dengan mereka yang dijebloskan ke dalam penjara, dan Saudara bersukacita bila segala milik Saudara dirampas orang, sebab mengetahui bahwa di surga tersedia hal-hal yang lebih baik, yang akan menjadi milik Saudara untuk selama-lamanya. Apa pun yang terjadi, janganlah iman yang membahagiakan itu dibiarkan mati. Ingatlah akan upah Saudara. Saudara harus tetap sabar melakukan kehendak Allah, jika Saudara ingin supaya Ia menepati segala yang telah dijanjikan-Nya. Karena tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak lama lagi Ia akan datang, tidak akan menunda-nunda kedatangan-Nya.” Dan selanjutnya, Allah berkata: “Orang yang beriman kepada-Ku mendapatkan persetujuan-Ku dan kehidupan. Namun, jika dia undur dari-Ku, Aku tidak akan berkenan kepadanya.” Tetapi kita tidak pernah membelakangi Allah, lalu menentukan sendiri nasib kita. Iman kita kepada-Nya menjamin keselamatan jiwa kita. Apakah iman itu? Iman ialah keyakinan bahwa apa yang kita inginkan akan terlaksana. Iman ialah kepastian bahwa yang kita harapkan sudah menantikan kita, walaupun hal itu belum dapat kita lihat sekarang. Umat Allah pada zaman dahulu terkenal karena iman mereka. Bagaimana kita dapat memahami bahwa seluruh alam semesta diciptakan atas perintah Allah? Dengan iman. Dengannya memahami bahwa semua yang kita lihat dijadikan dari yang dapat dilihat. Bagaimana persembahan Habel bisa menyenangkan hati Allah lebih daripada Kain? Alasannya adalah iman Habel. Karena Habel memercayai Allah, Ia menyatakan dia sebagai orang yang benar dan menerima kurbannya. Dan melalui imannya, Habel masih berbicara kepada kita hari ini, meskipun dia sudah lama meninggal. Bagaimana Henokh bisa diangkat oleh Allah ke surga tanpa mengalami kematian? Tidak seorang pun—tertulis dalam Kitab Suci—dapat menemukannya lagi karena Allah telah mengambilnya. Alasannya adalah iman Henokh. Karena sebelum dia diangkat, Allah telah berkata, bahwa Henokh sangat menyukakan hati-Nya. Saudara tidak mungkin menyukakan hati Allah tanpa iman, tanpa bergantung kepada-Nya. Barang siapa ingin datang kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Ia memberkati orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Bagaimana Nuh bisa membuat bahtera dan menyelamatkan keluarganya? Alasannya adalah imannya. Ketika ia mendengar peringatan Allah, Nuh percaya kepada-Nya, meskipun belum ada tanda-tanda bencana yang mengancam. Melalui kepercayaannya ia menunjukkan bahwa dunia yang tidak percaya kepada Allah pantas dihukum. Dan melalui kepercayaan itu Nuh mendapat persetujuan Allah. Bagaimana Abraham bisa menaati Allah ketika ia disuruh meninggalkan kampung halaman dan pergi ke negeri jauh yang dijanjikan Allah kepada-Nya? Mengapa dia berangkat, meskipun dia tidak mengetahui ke mana tujuannya? Alasannya adalah imannya. Bahkan ketika ia sampai di negeri yang dijanjikan Allah, ia hanya tinggal di dalam kemah seperti seorang tamu; demikian pula Ishak dan Yakub, yang mewarisi janji yang sama dari Allah. Abraham melakukan ini, karena dengan penuh keyakinan ia menantikan Allah membawa dia ke kota surgawi yang kokoh, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Bagaimana bisa terjadi bahwa Abraham, walaupun usianya sudah lanjut, menjadi ayah seorang anak dengan istrinya, yaitu Sara, yang dirinya mandul? Imannya adalah alasan untuk itu juga. Abraham yakin bahwa Allah, yang berjanji kepadanya, pasti akan menepati janji-Nya. Maka satu bangsa yang besar terpancar dari Abraham, meskipun ia sudah terlalu tua untuk mendapat keturunan—suatu bangsa yang terdiri dari berjuta-juta orang, sehingga tidak terhitung banyaknya seperti juga bintang-bintang di langit dan pasir di pantai. Orang-orang beriman yang saya sebutkan ini mati sebelum mendapat semua hal yang dijanjikan Allah kepada mereka. Tetapi mereka yakin bahwa segala sesuatu yang dijanjikan itu akan dipenuhi kelak. Mereka senang, sebab mereka mengakui bahwa dunia ini bukan rumah mereka yang sesungguhnya, mereka hanyalah tamu yang datang berkunjung. Dan bila mereka berkata demikian, tentulah mereka mengharapkan rumah yang sebenarnya di surga kelak. Seandainya mereka merindukan negara asal, mereka dapat kembali. Tetapi mereka tidak mau. Mereka hidup untuk surga. Dan sekarang Allah tidak malu disebut Allah mereka, sebab untuk mereka telah diciptakan-Nya suatu Kota surgawi. Ia percaya bahwa kalau Ishak mati, Allah akan menghidupkannya kembali; dan hakikatnya itulah yang terjadi, sebab dapat dikatakan bahwa bagi Abraham Ishak sudah mati, tetapi ia hidup kembali! Bagaimana bisa Ishak, ketika dia memberkati kedua putranya, Yakub dan Esau, mengatakan hal-hal yang masih berada di masa depan yang jauh? Alasannya adalah imannya. Bagaimana Yakub—ketika ia sudah tua dan hampir mati—bisa memberkati kedua putra Yusuf? Alasannya adalah imannya; Dia memberkati mereka percaya pada Allah, yang disembahnya, membungkuk di atas pegangan tongkatnya. Bagaimana Yusuf—ketika mendekati akhir hidupnya—bisa berbicara tentang orang Israel keluar dari Mesir, walaupun pada waktu itu hal itu masih jauh di masa depan? Alasannya adalah imannya. Yusuf bahkan menyuruh mereka berjanji untuk membawa serta tulang-tulangnya. Bagaimana Musa bisa disembunyikan selama tiga bulan setelah kelahirannya? Alasannya adalah iman orang tuanya. Mereka melihat bahwa dia adalah anak yang cantik dan sebab mereka percaya pada Allah, tidak takut untuk bertindak melawan perintah Firaun. Ia menganggap lebih baik menderita bagi Kristus, yang telah dijanjikan, daripada memiliki segala kekayaan di Mesir, karena ia mengharapkan pahala besar yang akan diberikan Allah kepadanya. Bagaimana bisa Musa meninggalkan Mesir tidak takut akan murka Firaun? Alasannya adalah imannya. Musa berjalan terus, seakan-akan ia melihat Allah menyertai dia. Bagaimana bisa terjadi bahwa Musa merayakan Paskah pertama? Alasannya adalah imannya. Percaya pada Allah, ia memerintahkan orang-orang Israel untuk memercikkan darah domba Paskah pada jenang pintu rumah mereka supaya Malaikat Maut tidak membinasakan anak-anak sulung mereka. Bagaimana bangsa Israel bisa menyeberangi Laut Merah seolah-olah berjalan di daratan kering? Alasannya adalah iman mereka. Orang-orang Mesir, di sisi lain, yang mencoba melakukan hal yang sama, semua mati tenggelam. Bagaimana bisa terjadi bahwa tembok-tembok Kota Yerikho runtuh? Alasannya adalah iman orang-orang Israel; karena mereka berjalan mengelilinginya selama tujuh hari seperti yang diperintahkan Allah kepada mereka. Bagaimana Rahab, pelacur itu, bisa diselamatkan dari kehancuran yang menimpa Yerikho? Alasannya adalah imannya. Penduduk lain tidak tunduk kepada Allah, tetapi ia menyambut pengintai-pengintai Israel dengan baik. Nah, apalagi yang harus saya katakan? Akan terlalu banyak makan waktu untuk menceritakan lagi iman Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud, Samuel, dan para nabi. Orang-orang ini semua beriman kepada Allah dan karena itu, mereka menang dalam perang, menaklukkan kerajaan-kerajaan, memastikan keadilan dan menerima apa yang dijanjikan Allah. Mereka diselamatkan dari singa dan bahkan api tidak dapat membahayakan mereka. Karena iman, beberapa orang luput dari mata pedang. Beberapa orang yang lemah atau sakit dikuatkan kembali. Yang lain dijadikan perkasa dalam pertempuran, sehingga dapat mengocar-ngacirkan musuh yang tangguh. Dan karena iman, beberapa wanita mendapat kembali orang-orang yang mereka kasihi, yang telah mati, tetapi dihidupkan lagi. Tetapi ada pula orang-orang lain, yang beriman kepada Allah dan dipukuli sampai mati. Mereka lebih suka mati daripada dibebaskan, tetapi harus menyangkal Allah. Mereka percaya bahwa mereka akan bangkit kembali kepada suatu kehidupan yang lebih baik kemudian hari. Ada pula yang diejek, dicambuki sampai punggungnya luka-luka, dan ada yang dibelenggu dalam penjara di bawah tanah. Beberapa orang mati dengan dilempari batu, ada yang digergaji menjadi dua dan beberapa orang lagi dibunuh dengan pedang. Mereka mengembara berpakaian kulit domba atau kambing; mereka miskin, tertindas, dan dianiaya. Mereka terlalu baik untuk dunia ini, berkeliaran di padang gurun dan gunung-gunung, bersembunyi dalam gua-gua dan celah-celah tanah. Walaupun orang-orang beriman ini memercayai Allah dan menyukakan hati-Nya, tidak seorang pun menerima semua yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sebab Allah ingin supaya mereka menunggu dan ikut serta menikmati pahala-pahala yang lebih baik yang telah disediakan bagi kita. Karena begitu banyak orang beriman memperhatikan kita, marilah kita menanggalkan segala sesuatu yang memperlambat atau menghambat kita, terutama dosa yang melilit kaki kita dengan erat dan merintangi jalan kita. Marilah kita berlari dengan sabar serta tekun dalam perlombaan yang disediakan oleh Allah di hadapan kita. Arahkanlah pandangan Saudara kepada Yesus, cikal bakal iman yang mendahului kita ke tujuan. Ia telah rela mengalami kematian yang hina di kayu salib, karena Ia tahu bahwa kelak akan ada sukacita bagi-Nya; dan sekarang Ia duduk di tempat kemuliaan di sebelah kanan takhta Allah. Jika Saudara tidak ingin menjadi lemah dan putus asa, ingatlah akan kesabaran Yesus pada waktu Ia dianiaya oleh orang-orang berdosa. Bagaimanapun juga, Saudara belum pernah bergumul melawan dosa sampai menumpahkan darah. Sudah lupakah Saudara akan firman Allah yang disampaikan kepada Saudara sebagai anak-Nya? Ia berkata, “Anak-Ku, janganlah anggap enteng apabila Tuhan menghukummu. Janganlah putus asa, apabila Ia menegurmu. Karena, apabila Tuhan menghukum engkau, itu membuktikan bahwa Ia mengasihi engkau. Apabila engkau dicambuk-Nya, maka itu membuktikan bahwa engkau benar-benar anak-Nya.” Biarlah Allah mendidik Saudara, sebab Ia melakukan apa yang dilakukan setiap bapa yang mengasihi anak-anaknya. Pernahkah Saudara mendengar tentang seorang anak yang tidak pernah dihajar oleh ayahnya? Jikalau Allah tidak menghukum Saudara bilamana perlu, sebagaimana seorang bapa menghukum anak-anaknya, itu berarti bahwa Saudara sebenarnya sama sekali bukan anak Allah—bahwa Saudara sebenarnya bukan anggota keluarga-Nya. Bapa kita di dunia ini menghukum kita dan kita menghormati mereka. Bukankah seharusnya kita dengan lebih senang hati tunduk pada Bapa kita di surga dan mendapatkan kehidupan kekal? Dengan segala kemampuan yang ada padanya, bapa kita mendidik kita selama beberapa tahun saja, tetapi didikan Allah itu selalu benar dan demi kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Mendapat hukuman memang bukan pengalaman yang menyenangkan—bahkan menyakitkan! Tetapi kemudian kita akan melihat hasilnya, yaitu kehidupan yang damai dan benar. Sebab itu, kuatkanlah tangan yang lemah dan teguhkanlah kaki yang goyah. berjalan di jalan lurus, sehingga kaki pincang tidak menjadi lumpuh tetapi sembuh. Berusahalah untuk berdamai dengan semua orang dan hiduplah sesuai kehendak Allah, sebab orang yang tidak menjalani hidup suci tidak akan melihat Tuhan. Hendaklah Saudara saling menjagai, supaya tidak seorang pun di antara Saudara gagal mendapat berkat Allah. Jagalah supaya jangan ada kepahitan yang berakar di antara Saudara-saudara, sebab kalau ada, hal itu akan menyebabkan banyak kesulitan yang merusak kehidupan rohani banyak orang. Jagalah supaya jangan seorang pun melibatkan diri dalam dosa seksual, atau tidak menghormati hal-hal suci seperti Esau, yang melepaskan hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Saudara tahu bahwa kemudian, ketika dia ingin mendapat berkat dari ayahnya, dia ditolak. Sudahlah terlambat untuk bertobat, meskipun dia memohon sambil menangis. Saudara belum pernah dihadapkan kepada hal-hal yang mengerikan, api yang menyala-nyala, kekelaman, dan kegelapan dan badai yang hebat, seperti yang dialami bangsa Israel di Gunung Sinai ketika Allah memberikan hukum-hukum-Nya. Pada waktu itu terdengar bunyi sangkakala yang menggentarkan, dan suatu suara dengan pesan yang demikian dahsyat, sehingga bangsa itu mohon kepada Allah supaya berhenti berbicara. Mereka terkejut dan takut mendengar perintah Allah yang berkata bahwa sekalipun binatang, jika menyentuh gunung itu, harus dilempari dengan batu sampai mati. Musa sendiri sangat ketakutan menyaksikan peristiwa itu, sehingga ia gemetar. Tetapi Saudara sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi, dan kepada perhimpunan beribu-ribu malaikat yang bersukacita; kepada jemaat, yang terdiri dari anak-anak sulung Allah, yang nama-namanya terdaftar di surga; kepada Allah yang menghakimi semua orang; kepada roh orang-orang yang sudah disempurnakan; dan kepada Yesus sendiri, yang sudah membawa perjanjian baru yang menakjubkan kepada kita; dan kepada darah yang dipercikkan, yang memberikan anugerah pengampunan, bukan seperti darah Habel yang menjerit menuntut balas. Jadi, usahakanlah untuk tidak menolak Dia yang berbicara kepada Saudara. Sebab, jika bangsa Israel tidak luput dari hukuman, pada waktu mereka tidak taat kepada Musa, yang hanya sekadar utusan Allah di bumi; bayangkanlah betapa besar bahaya yang kita hadapi, bila kita tidak mau mendengarkan Allah yang berbicara kepada kita dari surga! Pada waktu Ia berbicara dari Gunung Sinai, suara-Nya mengguncangkan bumi; tetapi, “Lain kali,” kata-Nya, “Aku akan mengguncangkan bukan hanya bumi, melainkan langit juga.” Yang dimaksudkan-Nya ialah bahwa Ia akan menyisihkan segala sesuatu yang dasarnya tidak kuat, sehingga yang tinggal hanyalah yang tidak terguncangkan. Kita mempunyai kerajaan yang tidak dapat dimusnahkan. Karena itu, marilah kita menyukakan hati Allah dengan melayani Dia dengan penuh rasa syukur, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan. Lanjutkanlah sikap saling mengasihi dengan kasih persaudaraan yang sejati. Jangan lupa bersikap ramah terhadap orang yang tidak dikenal, sebab dengan berbuat demikian ada beberapa orang yang telah menjamu malaikat di luar pengetahuan mereka. Ingatlah akan orang-orang yang dipenjarakan. Ikut sertalah menanggung penderitaan mereka seolah-olah Saudara sendiri berada dalam penjara. Ikutlah merasakan penderitaan mereka yang diperlakukan sewenang-wenang, sebab Saudara tahu apa yang sedang mereka derita. Hormatilah pernikahan serta janji-janjinya dan hendaklah Saudara murni; sebab Allah pasti akan menghukum orang yang tidak bermoral atau yang berzina. Jauhkanlah diri Saudara dari cinta akan uang; hendaklah Saudara merasa puas dengan apa yang ada pada Saudara. Sebab Allah telah berfirman, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan dan menelantarkan engkau.” Karena itu, kita dapat berkata tanpa bimbang atau takut, “Tuhan adalah Penolongku dan aku tidak takut akan apa yang dapat dilakukan manusia terhadap aku.” Ingatlah akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan firman Allah kepada Saudara. Ingat bagaimana mereka hidup dan bagaimana mereka mati, dan usahakanlah untuk beriman kepada Tuhan seperti mereka. Yesus Kristus tetap sama, kemarin, sekarang, dan selama-lamanya. Janganlah Saudara tertarik akan ajaran-ajaran baru yang aneh. Kekuatan rohani Saudara berasal dari kasih karunia Allah, bukan dari peraturan ibadat tentang makan makanan tertentu—suatu cara yang tidak mendatangkan faedah apa pun kepada mereka yang telah mencobanya. Kita mempunyai sebuah mazbah, yaitu salib tempat Kristus dikurbankan. Tetapi orang yang terus mencari keselamatan dengan menaati hukum-hukum Yahudi tidak dapat memperoleh pertolongan di mazbah itu. Menurut peraturan hukum Yahudi, imam besar membawa darah binatang sembelihan ke dalam Tempat Kudus sebagai suatu kurban karena dosa, lalu tubuh binatang itu dibakar di luar perkemahan. Itulah sebabnya Yesus menderita dan mati di luar kota, di mana darah-Nya menghapuskan dosa kita. Karena itu, marilah kita keluar dari kota menuju kepada-Nya untuk menderita bersama Dia dan menanggung kehinaan-Nya. Sebab dunia ini bukanlah tempat tinggal kita; dengan penuh pengharapan kita menantikan tempat tinggal kita yang kekal di surga. Karena itu, melalui Yesus, marilah kita terus-menerus mempersembahkan kurban puji-pujian kepada Allah, menyatakan kesetiaan kita kepada nama-Nya. Janganlah lupa berbuat baik dan memberi bantuan kepada orang yang berkekurangan, sebab kurban-kurban demikian sangat menyukakan hati Allah. Taatilah pemimpin-pemimpin Saudara dan lakukanlah dengan rela apa yang diperintahkannya. Sebab tugas mereka ialah menjagai jiwa Saudara dan Allah akan menilai hasil pekerjaan mereka. Usahakanlah supaya mereka dapat memberi laporan kepada Allah tentang Saudara dengan sukacita, bukan dengan dukacita, sebab kalau demikian halnya, Saudara juga yang akan menanggung akibatnya. Berdoalah untuk kami, sebab hati nurani kami bersih dan kami ingin supaya tetap demikian. Saya memerlukan doa Saudara, terlebih-lebih sekarang ini, supaya saya dapat segera kembali kepada Saudara. Allah damai sejahtera telah membangkitkan Tuhan Yesus, Gembala Agung bagi domba-domba-Nya, dari antara orang mati, dan mengesahkan perjanjian kekal di antara Allah dan Saudara melalui darah-Nya. Semoga Allah memperlengkapi Saudara dengan segala hal yang Saudara perlukan untuk melakukan kehendak-Nya, Semoga melalui kuasa Kristus, Ia mengerjakan di dalam Saudara segala sesuatu yang menyukakan hati-Nya. Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya. Amin. Saudara sekalian, dengarkanlah dengan sabar apa yang saya katakan dalam surat yang pendek ini. Saya ingin memberitahukan kepada Saudara bahwa saudara kita Timotius sudah dibebaskan dari penjara. Bila dalam waktu yang dekat ini ia datang kemari, saya akan menyertai dia berkunjung kepada Saudara. Dari: Yakobus, hamba Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus. Kepada: Umat Kristen Yahudi yang tersebar di mana-mana. Salam sejahtera! Saudara sekalian yang saya kasihi, apakah kehidupan Saudara sedang dilanda berbagai kesulitan dan cobaan? Kalau demikian, bergembiralah, karena, jika jalan kehidupan itu sulit, kesabaran Saudara memperoleh kesempatan untuk tumbuh. Ketabahan ini harus berkembang dalam seluruh hidup Saudara, sehingga Saudara menjadi orang Kristen yang dewasa dan sempurna, tanpa cela atau kekurangan suatu apa pun. Jika seorang dari Saudara tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam masalah tertentu, mintalah Allah dan Ia akan memberikan kebijaksanaan kepadanya. Saudara tahu bahwa Ia tidak menuduh siapa pun atas ketidakmampuannya dan bahwa dia memberi dengan limpahnya semua orang yang memohon-Nya. Tetapi, jika Saudara bertanya kepada-Nya, hendaklah Saudara benar-benar mengharapkan Dia untuk memberi tahu Saudara; sebab pikiran yang ragu-ragu bagaikan gelombang laut yang diombang-ambingkan angin, Orang Kristen yang miskin dan tidak berarti apa-apa di mata dunia ini seharusnya merasa bangga karena ia dihormati Allah. Tetapi orang kaya tidak boleh lupa betapa kecil arti harta duniawinya di hadapan Allah. Seperti bunga di ladang, ia dan kekayaannya akan lenyap. Matahari terbit dengan panasnya yang terik dan rumput layu; bunga kecil terkulai dan jatuh, kehilanganlah keelokannya. Begitulah juga dengan orang kaya: ia akan meninggal dengan semua pencapaian yang dimungkinkan kekayaannya. Berbahagialah orang yang tidak berbuat salah pada saat ia menghadapi cobaan, karena sebagai hadiahnya ia akan memperoleh mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka yang mengasihi Dia. Dan apabila seseorang dicobai untuk berbuat salah, hendaknya ia ingat bahwa cobaan itu bukan dari Allah, karena Allah tidak dapat dicobai oleh kejahatan dan juga tidak mencobai orang untuk berbuat jahat. Tetapi cobaan itu disebabkan oleh keinginannya sendiri yang jahat. Kemudian keinginan jahat itu melahirkan tindakan berdosa, dan ketika dosa dibiarkan tumbuh sepenuhnya, melahirkan kematian. Oleh karena itu, hai Saudara sekalian yang saya kasihi, janganlah mau disesatkan. Segala sesuatu yang baik dan sempurna berasal dari Allah, Pencipta segala terang. Ia bersinar untuk selama-lamanya tanpa perubahan atau bayangan. Atas kehendak-Nya sendiri Ia memberi kita kehidupan baru melalui Firman Kebenaran, Kabar Kesukaan. Jadi kita telah menjadi awal dari ciptaan baru-Nya. Saudara sekalian yang saya kasihi, sekali-kali janganlah lupa ini: selalu bersiaplah untuk mendengar, tetapi pikirkan baik-baik sebelum Saudara berbicara. Dan waspadalah terhadap amarah yang tak terkendali! Sebab orang yang marah tidak melakukan apa yang menyenangkan hati Allah. Jadi buanglah semua yang kotor dan jahat dalam kehidupan Saudara. Dengan penuh kerendahan hati terimalah berita yang ditanam Allah seperti benih dalam hati Saudara. Berita itu memiliki kekuatan untuk menyelamatkan Saudara. Dan ingatlah bahwa berita itu bukan hanya sekadar untuk didengar, melainkan untuk ditaati. Sebab itu, janganlah Saudara membohongi diri sendiri. Karena, jika orang hanya mendengar berita itu dan tidak menaatinya, maka ia seperti orang yang melihat wajahnya sendiri di dalam cermin. Segera sesudah ia pergi, ia tidak lagi dapat melihat dirinya sendiri atau mengingat bagaimana rupanya. Akan tetapi, jika ia senantiasa menyelidiki hukum Allah yang memerdekakan orang, maka bukan saja ia akan mengingatnya, melainkan juga akan melakukan apa yang tercantum di dalamnya, lalu Allah akan memberkati orang itu dengan berkelimpahan di dalam segala perkara yang dilakukannya. Jika seseorang mengatakan bahwa ia orang Kristen, tetapi ia tidak menjaga lidahnya, maka ia hanya membohongi dirinya sendiri dan kekristenannya itu tidak ada artinya. Orang Kristen yang dalam pandangan Allah Bapa suci dan tidak bersalah ialah orang yang memedulikan yatim piatu dan para janda dan yang jiwanya tetap setia kepada Allah—tidak dicemarkan atau dikotorkan karena hubungannya dengan dunia ini. Saudara sekalian yang saya kasihi, bagaimana Saudara dapat mengatakan bahwa Saudara milik Yesus Kristus, Tuhan Yang Mahamulia, jika Saudara mengistimewakan orang kaya, sedangkan orang miskin Saudara pandang rendah? Andaikan seseorang masuk ke dalam gereja Saudara dengan memakai pakaian yang serba mahal serta cincin emas pada jari-jarinya, dan pada saat yang bersamaan datanglah pula orang miskin yang pakaiannya compang-camping. Kepada yang kaya Saudara berikan perhatian yang berlebih-lebihan dan tempat duduk yang terbaik di dalam ruang kebaktian, sedangkan kepada yang miskin Saudara berkata, “Silakan berdiri di pojok sana kalau mau, atau duduk saja di lantai.” Menilai orang menurut kekayaannya menunjukkan bahwa Saudara dikendalikan oleh maksud yang jahat. Dengarkanlah, Saudara sekalian yang saya kasihi: Allah telah memilih orang-orang miskin untuk menjadi kaya di dalam iman. Mereka memiliki Kerajaan Surga sebagai pemberian yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengasihi Dia. Walaupun demikian, dari kedua tamu itu, Saudara telah menghinakan yang miskin. Tidakkah Saudara sadar bahwa biasanya orang kayalah yang mencari gara-gara dan menyeret Saudara ke hadapan pengadilan? Dan kerap kali merekalah yang mencemoohkan nama Yesus Kristus, nama yang mulia yang juga dikenakan kepada Saudara. Memang Saudara melakukan benar jika Saudara menaati hukum kerajaan yang sesungguhnya, seperti yang tertulis dalam Kitab Suci: “Cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Tetapi, jika Saudara mengambil hati orang-orang kaya dan menjilat mereka, maka Saudara melanggar hukum Tuhan kita dan berbuat dosa. Orang yang taat kepada tiap-tiap hukum Allah, tetapi membuat satu kesalahan kecil saja, maka ia bersalah sama seperti orang yang melanggar semua hukum yang ada. Karena Allah yang sudah berkata, “Jangan berzina,” juga berkata, “Jangan membunuh.” Jadi, walaupun kita tidak melanggar hukum pernikahan dengan jalan berzina, namun kalau kita membunuh seseorang, maka kita masih melanggar hukum. Berbicaralah dan bertindak sebagai manusia yang akan diadili Allah sesuai dengan hukum yang benar-benar membebaskan; karena tidak akan ada belas kasihan bagi mereka yang tidak menaruh belas kasihan. Tetapi, jika Saudara berbelas kasihan, maka belas kasihan Allah terhadap Saudara akan meniadakan hukuman-Nya terhadap diri Saudara. Saudara sekalian yang saya kasihi, apa gunanya mengatakan bahwa Saudara beriman dan bahwa Saudara orang Kristen, kalau Saudara tidak membuktikannya dengan tindakan Saudara? Apakah iman serupa itu akan menyelamatkan Saudara? Jika Saudara mempunyai seorang kawan yang memerlukan makanan dan pakaian, lalu Saudara berkata kepadanya, “Nah, selamat jalan, semoga Allah memberkati engkau dengan cukup sandang dan pangan,” tetapi Saudara tidak memberinya pakaian atau makanan, apakah faedahnya? Jadi, Saudara lihat, bahwa hanya beriman saja tidaklah cukup. Saudara harus berbuat baik untuk membuktikan bahwa Saudara beriman. Karena tanpa perbuatan baik iman itu mati dan tidak berguna. Tetapi orang mungkin berkata, “Saudara berpendapat bahwa jalan menuju Allah hanyalah dengan jalan iman, tanpa apa-apa lagi. Saya berpendapat bahwa perbuatan baik itu juga penting, karena tanpa perbuatan baik, Saudara tidak dapat membuktikan iman Saudara; tetapi dari perbuatan saya orang dapat melihat bahwa saya beriman.” Apakah masih ada di antara Saudara yang beranggapan bahwa “percaya saja” sudah cukup, yaitu percaya kepada satu Allah? Ingatlah bahwa setan-setan juga percaya, bahkan sedemikian rupa hingga mereka gemetar ketakutan! Hai orang yang bodoh! Kapankah Saudara akan menyadari bahwa “percaya” itu tidak ada gunanya bila Saudara tidak melakukan kehendak Allah? Iman yang tidak menghasilkan perbuatan baik, bukanlah iman yang sejati. Tidakkah Saudara ingat, bahwa Abraham, bapa kita, telah dibenarkan karena perbuatannya? Ia rela menaati Allah, sekalipun ia harus mengurbankan Ishak, putranya, di atas mazbah persembahan. Saudara lihat, ia sangat percaya kepada Allah, sehingga ia dengan rela melakukan apa saja yang diperintahkan Allah kepadanya. Imannya telah disempurnakan oleh apa yang dilakukannya, oleh tindakan dan perbuatan yang baik. Dengan demikian, sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci, Abraham percaya kepada Allah, dan Allah menerima dia sebagai orang benar, malahan dia disebut “sahabat Allah”. Jadi, Saudara lihat, bahwa orang diselamatkan bukan semata-mata karena iman, melainkan juga karena perbuatan. Sebuah contoh lagi ialah Rahab, seorang wanita tunasusila. Ia diselamatkan karena apa yang dilakukannya pada waktu ia menyembunyikan para pengintai dan menolong mereka meloloskan diri melalui jalan yang lain. Sebagaimana tubuh itu mati, apabila tidak ada roh di dalamnya, demikian juga iman itu mati, kalau tidak disertai dengan perbuatan baik. Dengan sebuah kendali kecil di dalam mulutnya, kita dapat membelokkan seekor kuda yang besar ke arah yang kita kehendaki. Dan dengan kemudi yang kecil dapatlah kapal yang besar dibelokkan oleh sang nakhoda ke arah yang dikehendakinya, walaupun angin bertiup sangat kencang. Demikian juga lidah adalah sebuah benda yang kecil, tetapi betapa hebat akibat yang dapat ditimbulkannya. Hutan besar dapat terbakar oleh bunga api yang kecil. Dan lidah itu adalah nyala api, penuh dengan kejahatan dan meracuni seluruh tubuh. Lidah itu dinyalakan oleh api neraka, dan dapat mengubah seluruh hidup kita menjadi api yang berkobar-kobar, yang mengakibatkan bencana dan malapetaka. Manusia dapat melatih dan telah melatih bermacam-macam binatang liar, burung, binatang merayap, dan binatang laut. Tetapi tidak ada orang yang dapat menjinakkan lidahnya. Lidah itu tukang bikin onar yang gelisah, penuh racun mematikan. Dengan lidah itu kita memuji Allah, Tuhan dan Bapa kita, dan dengan lidah yang sama kita mengutuk sesama manusia, yang telah diciptakan menurut rupa Allah. Dengan demikian, maka pujian dan sumpah serapah terlontar dari mulut yang sama. Saudara sekalian yang saya kasihi, jelas bahwa hal ini tidak patut! Apakah suatu mata air mengeluarkan air yang tawar dan juga air yang pahit? Dapatkah Saudara memetik buah zaitun dari pohon ara, atau buah ara dari pohon anggur? Demikian juga Saudara tidak dapat mengambil air tawar dari kolam yang berair asin. Adakah di antara Saudara yang menganggap dirinya bijak dan cerdas? Tunjukkanlah ini di seluruh kehidupan dengan keramahan dan kebaikannya. Itu adalah ciri-ciri kebijaksanaan sejati. Jika Saudara penuh dengan dendam, iri hati, serta sifat mementingkan diri sendiri, janganlah sekali-kali menyombongkan diri sebagai orang yang bijaksana dan baik. Ini adalah sejenis dusta yang paling buruk. Karena iri hati dan sifat mementingkan diri sendiri bukanlah hikmat yang datang dari Allah. Sifat-sifat semacam itu adalah sifat-sifat duniawi, tidak rohani, dan berasal dari Iblis. Karena di mana ada iri hati dan nafsu untuk kepentingan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam kejahatan. Tetapi hikmat yang berasal dari surga itu pertama-tama adalah murni dan lemah lembut, lagipula cinta damai dan sopan santun. Hikmat surgawi memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat dan bersikap mau mengalah. Hikmat itu penuh dengan belas kasihan dan perbuatan baik serta tulus ikhlas, terus terang, dan jujur. Dan orang-orang pendamai akan menanam benih-benih perdamaian dan menuai panen kebaikan. Apakah yang menyebabkan pertengkaran dan perkelahian di antara Saudara sekalian? Bukankah oleh karena banyaknya keinginan jahat yang ada di dalam hati Saudara? Saudara menghendaki apa yang tidak Saudara miliki, lalu Saudara membunuh untuk memperolehnya. Saudara ingin akan apa yang dimiliki oleh orang lain, yang tidak sanggup Saudara miliki, sebab itu Saudara berkelahi untuk dapat merampasnya dari tangan mereka, padahal alasan mengapa Saudara tidak memilikinya ialah karena Saudara tidak memohonkannya kepada Allah. Dan sekalipun Saudara memohonkannya, Saudara tidak memperolehnya, sebab tujuan Saudara sama sekali salah—Saudara hanya mengingini hal-hal untuk kesenangan diri sendiri saja. Saudara seperti seorang istri yang tidak setia kepada suaminya. Tidakkah Saudara insaf bahwa persahabatan dengan dunia menjadikan Saudara musuh Allah? Sekali lagi saya katakan: jika Saudara ingin menjadi teman dunia, Saudara menjadikan diri Saudara musuh Allah. Bukan tanpa alasan Kitab Suci mengatakan bahwa Roh Kudus yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, menuntut kesetiaan kita kepada-Nya. Tetapi Allah menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita juga untuk melawan segala keinginan jahat. Sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci, “Allah mengaruniakan berkat-berkat khusus kepada orang yang rendah hati, tetapi Ia menentang orang yang sombong.” Sebab itu, dengan rendah hati serahkanlah diri Saudara kepada Allah. Lawanlah Iblis, maka Iblis akan melarikan diri dari Saudara. Dekatilah Allah, dan Allah akan mendekati Saudara. Basuhlah tangan Saudara, hai orang berdosa, penuhilah hati Saudara hanya dengan Allah saja untuk menjadikannya bersih dan setia kepada-Nya. Biarlah air mata bercucuran karena perbuatan salah yang telah Saudara lakukan. Biarlah ada penyesalan dan dukacita yang sesungguhnya. Biarlah kesedihan menggantikan gelak tawa dan kemurungan menggantikan sukaria. Apabila Saudara insaf bahwa Saudara tidak layak di hadapan Tuhan, Ia akan mengangkat dan membesarkan hati Saudara serta menolong Saudara. Janganlah saling mencela dan saling memfitnah, hai Saudara sekalian yang saya kasihi. Jikalau Saudara mencela dan memfitnah, maka Saudara melawan hukum Allah mengenai keharusan saling mengasihi, dan Saudara menyatakan bahwa hukum itu salah. Kewajiban Saudara ialah menaati hukum, dan bukan menentukan apakah hukum itu benar atau salah. Karena hanya satu yang memberikan hukum dan satu Hakim—dan itu adalah Allah. Hanyalah Dia yang berkuasa menghukum atau membebaskan. Jadi, apa hak Saudara untuk menghakimi orang lain? Hai orang yang berkata, “Pada hari ini atau besok kami akan pergi ke kota anu, dan tinggal di sana selama setahun, serta membuka suatu usaha yang menguntungkan.” Bagaimana Saudara dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok? Karena masa hidup kita tidaklah tentu, sama seperti kabut yang pada satu saat kelihatan, tetapi sesaat kemudian sudah hilang. Yang harus kita katakan ialah, “Jika Tuhan menghendaki, kita akan hidup dan melakukan ini atau itu.” Kalau tidak demikian, maka kita akan menyombongkan rencana kita sendiri, dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri seperti itu salah. Dan ingatlah, jika kita mengetahui sesuatu yang benar yang harus dilakukan, tetapi kita tidak melakukannya, maka hal itu adalah dosa. Camkanlah, hai orang-orang kaya, inilah saat untuk meratap dan meraung atas segala macam penderitaan yang akan menimpa Saudara. Karena kekayaan Saudara itu sudah mulai membusuk dan pakaian Saudara yang indah-indah mulai menjadi kain-kain tua yang telah dimakan ngengat. Nilai emas dan perak Saudara merosot dengan pesatnya. Namun demikian, emas dan perak itu akan menjadi bukti yang memberatkan Saudara, dan akan memakan daging Saudara seperti api. Itulah yang telah Saudara simpan untuk diri sendiri dan yang akan Saudara terima pada Hari Penghakiman. Sebab dengarlah! Dengarlah teriakan pekerja-pekerja ladang yang upahnya telah Saudara gelapkan. Tangisan mereka itu telah sampai ke telinga Allah, Tuhan semesta alam. Hidup Saudara di dalam dunia ini telah Saudara pergunakan hanya untuk bersenang-senang serta memuaskan tiap keinginan Saudara, dan sekarang hati Saudara yang gemuk berlemak itu telah siap untuk dibantai. Saudara telah menghukum dan membunuh orang-orang baik, yang tidak berdaya mempertahankan diri terhadap Saudara. Tetapi Saudara sekalian yang menunggu Tuhan datang kembali, hendaknya bersabar seperti petani yang menunggu sampai tuaiannya masak pada musim panen. Ya, bersabarlah, dan teguhkanlah hati, karena kedatangan Tuhan sudah dekat. Saudara sekalian, janganlah menggerutu tentang orang lain. Apakah Saudara sendiri sudah bebas dari segala cela? Karena tengoklah, Hakim yang agung itu sudah di ambang pintu. Untuk contoh kesabaran dalam penderitaan, pandanglah nabi-nabi Tuhan. Kita semua mengetahui bagaimana senangnya mereka itu sekarang, sebab mereka dahulu tetap setia kepada-Nya, walaupun mereka itu sangat menderita karenanya. Ayub adalah contoh dari orang yang dalam kesedihan tetap percaya kepada Tuhan. Dari pengalaman-pengalamannya kita dapat melihat bahwa rencana Tuhan berakhir dengan kebaikan, dan bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Tetapi yang terpenting dari segala-galanya, hai Saudara sekalian yang saya kasihi, janganlah bersumpah baik demi langit, maupun demi bumi, atau demi apa pun juga. Katakan saja “ya” atau “tidak”, supaya Saudara tidak berbuat dosa dan terhukum karena sumpah itu. Apabila di antara Saudara ada yang menderita, hendaklah ia berdoa; dan mereka yang merasa bersyukur, hendaklah menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan. Apabila di antara Saudara ada yang sakit, hendaklah ia memanggil pemimpin-pemimpin jemaat dan mereka itu hendaknya berdoa untuk dia serta menuangkan sedikit minyak ke atasnya, sambil berseru kepada Tuhan supaya menyembuhkan dia. Maka doa mereka itu, jika dipanjatkan dengan iman, akan menyembuhkan orang sakit. Tuhan akan memulihkan kesehatannya, dan jika orang telah berbuat dosa, maka Tuhan akan mengampuninya. Hendaklah Saudara sekalian saling mengakui kesalahan dan saling mendoakan, supaya Saudara disembuhkan. Doa yang sungguh-sungguh dari orang yang benar, memiliki kuasa yang besar dan membawa hasil yang menakjubkan. Elia adalah manusia biasa seperti kita. Namun demikian, pada waktu ia berdoa dengan tekun supaya hujan jangan turun, maka hujan tidak turun selama tiga setengah tahun! Kemudian, pada waktu ia berdoa lagi, memohon supaya hujan turun, maka turunlah hujan lebat dan rumput menjadi hijau dan tanam-tanaman mulai tumbuh lagi. Saudara sekalian yang saya kasihi, jika ada orang yang telah menyimpang jauh dari Allah dan tidak lagi beriman kepada-Nya, kemudian seseorang menolong dia mengenal kembali Kebenaran, maka orang yang membawanya kembali kepada Allah, menyelamatkan jiwa yang sesat itu dari kematian, dan mendatangkan keampunan bagi dosa-dosanya yang banyak itu. Dari: Petrus, rasul Yesus Kristus. Kepada: orang-orang pilihan Allah yang tinggal sebagai orang asing di dunia ini, tersebar di seluruh provinsi Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia. Allah Bapa telah memilih Saudara seperti yang telah Dia putuskan sejak semula. Ia menyucikan Saudara melalui Roh Kudus, sehingga Saudara menaati Yesus Kristus dan dibersihkan oleh darah-Nya. Semoga diberi berkat dan damai sejahtera dari Allah dengan berlimpah-limpah. Segala kemuliaan bagi Allah—Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus—karena kemurahan-Nya yang tidak terbatas telah memberi kita kesempatan untuk dilahirkan kembali, sehingga sekarang kita menjadi anggota keluarga Allah. Sekarang kita hidup dalam pengharapan akan hidup kekal, karena Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Allah telah menyediakan karunia hidup kekal ini untuk anak-anak-Nya—karunia yang tidak ternilai harganya, yang disimpan di surga untuk Saudara dalam keadaan murni, tidak bernoda, dan tidak mungkin berubah atau membusuk. Di dalam kemahakuasaan-Nya, Allah akan menjaga supaya Saudara dengan selamat sampai ke surga untuk menerima karunia itu, karena Saudara percaya kepada-Nya. Keselamatan yang akan dinyatakan-Nya pada akhir zaman akan menjadi milik Saudara. Hendaklah Saudara sangat bergembira, meskipun sekarang Saudara untuk sementara waktu harus menderita dan menghadapi berbagai macam cobaan. Cobaan itu membuktikan apakah iman Saudara sungguh-sungguh kuat dan murni. Iman Saudara sedang diuji, sebagaimana api menguji emas dan memurnikannya. Bagi Allah iman Saudara jauh lebih berharga daripada emas. Jadi, jikalau sesudah mengalami cobaan-cobaan yang hebat, iman Saudara tetap kuat, maka pada hari Dia datang lagi Saudara akan mendapat banyak pujian, kemuliaan serta kehormatan. Saudara mengasihi Dia, walaupun Saudara belum pernah melihat-Nya; walaupun belum melihat-Nya, Saudara percaya kepada-Nya; bahkan sekarang pun Saudara mengalami sukacita yang tidak terkatakan, yang berasal dari surga. Dan pahala selanjutnya bagi Saudara karena percaya kepada-Nya ialah keselamatan jiwa Saudara. Keselamatan ini tidak dapat dimengerti sepenuhnya oleh para nabi. Sekalipun mereka menulis tentang hal ini, mereka bertanya-tanya apakah gerangan artinya. Ketika Roh Kristus di dalam mereka menyuruh mereka menulis tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi atas Kristus, yaitu penderitaan-Nya yang kemudian disusul oleh kemuliaan-Nya, mereka tidak mengerti dan bertanya-tanya dalam hati kapan dan atas siapa gerangan semua itu akan terjadi. Akhirnya, mereka diberi tahu bahwa hal-hal itu tidak akan terjadi pada zaman mereka, tetapi bertahun-tahun kemudian, yaitu pada zaman kita. Sekarang Berita Kesukaan ini telah dimaklumkan dengan jelas kepada kita semua. Berita ini disampaikan kepada kita di dalam kuasa Roh Kudus dari surga—Roh yang sama yang telah berbicara kepada mereka. Semua ini sangat aneh dan menakjubkan, sehingga bahkan para malaikat di surga pun ingin sekali mengetahui lebih banyak tentang hal ini. Jadi, sekarang Saudara dapat dengan tenang dan penuh pengertian mengharapkan lebih banyak kemurahan Allah pada waktu Kristus datang lagi. Taatilah Allah, sebab Saudara adalah anak-anak-Nya. Jangan kembali kepada cara hidup yang lama: berbuat jahat sebab tidak mengenal sikap hidup yang lebih baik. Tetapi sekarang, dalam segala perbuatan hendaklah Saudara kudus seperti Tuhan, yang memanggil Saudara menjadi anak-anak-Nya. Sebab Tuhan sendiri telah berkata, “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku kudus.” Dan ingatlah bahwa Bapa di surga—kepada-Nya Saudara berdoa—menghakimi dengan tidak pilih kasih. Ia akan menghakimi Saudara dengan keadilan yang sempurna atas segala sesuatu yang Saudara lakukan. Oleh karena itu, mulai sekarang hendaklah Saudara hidup dengan rasa takut serta hormat kepada-Nya, sampai Saudara tiba di dalam surga. Allah membayar suatu harga tebusan untuk melepaskan Saudara dari jejak nenek moyang yang berusaha dengan sia-sia untuk mencapai surga. Sebagaimana Saudara ketahui, tebusan itu dibayar-Nya bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah Kristus yang tidak ternilai harganya—darah Domba Allah yang tidak berdosa dan tidak bernoda. Allah memilih Dia untuk tujuan ini jauh sebelum dunia dijadikan, tetapi baru pada zaman akhir ini Ia dinyatakan kepada umum sebagai berkat bagi Saudara. Karena itulah Saudara dapat percaya kepada Allah, yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan memberikan kemuliaan besar kepada-Nya. Sekarang hanya kepada Dia, Saudara dapat beriman dan berpengharapan. Sekarang Saudara dapat memiliki kasih sejati terhadap setiap orang, sebab pada waktu Saudara percaya bahwa Kristus menyelamatkan Saudara, jiwa Saudara telah dibersihkan dari sifat mementingkan diri sendiri dan dari kebencian. Jadi, berusahalah supaya Saudara sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati. Saudara telah dilahirkan kembali sebagai orang baru, kali ini tidak diperanakkan oleh benih manusia fana, tetapi oleh firman Allah yang hidup dan tinggal selamanya. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci: “Manusia seperti rumput dan segala keindahannya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu; tetapi firman Tuhan tetap selama-lamanya.” Dan firman-Nya adalah Berita Kesukaan yang disampaikan kepada Saudara. Karena itu, buanglah segala perasaan benci. Jangan hanya berpura-pura baik! Hentikanlah ketidakjujuran dan kedengkian serta kebiasaan mempercakapkan keburukan orang lain. Seperti anak yang baru lahir mengingini susu murni, begitu Saudara harus meminta ajaran Allah yang tidak tercemar. Lalu Saudara akan tumbuh dalam iman dan mencapai tujuan, yaitu keselamatan Saudara. Saudara sudah mengalami kebaikan Tuhan. Datanglah kepada Kristus—Batu yang hidup itu. Di atas-Nyalah Allah membangun. Walaupun ditolak oleh manusia, Batu itu sangat berharga bagi Allah, yang telah memilih-Nya di atas segala yang lain. Dan sekarang Saudara telah menjadi batu bangunan yang hidup untuk dipakai Allah membangun rumah-Nya. Bahkan Saudara adalah imam-Nya yang kudus. Karena itu, datanglah kepada-Nya—Saudara diterima oleh-Nya karena Yesus Kristus—dan persembahkanlah kepada Allah hal-hal yang menyukakan hati-Nya. Seperti dikatakan dalam Kitab Suci: “Lihatlah, Aku menempatkan Batu Penjuru yang dipilih dan berharga di Yerusalem, dan siapa pun membangun di atasnya dan percaya kepadanya tidak akan pernah dikecewakan.” Ia sangat berharga bagi Saudara yang percaya; sedangkan bagi mereka yang menolak Dia: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru, yaitu bagian bangunan yang paling penting.” Kitab Suci juga berkata: “Dialah Batu yang menyebabkan beberapa orang tersandung dan jatuh.” Mereka akan tersandung, sebab mereka tidak mau mendengarkan dan menaati firman Allah, dan sebagai hukuman mereka akan jatuh. Tetapi Saudara tidak seperti itu, sebab Saudara adalah umat pilihan Allah, imam-imam Kerajaan-Nya itu, bangsa suci yang sepenuhnya milik Allah. Karena itu, Saudara harus memberitakan perbuatan-perbuatan besar Allah yang telah memanggil Saudara dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib. Dahulu Saudara bukan umat-Nya, sekarang Saudara milik Allah. Dahulu Saudara tidak tahu rahmat Allah, tetapi sekarang sudah mengalaminya. Saudara sekalian yang saya kasihi, di dunia ini Saudara hanya sebagai tamu. Karena rumah Saudara yang sesungguhnya ada di surga, saya mohon supaya Saudara menghindarkan diri dari kesenangan yang jahat di dunia ini. Kesenangan dunia bukan untuk Saudara, sebab berperang melawan jiwa Saudara sendiri. Jagalah kelakuan Saudara bila berada di tengah-tengah orang yang belum diselamatkan. Meskipun waktu itu mereka mencurigai serta menentang Saudara, kelak pada waktu Kristus kembali, mereka akan memuji Allah karena perbuatan baik yang telah Saudara lakukan. Demi Tuhan, taatilah setiap hukum negara, baik yang dikeluarkan oleh kepala negara, maupun yang dikeluarkan oleh pejabat-pejabat yang telah diberi wewenang untuk menghukum yang bersalah dan menghormati yang berbuat baik. Allah ingin supaya hidup Saudara yang baik itu menutup mulut orang yang karena ketidaktahuan atau kebodohan memfitnah Saudara. Saudara mempunyai kebebasan, tetapi tidak berarti bebas untuk berbuat salah. Pakailah kebebasan itu semata-mata untuk melakukan kehendak Allah. Hormatilah setiap orang. Kasihilah semua orang Kristen di mana pun juga. Takutlah akan Allah dan hormatilah pemerintah. Para hamba, hendaknya Saudara menghormati majikan dan melakukan apa pun yang disuruhkan, bukan hanya apabila mereka baik dan bijaksana, melainkan juga apabila mereka keras dan kejam. Pujilah Tuhan apabila Saudara dihukum karena berbuat benar! Apabila Saudara dipukuli karena berbuat salah, tentu saja Saudara tidak mendapat pujian atas kesabaran Saudara. Tetapi, apabila Saudara menderita dan sabar menanggung pukulan karena berbuat benar, Saudara menyukakan hati Allah. Semua penderitaan ini adalah bagian dari pekerjaan yang diberikan Allah kepada Saudara. Kristus yang menderita untuk Saudara adalah teladan Saudara. Ikutilah jejak-Nya: Ia tidak pernah berdosa, tidak pernah berdusta, dan tidak pernah membalas bila dihina. Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam akan membalas dendam. Ia menyerahkan persoalan-Nya ke dalam tangan Allah yang senantiasa berlaku adil. Ia sendiri menanggung dosa kita di dalam tubuh-Nya, ketika Ia mati di kayu salib; sehingga kita dapat berhenti berdosa dan mulai sekarang kita hidup untuk kebenaran, sebab oleh bilur-bilur-Nya kita disembuhkan. Seperti domba, dahulu Saudara sesat dari jalan Allah, tetapi sekarang Saudara telah kembali kepada Gembala Saudara, yang membimbing dan melindungi Saudara. Saudara istri-istri, tunduklah pada suami Saudara dengan cara yang sama! Demikian, jika beberapa dari mereka menolak Kabar Kesukaan, kehidupan Saudara akan berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Mereka akan diyakinkan dengan melihat kehidupan Saudara yang murni dan terhormat. Jangan mementingkan kecantikan lahiriah yang bergantung pada perhiasan, pakaian indah, serta dandanan rambut. Utamakanlah kecantikan batin, yang mencerminkan kelembutan dan ketenangan jiwa yang sangat berharga bagi Allah. Kecantikan batin semacam itu terlihat pada wanita-wanita saleh zaman dahulu, yang memercayai Allah dan tunduk pada suami mereka. Sara, misalnya, patuh kepada suaminya, Abraham, serta menghormatinya sebagai kepala keluarga. Jika Saudara berlaku demikian dan tidak membiarkan apa pun menakuti Saudara, Saudara akan mengikuti jejaknya sebagai anak-anaknya yang melakukan hal-hal yang benar. Dan para suami, hendaklah Saudara bersikap bijaksana terhadap istri. Perhatikanlah kebutuhan mereka dan hormatilah mereka sebagai kaum lemah. Ingatlah bahwa istri Saudara adalah sekutu Saudara dalam menerima berkat Allah dan jikalau Saudara tidak memperlakukannya sebagaimana mestinya, doa Saudara mungkin tidak mendapat jawaban. Sekarang, kata-kata ini saya tujukan kepada semua orang: Bersatu hati dan pikiran! Ambil bagian dalam kehidupan satu sama lain dan saling mencintai sebagai saudara! Kasihanilah dengan kelembutan dan kerendahan hati. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Jangan membalas memaki orang yang mencerca Saudara. Sebaliknya, berdoalah meminta berkah Allah bagi mereka, sebab Allah juga memanggil Saudara untuk menerima berkat-Nya. Kalau Saudara ingin hidup baik dan bahagia, jagalah lidah Saudara dari perkataan yang jahat dan jangan biarkan bibir Saudara berbicara dusta. Jauhkan diri dari yang jahat dan lakukanlah yang baik. Saudara harus berusaha dan berjuang untuk hidup damai dengan setiap orang, sebab Tuhan mengawasi semua orang yang hidup benar dan mendengarkan doa mereka; tetapi Ia menentang orang-orang yang berbuat jahat. Biasanya kalau Saudara berbuat baik, orang tidak akan berbuat jahat terhadap Saudara, tetapi sekalipun mereka berbuat demikian, Saudara patut merasa bahagia, sebab Allah akan memberi Saudara pahala. Dengan tenang serahkanlah diri Saudara kepada Kristus, Tuhan Saudara. Apabila orang bertanya apa sebabnya Saudara memiliki kepercayaan seperti itu, siap sedialah untuk menjawab dengan lemah lembut serta sopan. Lakukanlah dengan baik dan penuh hormat, selalu berhati-hati untuk memiliki hati nurani yang baik. Karena jika Saudara menjalani kehidupan teladan, sebagaimana layaknya milik Kristus, mereka yang mengumpat Saudara akan merasa malu karena tuduhan mereka terbukti tidak berdasar. Ingatlah, jika Allah menghendaki Saudara menderita, lebih baik menderita karena perbuatan baik daripada menderita karena perbuatan jahat! Kristus juga menderita. Ia mati satu kali untuk kita, orang-orang berdosa, meskipun Ia sendiri tidak pernah bersalah, supaya Ia dapat membawa kita dengan selamat ke rumah Allah. Tubuh-Nya mati, tetapi Roh Allah membangkitkan-Nya ke kehidupan baru. Di dalam kekuatan Roh ini Ia mengunjungi roh-roh yang terbelenggu, serta menyampaikan Berita Kesukaan kepada mereka— yaitu kepada roh-roh orang yang lama sebelumnya, yaitu pada zaman Nabi Nuh, tidak mau mendengarkan Allah; sementara Nuh membangun bahtera, Allah dengan sabar menunggu untuk pelaksanaan penghakiman. Ketika banjir datang, hanya delapan orang yang dibawa di dalam bahtera melalui air dan diselamatkan. (Hal ini digambarkan kepada kita oleh baptisan, yang menunjukkan bahwa oleh kebangkitan Kristus kita telah diselamatkan dari kematian dan kebinasaan, bukan karena badan kita dicuci bersih dengan air, melainkan karena dengan dibaptis kita kembali kepada Allah dan meminta Dia untuk membersihkan hati kita dari dosa.) Dan sekarang Kristus berada di surga, duduk di tempat kemuliaan di sebelah kanan Allah Bapa, dan segala malaikat, semua penguasa serta kekuatan tunduk pada kekuasaan-Nya. Karena Kristus telah menanggung sakit dan penderitaan, Saudara harus bersikap sama seperti Dia. Siapa yang menderita karena Dia, sudah putus dengan dosa. Jadi, sisa hidup Saudara tidak akan Saudara pakai untuk mengejar keinginan-keinginan yang jahat, melainkan Saudara akan berhasrat melakukan kehendak Allah. Pada masa yang lampau Saudara telah cukup banyak melakukan keburukan yang dinikmati orang-orang yang tidak mengenal Tuhan—percabulan, hawa nafsu, mabuk-mabukan, pesta-pesta liar, penyembahan berhala yang keji. Tentu saja teman-teman lama akan heran melihat bahwa Saudara tidak lagi berhasrat ikut serta dalam perbuatan mereka yang jahat. Mereka akan mentertawakan, menghina serta mengejek Saudara. Tetapi, ingatlah bahwa mereka harus menghadap Hakim segala orang, baik yang hidup maupun yang mati. Itulah sebabnya Berita Kesukaan dikabarkan kepada mereka di antara kita yang sekarang mati. Meskipun mereka harus mati seperti semua manusia, Allah ingin mereka hidup selamanya bersamanya. Akhir dunia ini hampir tiba. Karena itu, waspada dan bijaksana, dan jangan biarkan apa pun menghalangi Saudara untuk berdoa. Terutama, tunjukkanlah kasih seorang kepada yang lain, sebab—seperti yang tertulis dalam Kitab Suci—“kasih memaafkan banyak kesalahan.” Yang memerlukan makanan dan tumpangan hendaknya Saudara terima di dalam rumah Saudara dengan senang hati. Allah telah memberikan bakat-bakat khusus kepada Saudara masing-masing. Pergunakanlah bakat-bakat itu untuk saling menolong dan salurkanlah berkat Allah yang bermacam-macam itu kepada orang lain. Apakah Saudara terpanggil untuk berkhotbah? Jika demikian, berkhotbahlah seakan-akan Allah sendiri sedang berbicara melalui Saudara. Apakah Saudara terpanggil untuk menolong orang lain? Tolonglah mereka dengan segenap tenaga dan daya yang diberikan Allah kepada Saudara, sehingga Allah akan dimuliakan melalui Yesus Kristus—bagi Dialah kemuliaan dan kuasa untuk selama-lamanya. Amin. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, janganlah bingung atau heran, apabila kelak Saudara mengalami cobaan-cobaan yang hebat, sebab yang akan menimpa Saudara bukanlah sesuatu yang aneh atau luar biasa. Sebaliknya, bersukacitalah, sebab cobaan-cobaan itu akan menjadikan Saudara sekutu Kristus dalam penderitaan-Nya. Saudara akan mendapat kesukaan untuk turut merasakan kemuliaan-Nya, bilamana kemuliaan-Nya dinyatakan kelak. Berbahagialah apabila Saudara dinista dan dihina karena Saudara orang Kristen. Itu menunjukkan bahwa Roh Allah, Roh kemuliaan-Nya, ada pada Saudara. Sekali-kali saya tidak mau mendengar Saudara menderita karena membunuh, mencuri, membuat onar, atau karena menjadi orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Tetapi menderita karena menjadi orang Kristen bukanlah sesuatu yang memalukan. Pujilah Allah karena kita diberi hak istimewa menjadi milik Kristus dan membawa nama-Nya! Sebab waktunya telah tiba untuk penghakiman, yang akan dimulai dengan anak-anak Allah sendiri. Apabila kita sebagai orang Kristen harus diadili juga, betapa buruknya nasib yang akan menimpa orang yang menolak Berita Kesukaan dari Allah? Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, “Jika orang yang menaati Allah hampir tidak diselamatkan, apa jadinya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan dan menginjak-injak perintah-perintah-Nya?” Jadi, kalau Saudara menderita menurut kehendak Allah, teruskanlah berbuat benar dan serahkanlah diri Saudara kepada Allah yang menciptakan Saudara, sebab Ia tidak akan mengecewakan Saudara. Dan sekarang sepatah dua patah kata kepada penatua-penatua gereja. Saya juga seorang penatua. Dengan mata kepala sendiri saya melihat Kristus menemui ajal di kayu salib. Saya juga akan turut merasakan kemuliaan dan kehormatan-Nya pada waktu Ia datang lagi. Teman-teman Penatua, inilah permohonan saya: Peliharalah kawanan domba Allah. Jagailah mereka dengan rela hati, bukan dengan bersungut-sungut; bukan pula karena hasil yang akan Saudara peroleh, melainkan karena Saudara ingin melayani Tuhan. Janganlah bertindak sewenang-wenang, melainkan pimpinlah mereka dengan memberi teladan yang baik, maka apabila Gembala Agung datang, pahala yang akan Saudara peroleh ialah bagian di dalam kehormatan dan kemuliaan-Nya yang kekal. Saudara-saudara yang masih muda, turutlah pimpinan mereka yang lebih tua. Hendaknya Saudara saling melayani dengan perasaan rendah hati, sebab Allah mengaruniakan berkat-berkat khusus kepada orang yang rendah hati, tetapi Ia menentang orang yang sombong. Apabila Saudara mau merendahkan diri di bawah tangan Allah Yang Mahakuasa, maka pada waktunya Ia akan meninggikan Saudara. Serahkanlah segala kekhawatiran dan kesusahan Saudara kepada-Nya, karena Ia selalu memikirkan Saudara serta mengawasi segala sesuatu yang berkenaan dengan Saudara. Hati-hati! Waspadalah terhadap serangan Iblis, musuh yang besar itu. Ia berkeliaran seperti seekor singa lapar yang mengaum-aum mencari mangsa yang akan dirobek-robeknya. Berdirilah dengan teguh apabila ia menyerang. Percayalah kepada Tuhan; dan ingatlah bahwa di mana-mana orang Kristen mengalami penderitaan yang sama. Sesudah Saudara menderita sesaat lamanya, Allah kita yang penuh kebaikan akan memberikan kemuliaan-Nya yang kekal kepada Saudara melalui Kristus. Ia sendiri akan datang dan mengangkat Saudara, menegakkan serta menjadikan Saudara lebih kuat daripada sebelumnya. Bagi Dialah segala kuasa atas sekaliannya, sampai selama-lamanya. Amin. Surat ini saya sampaikan kepada Saudara dengan perantaraan Silwanus, seorang saudara seiman yang setia. Harapan saya ialah kiranya surat ini, yang berisi pernyataan mengenai cara Allah memberkati kita, akan menjadi pendorong bagi Saudara. Kiranya apa yang saya sampaikan di sini akan menolong Saudara berdiri teguh dalam kasih-Nya. Jemaat di sini di Kota Babilon—yang sama seperti Saudara dipilih oleh Allah—mengirimkan salam kepada Saudara. Anak saya, Markus, juga mengirimkan salamnya. Sapa satu sama lain dengan ciuman sebagai ungkapan penuh kasih yang menyatukan kalian sebagai milik Allah. Semoga damai sejahtera menyertai Saudara sekalian yang milik Kristus. Dari: Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus. Kepada: Saudara sekalian yang seiman dengan kami. Iman yang saya maksudkan ialah yang diberikan oleh Yesus Kristus, Allah dan Juru Selamat kita. Betapa berharganya iman itu, dan betapa adil dan baiknya Dia, yang telah memberikannya kepada kita masing-masing. Apakah Saudara ingin supaya berkat dan damai sejahtera Allah semakin melimpah? Jikalau demikian, belajarlah mengenal Dia lebih baik. Sebab sementara Saudara mengenal Dia lebih baik, maka dengan kebesaran kuasa-Nya Ia akan memberikan segala sesuatu yang Saudara perlukan bagi kehidupan yang sungguh-sungguh baik. Bahkan Ia memberikan kepada kita kemuliaan dan kebaikan-Nya sendiri. Dengan kuasa yang sama Ia juga telah memberikan kepada kita segala berkat-Nya yang kaya serta menakjubkan itu seperti telah dijanjikan-Nya: misalnya, janji untuk menyelamatkan kita dari hawa nafsu dan kebusukan di sekeliling kita, dan janji untuk memberikan sifat-Nya sendiri kepada kita. Oleh karena itu, berusahalah agar di samping iman Saudara ada kehidupan yang baik, dan di samping kehidupan yang baik ada pengetahuan tentang Allah dan kehendak-Nya. Pengetahuan harus disampingi penguasaan diri dan ketabahan, dan ketabahan harus disampingi penyembahan Allah. Barang siapa menyembah Allah, ia juga akan mengasihi saudara seimannya dan semua orang juga. Jika Saudara terus hidup demikian, secara rohani Saudara akan tumbuh menjadi kuat dan berbuah serta berguna bagi Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi siapa pun yang tidak menambahkan hal-hal di atas kepada imannya, betul-betul buta atau sekurang-kurangnya kabur penglihatannya. Ia sudah lupa bahwa Allah telah membebaskan dia dari hidup lama yang penuh dosa. Jadi, Saudara sekalian yang saya kasihi, berusahalah membuktikan bahwa Saudara benar-benar tergolong orang yang sudah dipanggil serta dipilih Allah, supaya Saudara tidak akan tersandung atau jatuh. Allah akan membukakan pintu surga lebar-lebar, supaya Saudara memasuki kerajaan yang abadi milik Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Saya bermaksud terus mengingatkan Saudara akan hal-hal ini, meskipun Saudara sudah mengetahuinya dan sudah mengamalkannya dalam hidup Saudara. dengan harapan semoga benar-benar tertanam dalam hati Saudara dan akan tetap diingat sesudah saya tidak ada. Karena kuasa Tuhan Yesus Kristus dan kedatangan-Nya lagi yang kami jelaskan kepada Saudara bukanlah isapan jempol. Dengan mata sendiri kami telah melihat keagungan dan kemuliaan-Nya: Jadi, kami sudah melihat dan membuktikan bahwa apa yang dikatakan para nabi itu menjadi kenyataan. Sebaiknya Saudara memperhatikan apa yang telah mereka tuliskan, sebab kata-kata mereka seperti lampu yang bersinar di tempat gelap—sampai hari tiba, dan Kristus Bintang Fajar bersinar dalam hati Saudara. Tetapi pada masa itu pun terdapat nabi-nabi palsu, sama seperti kelak akan muncul pengajar-pengajar palsu di lingkungan Saudara. Dengan cerdik mereka akan mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang Allah, bahkan melawan Tuhan yang telah menebus mereka; tetapi kebinasaan mereka akan segera datang dengan mengerikan. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu dan karena mereka, Kristus serta ajaran-Nya akan diejek orang. Karena keserakahan mereka, pengajar-pengajar ini akan mengajarkan apa saja, asal mereka mendapat uang dari Saudara. Tetapi sejak semula Allah telah menjatuhkan hukuman ke atas mereka dan tidak lama lagi mereka akan dibinasakan. Sebab malaikat-malaikat yang berbuat dosa sekalipun, tidak disayangkan oleh Allah, melainkan dilemparkan-Nya ke dalam neraka, dibelenggu di dalam gua-gua yang suram dan di dalam kegelapan sampai Hari Penghakiman. Dan pada zaman sebelum air bah tidak seorang pun disayangkan-Nya, kecuali Nuh—satu-satunya manusia yang berbicara atas nama Allah—bersama dengan tujuh orang anggota keluarganya. Pada waktu itu seluruh bumi yang didiami orang-orang yang tidak mengenal Allah, dibinasakan oleh Allah dengan banjir yang dahsyat. Kemudian daripada itu, Kota Sodom dan Gomora dijadikan-Nya abu dan dihapuskan dari muka bumi ini, supaya pada masa yang akan datang menjadi peringatan yang menakutkan bagi semua orang yang tidak mengenal Allah. Begitu pula Tuhan dapat menyelamatkan Saudara dan saya dari cobaan-cobaan yang mengelilingi kita. Ia tetap menghukum orang-orang yang tidak mengenal Allah hingga datang Hari Penghakiman. Ia bersikap sangat keras terhadap orang yang menuruti hawa nafsu kotor seolah-olah tidak ada Allah yang meminta pertanggungjawabannya. Orang-orang ini bangga dan sombong, bahkan tidak takut untuk mengejek yang mulia-mulia di surga, padahal para malaikat pun, yang berhadapan dengan Allah di surga dan yang kekuasaan serta kekuatannya jauh lebih besar daripada pengajar-pengajar palsu itu, tidak pernah menghujat para penguasa yang jahat itu. Tetapi pengajar-pengajar palsu itu seperti binatang yang tidak berpikir, makhluk naluri, dilahirkan untuk ditangkap dan dibunuh. Mereka menghina apa yang tidak mereka ketahui dan akan binasa seperti binatang. Itulah upah yang akan diterima oleh pengajar-pengajar itu, sebab sehari-hari mereka hidup dalam kesenangan yang jahat. Mereka merupakan kecelaan dan noda di antara Saudara sekalian dan menipu Saudara, karena mereka turut duduk pada perjamuan kasih seolah-olah mereka orang jujur, padahal mereka hidup dalam lumpur dosa. Setiap wanita mereka pandang dengan pandangan yang penuh nafsu jahat dan tidak puas-puasnya berbuat dosa. Mereka memikat orang yang kurang teguh iman dan hati mereka sudah biasa dengan keserakahan; mereka terkutuk dan akan binasa. Mereka menyimpang dari jalan yang benar serta menjadi sesat seperti Bileam, anak Beor, yang mencintai uang yang diterimanya sebagai upah pekerjaan yang jahat. Tetapi Bileam dihentikan dari perbuatannya yang gila itu, ketika keledainya berbicara kepadanya dengan suara manusia dan menegur serta memarahinya. Orang-orang ini tidak berguna seperti mata air yang kering, banyak janji tetapi tanpa hasil. Mereka selalu berubah-ubah pendirian seperti awan yang dihalaukan oleh angin ribut. Mereka akan dibinasakan di dalam kegelapan untuk selama-lamanya. Mereka membanggakan perbuatan-perbuatan dosa mereka dan dengan menggunakan hawa nafsu sebagai umpan, mereka menyesatkan kembali orang-orang yang baru saja terlepas dari dosa semacam itu. Mereka menjanjikan kebebasan, padahal mereka sendiri adalah hamba dosa dan kebobrokan, sebab manusia diperhamba oleh yang menguasainya. Apabila orang terlepas dari kecemaran dunia karena mengenal Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita, lalu mereka jatuh lagi ke dalam dosa serta menjadi hamba dosa itu, maka mereka lebih celaka daripada sebelumnya. Lebih baik mereka tidak pernah mengenal Kristus daripada mengenal Dia, tetapi kemudian mengingkari perintah-perintah-Nya yang kudus. Ada peribahasa yang mengatakan: “Anjing memakan muntahnya.” Atau seperti kata pepatah lain: “Babi yang sudah dimandikan berkubang lagi di dalam lumpur.” Peribahasa ini cocok bagi orang-orang yang kembali kepada dosa mereka. Saudara sekalian yang saya kasihi, inilah surat kedua yang saya kirimkan kepada Saudara. Di dalam keduanya saya telah berusaha mengingatkan Saudara kepada kenyataan-kenyataan yang sudah Saudara diketahui, sehingga Saudara akan tetap murni di masa depan. Jangan lupakan apa yang dikatakan para nabi Allah dahulu kala! Ingatlah kata-kata dari Tuhan dan Juru Selamat kita, yang telah disampaikan rasul-rasul kepada Saudara. Pertama-tama saya ingin mengingatkan Saudara bahwa pada zaman akhir akan datang pengejek-pengejek yang mentertawakan kebenaran serta melakukan segala jenis kejahatan yang terlintas dalam pikiran mereka. Inilah alasan yang akan mereka kemukakan: “Jadi, Yesus berjanji untuk datang kembali, ya? Tetapi di mana Dia sekarang? Ia tidak akan datang! Sepanjang ingatan manusia, dunia tetap sama keadaannya sejak hari pertama penciptaan.” Sama halnya dengan langit dan bumi yang sekarang: dengan firman Allah yang sama mereka telah disimpan untuk dibakar dalam api pada Hari Penghakiman. Pada hari itu mereka akan binasa dan bersama mereka semua yang tidak mematuhi Allah. Tetapi jangan lupa, Saudara sekalian yang saya kasihi, bahwa satu hari seperti seribu tahun bagi Tuhan, dan seribu tahun seperti satu hari. Tuhan bukan memperlambat kedatangan yang dijanjikan-Nya, meskipun kadang-kadang kelihatannya demikian, melainkan Ia sedang menunggu serta memberikan lebih banyak waktu kepada orang-orang berdosa untuk bertobat, karena Ia tidak menghendaki seorang pun binasa. Hari Tuhan pasti akan datang dengan tiba-tiba seperti seorang pencuri, lalu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat. Unsur-unsur alam semesta akan musnah di dalam api dan bumi dengan segala isinya akan habis terbakar. Karena segala sesuatu di sekitar kita akan lenyap, maka hidup kita sekarang hendaknya suci dan saleh. Hendaknya Saudara menanti dan menyongsong datangnya hari itu, yaitu ketika Allah akan membakar langit dan unsur-unsur alam semesta akan meleleh dan lenyap dimakan api. Tetapi sesudah itu kita menantikan langit baru dan bumi baru yang telah dijanjikan Allah, dan yang berisi kebaikan semata-mata. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, sambil menantikan kejadian-kejadian ini dan kedatangan Tuhan, berusahalah hidup tanpa dosa; dan berdamailah dengan setiap orang, supaya Saudara menyenangkan hati-Nya pada waktu Ia datang lagi. Saudara sekalian yang saya kasihi, saya memperingatkan Saudara sebelum waktunya, supaya Saudara waspada dan tidak terseret ke dalam kesalahan orang-orang jahat itu, supaya Saudara jangan terlibat. Tetapi tumbuhlah di dalam kekuatan rohani dan belajarlah untuk lebih mengenal Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita. Bagi Dia segala kemuliaan dan kehormatan, sekarang dan selama-lamanya. Dia yang disebut Firman ada sejak awal mula. Kami sudah mendengar-Nya, melihat-Nya dengan mata kepala sendiri. Kami telah memandang-Nya dan menjamah-Nya dengan tangan kami sendiri. Dia adalah firman Allah Yang Hidup. Dia, yaitu Hidup dari Allah itu, telah diperlihatkan kepada kami dan kami memberi jaminan bahwa kami benar-benar telah melihat Dia. Saya sedang membicarakan Kristus; Dia adalah Hidup kekal. Ia ada bersama dengan Bapa dan kemudian diperlihatkan kepada kami. Sekali lagi saya katakan, kami memberitahukan kepada Saudara apa yang sungguh-sungguh telah kami lihat dan dengar, supaya Saudara ikut serta dalam persekutuan dan sukacita yang kami alami dalam Bapa dan Yesus Kristus, Anak-Nya. Kami menulis ini kepada Saudara sehingga kami bisa bergembira dengan sepenuh hati. Inilah firman Allah kepada kami untuk diteruskan kepada Saudara: bahwa Allah adalah Terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Kita berdusta, jikalau kita berkata bahwa kita adalah sahabat-sahabat-Nya, padahal kita masih hidup dalam kegelapan rohani dan dalam dosa. Tetapi, jikalau kita hidup dalam terang kehadiran Allah, sama seperti Kristus, maka bersukacita dan bersekutulah kita seorang dengan yang lain dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari setiap dosa. Jikalau, kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita hanya menipu diri sendiri dan tidak mau menerima kebenaran. Tetapi, bila kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah, maka Ia akan mengampuni dan membersihkan kita dari segala kejahatan kita, sebab Ia setia dan adil. Jika kita mengaku bahwa kita tidak pernah berdosa, kita berdusta dan menganggap Allah pendusta. Kalau begitu, kita tunjukkan saja bahwa kita tidak menerima kata-katanya dalam hati kita. Anak-anak saya, ini saya katakan supaya Saudara menjauhkan diri dari dosa. Tetapi, jikalau Saudara jatuh ke dalam dosa, ada orang yang akan membela Saudara di hadapan Bapa. Nama-Nya ialah Yesus Kristus yang dirinya sendiri tanpa dosa. Dialah yang menanggung hukuman Allah karena dosa kita, dan membawa kita kepada persekutuan dengan Allah. Dia sendirilah Pengampunan bagi dosa kita, dan bukan hanya dosa kita, melainkan juga dosa seluruh dunia. Bagaimanakah kita dapat yakin bahwa kita adalah milik-Nya? Caranya ialah dengan melihat ke dalam diri sendiri: apakah kita sungguh-sungguh berusaha melaksanakan kehendak-Nya? Orang mungkin berkata, “Saya orang Kristen; saya sedang dalam perjalanan ke surga, saya milik Kristus.” Tetapi, apabila ia tidak menjalankan kehendak Kristus, ia seorang pendusta. Mereka yang menjalankan kehendak Kristus akan belajar untuk makin mengasihi Allah. Itulah cara untuk mengetahui apakah Saudara orang Kristen atau bukan. Barang siapa mengatakan bahwa ia orang Kristen, ia harus hidup seperti Kristus. Saudara-saudara yang saya kasihi, saya bukan menuliskan suatu hukum baru yang harus ditaati, sebab ini hukum lama yang sudah Saudara miliki sejak semula. Semuanya sudah Saudara dengar sebelumnya. Namun hukum itu selalu baru, serta berlaku bagi Saudara sama seperti bagi Kristus; dan sementara kita menaati hukum ini, yaitu saling mengasihi, kegelapan dalam hidup kita akan lenyap, dan bersinarlah terang Kristus di dalamnya. Barang siapa mengatakan bahwa ia berjalan di dalam terang Kristus, tetapi membenci sesamanya, ia masih hidup di dalam kegelapan. Tetapi barang siapa mencintai sesamanya, ia berjalan di dalam terang dan dapat melihat jalannya tanpa tersandung di dalam dosa. Sebab orang yang membenci sesamanya, mengembara di dalam kegelapan rohani dan tidak mengetahui arah tujuannya, karena kegelapan telah membutakan matanya. Hal-hal ini kutuliskan kepada kalian, anak-anak yang saya kasihi, karena dosa kalian telah diampunkan dalam nama Yesus. Hal-hal ini saya sampaikan kepada Saudara-Saudara yang sudah dewasa, karena Saudara mengenal Kristus, yang ada sejak awal mula. Juga kepada kalian, orang-orang muda, sebab kalian telah mengalahkan Iblis. Izinkan saya mengatakannya lagi: Saya menulis kepada Saudara sekalian, anak-anak saya, karena Saudara mengenal Bapa. Saya menulis kepada Saudara-Saudara yang sudah dewasa karena Saudara mengenal yang ada sejak awal mula. Juga kepada kalian, orang-orang muda, sebab telah menjadi kuat dalam iman. Kalian memiliki firman Allah dalam hati kalian dan telah mengalahkan Iblis. Janganlah menyerah pada pesona dunia ini dan segala yang disajikannya. Siapa pun yang mencintai dunia tidak dapat mencintai Allah Bapa. Dunia dipenuhi dengan keinginan-keinginan egois, hasrat untuk semua yang menarik hati dan kesombongan dengan prestasi yang dicapai dan kekayaan yang dimiliki. Itu semua tidak berasal dari Allah, melainkan dari dunia yang jahat ini. Dunia ini akan lenyap, dan segala hal yang jahat serta terlarang itu akan ikut lenyap, tetapi barang siapa tetap melakukan kehendak Allah, ia akan hidup kekal. Anak-anak yang saya kasihi, saat akhir dunia ini telah tiba. Telah kalian dengar tentang kedatangan Antikristus, yaitu musuh Kristus, dan sebenarnya orang semacam itu sudah banyak bermunculan. Hal ini lebih meyakinkan kita bahwa dunia sudah hampir kiamat. Musuh-musuh Kristus itu bekas anggota gereja, tetapi sebenarnya mereka tidak pernah menjadi satu dengan kita. Seandainya mereka termasuk golongan kita, tentu mereka tetap bersama kita. Mereka meninggalkan kita, dan hal itu membuktikan bahwa mereka bukan pihak kita. Tetapi Saudara tidak demikian, karena Roh Kudus telah datang ke atas Saudara dan Saudara mengenal kebenaran. Jadi, surat ini saya tulis kepada Saudara bukan seolah-olah kepada orang yang tidak mengenal kebenaran, melainkan sebagai peringatan kepada Saudara yang dapat membedakan yang benar dari yang salah. Siapakah pendusta yang paling besar? Orang yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan Kristus. Orang semacam itu Antikristus, sebab tidak percaya kepada Allah Bapa dan kepada Anak-Nya. Karena orang yang tidak percaya kepada Kristus, Anak Allah, tidak mungkin memiliki Allah Bapa. Tetapi orang yang memiliki Kristus, Anak Allah, juga memiliki Allah Bapa. Jadi, tetaplah percaya kepada apa yang sejak semula telah diajarkan kepada Saudara. Jika Saudara percaya, maka Saudara akan senantiasa berada dalam persekutuan yang erat dengan Allah Bapa dan Anak-Nya. Dan Dia sendiri telah menjanjikan hidup kekal kepada kita. Ucapan-ucapan saya mengenai Antikristus ditujukan kepada orang-orang yang berusaha mengelabui mata serta menyesatkan Saudara. Tetapi Saudara telah menerima Roh Kudus dan Ia hidup di dalam Saudara, di dalam hati Saudara, sehingga mengenai kebenaran, Saudara tidak perlu lagi diajar oleh orang lain. Ia mengajarkan segala sesuatu kepada Saudara, dan Ia adalah Kebenaran. Ia bukan pendusta. Oleh karena itu, seperti telah dikatakan-Nya, Saudara harus tetap hidup di dalam Kristus. Dan sekarang, Anak-anakku, tetaplah tinggal dalam persekutuan indah dengan Tuhan, sehingga apabila Ia datang, Saudara dapat yakin bahwa segala sesuatu dalam keadaan beres, sehingga Saudara tidak usah malu atau takut bertemu dengan Dia. Karena kita tahu bahwa Allah itu selalu baik dan hanya berbuat benar, maka dapatlah dikatakan bahwa semua orang yang berbuat baik adalah anak-anak-Nya. Coba bayangkan, betapa besar kasih Bapa di surga kepada kita, karena Ia membolehkan kita disebut anak-anak-Nya, dan sesungguhnya kita adalah anak-anak-Nya. Tetapi, karena kebanyakan orang tidak mengenal Allah, dengan sendirinya mereka tidak mengerti bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, sekarang ini kita sudah menjadi anak-anak Allah. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan kita kelak. Tetapi kita tahu bahwa apabila Ia datang, kita akan menjadi seperti Dia, karena kita telah melihat Dia dalam keadaan yang sebenarnya. Setiap orang yang benar-benar percaya akan hal ini, akan berusaha untuk tetap suci, karena Kristus suci. Tetapi orang yang terus-menerus berbuat dosa, melawan Allah; karena tiap dosa adalah perbuatan melawan kehendak Allah. Dan Saudara tahu bahwa Ia menjadi manusia agar dapat menghapus dosa kita, dan bahwa di dalam Dia tidak ada dosa, tidak ada perlawanan terhadap kehendak Allah pada saat mana pun dan dengan cara bagaimanapun juga. Jadi, apabila kita tinggal dekat dengan Dia dan patuh kepada-Nya, kita pun tidak akan berbuat dosa. Tetapi mereka yang terus-menerus berbuat dosa, harus menyadari hal ini: mereka berdosa, sebab mereka belum pernah mengenal Dia ataupun menjadi milik-Nya. Anak-anak yang saya kasihi, jangan membiarkan orang lain memperdayakan Saudara. Hanya mereka benar yang seperti Kristus, menjalani kehidupan yang menyenangkan hati Allah. Tetapi, jika Saudara terus-menerus berbuat dosa, hal itu menunjukkan bahwa Saudara milik Iblis, yang tetap pada perbuatan dosanya sejak ia pertama kali berdosa. Tetapi Anak Allah datang untuk memusnahkan pekerjaan-pekerjaan Iblis itu. Orang yang telah lahir dalam keluarga Allah tidak membiasakan diri berbuat dosa, sebab Allah telah memberinya kuasa, yang menciptakan kehidupan baru di dalam dirinya. Maka ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa, karena ia menjadi anak Allah. Jadi, sekarang kita dapat membedakan siapa anak Allah dan siapa milik Iblis. Barang siapa hidup dalam dosa dan tidak mengasihi saudaranya, nyatalah bahwa ia tidak termasuk keluarga Allah; sebab berita yang disampaikan kepada kita sejak semula ialah bahwa kita harus saling mengasihi. Kita tidak boleh seperti Kain, yang menjadi milik Iblis dan membunuh saudaranya. Mengapa ia membunuhnya? Karena Kain telah berbuat salah dan ia tahu benar, bahwa hidup saudaranya lebih baik daripada hidupnya. Saudara-saudara yang saya kasihi, janganlah heran apabila dunia membenci Saudara. Jikalau kita mengasihi sesama manusia, hal itu membuktikan bahwa kita telah dilepaskan dari neraka dan telah memperoleh hidup kekal. Tetapi orang yang tidak mengasihi sesamanya, menuju kepada kematian kekal. Setiap orang yang membenci sesamanya, membunuh dalam hati; dan Saudara tahu bahwa yang ingin membunuh, tidak mempunyai hidup kekal di dalam dirinya. Kita mengenal arti kasih yang sejati dari teladan Kristus yang mati untuk kita. Karena itu, kita pun patut menyerahkan nyawa kita untuk sesama kita. Jikalau seseorang menyebut dirinya Kristen dan serba cukup hidupnya, melihat sesamanya dalam kekurangan, tetapi ia tidak mau membantunya—bagaimana mungkin kasih Allah ada di dalam dia? Anak-anak saya, janganlah kita hanya sekadar mengatakan bahwa kita mengasihi orang lain; marilah kita mengasihi mereka dan menunjukkan kasih kita dengan perbuatan kita. Dengan demikian kita akan mengetahui dari perbuatan kita bahwa kita di pihak kebenaran dan akan bisa berdiri di hadapan Tuhan dengan hati nurani yang baik. Bahkan jikalau kita mempunyai hati nurani yang buruk dan merasa bahwa kita telah berbuat salah, Allah dalam kebesaran-Nya lebih berbelas kasih dari hati kita sendiri. Ia mengetahui segala sesuatu, tidak hanya melihat pelanggaran kita. Tetapi, Sahabat-sahabat yang saya kasihi, jikalau hati nurani kita jernih, kita dapat menghadap Tuhan dengan keyakinan yang pasti. Kita dapat memperoleh segala yang kita minta, karena kita menaati-Nya dan melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia. Maka inilah yang Allah ingin kita lakukan: percaya akan nama Anak-Nya, Yesus Kristus, dan saling mengasihi. Mereka yang melakukan apa yang dikatakan Allah, hidup bersama dengan Allah dan Allah hidup bersama dengan mereka. Kita tahu hal ini benar, karena Roh Kudus, yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita, mengatakan demikian. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, janganlah langsung percaya orang yang mengaku menyampaikan berita dari Roh Allah: Ujilah lebih dahulu apakah hal itu benar. Karena di sekitar kita terdapat banyak guru palsu. Untuk mengetahui apakah berita itu dari Roh Kudus hendaklah kita bertanya: apakah ajaran itu benar-benar mengaku bahwa Yesus Kristus, Anak Allah, sungguh-sungguh menjadi manusia dengan tubuh jasmani? Jikalau demikian, maka berita itu berasal dari Allah. Jikalau tidak, maka berita itu bukan dari Allah, tetapi dari pihak yang melawan Kristus, seperti si Antikristus yang telah Saudara dengar dan yang akan datang. Sikapnya yang memusuhi Kristus sudah meluas di dunia ini. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, Saudara milik Allah dan telah menang atas nabi-nabi palsu itu, sebab di dalam hati Saudara ada Yang lebih kuat daripada Iblis yang menguasai dunia ini. Mereka milik dunia ini. Jadi, dengan sendirinya mereka memperhatikan hal-hal duniawi dan dunia memperhatikan mereka. Tetapi kita ini anak-anak Allah; jadi, hanya mereka yang telah berjalan dan berbicara dengan Allah, yang mau mendengarkan kita. Orang lain tidak akan mau. Itulah cara lain untuk mengetahui apakah suatu berita benar-benar berasal dari Allah; karena jika berasal dari Allah, dunia tidak akan mau mendengarkannya. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, marilah kita saling mengasihi, karena kasih itu berasal dari Allah. Dia yang mengasihi adalah anak Allah dan mengenal Allah. Tetapi, jikalau seseorang tidak mengasihi, hal itu menyatakan bahwa ia tidak mengenal Allah—sebab Allah itu kasih. Allah menunjukkan betapa Ia mengasihi kita, dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia yang jahat ini untuk memberi kita hidup kekal melalui kematian-Nya. Tindakan itu menyatakan kepada kita kasih yang sejati: kasih itu bukan kasih kita kepada Allah, melainkan kasih Allah kepada kita, ketika Ia mengutus Anak-Nya untuk memadamkan murka Allah atas dosa kita. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, sebab Allah mengasihi kita dengan kasih yang demikian besarnya, maka sepatutnyalah kita juga saling mengasihi. Karena, meskipun kita belum pernah melihat Allah, kalau kita saling mengasihi, maka Allah hidup di dalam kita, dan kasih-Nya di dalam kita telah mencapai tujuannya. Dan Ia telah menempatkan Roh-Nya sendiri di dalam hati kita sebagai bukti bahwa kita hidup bersama dengan Dia dan Ia bersama dengan kita. Lagipula, kami telah melihat sendiri dan sekarang kami memberitakan kepada seisi dunia bahwa Allah mengutus Anak-Nya untuk menjadi Juru Selamat mereka. Allah hidup di dalam diri setiap orang yang percaya serta mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, dan orang itu hidup bersama dengan Allah. Kita tahu betapa Allah mengasihi kita, karena kita telah merasakan kasih-Nya dan karena kita memercayai-Nya ketika Ia mengatakan bahwa Ia sangat mengasihi kita. Allah itu kasih, dan siapa yang hidup di dalam kasih, hidup bersama dengan Allah dan Allah hidup di dalamnya. Sementara kita hidup bersama dengan Kristus, kasih kita tumbuh makin sempurna dan lengkap. Dengan demikian kita tidak akan malu dan tersipu-sipu pada Hari Penghakiman, tetapi kita dapat menghadap Dia dengan keyakinan dan sukacita, karena Ia mengasihi kita dan kita juga mengasihi Dia. Kasih tidak mengenal rasa takut. Kasih Allah yang sempurna meniadakan segala ketakutan. Jikalau kita merasa takut menghadapi hukuman, itu menunjukkan bahwa kasih-Nya di dalam kita tidak mencapai tujuannya. Jadi, Saudara lihat bahwa kita mengasihi Allah, karena Ia lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seseorang berkata, “Saya mengasihi Allah,” tetapi ia tetap membenci saudaranya, ia pendusta; sebab, jikalau ia tidak mengasihi saudaranya yang ada di hadapannya, bagaimana ia dapat mengasihi Allah yang belum pernah dilihatnya? Dan Allah sendiri telah berkata bahwa di samping mengasihi Allah, orang harus mengasihi saudaranya juga. Jikalau Saudara percaya bahwa Yesus adalah Kristus—bahwa Ia adalah Anak Allah dan Juru Selamat Saudara—maka Saudara adalah anak Allah. Dan semua orang yang mengasihi Bapa, mengasihi anak-anak-Nya juga. Demikianlah Saudara dapat mengetahui besarnya kasih Saudara kepada anak-anak Allah—saudara-saudara kita di dalam Tuhan—dengan mengukur kasih dan ketaatan Saudara kepada Allah. Mengasihi Allah berarti melakukan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita. Sesungguhnya hal itu tidak sukar, sebab setiap anak Allah, memiliki Allah sebagai Bapa, menang atas segala sesuatu yang melawan Allah di dunia ini. Iman kita yang memberi kita kemenangan atas dunia. Karena hanya mereka yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, dapat memenangkan kemenangan itu. Yesus Kristus disaksikan dalam dua cara sebagai Anak Allah: pada saat pembaptisan dan pada saat kematian-Nya ketika Ia menumpahkan darah-Nya di kayu salib—dengan kata lain, melalui air dan melalui darah. Perhatikanlah: tidak hanya melalui air, tetapi melalui air dan melalui darah. Itu juga disaksikan oleh Roh Allah, dan Roh Allah adalah kebenaran. Jadi, ada tiga saksi: Roh Kudus, air, dan darah. Dan ketiganya memberikan kesaksian yang sama. Kita memercayai saksi-saksi di pengadilan negeri, maka kita juga patut memercayai pernyataan Allah. Allah telah menyatakan bahwa Yesus adalah Anak-Nya. Semua orang yang memercayainya menyadari kebenaran pernyataan itu. Kalau ada orang yang tidak memercayainya, sesungguhnya ia memandang Allah itu pendusta, sebab ia tidak memercayai pernyataan Allah tentang Anak-Nya. Dan apakah yang sebenarnya telah dinyatakan Allah itu? Bahwa Ia telah memberikan hidup kekal kepada kita dan bahwa hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Jadi, siapa yang memiliki Anak Allah, memiliki hidup; siapa yang tidak memiliki Anak Allah tidak memiliki hidup. Ini saya tuliskan kepada Saudara, yang percaya kepada Anak Allah, supaya Saudara tahu bahwa Saudara memiliki hidup kekal. Dan kita yakin bahwa Ia akan mendengarkan kita bila kita meminta kepada-Nya sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu bahwa Ia memperhatikan permintaan-permintaan kita, maka kita dapat yakin bahwa Ia akan mengabulkannya. Jikalau Saudara melihat seorang Kristen melakukan suatu dosa yang tidak berakhir dengan kematian, sebaiknya Saudara minta kepada Allah agar mengampuninya, maka Allah akan memberi hidup kepadanya, kecuali jika ia melakukan dosa yang menyebabkan kematian. Sebab ada satu dosa yang berakhir dengan kematian, dan jikalau dosa itu yang dilakukannya, maka tidak ada gunanya berdoa untuknya. Setiap kesalahan tentu saja merupakan dosa. Saya tidak membicarakan dosa-dosa yang biasa; yang saya bicarakan ialah dosa yang berakhir dengan kematian. Orang yang sudah tergolong keluarga Allah, tidak akan membiasakan diri berbuat dosa, sebab Kristus, Anak Allah, melindunginya dan Iblis tidak dapat menjamahnya. Kita tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah dan seluruh isi dunia di sekitar kita berada di bawah kuasa dan pengaruh Iblis. Dan kita tahu bahwa Kristus, Anak Allah, telah datang untuk menolong kita menemukan dan memahami Allah yang benar. Sekarang kita ada di dalam Allah, sebab kita ada di dalam Yesus Kristus, Anak-Nya. Ia adalah satu-satunya Allah yang benar; dan Dialah Hidup Kekal. Anak-anak yang saya kasihi, jauhkanlah diri dari segala sesuatu yang mungkin menggantikan Allah di dalam hati Saudara. Dari: Yohanes, penatua gereja. Kepada: Ibu yang terpilih menjadi milik Allah, dan kepada anak-anaknya yang sangat kukasihi, sebagaimana setiap orang di dalam gereja mengasihi mereka. Sebab kebenaran selamanya ada di dalam hati kita, maka Allah Bapa dan Yesus Kristus, Anak-Nya, akan memberkati kita dengan kemurahan, damai sejahtera, dan kebenaran serta kasih. Aku sangat bersukacita karena menjumpai beberapa anakmu di sini dan melihat bahwa mereka hidup layak, berpegang pada kebenaran serta mematuhi perintah-perintah Allah. Dan sekarang, Sahabat-sahabat yang kukasihi, aku ingin sungguh-sungguh mengingatkan kalian tentang hukum lama yang diberikan Allah kepada kita sejak semula, yaitu bahwa orang-orang Kristen harus saling mengasihi. Jikalau kita mengasihi Allah, kita akan melakukan segala yang diperintahkan-Nya kepada kita. Dan sejak semula Ia telah memerintahkan supaya kita saling mengasihi. Waspadalah terhadap pemimpin-pemimpin palsu di sekitar kita—dan mereka banyak sekali jumlahnya. Mereka tidak ingin percaya bahwa Yesus Kristus datang ke dunia sebagai manusia dengan tubuh seperti tubuh kita. Orang-orang semacam itu alat-alat penggoda terbesar dan musuh terburuk Kristus, yaitu Antikristus. Waspadalah supaya jangan menjadi seperti mereka, lalu kehilangan pahala yang kita usahakan dengan susah payah. Berusahalah supaya kalian menerima upah penuh dari Tuhan. Sebab, jikalau kalian menyimpang dari ajaran Kristus, kalian meninggalkan Allah; sedang apabila kalian setia kepada ajaran Kristus, kalian juga akan memiliki Allah. Maka kalian memiliki keduanya, Bapa dan Anak. Jadi, apabila orang datang kepada kalian dan mengajarkan sesuatu yang lain, jangan sekali-kali mengajak orang itu singgah ke rumahmu. Bagaimanapun juga, jangan memberi hati kepadanya. Kalau kalian memberi hati kepadanya, kalian akan menjadi sekutunya di dalam perbuatannya yang jahat. Masih banyak yang ingin kukatakan, tetapi tidak akan kutuliskan dalam surat ini, sebab aku berharap akan mengunjungi kalian dalam waktu dekat ini, dan berbicara secara tatap muka supaya sempurnalah sukacita kita. Salam dari anak-anak saudaramu perempuan—ia juga seorang anak Allah yang terpilih. Dari: Yohanes, penatua. Kepada: Gayus, yang sungguh-sungguh kukasihi. Sahabatku yang baik, aku berdoa semoga engkau baik-baik saja dan jasmanimu sama sehatnya seperti rohanimu. Aku sangat bersukacita mendengar dari beberapa saudara yang datang ke sini bahwa hidupmu tetap suci serta benar, dan bahwa engkau hidup sesuai dengan Injil. Tidak ada yang lebih menyukakan hatiku daripada mendengar berita semacam itu tentang anak-anakku. Sahabat yang kukasihi, engkau melakukan pekerjaan baik bagi Allah, karena engkau mencukupi kebutuhan guru-guru serta penginjil-penginjil yang singgah di tempatmu. Mereka bercerita kepada jemaat di sini tentang keramahan dan perbuatan-perbuatanmu yang penuh dengan kasih. Aku sangat bersyukur karena engkau rela menolong mereka meneruskan perjalanan dengan perbekalan yang limpah. Karena mereka berangkat untuk memberitakan nama Yesus dan bertekad untuk tidak menerima bantuan dari orang-orang yang bukan Kristen. Jadi, kitalah yang harus memperhatikan mereka, agar kita menjadi sekutu mereka dalam pekerjaan Tuhan. Aku telah mengirim surat tentang hal ini kepada jemaat, tetapi Diotrefes yang ingin memainkan peran utama di umat kalian, tidak mau mengakui wewenang kami dan tidak ingin mendengarkan kami. Bila aku datang akan kuceritakan kepadamu mengenai perbuatan-perbuatannya dan hal-hal buruk yang dikatakannya tentang aku dan bagaimana kasarnya kata-kata yang diucapkannya. Ia bukan saja tidak mau menerima penginjil-penginjil yang sedang dalam perjalanan mereka, melainkan juga melarang orang-orang lain menerima mereka, dan bila mereka tidak menurut, ia berusaha mengasingkan mereka dari gereja. Sahabat yang kukasihi, jangan mengikuti contoh yang jelek. Turutilah yang baik. Ingatlah bahwa mereka yang berbuat baik membuktikan bahwa mereka anak-anak Allah dan mereka yang tetap berbuat jahat membuktikan bahwa mereka jauh dari Allah. Tetapi semua orang, termasuk Kebenaran itu sendiri, memuji Demetrius. Aku pun memuji dia, dan engkau tahu bahwa aku berkata benar. Banyak yang hendak kukatakan, tetapi aku tidak akan menuliskannya, karena aku berharap dapat segera menemuimu, dan berbicara secara tatap muka. Sekianlah dahulu. Sahabat-sahabat di sini mengirimkan salam dan sampaikan salamku kepada setiap saudara di situ. Dari: Yudas, hamba Yesus Kristus, dan saudara Yakobus. Kepada: Umat Kristen di mana-mana, yang dikasihi Allah dan dipilih oleh-Nya. Semoga rahmat, damai sejahtera, dan kasih Allah yang diberikan kepada Saudara makin bertambah. Saudara sekalian yang saya kasihi, sedianya saya bermaksud menyampaikan beberapa hal tentang keselamatan yang diberikan Allah kepada kita. Tetapi sekarang saya merasa bahwa saya harus menulis mengenai hal lain, dan mendesak Saudara supaya dengan berani mempertahankan kebenaran yang sudah diberikan Allah kepada umat-Nya, sekali untuk selama-lamanya, serta tetap memegangnya dengan teguh. Ini saya katakan, karena ada beberapa guru yang tidak mengenal Allah menyelinap di antara Saudara sekalian, dan mengatakan bahwa sesudah kita menjadi orang Kristen, kita dapat berbuat semau kita tanpa takut akan hukuman Allah. Nasib orang semacam itu telah ditentukan sejak dahulu, karena mereka telah melawan satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, yaitu Yesus Kristus. Jawaban saya kepada mereka ialah: Ingatlah kenyataan ini—kenyataan yang sudah Saudara ketahui—bahwa Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya dari Tanah Mesir, dan kemudian membinasakan setiap orang dari mereka yang tidak percaya dan tidak taat kepada-Nya. Saya juga ingin mengingatkan Saudara akan malaikat-malaikat yang tidak puas dengan pangkat yang diberikan dan meninggalkan tempat yang ditugaskan kepada mereka oleh Allah. Ia telah membelenggu mereka dengan rantai tak terpecahkan dalam penjara kegelapan sampai Hari Penghakiman. Dan jangan lupa akan kota-kota Sodom dan Gomora serta kota-kota di sekitarnya yang semuanya penuh dengan segala macam hawa nafsu, termasuk berahi laki-laki akan laki-laki yang lain. Kota-kota itu dimusnahkan api dan seterusnya menjadi peringatan bagi kita, bahwa ada api kekal di neraka tempat orang-orang berdosa menjalani hukuman. Namun itu tidak menahan orang-orang itu untuk melakukan yang sama. Mereka, yang membenarkan tindakan mereka melalui mimpi dan penglihatan, mencemarkan tubuh mereka dengan berbuat asusila, menyangkal wewenang Allah dan mengejek yang mulia-mulia di surga. Padahal Mikhael sekalipun, yang paling berkuasa di antara para malaikat, ketika berbantah-bantah dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani mendakwa atau mengejek Iblis itu, melainkan hanya berkata, “Kiranya Tuhan menghardik engkau!” Tetapi orang-orang ini mengejek dan mengutuk segala sesuatu yang tidak mereka pahami, dan seperti binatang, mereka berbuat semau-maunya. Dengan demikian mereka membinasakan jiwa sendiri. Celakalah mereka, karena mengikuti teladan Kain yang membunuh saudaranya. Seperti Bileam, mereka bersedia berbuat apa saja untuk mendapat uang; dan seperti Korah, mereka memberontak melawan Allah dan seperti dia akan binasa. Apabila orang-orang ini turut serta dengan Saudara pada perjamuan kasih di gereja, maka mereka merupakan noda di antara Saudara sekalian, karena mereka bersenang-senang dan bertingkah laku tidak senonoh, mengenyangkan perut sendiri tanpa mengingat orang lain. Mereka bagaikan awan yang berarak di atas tanah kering tanpa mendatangkan hujan, memberi banyak harapan, tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Mereka seperti pohon buah yang pada musimnya tidak berbuah. Mereka sama sekali mati, karena sudah tercabut sampai ke akar-akarnya dan siap untuk dibakar. Apa yang ditinggalkan mereka hanyalah malu dan aib, seperti buih kotor di sepanjang pantai yang ditinggalkan oleh ombak-ombak yang mengganas. Mereka kelihatan secerah bintang, tetapi di hadapan mereka terbentanglah kegelapan yang telah disediakan Allah bagi mereka. Dahulu kala Henokh, yang hidup tujuh angkatan sesudah Adam, mengetahui perihal orang-orang semacam ini dan berkata begini tentang mereka, “Lihatlah! Allah datang dengan puluhan ribu umat-Nya. Semua orang di dunia akan diadili-Nya, serta diberi hukuman yang setimpal. Ia akan membuktikan segala perbuatan jahat yang mereka lakukan terhadap Allah dan akan mengungkapkan segala ucapan yang menista-Nya.” Orang-orang ini selalu menggerutu, tidak pernah merasa puas, dan berbuat segala macam kejahatan sesuka hati mereka. Mereka adalah pembual yang besar mulut. Apabila mereka menunjukkan sikap hormat kepada orang lain, tujuan mereka ialah untuk mendapat sesuatu sebagai imbalan. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, ingatlah akan yang dikatakan kepada Saudara oleh para rasul Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang tujuan hidupnya semata-mata untuk bersuka-suka dalam segala macam kejahatan. Mereka menimbulkan perpecahan; mereka senang akan hal-hal duniawi yang jahat; mereka tidak memiliki Roh Kudus dalam hidup mereka. Tetapi Saudara harus senantiasa membangun kehidupan atas dasar iman kita yang sesuci-sucinya dan berdoa dalam kuasa dan kekuatan Roh Kudus. Jagalah agar kasih Tuhan tetap menaungi dan memberkati Saudara. Dengan sabar nantikanlah hidup kekal yang akan diberikan kepada Saudara oleh Tuhan kita, Yesus Kristus, karena kemurahan-Nya. Berusahalah menolong orang-orang yang menentang Saudara. Tunjukkanlah belas kasihan kepada orang yang hidup dalam kebimbangan. Selamatkanlah beberapa dari mereka seolah-olah merenggutkan mereka dari nyala api neraka. Sedangkan beberapa yang lain, tolonglah mereka menemukan Tuhan dengan bersikap ramah terhadap mereka, tetapi hindarkanlah kemungkinan ikut terjerumus ke dalam dosa mereka. Bencilah akan setiap dosa mereka, tetapi tunjukkan belas kasihan kepada mereka sebagai orang-orang berdosa. Dalam kitab ini tertulis wahyu yang diterima Yesus Kristus dari Allah supaya Ia menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang tidak lama lagi akan terjadi. Yesus Kristus mengirim malaikat-Nya kepada hamba-Nya, Yohanes, dan memberitahukan hal-hal ini kepadanya. Yohanes menuliskan semuanya, yaitu firman Allah dan Yesus Kristus, serta segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya. Berbahagialah orang yang membacakan nubuat ini dan berbahagialah semua orang yang mendengarkannya dan melakukan apa yang dikatakan di dalamnya, karena sudah hampir tiba saatnya semua perkara ini digenapi. Dari: Yohanes. Kepada: Ketujuh jemaat di provinsi Asia (Turki). Sahabat-sahabat yang saya kasihi, Semoga Saudara memiliki kasih karunia serta damai sejahtera dari Allah, yang ada sekarang, dahulu maupun yang akan datang! Juga dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus yang dengan setia menyatakan semua kebenaran kepada kita. Dialah yang mula-mula sekali bangkit dari antara orang mati dan yang tidak akan mati lagi. Dialah yang jauh lebih besar daripada raja mana pun di seluruh permukaan bumi. Segala puji bagi Dia, yang selalu mengasihi kita dan yang melepaskan kita dari dosa kita dengan mencurahkan darah-Nya bagi kita. Ia telah menghimpunkan kita dalam Kerajaan-Nya dan menjadikan kita imam-imam Allah, Bapa-Nya. Muliakanlah Dia selama-lamanya! Ia memerintah untuk selama-lamanya! Amin! Lihatlah! Ia datang dengan dikelilingi awan, dan setiap mata akan melihat Dia— ya, juga orang-orang yang telah menikam Dia. Dan pada waktu Ia datang, bangsa-bangsa akan meratap dalam kesedihan dan ketakutan. Ya, jadilah demikian! Amin! “Akulah A dan Z, Awal dan Akhir semua perkara,” firman Tuhan Allah, yaitu Tuhan Yang Mahakuasa, yang ada sekarang, dahulu maupun yang akan datang! Yang menulis surat ini kepada Saudara ialah saya, Yohanes, seorang saudara seiman yang bersama-sama dengan Saudara menderita demi Tuhan kita. Saya juga beroleh kesabaran yang dikaruniakan oleh Yesus, dan kita akan sama-sama memiliki Kerajaan-Nya! Saya berada dalam pengasingan di Pulau Patmos, karena mengabarkan firman Allah dan karena menceritakan apa yang saya ketahui tentang Yesus Kristus. Hari itu adalah Hari Tuhan—yaitu Hari Minggu, dan saya dikuasai oleh Roh Allah. Saya mendengar suatu suara yang nyaring di belakang saya, suatu suara seperti bunyi sangkakala, kata-Nya, “Akulah A dan Z, Yang Pertama dan Yang Penghabisan!” Kemudian saya mendengar Dia berkata, “Tuliskanlah segala sesuatu yang kaulihat, lalu kirimkan suratmu itu kepada ketujuh jemaat di Turki: jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia.” Ketika saya berpaling hendak melihat siapa yang berbicara itu, saya melihat tujuh kaki dian dari emas, dan di tengah-tengahnya tampak Seseorang yang serupa dengan manusia. Ia memakai jubah panjang, dan sabuk emas menyilang di dada-Nya. Rambut-Nya putih seperti bulu domba atau salju, dan mata-Nya menembus seperti nyala api. Kaki-Nya seperti tembaga yang berkilau-kilauan dan suara-Nya gemuruh seperti gelombang menghantam pantai. Tangan kanan-Nya memegang tujuh bintang dan di mulut-Nya terdapat sebilah pedang bermata dua yang tajam, dan wajah-Nya bersinar seperti matahari yang sangat terik. Tuliskan apa yang akan segera diperlihatkan kepadamu. Beberapa hal dari itu menyangkut masa kini, hal-hal yang lain akan terjadi kemudian. Inilah arti ketujuh bintang yang kaulihat dalam tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas: Ketujuh bintang adalah pemimpin-pemimpin ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian adalah jemaat-jemaatnya.” “ Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Efesus sebagai berikut: “Pesan ini dari Dia yang memegang ketujuh bintang dalam tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki lampu emas iu. “Ia berfirman kepada Saudara: Aku tahu betapa banyak kebajikan yang kalian lakukan. Aku sudah menilik jerih payah serta ketekunan kalian. Aku tahu kalian tidak membiarkan adanya dosa di antara anggota-anggota kalian dan kalian sudah meneliti dengan cermat orang-orang yang mengaku dirinya rasul padahal bukan. Kalian telah mendapati bagaimana mereka berdusta. Kalian tetap bersabar menderita demi Aku. “Tetapi ada hal yang tidak Kusukai: kasihmu tidak sama seperti semula! Cobalah kenang kasih kalian yang mula-mula itu (alangkah berbedanya dengan sekarang!). Kembalilah kepada-Ku dan bekerjalah seperti dahulu. Kalau tidak, Aku akan datang dan menyingkirkan kaki dian kalian dari tempatnya di antara jemaat-jemaat. “Namun ada yang baik pada kalian: sama seperti Aku, kalian juga membenci perbuatan para pengikut Nikolaus yang dukana itu yang mengajarkan ajaran sesat. “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Kepada semua orang yang menang, Aku akan memberikan buah Pohon Kehidupan yang ada di dalam Taman Firdaus Allah. “Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Smirna: “Pesan ini dari Dia, Yang Pertama dan Yang Penghabisan, yang telah mati, tetapi kemudian hidup lagi. “Aku tahu betapa banyak penderitaan kalian bagi Tuhan, dan Aku tahu tentang semua kemiskinan kalian (tetapi kalian memiliki kekayaan surgawi!). Aku tahu fitnah orang-orang yang menentang kalian, yang mengaku dirinya orang Yahudi, padahal bukan—mereka adalah umat Iblis! Hilangkan perasaan takut terhadap apa yang akan kalian derita. Iblis akan menjebloskan beberapa dari kalian ke dalam penjara untuk menguji kalian. Kalian akan dianiaya selama sepuluh hari. Tetaplah setia, sekalipun kalian menghadapi maut, maka Aku akan mengaruniakan kepada kalian mahkota kehidupan, yaitu masa depan yang kekal dan penuh kemuliaan. “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Siapa yang menang tidak akan menderita Kematian Kedua. “Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Pergamus: “Pesan ini dari Dia yang memakai pedang tajam bermata dua. “Aku tahu benar bahwa kalian tinggal di kota tempat Iblis bertakhta, di pusat penyembahan Iblis. Namun demikian, kalian tetap setia kepada-Ku dan tidak mau menyangkal Aku, sekalipun ketika Antipas, saksi-Ku yang setia, mati sahid di hadapan kalian, dibunuh oleh pengikut-pengikut Iblis. “Tetapi ada beberapa hal pada kalian yang tidak Kusukai. Kalian membiarkan beberapa orang berbuat seperti yang dilakukan Bileam, ketika ia mengajarkan kepada Balak bagaimana caranya menghancurkan bangsa Israel, yaitu dengan melibatkan mereka dalam dosa perzinaan dan menganjurkan mereka agar menghadiri pesta-pesta berhala. Ya, di antara kalian ada beberapa orang pengikut Nikolaus dan ajaran sesatnya! “Ubahlah pendirian dan sikap kalian! Kalau tidak, Aku akan datang secara tiba-tiba dan memerangi mereka dengan pedang yang ada di mulut-Ku. “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Siapa yang menang akan makan manna yang tersembunyi, yaitu makanan dari surga; dan kepada masing-masing akan Kuberikan sebuah batu putih, dan pada batu itu akan terukir nama baru yang tidak diketahui seorang pun kecuali orang yang menerimanya. “Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Tiatira: “Pesan ini dari Anak Allah, yang mata-Nya menembus seperti nyala api, yang kaki-Nya seperti tembaga yang berkilau-kilauan. “Aku tahu betapa banyak kebajikan kalian—Aku tahu kasih dan iman kalian serta pelayanan satu sama lain dan kesabaran kalian dan Aku melihat adanya kemajuan dalam semua ini. “Tetapi ada hal yang tidak Kusukai. Kalian mengizinkan Izebel, perempuan yang menyebut dirinya nabiah itu, mengajarkan kepada hamba-hamba-Ku bahwa dosa perzinaan bukanlah soal yang berat. Perempuan itu membujuk mereka agar melakukan perbuatan cabul dan memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Aku memberi waktu kepadanya untuk mengubah pendirian dan sikapnya, tetapi ia tidak mau. Sekarang perhatikan apa yang Kukatakan: Aku akan merebahkan dia di atas ranjang orang sakit dengan penderitaan yang hebat, beserta dengan pengikutnya yang cabul, kecuali kalau mereka mau kembali kepada-Ku serta bertobat dari dosa yang dilakukan dengan perempuan itu; dan Aku akan memukul mati anak-anaknya. Maka semua jemaat akan mengetahui bahwa Akulah yang menyelidik jauh ke dalam lubuk hati dan pikiran manusia. Aku akan memberi kalian masing-masing apa yang patut kalian terima. “Kepada semua yang menang, yang sampai pada akhirnya tetap melakukan perkara-perkara yang menyukakan hati-Ku, “Aku akan mengaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa. Kalian akan memerintah mereka dengan tongkat besi sama seperti Bapa-Ku sudah memberi Aku wewenang untuk memerintah mereka. Mereka akan berantakan seperti sebuah periuk tembikar yang hancur berkeping-keping. Dan Aku akan memberi kalian Bintang Fajar! “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. “ Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Sardis: “Pesan ini dari Dia, yang dilayani oleh tujuh roh dari Allah dan yang memegang tujuh bintang di tangan-Nya itu. “Aku tahu kalian dikenal sebagai jemaat yang hidup dan giat, tetapi sebenarnya kalian mati. Bangunlah! Kuatkan apa yang masih ada—karena apa yang tertinggal itu pun sudah hampir mati. Perbuatanmu sekali-kali tidak dibenarkan dalam pandangan Allah. Kembalilah kepada yang mula-mula kalian dengarkan dan percayai; berpeganglah teguh-teguh pada perkara itu dan baliklah kepada-Ku. Kalau tidak, Aku akan datang kepada kalian dengan sekonyong-konyong, dengan tidak diduga-duga seperti halnya seorang pencuri, lalu menghukum kalian. “Meskipun demikian, di Sardis ini masih ada beberapa orang yang tidak menajiskan pakaiannya dengan kecemaran dunia. Mereka akan berjalan bersama-Ku dengan pakaian putih, karena mereka layak. Setiap orang yang menang akan dikenakan pakaian putih dan Aku tidak akan menghapus namanya dari Kitab Kehidupan, melainkan Aku akan memaklumkan di hadapan Bapa-Ku serta malaikat-malaikat-Nya bahwa ia milik-Ku. “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” “Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Filadelfia: “Pesan ini dari Dia Yang Suci dan Yang Benar, yang memiliki kunci Daud. Jikalau Ia membuka, tidak seorang pun dapat menutup. Jikalau Ia menutup, tidak seorang pun dapat membuka. “Aku tahu benar keadaan kalian. Kalian tidak kuat, namun kalian berusaha taat dan tidak pernah menyangkal nama-Ku. Karena itu, bagi kalian Aku telah membukakan sebuah pintu yang tidak dapat ditutup oleh siapa pun. “Perhatikan hal ini: Aku mengirimkan kepada kalian orang-orang yang mengaku dirinya orang Yahudi, padahal bukan—mereka berdusta. Mereka adalah umat Iblis! Aku akan membuat mereka tersungkur pada kaki kalian dan mengakui bahwa kalian orang-orang yang Kukasihi. “Karena kalian menaati Aku dengan sabar walau dianiaya, Aku akan melindungi kalian dari masa Kesukaran Besar dan cobaan, yang akan menimpa dunia untuk menguji setiap orang yang hidup. Aku akan segera datang! Berpeganglah dengan teguh pada sedikit kekuatan yang ada pada kalian, agar tidak seorang pun akan merebut mahkota kalian. “Siapa yang menang akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Allah-Ku. Ia akan terjamin, dan tidak akan keluar lagi. Aku akan menuliskan Nama Allah-Ku padanya, dan ia akan menjadi warga kota Allah-Ku—Yerusalem Baru, yang akan turun dari surga, dari Allah-Ku—dan padanya akan terukir nama-Ku yang baru. “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” “Tuliskanlah surat ini kepada pemimpin jemaat di Laodikia: “Pesan ini dari Dia yang teguh, Saksi yang setia dan benar (dari semua perkara yang ada sekarang, dahulu, dan yang akan datang), sumber dari semua yang diciptakan Allah: “Aku tahu benar keadaan kalian: panas tidak dingin pun tidak. Aku ingin kalian panas atau dingin! Tetapi, karena kalian suam-suam saja, Aku akan meludahkan kalian dari mulut-Ku! “Kalian berkata, ‘Aku kaya; aku memiliki segala sesuatu yang kuingini; aku tidak kekurangan suatu apa pun!’ Kalian tidak menyadari bahwa secara rohani kalian malang, miskin, melarat, buta, dan telanjang. “Aku menasihatkan kepada kalian agar membeli emas murni dari Aku, emas yang sudah dimurnikan dengan api—hanya dengan demikian kalian akan benar-benar kaya. Dan belilah dari Aku pakaian putih yang suci bersih, supaya kalian tidak akan telanjang serta merasa malu, supaya kalian memperoleh obat dari Aku untuk menyembuhkan mata dan memulihkan penglihatan kalian. Aku selalu menertibkan dan menghajar setiap orang yang Kukasihi: Jadi, Aku harus menghajar kalian, kecuali kalau kalian mau meninggalkan dosa, lalu mencari Allah dengan gairah. “Lihatlah! Aku berdiri di depan pintu sambil mengetuk. Kalau ada seseorang yang mendengar panggilan-Ku dan membukakan pintu, maka Aku akan masuk dan bersekutu dengan dia dan ia dengan Aku. Semua yang menang akan Kududukkan di sisi-Ku pada takhta-Ku, sebagaimana Aku menduduki tempat-Ku bersama-sama dengan Bapa-Ku pada takhta-Nya ketika Aku telah menang. “Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Kemudian, sementara saya memandang, tampaklah sebuah pintu terbuka di surga, dan suara nyaring yang pernah saya dengar sebelumnya, yang seperti bunyi sangkakala, berkata kepada saya, “Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang pasti terjadi kelak!” Seketika itu juga saya dikuasai oleh Roh Allah. Saya melihat sebuah takhta dan ada Seseorang yang duduk di atasnya. Alangkah mulianya! Daripada-Nya memancar sinar yang gemerlapan seperti sinar intan atau batu mirah, dan sebuah pelangi melingkari takhta-Nya, berkilau-kilauan seperti zamrud. Di sekeliling takhta-Nya terdapat dua puluh empat takhta yang lain, diduduki oleh dua puluh empat Penatua. Semuanya berpakaian putih dan mengenakan mahkota emas di atas kepala mereka. Kilat dan guruh keluar dari takhta itu, dan dalam guruh itu terdengar suara-suara. Di hadapan takhta-Nya terdapat tujuh buah pelita yang menyala, yang menggambarkan ketujuh roh dari Allah. Sebuah lautan kristal yang berkilau-kilauan terbentang di hadapan-Nya. Pada keempat sisi takhta itu berdiri empat Makhluk Hidup, penuh dengan mata di depan maupun di belakang. Makhluk Hidup yang pertama berupa seekor singa; yang kedua berupa seekor lembu; yang ketiga mempunyai muka manusia; dan yang keempat berupa seekor garuda dengan sayap terbentang seakan-akan sedang terbang. Makhluk-makhluk Hidup itu masing-masing mempunyai enam buah sayap, dan bagian tengah sayap-sayap itu penuh dengan mata. Siang malam tiada hentinya mereka berkata, “Suci, suci, suci, Tuhan Allah Mahakuasa— Dia yang ada sekarang, dahulu maupun yang akan datang.” Dan ketika Makhluk-makhluk Hidup itu menyampaikan hormat dan puji serta pengucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta dan yang hidup sampai selama-lamanya itu, kedua puluh empat Penatua tersungkur di hadapan-Nya dan menyembah Dia Yang Kekal. Mereka melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta-Nya sambil memuji-muji, “Ya Tuhan, Engkau patut menerima kemuliaan dan kehormatan dan kuasa, karena Engkau telah menciptakan segala sesuatu. Semua itu diciptakan oleh-Mu dan jadi atas kehendak-Mu.” Lalu saya melihat sebuah gulungan kitab di dalam tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta. Gulungan itu bertulis di bagian dalam dan bagian luarnya, dan mempunyai tujuh meterai. Seorang malaikat yang perkasa bertanya dengan suara nyaring, “Siapakah yang layak membuka gulungan ini dan memecahkan meterai-meterainya?” Tetapi tidak seorang pun di surga maupun di bumi atau dari antara orang mati diperkenankan membuka dan membaca gulungan kitab itu. Lalu saya meratap karena kecewa, sebab di mana pun tidak ada orang yang layak; tidak seorang pun dapat mengatakan apa bunyinya. Tetapi seorang dari kedua puluh empat Penatua berkata kepada saya, “Jangan menangis. Lihatlah! Singa dari suku Yehuda, Tunas Daud, sudah menang, dan Ia membuktikan diri-Nya layak membuka gulungan itu dan memecahkan ketujuh meterainya.” Maka tampaklah kepada saya seekor Anak Domba berdiri di hadapan kedua puluh empat Penatua dan di hadapan takhta dan keempat Makhluk Hidup. Pada Anak Domba itu terdapat luka-luka yang dahulu telah menyebabkan kematian-Nya. Ia mempunyai tujuh tanduk dan tujuh mata, yang melambangkan ketujuh roh dari Allah yang diutus ke segala penjuru dunia. Ia maju lalu mengambil gulungan itu dari tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta. Dan pada waktu Ia mengambil gulungan itu, keempat Makhluk Hidup serta kedua puluh empat Penatua tersungkur di hadapan Anak Domba itu, masing-masing dengan sebuah kecapi dan sebuah cawan emas berisi kemenyan, yaitu doa-doa umat Allah. Mereka menyanyikan bagi-Nya suatu nyanyian yang baru, yang kata-katanya demikian, “Engkau layak mengambil gulungan kitab itu dan memecahkan meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih, dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli orang-orang dari semua suku, bahasa, negara, dan bangsa, sebagai persembahan kepada Allah. Engkau telah mengumpulkan mereka dalam satu kerajaan dan menjadikan mereka imam-imam Allah kita; mereka akan memerintah di bumi.” Kemudian dalam penglihatan saya mendengar berjuta-juta malaikat di sekeliling takhta itu, serta Makhluk-makhluk Hidup dan Penatua-penatua dengan nyaring menyanyikan, “Anak Domba itu layak—Anak Domba yang telah disembelih. Ia layak menerima kekuasaan, kekayaan, kebijaksanaan, kekuatan, kehormatan, kemuliaan, dan segala pujian.” Lalu saya mendengar semua orang di surga dan di bumi dan dari alam maut di bawah bumi dan di dalam laut berseru, “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan Anak Domba adalah segala pujian, kehormatan, kemuliaan, dan kekuasaan sampai selama-lamanya!” Dan keempat Makhluk Hidup itu tidak henti-hentinya berkata, “Amin!” Dan kedua puluh empat Penatua itu tersungkur dan menyembah Dia. Saya melihat Anak Domba itu memecahkan meterai yang pertama, lalu Ia mulai membuka gulungan itu. Kemudian salah satu Makhluk Hidup itu berkata dengan suara yang mengguruh, “Marilah!” Di hadapan saya tampaklah seekor kuda putih. Penunggang kuda itu membawa busur dan pada kepalanya dikenakan sebuah mahkota. Ia berangkat untuk mengalahkan musuh-musuhnya dan memenangkan banyak peperangan. Kemudian Anak Domba itu memecahkan meterai yang kedua, dan saya mendengar Makhluk Hidup yang kedua berkata, “Marilah!” Kali ini keluarlah seekor kuda merah. Penunggangnya diberi sebilah pedang panjang dan ia diberi wewenang untuk menghilangkan perdamaian di bumi; peperangan dan pembunuhan timbul di mana-mana. Ketika Anak Domba itu selesai membuka meterai yang ketiga, saya mendengar Makhluk Hidup yang ketiga berkata, “Marilah!” Maka saya melihat seekor kuda hitam dengan penunggangnya yang memegang sebuah timbangan. Lalu suatu suara dari antara keempat Makhluk Hidup itu berkata, “Secupak gandum atau tiga cupak jelai sama dengan upah sehari seorang pekerja, tetapi jangan rusakkan pohon zaitun dan pokok anggur itu.” Dan ketika meterai keempat dipecahkan, saya mendengar Makhluk Hidup yang keempat berkata, “Marilah!” Saya melihat seekor kuda yang berwarna pucat dan nama penunggangnya ialah Maut. Di belakangnya menyusul dunia orang mati. Mereka diberi kuasa atas seperempat bumi untuk membunuh dengan peperangan, kelaparan, penyakit, dan binatang-binatang buas. Ketika Anak Domba itu memecahkan meterai yang kelima, saya melihat sebuah mazbah dan di bawahnya tampak semua jiwa orang yang telah dibunuh karena memberitakan firman Allah dan karena setia bersaksi. Mereka berseru kepada Tuhan, katanya, “Ya Tuhan, Penguasa yang kudus dan benar, bilakah kiranya Engkau akan menghukum orang-orang di bumi atas perbuatan mereka terhadap kami? Bilakah Engkau akan membalas orang-orang di bumi atas darah kami?” Lalu masing-masing diberi sehelai jubah putih dan mereka disuruh beristirahat untuk seketika lagi sampai saudara-saudara mereka, yaitu teman-teman sepelayanan untuk Kristus, telah dibunuh di bumi dan bergabung dengan mereka. Saya melihat Dia memecahkan meterai keenam. Maka terjadilah gempa bumi yang hebat, matahari menjadi gelap seperti kain hitam dan bulan menjadi merah bagaikan darah. Bintang-bintang di langit seakan-akan berjatuhan ke bumi seperti buah-buah ara yang mentah berguguran dari pohonnya, terpukul angin yang dahsyat. Dan langit yang bertabur bintang lenyap seakan-akan digulung lalu disingkirkan, dan semua gunung dan pulau berguncang dan bergeser. Raja-raja di bumi, pemimpin-pemimpin dunia, orang-orang kaya, perwira-perwira tinggi, dan semua orang, besar kecil, budak atau orang merdeka, menyembunyikan diri di dalam gua-gua dan di balik batu-batu karang di gunung-gunung. Mereka berseru kepada gunung-gunung agar menghancurkan mereka. “Timpalah kami,” seru mereka, “dan sembunyikan kami dari pandangan Dia yang duduk di atas takhta dan dari kemurkaan Anak Domba, karena hari kemurkaan Mereka telah tiba dan siapakah yang dapat bertahan?” Kemudian saya melihat empat orang malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi. Mereka menahan keempat angin agar tidak bertiup, sehingga tidak sehelai daun pun berdesir di pohon dan samudra menjadi selicin kaca. Lalu saya melihat seorang malaikat lain datang dari timur. Ia membawa Meterai Besar milik Allah Yang Hidup. Maka berserulah ia kepada keempat malaikat yang telah diberi kuasa untuk merusakkan bumi dan laut, “Tunggu dulu! Jangan merusakkan baik bumi, laut, maupun pohon-pohon, sebelum kami membubuhkan Meterai Allah pada dahi hamba-hamba-Nya.” Setelah itu saya melihat himpunan orang yang tidak terhitung banyaknya, dari suku, bahasa, negara, dan bangsa, sedang berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba. Semuanya berpakaian putih dan memegang daun palem di tangan masing-masing. Mereka berseru-seru dengan suara nyaring, “Keselamatan berasal dari Allah kita, yang duduk di atas takhta, dan dari Anak Domba.” Semua malaikat berkumpul di sekitar takhta dan di sekitar para Penatua serta keempat Makhluk Hidup. Lalu mereka tersungkur di hadapan takhta dan menyembah Allah. “Amin!” kata mereka. “Segala puji, kemuliaan, hikmat, pengucapan syukur, kehormatan, kekuasaan, dan kekuatan bagi Allah untuk selama-lamanya. Amin!” Kemudian seorang dari kedua puluh empat Penatua bertanya kepada saya, “Tahukah engkau siapa yang memakai pakaian putih ini dan dari mana mereka berasal?” “Tidak,” jawab saya. “Jelaskanlah kepada saya.” “Mereka inilah orang-orang yang keluar dari Kesusahan Besar,” katanya, “mereka mencuci jubah mereka dan memutihkannya dengan darah Anak Domba. “Itulah sebabnya mereka ada di sini di hadapan takhta Allah dan siang malam melayani Dia di dalam Bait Allah. Dia yang duduk di atas takhta itu akan menaungi mereka. Mereka tidak akan lapar atau haus lagi, dan mereka akan terlindung sepenuhnya dari teriknya matahari siang. Karena Anak Domba yang berdiri di hadapan takhta itu akan menjadi Gembala mereka dan memberi mereka makan serta membawa mereka ke sumber Air Kehidupan. Dan Allah akan menghapus air mata mereka.” Setelah Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah seluruh surga kira-kira setengah jam lamanya. Saya melihat ketujuh malaikat yang berdiri di hadapan Allah. Kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. Kemudian seorang malaikat lain datang sambil membawa pedupaan emas, lalu berdiri pada mazbah, dan kepadanya diberikan sejumlah besar kemenyan untuk dipersembahkan bersama-sama dengan doa umat Allah, di atas mazbah emas di hadapan takhta. Harum kemenyan yang bercampur dengan doa naik kepada Allah dari mazbah tempat malaikat itu mempersembahkannya. Kemudian malaikat itu mengisi pedupaan dengan api dari mazbah, lalu melemparkannya ke bumi; maka guruh pun menggelegar, kilat menyambar, dan terjadilah gempa bumi yang sangat dahsyat. Setelah itu, ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala bersiap-siap untuk meniup sangkakala mereka. Malaikat yang pertama meniup sangkakalanya, maka hujan es dan api bercampur dengan darah dilemparkan ke bumi. Sepertiga bumi terbakar, sehingga sepertiga dari pohon-pohonan dan semua rumput hijau hangus terbakar. Malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya, maka sebuah bintang besar yang menyala-nyala jatuh dari langit menimpa sepertiga dari semua sungai dan mata air. Bintang itu disebut “Kepahitan” karena meracuni sepertiga dari seluruh air di bumi, sehingga banyak orang mati. Malaikat yang keempat meniup sangkakalanya, dan segera sepertiga dari matahari rusak dan menjadi gelap, demikian juga sepertiga dari bulan dan bintang-bintang, sehingga siang menjadi suram sepertiganya dan malam menjadi lebih gelap. Sementara saya memperhatikan, saya melihat seekor garuda melayang-layang sendirian di udara sambil berseru dengan nyaring, “Celaka, celaka, celakalah manusia di bumi, karena segala perkara dahsyat yang akan segera terjadi, pada waktu ketiga malaikat yang lain meniup sangkakala mereka.” Kemudian malaikat kelima meniup sangkakalanya, lalu saya melihat sebuah bintang jatuh dari langit ke bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lubang maut yang tidak terhingga dalamnya. Ketika dibukanya pintu lubang itu, memancarlah asap seakan-akan dari sebuah perapian yang besar sekali, sehingga matahari dan udara menjadi gelap karenanya. Kemudian keluarlah belalang-belalang dari asap itu, turun ke bumi. Mereka diberi kuasa menyengat seperti kalajengking. Mereka dilarang merusak rumput, tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan; mereka hanya diizinkan menyerang orang-orang yang tidak mempunyai meterai Allah pada dahinya. Mereka tidak boleh membunuh, melainkan hanya menyiksa orang-orang itu selama lima bulan dengan kesakitan seperti disengat kalajengking. Pada masa itu orang akan berusaha membunuh diri, tetapi tidak sanggup, karena maut tidak akan datang. Mereka ingin sekali mati, tetapi maut melarikan diri dari mereka! Belalang-belalang itu tampaknya seperti kuda yang diperlengkapi untuk berperang. Di atas kepala mereka terdapat semacam mahkota emas, dan mukanya seperti muka manusia. Rambutnya panjang seperti rambut wanita, dan giginya seperti gigi singa. Mereka memakai perisai dada yang tampaknya terbuat dari besi, dan bunyi sayap mereka mengguruh seperti pasukan kereta yang sedang laju ke medan perang. Mereka memiliki ekor penyengat seperti kalajengking, dan pada ekor itu terdapat kuasa yang diberikan kepada mereka selama lima bulan untuk menyiksa orang. Raja mereka ialah Penguasa lubang maut yang tidak terhingga dalamnya itu. Namanya dalam bahasa Ibrani ialah Abadon, dan dalam bahasa Yunani ialah Apolion (artinya dalam bahasa Indonesia: Perusak). Satu malapetaka sudah berakhir, tetapi masih ada dua malapetaka lagi. Malaikat keenam meniup sangkakalanya dan saya mendengar suatu suara berbicara dari keempat tanduk di mazbah emas yang terdapat di hadapan takhta Allah. Katanya kepada malaikat keenam, “Lepaskan keempat malaikat yang diikat di dekat Sungai Efrat.” Mereka sudah disiapkan untuk tahun, bulan, hari, dan jam itu, dan sekarang mereka dilepaskan untuk membunuh sepertiga dari segenap umat manusia. Mereka memimpin suatu angkatan perang sebesar 200 juta anggota pasukan berkuda. Saya mendengar jumlah itu disebutkan. Kuasa untuk membinasakan itu bukan hanya terdapat pada mulut mereka saja, melainkan juga pada ekor mereka, karena ekor mereka sama dengan kepala ular dan dapat menyerang dengan gigitan maut. Namun, orang yang masih hidup sesudah malapetaka-malapetaka ini, tetap tidak mau menyembah Allah! Mereka tidak mau berhenti menyembah roh-roh jahat, atau meninggalkan berhala-berhala mereka yang terbuat dari emas, perak, tembaga, batu, dan kayu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan! Mereka juga tidak mengubah pendirian dan sikap mereka terhadap semua kejahatan yang mereka lakukan, yaitu pembunuhan, sihir, perbuatan-perbuatan amoral, dan pencurian. Kemudian saya melihat lagi seorang malaikat perkasa lain turun dari surga, dikelilingi awan, dengan sebuah pelangi di atas kepalanya. Mukanya bersinar seperti matahari dan kakinya berkilat-kilat seperti nyala api. Di tangannya terbuka sebuah gulungan kitab kecil. Kaki kanannya berpijak di laut dan kaki kirinya di bumi. Ia berseru nyaring sekali—seperti auman singa—dan ketujuh guruh menyahut dengan menggelegar. Ketika saya hendak menuliskan apa yang dikatakan oleh guruh itu, suatu suara dari langit berseru melarang saya, “Jangan menuliskannya. Kata-kata itu tidak boleh disiarkan.” Kemudian malaikat perkasa yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu mengangkat tangan kanannya ke langit. Lalu ia bersumpah demi Dia yang hidup selama-lamanya, yang telah menciptakan langit, bumi, dan laut dengan segala isinya, bahwa tidak akan ada penangguhan lagi. Bila malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, maka genaplah rencana Allah yang tersembunyi, yang merupakan rahasia sepanjang masa sejak diberitakan oleh hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi. Lalu suara dari langit berkata lagi kepada saya, “Pergi dan ambillah gulungan kitab yang sudah terbuka itu dari malaikat perkasa yang berdiri di atas laut dan di atas bumi.” Saya pun mendekati malaikat itu, lalu mohon kepadanya agar ia memberikan gulungan itu kepada saya. “Ya, ambillah dan makanlah,” katanya. “Mula-mula akan terasa seperti madu, tetapi apabila engkau menelannya, perutmu akan menjadi masam!” Maka saya mengambil gulungan itu dari tangannya, lalu memakannya! Dan tepat seperti yang telah dikatakannya, dalam mulut rasanya manis, tetapi perut saya sakit ketika menelannya. Kemudian ia berkata kepada saya, “Engkau harus bernubuat lagi tentang berbagai bangsa, negara, suku bangsa, dan raja.” Lalu saya diberi sebatang tongkat pengukur. Saya disuruh mengukur Bait Allah, termasuk halaman dalam yang berisi mazbah, dan menghitung jumlah orang yang beribadat di dalamnya. “Tetapi jangan mengukur halaman luar,” katanya kepada saya, “karena halaman itu sudah diberikan kepada bangsa-bangsa lain. Mereka akan menginjak-injak Kota Kudus selama empat puluh dua bulan. Dan Aku akan memberi kuasa kepada dua orang saksi-Ku untuk bernubuat selama 1.260 hari dengan mengenakan pakaian berkabung.” Kedua nabi itu ialah kedua pohon zaitun dan kedua batang kaki dian yang berdiri di hadapan Allah semesta alam. Siapa pun yang mencoba mencelakakan mereka akan dibunuh oleh api yang terpancar dari mulut mereka. Mereka berkuasa menutup langit sehingga hujan tidak turun tiga setengah tahun lamanya, yaitu selama mereka bernubuat. Mereka juga berkuasa mengubah air sungai serta samudra menjadi darah dan mendatangkan segala macam malapetaka ke atas bumi setiap waktu mereka menghendakinya. Sesudah mereka bersaksi selama tiga setengah tahun itu, binatang yang muncul dari lubang maut akan mengumumkan perang terhadap mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka. Seluruh dunia akan bersukacita atas kematian mereka. Di mana-mana bangsa-bangsa bersukaria dan saling memberi hadiah dan mengadakan pesta untuk merayakan kematian kedua nabi yang sudah sangat menyiksa mereka itu. Tetapi sesudah tiga setengah hari, roh kehidupan dari Allah akan memasuki kedua saksi Allah itu dan mereka akan hidup lagi. Maka semua orang menjadi sangat ketakutan. Kemudian terdengarlah suara yang nyaring dari surga, katanya, “Naiklah kemari!” Lalu mereka pun naiklah ke surga di dalam awan disaksikan oleh musuh-musuh mereka. Pada saat itu juga akan terjadi gempa bumi yang dahsyat, sehingga sepersepuluh kota menjadi rata dengan bumi dan 7.000 orang mati. Karena ketakutan, orang yang masih hidup akan memuliakan Allah yang di surga. Malapetaka yang kedua sudah lalu, dan yang ketiga segera menyusul. Karena pada saat itu juga malaikat ketujuh meniup sangkakalanya, lalu terdengarlah dari surga suara-suara yang nyaring sekali, katanya, “Sekarang kerajaan dunia ini menjadi milik Tuhan kita dan Kristus-Nya; Ia akan memerintah untuk selama-lamanya.” Lalu kedua puluh empat Penatua yang duduk di atas takhta mereka di hadapan Allah sujud menyembah sambil berkata, “Kami mengucap syukur, ya Tuhan Allah Yang Mahakuasa, yang ada sejak dahulu, karena sekarang Engkau sudah menyatakan kekuasaan-Mu yang besar dan telah mulai memerintah. Dahulu bangsa-bangsa marah kepada-Mu, tetapi sekarang murka-Mu Kautimpakan ke atas mereka. Sekaranglah saatnya menghakimi orang-orang yang sudah mati, dan memberikan pahala kepada hamba-hamba-Mu— para nabi dan semua orang yang takut akan nama-Mu, besar maupun kecil— dan membinasakan orang-orang yang telah menimbulkan kerusakan di atas bumi.” Kemudian, Bait Allah yang di surga terbuka dan di dalamnya tampak tabut perjanjian. Kilat menyambar, guntur menggelegar, hujan es turun dengan hebatnya, dan dunia diguncangkan oleh gempa bumi yang dahsyat. Kemudian muncullah di langit suatu tanda yang luar biasa: seorang perempuan bersarungkan matahari, sedang bulan berada di telapak kakinya dan di kepalanya terdapat sebuah mahkota terdiri dari dua belas bintang. Ia sedang mengandung dan berteriak-teriak kesakitan menantikan kelahiran anaknya. Tiba-tiba muncullah seekor Naga merah yang berkepala tujuh, bertanduk sepuluh, dan mengenakan tujuh mahkota pada kepalanya. Ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang, yang kemudian dilemparkannya ke bumi. Ia berdiri di hadapan perempuan itu, siap untuk menelan bayi yang akan segera dilahirkan. Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki yang akan memerintah semua bangsa dengan tangan besi. Anak itu dibawa naik kepada Allah dan kepada takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun. Di sana Allah sudah menyediakan tempat baginya untuk memelihara dia selama 1.260 hari. Kemudian terjadilah peperangan di surga. Mikhael serta malaikat-malaikat di bawah pimpinannya berperang melawan Naga serta bala tentaranya yang terdiri dari malaikat-malaikat pendurhaka. Naga itu dikalahkan dan diusir dari surga. Naga besar itu—si ular tua yang disebut Setan atau Iblis, yang menyesatkan seluruh dunia—dilemparkan ke bumi bersama-sama dengan segenap bala tentaranya. Kemudian saya mendengar suatu suara yang nyaring melintasi langit, “Akhirnya tibalah keselamatan yang dari Allah, kekuasaan, serta pemerintahan-Nya, dan wewenang Kristus-Nya; karena Penuduh saudara-saudara kita sudah dilemparkan dari surga ke bumi— ia menuduh mereka siang malam di hadapan Allah kita. Mereka mengalahkan dia dengan Darah Anak Domba, dan dengan kesaksian mereka; karena mereka tidak menyayangkan nyawa mereka, melainkan menyerahkannya bagi Dia. Bersukacitalah, hai surga! Hai surga dan semua warganya, bersukacitalah! Tetapi celakalah kalian, hai orang-orang di dunia, karena Setan sudah datang kepada kalian dengan amarah yang meluap-luap, karena ia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit!” Ketika Naga itu sadar, bahwa ia telah terbuang ke bumi, ia mengejar perempuan yang telah melahirkan anak itu. Tetapi perempuan itu telah diberi dua sayap seperti sayap garuda besar, untuk terbang ke padang gurun ke tempat yang telah disediakan baginya. Di sana selama tiga setengah tahun ia dipelihara dan dilindungi terhadap si Ular, Naga itu. Dari mulut Ular itu keluarlah arus air yang mengalir ke arah perempuan itu untuk menghanyutkannya. Namun bumi menolong dia dengan membuka mulut dan menelan banjir itu. Maka Naga yang sedang marah itu mulai menyerang anak-anaknya yang lain, yaitu semua orang yang menaati hukum-hukum Allah dan mengaku diri milik Yesus. Naga itu menunggu di pantai samudra. Lalu saya melihat suatu binatang muncul dari laut. Binatang itu berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan ada sepuluh mahkota pada tanduk-tanduknya. Pada setiap kepalanya tertulis nama-nama hujat, yang menantang dan menghina Allah. Binatang itu menyerupai macan tutul, tetapi berkaki beruang dan bermulut singa! Kepadanya Naga itu memberikan kekuasaannya sendiri, takhtanya serta wewenangnya. Saya melihat salah satu kepalanya tampaknya telah mendapat luka yang mustahil disembuhkan—tetapi luka yang parah itu sudah sembuh! Seluruh dunia takjub melihat keajaiban ini, lalu mengikut binatang itu dengan kagum dan gentar. Mereka menyembah Naga itu, karena ia telah memberikan kekuasaan yang demikian besarnya kepada binatang itu. Mereka juga menyembah binatang itu, sambil berseru, “Adakah yang lebih berkuasa daripada dia? Siapakah yang sanggup melawan dia?” Kemudian binatang itu dianjurkan oleh Naga untuk menghujat Tuhan, dan diberi wewenang untuk menguasai bumi selama empat puluh dua bulan. Sepanjang masa itu ia menghujat nama Allah dan Bait-Nya serta semua yang tinggal di surga. Ia diberi kuasa oleh Naga untuk memerangi umat Allah, untuk mengalahkan mereka, dan memerintah atas suku, bangsa, bahasa, dan negara di seluruh dunia. Dan semua orang—yang sebelum dunia dijadikan, namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan Anak Domba Allah yang telah tersembelih—menyembah binatang yang jahat itu. Siapa bertelinga hendaknya mendengarkan baik-baik: Umat Allah yang sudah ditetapkan untuk dipenjarakan akan ditangkap dan dibawa. Orang-orang yang sudah ditetapkan untuk mati akan dibunuh. Tetapi janganlah putus asa, karena itulah kesempatan untuk menunjukkan ketabahan dan iman. Kemudian saya melihat seekor binatang yang lain keluar dari bumi. Binatang itu mempunyai dua tanduk seperti tanduk domba, tetapi suaranya seperti suara Naga. Ia melaksanakan semua wewenang binatang yang luka parahnya sudah sembuh itu, serta menuntut seluruh dunia agar menyembah binatang itu. Ia mengadakan mukjizat-mukjizat yang luar biasa, misalnya mendatangkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Dengan mengadakan mukjizat-mukjizat ini, ia menyesatkan orang di mana-mana. Ia dapat melakukan hal-hal yang mengherankan itu apabila binatang yang pertama mengawasinya. Dan ia memerintahkan orang-orang dunia ini agar membuat patung binatang yang sudah terluka parah, tetapi tetap hidup itu. Ia diperkenankan menghidupkan patung itu, bahkan membuatnya berbicara! Lalu patung itu memerintahkan agar membunuh siapa pun yang tidak mau menyembahnya. Ia menuntut agar semua orang—besar kecil, kaya miskin, budak atau orang merdeka—diberi tanda pada tangan kanan atau dahinya. Tanpa tanda itu, yang berupa nama binatang itu atau nomor kode namanya, tidak seorang pun dapat membeli atau menjual sesuatu. Inilah teka-teki yang memerlukan pemikiran yang cermat untuk dapat memecahkannya. Orang yang sanggup hendaknya memecahkan kode ini: huruf-huruf dalam namanya itu masing-masing mempunyai nilai bilangan, dan jumlah nilai bilangan itu ialah 666. Kemudian saya melihat seekor Anak Domba berdiri di atas Gunung Sion di Yerusalem, disertai 144.000 orang yang memiliki Nama-Nya dan Nama Bapa-Nya tertulis pada dahi mereka. Dan saya mendengar suara dari langit seperti gemuruh air terjun yang besar atau seperti gelegar guntur yang dahsyat. Suara itu ialah nyanyian suatu paduan suara dengan iringan kecapi. Paduan suara yang hebat itu, yaitu suara nyanyian 144.000 orang, membawakan lagu baru yang indah sekali di hadapan takhta Allah dan di hadapan keempat Makhluk Hidup serta kedua puluh empat Penatua, dan tidak seorang pun dapat menyanyikan lagu itu kecuali 144.000 orang yang sudah ditebus dari bumi. Mereka tidak tercemar dengan ketidaksetiaan, melainkan murni seperti perawan bagi mempelai laki-lakinya, dan mengikuti Anak Domba itu ke mana pun Ia pergi. Mereka telah ditebus dan dipilih dari seluruh penduduk bumi untuk menjadi milik Allah dan Anak Domba. Tiada kepalsuan yang dapat dituduhkan kepada mereka, karena mereka tidak bercacat cela. Lalu saya melihat seorang malaikat lain terbang melintasi langit, sambil membawa Berita Kesukaan yang kekal untuk disampaikan kepada orang-orang di bumi, kepada semua negara, suku, bahasa, dan bangsa. “Takutlah akan Allah,” serunya, “muliakan kebesaran-Nya, karena telah tiba saatnya Dia duduk sebagai Hakim. Sembahlah Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan sumbernya.” Kemudian seorang malaikat lain mengikutinya melintasi langit, sambil berkata, “Babel sudah roboh, sudah roboh kota besar itu, karena ia telah memabukkan bangsa-bangsa di dunia dengan anggur percabulannya.” Kemudian malaikat ketiga mengikuti mereka sambil berseru, “Siapa yang menyembah binatang dari laut serta patungnya, dan menerima tandanya pada dahi atau tangan, harus meminum anggur kemurkaan Allah, yang dituangkan tanpa campuran ke dalam cawan kemurkaan Allah. Mereka akan disiksa dengan api dan belerang yang menyala dengan disaksikan oleh Anak Domba dan para malaikat yang suci. Asap api yang menyiksa mereka mengepul untuk selama-lamanya. Siang malam mereka disiksa dengan tiada henti-hentinya, karena mereka telah menyembah binatang itu serta patungnya, dan sudah ditandai dengan kode namanya. Hendaknya hal ini membesarkan hati umat Allah agar menunjukkan ketabahan dalam menanggung setiap cobaan dan siksaan, karena mereka adalah orang-orang saleh yang tetap setia menaati perintah-perintah Allah dan percaya kepada Yesus sampai pada akhirnya.” Lalu saya mendengar suatu suara dari langit berkata, “Tuliskanlah ini: Akhirnya tibalah saatnya bagi para sahid-Nya untuk menerima pahala mereka sepenuhnya. Benar, kata Roh itu, berbahagialah mereka, karena sekarang berakhirlah segala jerih payah serta cobaan mereka; perbuatan baik mereka akan menyertai mereka ke surga!” Kemudian terjadilah perubahan dalam penglihatan itu: Saya melihat awan putih dan di atasnya duduk Seseorang yang serupa dengan manusia. Pada kepala-Nya terdapat sebuah mahkota emas murni dan tangan-Nya sebilah sabit yang tajam. Lalu datanglah seorang malaikat dari Bait Allah dan berseru kepada Ia yang duduk di atas awan itu, “Gunakanlah sabit-Mu, karena saat menuai sudah tiba; tuaian di bumi sudah masak.” Maka Dia yang duduk di atas awan itu mengayunkan sabit-Nya di atas seluruh permukaan bumi, dan hasil tuaian pun dibawa masuk. Sesudah itu, seorang malaikat lain keluar dari Bait Allah di surga; dia juga memegang sebilah sabit yang tajam. Pada saat itu juga, malaikat yang mempunyai kuasa atas api, berseru kepada malaikat yang memegang sabit, katanya, “Gunakanlah sabitmu sekarang untuk menebas buah-buah anggur dari pohon anggur di bumi, karena buah-buah itu sudah masak, siap menghadapi penghakiman.” Demikianlah malaikat itu mengayunkan sabitnya di bumi dan memasukkan buah-buah anggur itu ke dalam gilingan anggur yang besar, yaitu murka Allah. Dan buah-buah anggur itu diinjak-injak dalam gilingan anggur di luar kota; maka darah pun mengalir seperti sungai 300 km jauhnya dan tingginya sampai ke kekang kuda. Dan saya melihat sebuah tanda ajaib lagi yang memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang akan datang: Tujuh malaikat diberi tugas membawa tujuh malapetaka terakhir ke bumi. Sesudah itu, maka berakhirlah murka Allah. Di hadapan saya terbentang sesuatu seperti samudra api dan kaca, dan di atasnya berdiri semua orang yang telah mengalahkan binatang jahat serta patungnya, tandanya, dan bilangannya. Semuanya memegang kecapi Allah. Kemudian saya melihat Tempat Mahakudus di Bait Allah di surga dibukakan lebar-lebar! Ketujuh malaikat yang diberi tugas mencurahkan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Allah. Mereka berpakaian kain linen yang putih bersih dengan sabuk emas menyilang di dadanya. Dan satu dari keempat Makhluk Hidup memberikan kepada masing-masing sebuah cawan emas berisikan murka Allah yang hidup selama-lamanya. Bait Allah itu penuh asap kemuliaan dan kekuasaan-Nya; tidak seorang pun dapat masuk, sebelum ketujuh malaikat selesai mencurahkan ketujuh malapetaka itu. Lalu saya mendengar suatu suara yang nyaring berseru dari Bait Allah kepada ketujuh malaikat itu, “Pergilah dan curahkan ketujuh cawan kemurkaan Allah ke atas bumi.” Malaikat pertama meninggalkan Bait Allah, lalu mencurahkan isi cawannya ke atas seluruh permukaan bumi. Maka timbullah bisul yang jahat dan menjijikkan pada setiap orang yang mempunyai tanda binatang itu serta yang menyembah patungnya. Malaikat kedua mencurahkan isi cawannya ke dalam samudra, dan airnya pun menjadi seperti darah orang mati. Maka matilah segala sesuatu yang ada di dalamnya. Malaikat ketiga mencurahkan isi cawannya ke dalam semua sungai dan mata air, dan seluruh air menjadi darah. Lalu saya mendengar malaikat perairan itu berkata, “Engkau adil dalam menjatuhkan hukuman ini, ya Allah Yang Mahakudus, yang ada sejak dahulu, karena para saleh serta para nabi-Mu sudah mati sahid dan darah mereka tercurah ke atas bumi. Sekaranglah saatnya Engkau mencurahkan darah orang-orang yang telah membunuh mereka; inilah balasan yang adil.” Dan saya mendengar suara dari mazbah berkata, “Ya Tuhan Allah Yang Mahakuasa, hukuman yang telah Kaujatuhkan itu benar dan adil.” Kemudian malaikat keempat mencurahkan isi cawannya ke matahari, mengakibatkan matahari itu menghanguskan manusia dengan panasnya. Semua orang terbakar oleh pancaran panas itu, lalu mereka mengutuk nama Allah yang mendatangkan malapetaka-malapetaka itu. Mereka tidak mau mengubah pendirian serta sikap mereka, dan mereka tidak mau memuliakan Allah. Kemudian malaikat kelima mencurahkan isi cawannya ke atas takhta binatang yang berasal dari laut itu, dan kerajaan binatang itu dilemparkan ke dalam kegelapan. Warga kerajaan itu menggigit lidah karena kesakitan, dan mengutuk Allah yang di surga karena bisul dan kesakitan mereka, tetapi mereka tidak mau bertobat dari segala kejahatan mereka. Malaikat keenam mencurahkan isi cawannya ke dalam Sungai Efrat yang besar itu. Lalu sungai menjadi kering, sehingga raja-raja dari timur dapat membawa bala tentaranya ke barat tanpa rintangan. Lalu saya melihat tiga roh jahat yang menyamar sebagai katak, melompat ke luar dari mulut Naga, dari mulut binatang itu, dan dari mulut Nabi Palsunya. Roh-roh jahat yang dapat mengadakan mukjizat-mukjizat itu bersekutu dengan semua raja di dunia untuk bersama-sama memerangi Tuhan pada hari yang besar itu, yaitu Hari Penghakiman, Hari Allah Yang Mahakuasa. “Camkanlah: Aku akan datang secara tidak terduga seperti seorang pencuri! Berbahagialah semua orang yang menantikan Aku, yang sudah menyiapkan pakaiannya sehingga tidak perlu berjalan telanjang dan mendapat malu.” Mereka mengumpulkan semua bala tentara dunia di dekat sebuah tempat yang dalam bahasa Ibrani dinamakan Harmagedon—Gunung Megido. Lalu malaikat ketujuh mencurahkan isi cawannya ke angkasa; dan terdengarlah suatu seruan yang dahsyat dari takhta Bait Allah di surga, katanya, “Sudah selesai!” Maka guruh menggelegar gegap gempita dan kilat menyambar sabung-menyabung; lalu terjadilah gempa bumi dahsyat yang belum pernah terjadi dalam sejarah manusia. Kota besar Babel terpecah menjadi tiga bagian, dan kota-kota di seluruh dunia menjadi reruntuk. Demikianlah semua dosa Babel diingat dan dihukum Allah sampai habis bersih kemurkaan yang tersimpan dalam cawan anggur kemurkaan-Nya. Pulau-pulau lenyap dan gunung-gunung diratakan dengan bumi. Hujan es yang dahsyat tercurah dari langit, gumpalan-gumpalan es yang beratnya empat puluh lima kilo berjatuhan dari langit menimpa orang di bumi, dan mereka mengutuk Allah karena hujan es yang dahsyat itu. Seorang dari ketujuh malaikat yang mencurahkan malapetaka itu datang kepada saya. “Mari, ikutlah aku,” katanya, “dan aku akan menunjukkan kepadamu apa yang akan terjadi dengan Pelacur Besar, yang duduk pada tempat yang banyak airnya di dunia ini. Raja-raja dunia telah mengadakan hubungan cabul dengan dia, dan orang-orang di dunia sudah dimabukkan oleh anggur percabulannya.” Kemudian malaikat itu membawa saya secara roh ke padang gurun. Di sana saya melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang merah tua yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh. Seluruh tubuh binatang itu penuh ditulisi dengan kata-kata hujat terhadap Allah. Wanita itu memakai pakaian berwarna ungu dan merah tua, dan perhiasan yang indah-indah dari emas dan batu permata dan mutiara. Ia memegang sebuah piala emas yang penuh berisi percabulan. Pada dahinya tertulis suatu nama rahasia: “Babel Besar, Ibu para Pelacur dan sumber dari segala kenajisan di dunia.” Saya melihat bahwa ia mabuk—mabuk oleh darah sahid-sahid Yesus yang telah dibunuhnya. Saya memandangi dia dengan penuh keheranan. “Mengapa engkau heran?” tanya malaikat itu. “Aku akan menjelaskan kepadamu siapa dia dan apa arti binatang yang ditungganginya. Binatang yang sudah kaulihat itu dahulu ada di sana, tetapi sekarang sudah tidak ada. Namun ia akan muncul dari lubang maut yang tidak terhingga dalamnya, lalu menuju kebinasaan kekal. Penduduk dunia yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan sebelum dunia dijadikan, akan terheran-heran melihat dia muncul lagi sesudah mati. “Sekarang, perhatikanlah baik-baik: ketujuh kepalanya melambangkan sebuah kota yang dibangun di atas tujuh bukit tempat tinggal perempuan itu. Ketujuh kepala itu juga melambangkan tujuh orang raja. Lima raja sudah dirobohkan, sekarang yang keenamlah yang memerintah, sedang yang ketujuh masih akan datang, tetapi pemerintahannya hanya sebentar saja. Binatang yang dahulu ada di sana, tetapi sekarang sudah tidak ada, ialah raja yang kedelapan dan sekaligus salah satu dari ketujuh raja, dan dia juga menuju kebinasaan. Kesepuluh tanduknya ialah sepuluh raja yang belum memegang kekuasaan. Mereka akan diserahi tampuk pemerintahan kerajaan masing-masing selama suatu saat yang pendek, untuk memerintah bersama-sama dengan dia. Mereka semuanya akan menandatangani suatu perjanjian penyerahan kekuasaan mereka kepadanya. Bersama-sama mereka akan memerangi Anak Domba. Mereka akan dikalahkan oleh Anak Domba itu, karena Dialah Tuhan atas segala yang dipertuan, dan Raja atas segala raja, dan pengikut-pengikut-Nya adalah orang-orang yang terpanggil, terpilih, dan setia. “Semua samudra, danau, dan sungai tempat kedudukan perempuan itu melambangkan orang banyak dari segala bangsa dan bahasa. “Binatang merah tua dengan sepuluh tanduknya—yang melambangkan sepuluh orang raja yang akan memerintah bersama-sama dengan dia—semuanya membenci perempuan itu dan akan menyerang dia, lalu membiarkan dia telanjang dan dimakan api. Karena Allah akan menaruh suatu rencana dalam pikiran mereka, suatu rencana yang akan melaksanakan tujuan-Nya: Mereka semua akan setuju memberikan wewenang mereka kepada binatang merah tua itu, sehingga firman Allah akan digenapi. Dan perempuan yang kaulihat dalam penglihatanmu, melambangkan kota besar yang memerintah raja-raja di bumi.” Sesudah itu saya melihat seorang malaikat lain turun dari surga dengan wewenang yang besar, dan bumi menjadi cerah karena kemuliaannya. Ia berseru dengan suara yang dahsyat, “Babel sudah roboh, sudah roboh kota besar itu. Ia sudah menjadi sarang hantu dan gua setan serta segala macam roh jahat. Karena semua bangsa dimabukkan dengan anggur percabulannya yang mematikan itu. Raja-raja di dunia telah berbuat cabul dengan dia, dan saudagar-saudagar di seluruh dunia telah mengeruk kekayaan dari kehidupannya yang mewah.” Lalu saya mendengar suatu suara lain berseru dari surga, “Jauhilah dia, hai umat-Ku. Janganlah terlibat dalam dosa-dosanya. Kalau engkau terlibat, engkau akan dihukum bersama-sama dengan dia. Karena dosa-dosanya sudah bertimbun setinggi langit dan Allah sudah siap menghakimi segala kejahatannya. Perlakukan dia sebagaimana ia telah memperlakukan engkau, bahkan lebih lagi. Berikanlah hukuman dua kali lipat atas segala perbuatannya yang jahat. Ia telah menyebabkan banyak malapetaka bagi orang lain— berikan dua kali sebanyak itu kepadanya. Ia telah hidup dalam kemewahan dan kesenangan—sekarang imbangilah semua itu dengan siksaan dan kesedihan. Ia menyombongkan diri, ‘Akulah ratu di atas takhtaku. Aku bukan seorang janda yang tidak berdaya. Aku tidak akan mengalami kesedihan.’ Sebab itu, kematian, perkabungan, dan kelaparan akan menimpanya dalam sehari, dan ia akan dimakan habis oleh api; karena Tuhan yang menghakimi dia adalah Allah Yang Mahakuasa.” Dan pemimpin-pemimpin dunia yang ikut serta dalam percabulannya dan menikmati kemewahannya, akan berkabung baginya pada waktu mereka melihat asap mengepul dari sisa-sisa tubuhnya yang hangus. Mereka akan berdiri jauh-jauh, dengan gemetar ketakutan sambil meratap, “Wahai Babel, kota yang besar! Dalam sekejap saja hukumanmu dijatuhkan.” Saudagar-saudagar di bumi akan berkabung dan meratapinya, karena tidak ada lagi yang akan membeli barang dagangan mereka. Dialah langganan yang paling banyak membeli emas, perak, batu permata, mutiara, kain linen terhalus, sutra ungu, dan kain merah, semua jenis kayu harum, barang-barang dari gading, barang-barang ukiran dari kayu, tembaga, besi serta batu pualam, dan rempah-rempah serta wangi-wangian, kemenyan, dan mur, anggur, minyak zaitun, tepung halus, gandum, ternak, domba, kuda, kereta, dan budak belian, bahkan juga jiwa manusia. “Semua barang yang sangat kaugemari telah lenyap,” kata mereka. “Kemewahan dan kekayaan yang sangat kauhargai itu tidak mungkin menjadi milikmu lagi. Semuanya telah lenyap untuk selama-lamanya.” Demikianlah saudagar-saudagar—yang telah menjadi kaya karena menjual barang-barang itu kepadanya—akan berdiri jauh-jauh, takut kalau-kalau bahaya menimpa mereka, sambil meratap dan menangis, “Wahai, kota besar yang indah—seperti seorang perempuan berpakaian kain linen terhalus warna ungu dan merah tua, bertaburkan emas, permata, dan mutiara! Dalam sesaat saja seluruh kekayaan kota itu lenyap!” Semua pemilik kapal dan nakhoda serta awak kapal berdiri jauh-jauh. Melihat asap membubung tinggi ke udara, mereka menangis dan berkata, “Adakah di dunia ini kota lain yang sama dengan kota ini?” Lalu mereka menaburkan debu ke atas kepala mereka karena berduka. Mereka berkata, “Sungguh malang kota yang besar itu! Ia telah membuat kita semua kaya dengan kekayaannya. Sekarang, dalam satu jam saja semuanya lenyap…” Tetapi engkau, ya surga, bersukacita atas nasibnya; juga kalian anak-anak Allah serta para nabi dan rasul! Karena pada akhirnya Allah menghukum dia demi kalian. Kemudian seorang malaikat perkasa mengambil sebuah batu besar yang bentuknya seperti batu penggiling, lalu melemparkannya ke dalam samudra sambil berseru, “Babel, kota besar itu, akan dilemparkan seperti batu yang kulemparkan ini, dan ia akan lenyap untuk selamanya. Suara musik tidak akan terdengar lagi di situ— tidak akan ada lagi bunyi kecapi, seruling, dan trompet. Tidak ada lagi industri apa pun di situ; penggilingan gandum pun tidak ada. Pada malam hari kota itu gelap gulita; tidak akan ada sebuah lampu pun yang tampak. Tidak ada lagi keramaian pesta pernikahan dan suara kedua pengantin yang riang gembira. Para saudagarnya terkenal di seluruh dunia dan ia telah menipu semua bangsa dengan ilmu sihirnya. Ia bertanggung jawab atas darah semua nabi dan orang kudus yang mati sahid.” Sesudah itu saya mendengar seruan banyak orang di surga, “Haleluya! Puji Tuhan! Keselamatan berasal dari Allah kita. Hanya Allah yang mempunyai kemuliaan dan kuasa. Karena penghakiman-Nya benar dan adil. Ia telah menghukum Pelacur Besar itu, yang dengan dosanya telah merusak bumi, dan Ia telah membalas kematian hamba-hamba-Nya.” Suara mereka menggema berulang-ulang: “Puji Tuhan! Asap api yang membakar pelacur itu mengepul sampai selama-lamanya.” Kemudian kedua puluh empat Penatua serta keempat Makhluk Hidup sujud menyembah Allah yang duduk di atas takhta, dan berkata, “Amin! Haleluya! Puji Tuhan!” Dari takhta itu terdengar suara, katanya, “Pujilah Allah kita, hai kalian hamba-hamba-Nya, besar kecil, yang takut akan Dia.” Kemudian saya mendengar lagi suara seperti seruan orang banyak, atau seperti gemuruh gelombang beratus-ratus samudra yang memecah pantai, atau seperti gelegar guruh yang dahsyat, katanya, “Puji Tuhan! Karena sekarang Tuhan kita, Allah Yang Mahakuasa, memerintah. Marilah kita bergembira dan bersukacita serta memuliakan Dia, karena kini tibalah saat pesta pernikahan Anak Domba dan pengantin perempuan-Nya sudah siap. Ia diperkenankan memakai pakaian linen yang halus dan putih bersih.” (Linen halus melambangkan perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan oleh umat Allah.) Lalu malaikat itu menyuruh saya menuliskan kalimat ini: “Berbahagialah orang yang diundang datang ke pesta pernikahan Anak Domba.” Lalu ia menambahkan, “Demikianlah Allah sendiri telah berfirman.” Kemudian saya bersujud pada kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata, “Jangan! Jangan! Karena aku pun seorang hamba Allah sama seperti engkau dan saudara-saudaramu seiman, yang menjadi saksi-saksi Yesus. Tujuan segala nubuat dan segala hal yang telah kunyatakan kepadamu ialah memberitakan Yesus.” Kemudian saya melihat surga terbuka dan seekor kuda putih berdiri di situ, dan penunggang kuda itu disebut “Setia dan Benar”, yaitu Dia yang menghukum dan berperang dengan adil. Mata-Nya seperti nyala api, dan pada kepala-Nya terdapat banyak mahkota. Suatu nama tertulis pada dahi-Nya, dan hanya Dialah yang mengetahui artinya. Ia memakai pakaian yang sudah dicelupkan dalam darah, dan gelar-Nya ialah “Firman Allah”. Bala tentara surga, yang berpakaian linen halus dan putih bersih, mengikuti Dia dengan menunggang kuda putih. Di mulut-Nya terdapat sebilah pedang tajam untuk memarang bangsa-bangsa. Ia memerintah mereka dengan tangan besi, dan Ia memeras anggur kehebatan murka Allah Yang Mahakuasa. Pada pakaian dan paha-Nya tertulis nama ini: “Raja atas Segala Raja dan Tuhan atas Segala yang Dipertuan.” Kemudian saya melihat seorang malaikat berdiri di terang matahari. Ia berseru dengan nyaring kepada burung-burung, “Marilah berhimpun untuk menikmati hidangan yang disediakan Allah Yang Mahabesar! Marilah makan daging raja-raja, para panglima serta para pahlawan, daging kuda serta daging para penunggangnya, dan daging semua orang, besar kecil, budak belian, dan orang merdeka.” Kemudian saya melihat binatang jahat mengumpulkan pemerintah-pemerintah dunia serta bala tentara mereka untuk berperang melawan Dia yang menunggang kuda itu serta bala tentara-Nya. Lalu binatang itu ditawan bersama-sama dengan Nabi Palsu, yang dapat membuat mukjizat-mukjizat yang luar biasa apabila binatang itu menyertainya. Mukjizat-mukjizat itu menyesatkan semua orang yang telah menerima tanda binatang dan yang menyembah patungnya. Keduanya, yaitu binatang dan Nabi Palsunya, dilemparkan hidup-hidup ke dalam Lautan Api yang menyala-nyala dengan belerang. Seluruh bala tentara mereka mati dibunuh dengan pedang tajam yang terdapat di mulut Dia yang menunggang kuda putih itu, dan semua burung di langit makan daging mereka sampai kenyang. Kemudian saya melihat seorang malaikat turun dari surga. Ia memegang anak kunci lubang maut yang tidak terhingga dalamnya serta rantai yang besar. Ia menangkap Naga itu—si Ular Tua, yaitu Setan atau Iblis—lalu merantainya selama seribu tahun. Naga itu dilemparnya ke dalam lubang maut. Lalu lubang itu ditutup dan dikuncinya, supaya Iblis tidak dapat menipu bangsa-bangsa selama seribu tahun itu. Sesudah itu ia harus dibebaskan lagi selama suatu masa yang pendek. Kemudian saya melihat takhta-takhta. Di atas takhta-takhta itu duduk orang-orang yang telah diberi hak menghakimi. Lalu saya melihat jiwa orang-orang yang telah dipenggal kepalanya karena bersaksi tentang Yesus, karena memberitakan firman Allah, dan karena tidak menyembah binatang itu atau patungnya serta tidak menerima tanda pada dahi atau tangan mereka. Mereka telah dihidupkan kembali dan sekarang mereka memerintah bersama dengan Kristus selama seribu tahun. Inilah Kebangkitan Pertama. (Orang mati yang selebihnya tidak dihidupkan kembali sebelum masa seribu tahun itu habis.) Berbahagialah dan kuduslah mereka yang ikut dalam Kebangkitan Pertama itu. Mereka tidak usah takut akan Kematian Kedua, karena mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan akan memerintah bersama dengan Dia seribu tahun lamanya. Sesudah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya. Ia akan pergi menipu bangsa-bangsa di dunia dan mengumpulkan mereka bersama dengan Gog dan Magog untuk berperang—suatu bala tentara yang besar dan kuat sekali, dan tidak terhitung jumlahnya seperti pasir di pantai. Mereka akan melintasi seluruh daratan di bumi, lalu dari segenap penjuru mengepung umat Allah serta Kota Yerusalem yang dikasihi. Tetapi api dari Allah di surga akan turun menyambar serta membinasakan bala tentara yang menyerang itu. Kemudian Iblis yang telah mengkhianati mereka akan dilemparkan ke dalam Lautan Api yang menyala-nyala dengan belerang, tempat binatang serta Nabi Palsu itu berada, dan mereka akan disiksa siang malam untuk selama-lamanya. Lalu saya melihat sebuah takhta besar yang putih dan Dia yang duduk di atasnya. Bumi dan langit lari dari hadapan-Nya, tetapi mereka tidak menemukan tempat bersembunyi. Saya melihat orang-orang mati, besar kecil, berdiri di hadapan Allah, lalu dibukalah Kitab-kitab, termasuk Kitab Kehidupan. Orang-orang mati diadili berdasarkan apa yang tertulis dalam Kitab-kitab itu, masing-masing menurut perbuatannya. Samudra, bumi, dan Maut menyerahkan orang-orang mati yang disimpan di dunia bawah. Masing-masing diadili setimpal dengan perbuatannya. Lalu Maut dan orang mati yang disimpan di dunia bawah dilemparkan ke dalam Lautan Api. Inilah Kematian Kedua—Lautan Api. Setiap orang yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan dilemparkan ke dalam Lautan Api. Kemudian saya melihat bumi baru (tanpa laut) dan langit baru, karena bumi dan langit yang pertama telah lenyap. Dan saya, Yohanes, melihat Kota Kudus, yaitu Yerusalem baru, turun dari surga, dari Allah. Sungguh suatu pemandangan yang indah megah seperti seorang pengantin perempuan pada hari pernikahannya. Saya mendengar suatu suara nyaring dari takhta itu berkata, “Lihatlah, rumah kediaman Allah sekarang berada di tengah-tengah manusia, dan Ia akan tinggal bersama-sama dengan mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya. Ya, Allah sendiri akan berada di tengah-tengah mereka. Ia akan menghapuskan semua air mata; tidak ada lagi maut, dukacita, tangisan, ataupun kesakitan. Semuanya telah lenyap untuk selama-lamanya.” Dia yang duduk di atas takhta itu berkata, “Lihatlah, Aku membuat segala sesuatu baru!” Lalu Ia berkata kepada saya, “Tuliskanlah, karena apa yang Aku beritahukan kepadamu benar dan dapat dipercaya. Selesailah sudah! Akulah A dan Z, Yang Awal dan Yang Akhir. Aku akan memberikan sumber Air Kehidupan kepada mereka yang haus—sebagai anugerah. Setiap orang yang menang akan mewarisi semua berkat ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi pengecut dan orang yang tidak setia kepada-Ku, orang yang bejat, pembunuh, orang cabul, tukang sihir, penyembah berhala, dan semua pendusta, akan binasa dalam Lautan Api yang menyala-nyala dengan belerang. Inilah Kematian Kedua.” Kemudian seorang dari ketujuh malaikat, yang telah menuangkan cawan-cawan yang berisi ketujuh malapetaka terakhir, datang kepada saya lalu berkata, “Ikutlah aku, maka aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, istri Anak Domba.” Dalam suatu penglihatan ia membawa saya ke puncak sebuah gunung yang tinggi dan dari situ saya melihat kota yang menakjubkan itu, Yerusalem yang kudus, turun dari langit, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah, berkilau-kilauan dan bersinar seperti batu permata yang indah dan mahal, jernih seperti yaspis. Dinding-dindingnya lebar dan tinggi, dengan dua belas pintu gerbang yang dijaga oleh dua belas malaikat. Pada pintu-pintu gerbang itu tertulis nama-nama kedua belas suku bangsa Israel. Pada setiap sisinya—utara, selatan, timur, dan barat—ada tiga buah pintu gerbang. Dinding kota itu mempunyai dua belas batu alas, dan pada batu-batu itu tertulis kedua belas nama rasul Anak Domba. Malaikat itu memegang sebatang tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu dan semua pintu gerbang serta dindingnya. Ketika diukur, didapatinya bahwa lebar dan panjang kota itu sama; bentuknya seperti kubus, karena tingginya sama benar dengan panjang dan lebarnya, yaitu 2.200 km. Lalu ia mengukur dinding itu dan didapatinya bahwa tebalnya 144 hasta (65 meter). Malaikat itu memberitahukan ukuran-ukuran ini kepada saya dengan memakai satuan baku. Kedua belas pintu gerbang terbuat dari mutiara. Setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara! Dan jalan rayanya terbuat dari emas murni yang jernih seperti kaca. Di dalam kota itu tidak tampak Bait Allah, karena di situ Tuhan Allah Yang Mahakuasa dan Anak Domba dapat disembah di mana saja. Kota itu tidak memerlukan cahaya matahari atau bulan, karena kemuliaan Allah dan Anak Domba meneranginya. Cahayanya akan menerangi bangsa-bangsa di bumi, dan raja-raja di dunia akan datang membawa masuk kemuliaan mereka ke dalamnya. Pintu gerbangnya terbuka sepanjang hari—tidak pernah tertutup, karena di sana tidak ada malam. Dan kemuliaan serta kehormatan semua bangsa akan dibawa masuk ke dalamnya. Orang jahat—yang keji atau yang tidak jujur—tidak dibolehkan masuk ke dalamnya; yang dibolehkan hanyalah orang-orang yang namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba. Kemudian ia menunjukkan kepada saya sebuah sungai Air Kehidupan, yang jernih seperti kristal, mengalir dari takhta Allah serta Anak Domba, di tengah-tengah jalan raya kota itu. Pada kiri kanan sungai itu tumbuh Pohon-pohon Kehidupan, yang mengeluarkan dua belas macam buah dan berbuah sebulan sekali; daun-daunnya dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Di kota itu tidak ada suatu apa pun yang jahat, karena takhta Allah serta Anak Domba ada di situ dan hamba-hamba-Nya menyembah Dia. Mereka akan melihat muka-Nya, dan nama-Nya akan tertulis pada dahi mereka. Di sana tidak ada malam—lampu atau matahari tidak diperlukan—karena Tuhan Allah menjadi terang mereka, dan mereka akan memerintah selama-lamanya. Saya, Yohanes, melihat dan mendengar semua perkara ini, lalu saya sujud menyembah malaikat yang menunjukkannya kepada saya. Namun lagi-lagi ia berkata, “Jangan, janganlah berbuat demikian! Aku juga seorang hamba Yesus, seperti engkau serta saudara-saudaramu para nabi dan semua orang yang berpegang pada kebenaran yang tercatat dalam Kitab ini. Sembahlah Allah saja.” Kemudian ia berkata kepada saya, “Jangan meteraikan apa yang telah kautuliskan, karena hari penggenapannya sudah dekat. Apabila saat itu tiba, semua yang berbuat jahat akan melakukan lebih banyak kejahatan lagi; yang keji semakin keji; yang baik semakin baik; dan yang kudus semakin kudus.” “Tengoklah, Aku akan segera datang dan pada-Ku ada segala pahala untuk membalas setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Akulah A dan Z, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Pertama dan Yang Penghabisan. Berbahagialah selama-lamanya semua yang mencuci jubahnya, sehingga mereka berhak masuk melalui pintu gerbang kota itu, lalu makan buah Pohon Kehidupan. “Di luar kota itu terdapat orang yang sudah meninggalkan Allah, tukang sihir, orang cabul, pembunuh, penyembah berhala, dan semua yang suka berdusta. Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-malaikat-Ku kepadamu untuk memberitahukan semua ini kepada jemaat-jemaat. Aku Akar Daud dan juga Keturunannya. Akulah Bintang Fajar yang cemerlang. Roh dan pengantin perempuan berkata, ‘Marilah!’ Hendaknya semua orang yang mendengar mereka, juga mengatakan, ‘Marilah!’ Yang haus hendaknya datang; setiap orang yang mau, biarlah ia datang dan minum Air Kehidupan dengan cuma-cuma. Dan dengan sungguh-sungguh Kunyatakan kepada semua orang yang membaca kitab ini: Siapa pun yang menambahkan sesuatu kepada yang telah dituliskan dalam gulungan kitab ini, kepadanya Allah akan menambahkan malapetaka yang telah diuraikan di dalamnya. Dan siapa pun yang mengurangi sebagian dari nubuat ini, Allah akan mencabut haknya atas Pohon Kehidupan dan atas Kota Kudus, yang telah diuraikan dalam gulungan kitab ini. “Dia, yang mengatakan semua perkara ini, menyatakan: Ya, Aku akan segera datang!” Amin! Datanglah, Tuhan Yesus! Semoga karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai Saudara sekalian. Amin!